Muskinul Fuad, 2013 Halaqah Sebagai Model Bimbingan Kelompok Untuk Mengembangkan Kepribadian Muslim
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
langsung dalam seting alamiah. Dengan meminjam apa yang telah diteorikan oleh Spradley 1997: 34, langkah yang penulis lakukan adalah dengan cara
memperhatikan makna tindakan dari kejadian yang ada dalam kelompok halaqah yang ingin penulis pahami melalui nilai-nilai budaya yang mereka miliki. Dalam
melakukan kerja lapangan, penulis membuat kesimpulan budaya halaqah dari tiga sumber, yaitu dari apa yang mereka katakan, dari cara mereka bertindak, dan dari
dokumen yang mereka gunakan.
B. Subyek
Subyek penelitian yang diambil adalah para anggota kelompok halaqah dalam komunitas
Jama’ah Tarbiyah yang ada di Kota Purwokerto sebagai informan. Di antara para informan terdapat beberapa orang yang berperan sebagai murabbi
pembimbing yang telah lama bergabung dalam komunitas ini dan dipandang cukup berpengalaman dalam aktivitas pembinaan terhadap para mutarabbi anggota yang
dibimbing dalam beberapa kelompok selama bertahun-tahun. Di antara mereka ada pula yang berperan sebagai murabbi sekaligus mutarabbi dan ada pula yang hanya
menjadi mutarabbi, yang datang dari kelompok dan latar belakang yang berbeda- beda. Di antara mereka ada yang memiliki latar belakang sebagai dosen, mahasiswa,
siswa, ibu rumah tangga, wiraswastawan, buruh, karyawan, anggota legislatif, guru, satpam, dan sebagainya. Untuk dapat masuk dalam komunitas ini secara mudah,
peneliti menempuh strategi snowball bola salju. Pertama kali, penulis mendatangi seorang informan kunci yang merupakan seorang murabbi terkemuka dalam
Muskinul Fuad, 2013 Halaqah Sebagai Model Bimbingan Kelompok Untuk Mengembangkan Kepribadian Muslim
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
komunitas ini dan melakukan wawancara mendalam dengannya. Dari informan kunci inilah, penulis kemudian memperoleh referensi tentang informan-informan lain yang
dipandang layak dan dapat memberikan data yang penulis butuhkan. Dari informan ini pula, penulis kemudian mendapatkan informasi penting berkenaan dengan
berbagai referensi atau buku yang selama ini dijadikan bahan rujukan oleh komunitas ini dalam menjalankan aktivitas tarbiyah pembinaan.
C. Proses dan Teknik Pengumpulan Data
Pada awal tahun 2010, sebelum sampai pada tahap pengumpulan data dan terlibat secara lebih mendalam dalam komunitas halaqah, penulis telah mengawali
penelitian ini, dengan melakukan komunikasi secara personal dengan salah seorang teman penulis, yaitu seorang aktivis di Jamaah Tarbiyah di kota Bandung, tempat
penulis menempuh studi lanjut saat ini. Kepada informan ini, penulis mengutarakan maksud penulis untuk dapat melakukan penelitian pada komunitas Jamaah Tarbiyah
di kota ini. Akan tetapi, setelah mendapatkan lampu hijau dari para pemimpin komunitas ini dan sempat melakukan studi pendahuluan dan wawancara awal, karena
berbagai kendala kesibukan dan perbedaan bahasa dan budaya yang dapat menghalangi penulis untuk dapat berinteraksi secara lebih dekat dengan mereka,
penulis kemudian memutuskan untuk mengubah tempat penelitian, yaitu dari kota Bandung ke kota Purwokerto, tempat penulis berdomisili saat ini.
Sejak bulan Juni tahun 2010, akhirnya penulis mendapatkan respon positif dari para aktivis yang menjadi tokoh-tokoh terkemuka Jamaah Tarbiyah di
Muskinul Fuad, 2013 Halaqah Sebagai Model Bimbingan Kelompok Untuk Mengembangkan Kepribadian Muslim
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Purwokerto untuk mengadakan penelitian dalam komunitas mereka. Selama kurang lebih dua tahun penulis telah terlibat di dalam kehidupan komunitas ini dan banyak
mendapatkan data-data penting dan menarik tentang pandangan hidup dan pola bimbingan kelompok yang ada dalam komunitas ini. Secara garis besar data-data itu
dikumpulkan melalui tiga teknik di bawah ini : 1.
Observasi-partisipatif, yaitu pengamatan sistematis dan terencana yang dimaksudkan untuk memperoleh data yang dibutuhkan secara valid
dengan cara terlibat langsung dalam kehidupan subyek yang diteliti. Alwasilah 2009: 210 meringkas proses ini dengan tiga kata yaitu
saksikan, catat, dan maknai. Teknik ini dilakukan peneliti dengan mengikuti setiap aktivitas kelompok yang dilakukan dalam komunitas
Jama’ah Tarbiyah, yaitu kegiatan pekanan dalam kelompok kecil liqa’, tatsqif pertemuan pekanan dalam kelompok besar, mabit pertemuan dua
bulanan dalam kelompok kecil dan besar, riyadhah olahraga, kegiatan daurah seminar dan workshop, rihlah perjalanan ke luar kota, dan
kegiatan lain yang senantiasa di lakukan secara rutin dan insidental di kalangan mereka. Data yang berhasil digali dengan teknik ini adalah
meliputi materi halaqah, metode bimbingan, proses dan dinamika kelompok, dan manajemen kelompok, pengalaman merasakan suasana
ukhuwah dan kebersamaan yang terjadi di antara anggota halaqah, dan nilai-
nilai lain yang melekat pada jama’ah ini. Hal ini penulis lakukan agar
Muskinul Fuad, 2013 Halaqah Sebagai Model Bimbingan Kelompok Untuk Mengembangkan Kepribadian Muslim
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
dapat diketahui gambaran yang lengkap tentang perikehidupan jama’ah dalam setiap seting kegiatan yang ada. Kegiatan observasi partisipan
yang penulis lakukan pada dasarnya terpusat pada satu kelompok halaqah utama, tetapi dengan seijin murabbi, penulis memiliki kesempatan untuk
mengikuti kelompok-kelompok halaqah lainnya. Di samping itu, dalam setiap sesi acara pertemuan di luar forum halaqah, penulis biasanya
berkesempatan untuk berinteraksi dengan para murabbi dan mutarabbi dari kelompok halaqah lain. Sebagai contoh, saat mengikuti kegiatan
riyadhah olahraga futsal, yang melibatkan kelompok halaqah lain sebagai mitra bertanding, penulis banyak mengamati bagaimana dinamika
interaksi yang terjadi pada masing-masing kelompok. Contoh lainnya, pada beberapa sesi acara
ta’lim atau tatsqif kajian rutin yang diselenggara
kan oleh kelompok penulis dan dihadiri para jamaa’ah dari kelompok halaqah lainnya, penulis diberi kepercayaan untuk menjadi
narasumber. Dalam kesempatan ini penulis dapat mengamati dan memperhatikan interaksi di kalangan para jama’ah, baik dalam intra
halaqah maupun antar halaqah. 2.
Wawancara mendalam. Hal dilakukan terhadap murabbi dan para mutarabbi, untuk menggali informasi seputar nilai-nilai, prinsip, konsep
atau pandangan hidup yang diyakini dan senantiasa dijalankan dalam jama’ah Tarbiyah. Wawancara mendalam juga dimaksudkan untuk
Muskinul Fuad, 2013 Halaqah Sebagai Model Bimbingan Kelompok Untuk Mengembangkan Kepribadian Muslim
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
menggali motivasi, aspirasi, dan pemaknaan para responden terhadap pengalaman-pengalaman mereka selama mengikuti halaqah dan kegiatan
atau perangkat-perangkat tarbiyah lain, yang meliputi: mukhayyam, daurah, tatsqif, rihlah, mabit, dan sebagainya. Untuk kepentingan
penelitian ini, penulis telah melakukan beberapa kali sesi wawancara. Subyek pertama yang penulis wawancarai adalah seorang murabbi,
bernama Dm, yang saat itu memiliki keudukan sebagai Ketua Bidang Pembinaan Kader. Dari informan kunci ini, penulis kemudian diberi
informasi tentang beberapa orang informan lain murabbi yang bisa diwawancarai secara snowball. Dari kalangan mutarabbi, penulis juga
mendapatkan beberapa informan penting, baik dari internal kelompok penulis sendiri maupun dari kelompok lain.
3. Studi dokumentasi, yaitu dengan mempelajari dokumen-dokumen yang
berisi tentang poko-pokok pikiran Manhaj Tarbiyah, terutama berkaitan dengan aspek-aspek penting berkaitan dengan konsep pembinaan dan
kedudukan halaqah dalam konteks tarbiyah. Studi ini dilakukan penulis mengingat bahwa dalam melakukan aktivitas dakwah dan pendidikannya,
Jama’ah Tarbiyah menggunakan beberapa buku rujukan, baik yang ditulis oleh tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin seperti Hasan Al-Banna, Said
Hawwa, Ali Abdul Halim Mahmud, dan Yusuf Al-Qardhawy, sebagai insipirator gerakannya, maupun yang ditulis oleh para aktivis
Jama’ah
Muskinul Fuad, 2013 Halaqah Sebagai Model Bimbingan Kelompok Untuk Mengembangkan Kepribadian Muslim
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Tarbiyah di Indonesia. Semua rujukan tersebut biasanya selalu dikutip atau disebut oleh informan kunci saat diwawancarai oleh penulis. Di luar
buku, penulis memanfaatkan pula foto-foto dokumentasi seputar aktivitas halaqah dan acaran lainnya, yang berhasil penulis dapatkan di lapangan.
Penggunaan berbagai rujukan di atas untuk kepentingan pengumpulan data semata-mata didasarkan pada asumsi bahwa sebagai sebuah jamaah
atau organisasi yang sedang berjuang untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah digariskannya, komunitas halaqah yang penulis teliti ini tentu saja
memiliki berbagai kelemahan. Oleh karena itu, paradigma yang digunakan dalam penelitian ini bukan semata-mata bersifat das-sein senyatanya,
artinya hanya menggunakan data yang benar-benar terjadi atau dapat dilihat dan dibuktikan di lapangan, tetapi juga bersifat das-sollen
seharusnya, yaitu mencakup hal-hal yang mungkin belum terjadi atau dilihat dan dibuktikan sepenuhnya di lapangan. Sepanjang hal-hal yang
bersifat ideal seharusnya ini mendapatkan afirmasi dari subyek dan dijadikan sebagai kerangka berfikir dan tujuan jama’ah, maka hal itu dapat
dianggap valid sebagai data lapangan.
D. Analisis Data