PENGARUH MACAM MEDIA TANAM DAN KULTIVAR TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SALAK (Salacca zalacca Gaertner (Voss)) LOKAL JAWA TENGAH

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user i

PENGARUH MACAM MEDIA TANAM DAN KULTIVAR TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT

SALAK (Salacca zalacca Gaertner (Voss)) LOKAL JAWA TENGAH

Skripsi

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Jurusan/ Program Studi Agronomi

Oleh :

HANNA ASTRANINDITA H1106011

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ii

PENGARUH MACAM MEDIA TANAM DAN KULTIVAR TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT

SALAK (Salacca zalacca Gaertner (Voss)) LOKAL JAWA TENGAH

yang dipersiapkan dan disusun oleh Hanna Astranindita

H 1106011

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal :

dan dinyatakan telah memenuhi syarat Susunan Tim Penguji

Ketua

Ir. Sri Hartati, MP NIP. 19570520 198003 2 002

Anggota I

Prof. Dr. Ir. Nandariyah, MS NIP. 19540805 198103 2 002

Anggota II

Ir. Djoko Mursito, MP. NIP. 19481202 197811 1 001

Surakarta, Mengetahui

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian

Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP. 19551217 198203 1 003


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan limpahan karunia, nikmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Macam Media Tanam dan Kultivar terhadap Pertumbuhan Bibit

Salak (Salacca zalacca Gaertner (Voss)) lokal Jawa Tengah”. Skripsi ini disusun dan

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian UNS.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian UNS.

2. Ir. Wartoyo S. P., MS selaku Ketua Jurusan Agronomi FP UNS.

3. Ir. Amalia Tetrani Sakya, MS., MPhill selaku Pembimbing Akademik.

4. Ir. Sri Hartati, MP selaku Pembimbing Utama dan Mendanai Penelitian ini.

5. Prof. Dr. Ir. Nandariyah, MS selaku Pembimbing Pendamping.

6. Ir. Djoko Mursito, MP selaku Pembahas.

7. Prof. Dr. Djoko Purnomo, MP selaku Pengampu.

8. Kedua orang tua tercinta atas doanya, serta saudara/i atas motivasinya.

9. Sri Widodo selaku orang terdekat yang selalu memberikan semangat dalam

penyusunan skripsi ini.

10.Teman-teman Agronomi dan Agrobisnis S-1 Non Reguler 2006.

11.Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan karya ini. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.

Surakarta, Januari 2011


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

RINGKASAN ... ix

SUMMARY ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

a. Latar Belakang ... 1

b. Perumusan Masalah ... 2

c. Tujuan Penelitian ... 2

d. Hipotesis ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

a. Tanaman Salak (Salacca zalacca Gaertner (Voss.)) ... 4

b. Media Tanam ... 6

III. METODE PENELITIAN ... 10

a. Waktu dan Tempat Penelitian ... 10

b. Bahan dan Alat Penelitian ... 10

c. Cara Penelitian ... 10

d. Variabel Pengamatan ... 12

e. Analisis Data ... 13

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 14

a. Rekapitulasi ... 14

b. Tinggi Tanaman ... 14

c. Panjang Daun ... 16


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user v

e. Jumlah Daun ... 20

f. Panjang Akar ... 23

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 26

a. Kesimpulan ... 26

b. Saran ... 26

DAFTAR PUSTAKA ... 27


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vi

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Media dan Macam Kultivar Salak

Terhadap Pertumbuhan Bibit Salak (Salacca zalacca Gaertner(Voss.)) ... 14

2. Pengaruh macam media tanam terhadap jumlah daun pada berbagai kultivar


(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Gambar 1 Grafik pengaruh macam media tanam dan kultivar salak terhadap

pertumbuhan tinggi tanaman ... 15

2. Gambar 2 Histogram pengaruh media tanam dan kultivar salak terhadap

tinggi tanaman ... 15

3. Gambar 3 Grafik pengaruh macam media tanam dan kultivar salak terhadap

pertumbuhan panjang daun ... 17

4. Gambar 4 Histogram pengaruh media tanam dan kultivar salak terhadap

panjang daun ... 17

5. Gambar 5 Grafik pengaruh macam media tanam dan kultivar salak terhadap

pertumbuhan lebar daun ... 19

6. Gambar 6 Histogram pengaruh media tanam dan kultivar salak terhadap

lebar daun ... 19

7. Gambar 7 Grafik pengaruh macam media tanam dan kultivar salak terhadap

pertumbuhan jumlah daun ... 21

8. Gambar 8 Histogram pengaruh media tanam dan kultivar salak terhadap

jumlah daun ... 21

9. Gambar 9 Grafik pengaruh macam media tanam dan kultivar salak terhadap

pertumbuhan panjang akar ... 23

10.Gambar 10 Histogram pengaruh media tanam dan kultivar salak terhadap


(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user viii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Media dan Macam Kultivar Salak

Terhadap Pertumbuhan Bibit Salak (Salacca zalacca Gaertner (Voss.)) ... 28

2. Data Rata-rata Tinggi Tanaman ... 29

3. Hasil Sidik Ragam Uji F pada taraf 5% Tinggi Tanaman ... 29

4. Data Rata-rata Panjang Daun ... 30

5. Hasil Sidik Ragam Uji F pada taraf 5% Panjang Daun ... 30

6. Data Rata-rata Lebar Daun ... 31

7. Hasil Sidik Ragam Uji F pada taraf 5% Lebar Daun ... 31

8. Data Rata-rata Jumlah Daun ... 32

9. Hasil Sidik Ragam Uji F pada taraf 5% Jumlah Daun ... 32

10.Data Rata-rata Panjang Akar ... 33

11.Hasil Sidik Ragam Uji F pada taraf 5% Panjang Akar ... 33

12.Denah Percobaan ... 35

13.Kandungan media tanam ... 36

14. Histogram pengaruh macam media tanam dan kultivar salak . ... 37

15.Grafik pengaruh macam media tanam dan kultivar salak ... 38


(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ix

PENGARUH MACAM MEDIA TANAM DAN KULTIVAR TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT

SALAK (Salacca zalacca Gaertner (Voss)) LOKAL JAWA TENGAH HANNA ASTRANINDITA

H1106011 RINGKASAN

Penelitian berjudul pengaruh macam media tanam dan kultivar terhadap

pertumbuhan bibit salak (Salacca zalacca Gaertner (Voss)) lokal Jawa Tengah.

Penelitian bertujuan untuk menentukan pengaruh macam media tanam dan macam kultivar salak serta interaksi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit salak lokal Jawa Tengah. Penelitian disusun secara faktorial dengan dasar Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri 2 faktor perlakuan dengan 3 kali ulangan. Faktor pertama adalah media tanam dengan taraf: tanah, arang sekam, pupuk kandang sapi (1:1:1), tanah, kompos (1:1), tanah, pupuk kandang kambing (1:1), dan tanah, arang sekam, kompos (1:1:1). Faktor kedua adalah kultivar salak lokal Jawa Tengah yaitu salak Lawu, salak Saratan, salak Kecandran, dan salak Bejalen. Analisis data dilakukan dengan uji F ada taraf 5% dan jika terjadi beda nyata dilanjutkan dengan DMRT 5 %. Hasil menunjukkan macam media tanam tanah tidak menunjukkan perbedaan pertumbuhan bibit salak lokal Jawa Tengah. Kultivar salak Bejalen menunjukkan pertumbuhan yang terbaik pada pertumbuhan bibit salak lokal Jawa Tengah. Macam media tanam dan kultivar salak lokal menunjukkan pengaruh terbaik pada jumlah daun pada pertumbuhan bibit salak lokal Jawa Tengah. Kultivar salak Bejalen menunjukkan pertumbuhan terbaik dengan media tanam tanah, arang sekam dan pupuk kandang sapi (1:1:1) dengan rata-rata jumlah daun 3,7.


(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user x

THE EFFECT OF VARIOUS KINDS OF PLANT MEDIA AND CULTIVARS TO THE SEEDLING GROWTH OF CENTRAL JAVA LOCAL SEED

SALACCA (Salacca zalacca Gaertner (Voss)) HANNA ASTRANINDITA

H1106011 SUMMARY

The title of this research is the effect of various plants media and cultivars to the seedling growth of the local Central Java salacca (Salacca zalacca Gaertner (Voss)). The aim of this research is to know the effect of various plants media and cultivars of salacca and its interaction with media the to seedling growth of local Central Java salacca. The research based on Completely Randomized Design (CRD) using two factor and three repetitions. The first factor was plant media with level : soil, paddy charcoal, cow fertilizer (1:1:1), soil, manure (1:1), soil, goat fertilizer (1:1), and soil, paddy charcoal, manure (1:1:1). The second factor salacca seedling which are Lawu, Saratan, Kecandran, and Bejalen. The data analysis is done using F-test at 5 % significance level and if there were any significant difference, it was followed by Duncan Multiple Range Test (DMRT) at 5 % significance level.

The result shows that these various kinds of plants media no shows different to the seedling growth of Central Java local seed salacca. Cultivars of salacca Bejalen shows the best growth to the seedling growth of Central Java local seed salacca. Various plants media and cultivars of salacca shows the effect the best to the total of the leaves to the seedling growth of Central Java local seed salacca. Cultivar of salcca Bejalen shows the best growth by plants media soil, paddy charcoal, cow fertilizer (1:1:1) by equal total of the leaves 3,7.


(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu pemilik plasma nutfah tanaman salak (Salacca zalacca) dengan beragam varietas. Salak pada umumnya merupakan tanaman berumah dua (Sumardi, dkk., 1994) contohnya jenis Salacca wallichiana C. Martius, tanaman salak ini tersebar di Thailand, dan Salacca Sumatrana Becc. dari Sumatera. Salacca zalacca sendiri dibedakan lagi atas dua varietas botani yaitu Salacca zalacca var. zalacca dari Jawa dan Salacca zalacca var. amboinensis (Becc.) Mogea dari Ambon dan Bali.

Tanaman salak termasuk golongan tanaman berumah dua (dioceus), yang artinya membentuk bunga jantan pada tanaman terpisah dari bunga betinanya. Dengan kata lain, setiap tanaman salak memiliki satu jenis bunga atau disebut tanaman berkelamin satu (unisexualis) (Anonim a, 2008). Tanaman salak merupakan salah satu tanaman buah yang disukai dan mempunyai prospek baik untuk diusahakan. Tanaman salak memiliki nama ilmiah Salacca zalacca Gaertner (Voss) dan termasuk famili Palmae serumpun dengan kelapa, kelapa sawit, aren (enau), palem, pakis yang bercabang rendah dan tegak. Batang salak hampir tidak kelihatan karena tertutup pelepah daun yang berduri yang tersusun rapat. Dari batang yang berduri itu, akan tumbuh tunas baru yang dapat menjadi anakan atau tunas bunga buah salak dalam jumlah yang banyak.

Salak dapat dimakan sebagai buah segar atau dibuat manisan dan asinan. Buah matang disajikan sebagai buah meja. Buah segar yang diperdagangkan biasanya masih dalam tandan atau telah dilepas (petilan). Berkembangnya varietas unggul salak di Indonesia misalnya salak pondoh, membuat salak lokal yang lainnya di Indonesia kurang dapat bersaing baik kualitas maupun kuantitasnya. Untuk itu perlu adanya upaya untuk mengembangkan salak lokal yang mulai tersisihkan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan perbaikan teknik budidaya buah salak. Salah satu cara teknik budidaya yang


(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

dapat dilakukan untuk meningkatkan kuantitas adalah pembibitan tanaman salak dengan memberikan beberapa macam media tanam yang sesuai.

Pembibitan secara generatif adalah pembibitan dengan menggunakan biji yang baik diperoleh dari pohon induk yang mempunyai sifat-sifat baik, yaitu: cepat berbuah, berbuah sepanjang tahun, hasil buah banyak dan seragam, pertumbuhan tanaman baik, tahan terhadap serangan hama dan penyakit serta pengaruh lingkungan yang kurang menguntungkan.

B. Perumusan Masalah

Untuk mendapatkan bibit salak dengan mutu yang baik dalam jumlah banyak dan seragam, diperlukan usaha perbaikan dalam teknik pembibitan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan kecambah salak masih rentan terhadap lingkungan tumbuh dapat menyebabkan pertumbuhan abnormal atau tidak seragam. Diharapkan dengan menggunakan media tanam dan kultivar salak lokal Jawa Tengah yang tepat dapat memberikan pertumbuhan optimal dan keseragaman bibit salak selama di pembibitan awal. Namun perlu diteliti macam media tanam dan kultivar salak serta kombinasi yang terbaik, agar diperoleh pertumbuhan bibit salak yang optimal dan seragam.

Rumusan masalah yang dapat diambil dari uraian diatas adalah

1. Adakah pengaruh macam media tanam terhadap pertumbuhan bibit salak lokal Jawa Tengah.

2. Adakah pengaruh macam kultivar terhadap pertumbuhan bibit salak lokal Jawa Tengah.

3. Adakah interaksi macam media tanam dan kultivar terhadap pertumbuhan bibit salak lokal Jawa Tengah.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dapat diambil dari uraian diatas adalah

1. Mengetahui macam media tanam yang memberikan pengaruh terbaik


(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

2. Mengetahui macam kultivar yang memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan bibit salak lokal Jawa Tengah.

3. Mengetahui interaksi macam media tanam dan kultivar yang memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan bibit salak lokal Jawa Tengah.

D. Hipotesis

Pada penelitian ini diduga media campuran tanah dan pupuk kandang kambing (1:1) menghasilkan pertumbuhan terbaik bibit salak lokal Jawa Tengah.


(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Salak (Salacca zalacca Gaertner (Voss)) dan Sentra Produksi di Jawa Tengah

Tanaman salak Salacca zalacca Gaertner (Voss) merupakan tanaman

asli daerah tropik. Tanaman salak yang disebut dengan padanan nama

Salacca edulis Reinw adalah Salacca zalacca Gaertner (Voss) terdiri dari 21 spesies yang tersebar secara alami di kawasan Malesiana mulai dari Birma, Thailand, Malaysia, Filipina, dan Indonesia khususnya Kalimantan, Sumatera bagian Selatan dan Jawa Barat.

Taksonomi tanaman salak : Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Arecales

Famili : Arecaceae

Genus : Salacca

Spesies : Salacca zalacca (Mogea, 1982 cit. Nandariyah, 2009).

Buah salak, tersusun rapat bergerombol dalam tandan yang muncul dari ketiak-ketiak pelepah daun. Buah yang bentuknya bulat atau bulat telur terbalik dengan bagian pangkalnya meruncing itu memiliki salak. Sisik-sisik tipis berwarna coklat kekuningan sampai coklat kehitaman itu dengan rapinya menyelubungi dan melindungi daging buah, bagaikan atap genteng rumah. Daging buah tak berserat berwarna putih kapur, putih kekuningan atau kuning kecoklatan, rasanya bervariasi, ada yang manis, manis keasaman, manis agak sepat dan juga yang disertai dengan tekstur masir (seperti berisi pasir halus) (Ibas, 2008).

Daun salak majemuk menyirip, panjang 3-7 m, tangkai daun, pelepah dan anak daun berduri panjang, tipis dan banyak, warna duri kelabu sampai kehitaman. Anak daun berbentuk lanset dengan ujung daun meruncing, berukuran sampai 8 x 85 cm, sisi bawah keputihan oleh lapisan lilin.


(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Batangnya tidak dapat digunakan untuk bahan bangunan atau kayu bakar. Namun, tanaman salak baik untuk batas kebun sekaligus sebagai pengaman

kebun (Nandariyah, 2009). Daun salak berbentuk pinnate atau berupa sisir

atau bulu, terdiri atas pelepah, tangkai dan helai anak daun yang tersusun menyirip. Tangkai daun salak tertutup oleh duri tajam (Ashari, 1995).

Tanaman salak yang masih berkerabat dengan kelapa ini cukup dikenal masyarakat. Meski sama-sama tergolong palem (batangnya tidak bercabang dan mempunyai bekas daun berbentuk lingkaran), penampilan tanaman salak berbeda dengan kelapa. Jika tanaman kelapa menjulang tinggi ke atas, maka tanaman salak tumbuh merumpun. Batang tanaman salak menjalar di bawah atau di atas tanah, membentuk rimpang, sering bercabang, diameter 10-15 cm (Nandariyah, 2009). Batang hampir tidak pernah kelihatan karena umumnya tertutup oleh pelepah daun yang tersusun rapat. Pelepah daun berduri-duri panjang, begitu pula tangkai daun dan hampir seluruh bagian lain, ditutupi oleh duri-duri tajam.

Salak Lawu berada di desa Matesih Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar, telah dibudidayakan 15 tahun yang lalu. Berada pada ketinggian 600 m dpl lereng gunung Lawu. Tanaman Salak Lawu dibudidayakan oleh petani bersama tanaman salak pondoh dan diperbanyak secara generatif.

Salak Lokal Saratan berada di desa Saratan Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang berjarak 40 km dari Ambarawa pada ketinggian 350 m dpl. Salak Saratan dibudidayakan secara merata di desa Saratan dari hasil perbanyakan secara generatif. Salak Saratan terus mengalami penurunan jumlah populasi karena terdesak oleh pemukiman penduduk.

Salak Kecandran berasal dari desa Kecandran Salatiga, Jawa Tengah ± 5 km dari desa Bejalen. Di desa Kecandran Salatiga merupakan sentra produksi salak dimana sebagian besar penduduk yang tinggal di daerah tersebut memiliki tanaman salak. Luas lahan salak di desa Kecandran adalah 40,9 Ha dengan jumlah tanaman 255.674 buah. Sebanyak 60 % dari keseluruhan jumlah tanaman telah beralih menjadi salak Pondoh.


(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Salak Lokal Bejalen dibudidayakan petani desa Bejalen Kecamatan Ambarawa, kabupaten Semarang, Propinsi Jawa Tengah yang berada pada ketinggian 450 m dari permukaan laut terletak ditepi danau Rawa Pening. Umur tanaman salak di desa ini sudah lebih dari 50 tahun. Salak Bejalen yang dibudidayakan petani setempat diperoleh dari hasil perbanyakan secara generatif. Salak Bejalen Ambarawa mempunyai ciri rasanya manis agak sepet sampai manis dengan ciri-ciri morfologi tinggi rata-rata 429 m. Panjang pelepah rata-rata tanaman salak Bejalen adalah 367 cm; jumlah anak daun diperoleh dengan menghitung jumlah anak daun per pelepah dihitung dari pangkal sampai ujung daun (Nandariyah, 2007).

Nandariyah (2008) telah melakukan studi awal tentang teknik budidaya salak lokal di beberapa sentra produksi salak lokal Jawa Tengah. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada umumnya petani belum melaksanakan teknik budidaya tanaman yang benar sehingga hasil tanaman salak belum optimal.

B. Media Tanam

Akar merupakan organ vegetatif utama yang menyerap air, mineral dan bahan-bahan penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sistem perakaran sangat menentukan pertumbuhan vegetatif tanaman. Suatu tanaman memiliki pertumbuhan vegetatif yang baik apabila didukung dengan sistem perakaran yang baik pula. Pertumbuhan akar yang kuat lazimnya diperlukan untuk kekuatan dan pertumbuhan pucuk pada umumnya. Fotosintesis dan peranan daun sangat bergantung pada akar (Anwarudin

et.al., 1996 cit. Anggari, 2008).

Media tanam berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembang akar serta menahan unsur hara dan air. Sehingga jenis dan sifat media tanam sangat berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara dan air bagi tanaman. Masing-masing media tanam mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Hal ini berhubungan dengan daya mengikat air dan unsur hara bagi tanaman serta porositas, kelembapan, dan aerasi dalam media tanam (Nicholls, 1993).


(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Tanah sehat dan subur merupakan sistem hidup dinamis yang dihuni oleh berbagai organisme (mikro flora, mikro fauna, serta meso dan makro fauna). Organisme tersebut saling berinteraksi membentuk suatu rantai makanan sebagai manifestasi aliran energi dalam suatu ekosistem untuk

membentuk tropik rantai makanan (Simarmata et.al., 2003 cit. Wahyudi,

2009). Ditambahkan Lingga (2006), untuk mendapatkan media tanam yang baik harus menggunakan beberapa bahan yang dicampur menjadi satu sehingga didapatkan komposisi media tanam yang memenuhi persyaratan yang dibutuhkan oleh tanaman.

Pupuk kandang mampu meningkatkan kandungan unsur hara dalam tanah. Pupuk kandang juga memberikan pengaruh yang baik terhadap sifat fisik dan kimia tanah karena mendukung kehidupan jasad renik. Dengan perkataan lain, pupuk kandang mempunyai kemampuan untuk membuat tanah menjadi subur (Yuliarti, 2009).

Keistimewaan penggunaan pupuk kandang antara lain merupakan pupuk lengkap, karena mengandung semua hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman, juga mengandung hara mikro. Mempunyai pengaruh susulan, karena pupuk kandang mempunyai pengaruh untuk jangka waktu yang lama dan merupakan gudang makanan bagi tanaman yang berangsur-angsur menjadi tersedia (Souri, 2001).

Pupuk kandang sapi adalah pupuk yang berasal dari sisa bahan makanan ternak sapi yang telah tercampur dengan kotorannya, baik dalam bentuk cair maupun padat. Pupuk kandang sapi dapat berguna sebagai sumber humus, sebagai sumber unsur hara makro dan mikro, sebagai pembawa

mikroorganisme yang menguntungkan, dan juga sebagai pemacu

pertumbuhan (Thompson dan Kelly, 1956 cit. Roeslan, 2004).

Pupuk kandang sapi terdiri atas 70 % bahan padat (faeces) dan 30 % bahan cair (urine). Komposisi unsur hara pupuk kandang sapi 0,60 % N, 0,15

% P2O5, dan 0,45 % K2O (Sutedjo dan Kartasapoetra, 1990). Ditambahkan

oleh Sieh (1990 cit. Nurhandoyo, 2001) pupuk kandang sapi juga


(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Pupuk kandang kambing merupakan pupuk yang sangat bermanfaat bagi sayur-sayuran dan tanaman lainnya. Akan lebih baik lagi apabila urine kambing tidak terbuang dan terlindungi dari hujan, sehingga kandungan zat

berguna didalamnya tidak hilang (Pecock, 1987 cit. Flassy, 2002).

Pupuk kandang kambing terdiri dari 67 % bahan padat (faeces) dan 33 % bahan cair (urine). Sebagai pupuk kandang komposisi unsur hara

0,95 % N, 0,35 % P2O5, dan 1% K2O. Kadar N pupuk kambing cukup tinggi,

berkadar air lebih rendah daripada kadar air pupuk kandang sapi. Keadaan demikian merangsang jasad renik untuk melakukan perubahan aktif. Sehingga perubahan berlangsung cepat, pada perubahan ini berlangsung pula pembentukan panas. Pemakaian atau pembenaman pupuk ini dalam tanah dilakukan seminggu sebelum masa tanam (Sutedjo dan Kartasapeotra, 1990).

Kompos merupakan hasil perombakan bahan organik segar dari tanaman atau daun-daun baik sengaja atau dari timbunan sampah organik di tempat sampah, yang sudah berwarna hitam, sudah tidak dapat dilihat lagi serat aslinya dan tidak lagi panas karena proses fermentasi telah selesai. Kandungan unsur hara di dalam kompos sangat bervariasi, tergantung dari jenis-jenis sampah daun-daun yang dikomposkan dan cara peyimpanan. Kompos mengandung 41 % cairan, 59 % bahan kering, 8,2 % karbon, 0,09 % nitrogen, 0,36 % fosfor, 23 % kalium, dan 23% C/N (Supari, 1999).

Kompos adalah hasil pembusukan sisa – sisa tanaman yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme pengurai. Kualitas kompos sangat ditentukan oleh besarnya perbandingan antara jumlah karbon dan nitrogen (C/N rasio). Jika C/N rasio tinggi, berarti bahan penyusun kompos belum terurai secara sempurna. Bahan kompos dengan C/N rasio tinggi akan terurai atau membusuk lebih lama dibandingkan dengan bahan yang mempunyai C/N ratio rendah. Kualitas kompos dianggap baik jika memiliki C/N rasio antara 12 – 15, ciri fisik kompos yang baik adalah berwarna cokelat kehitaman, agak lembab, gembur, dan bahan pembentuknya sudah tidak tampak lagi (Novizan, 2002).


(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Kompos matang memiliki kandungan hara terdiri dari 1.69% N, 0.34% P2O5, dan 2.81% K (Isroi, 2008). Kelebihan kompos yang dibuat dengan memanfaatkan mikroba adalah adanya fungsi mikroba untuk melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit (Anonim b, 2000).

Kompos adalah pupuk organik yang merupakan hasil pembusukan atau dekomposisi dari bahan- bahan organik seperti tanaman, hewan atau limbah organik lainnya. Kompos yang digunakan sebagai pupuk disebut pula pupuk organik karena berasal dari bahan-bahan organik (Anonim c, 2010).

Arang sekam merupakan hasil pembakaran dari sekam padi yang banyak digunakan sebagai media secara komersial di Indonesia. Arang sekam mengandung N 0,32 %, P 0,15%, K 0,51 %, Ca 0,95 %, dan Fe 180 ppm, Mn 80 ppm, Zn 14,1 %, dan pH 6-8. Karakteristik lain dari arang sekam adalah ringan (berat jenis 0,2 kg/l) sirkulasi udara tinggi, kapasitas menahan air tinggi, berwarna kehitaman sehingga dapat mengabsorbsi sinar matahari secara efektif (Wuryaningsih, 1996).

Arang sekam adalah bahan yang ringan memungkinkan sirkulasi udara dan kapasitas menahan air tinggi serta karena berwarna kehitaman dapat mengabsorbsi sinar matahari dengan efektif (Hardjanti, 2005). Menurut Murbandono (2005) menyatakan bahwa media campuran antara arang sekam dan kompos dapat bermanfaat menggemburkan, meningkatkan porositas, aerasi dan memudahkan pertumbuhan akar tanaman. Arang sekam mempunyai sifat yang mudah mengikat air, tidak mudah menggumpal, harganya relatif murah, bahannya mudah didapat, ringan,steril dan

mempunyai porositas yang baik (Prihmantoro dan Indriani, 2003, cit.


(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai September 2010 sampai selesai, di Jln. Pakel No. 50 RT 04 RW 10 Sumber, Surakarta.

B. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Benih salak lokal Jawa Tengah yaitu salak Lawu, salak Saratan, salak

Kecandran, dan salak Bejalen.

b. Pupuk kandang sapi

c. Pupuk kandang kambing

d. Arang sekam

e. Kompos

f. Tanah

g. Polybag hitam ukuran 23,5 x 12,5 cm

2. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Cethok (cepang)

b. Cangkul

c. Alat Tulis

d. Penggaris atau meteran

C. Cara Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian disusun secara faktorial dengan dasar Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri 2 faktor perlakuan.

a. Faktor I : macam media tanam yaitu :

M1 = Media tanah + arang sekam + pupuk kandang sapi (1:1:1) M2 = Media tanah + kompos (1:1)

M3 = Media tanah + pupuk kandang kambing (1:1) 10


(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

M4 = Media tanah + arang sekam + kompos (1:1:1)

b. Faktor II : kultivar salak lokal Jawa Tengah yaitu :

V1 = Salak Lawu V2 = Salak Saratan V3 = Salak Kecandran V4 = Salak Bejalen

Terdapat 16 kombinasi perlakuan diulang 3 kali sehingga diperoleh 48 sampel percobaan.

M1V1 M2V1 M3V1 M4V1 M1V2 M2V2 M3V2 M4V2 M1V3 M2V3 M3V3 M4V3 M1V4 M2V4 M3V4 M4V4

2. Pelaksanaan Penelitian

a. Persiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan adalah tanah, arang sekam, pupuk kandang sapi, kompos dan pupuk kandang kambing. Persiapan media tanam pertama; tanah dicampur dengan arang sekam dan pupuk kandang sapi (1:1:1), kemudian dimasukkan ke dalam polybag 90%. Persiapan media kedua; tanah dicampur dengan kompos (1:1), kemudian dimasukkan ke dalam polybag hingga 90%. Persiapan ketiga; tanah dicampur dengan pupuk kandang kambing (1:1), kemudian dimasukkan ke dalam polybag hingga 90%. Persiapan keempat; tanah dicampur dengan arang sekam dan kompos (1:1:1), kemudian dimasukkan ke dalam polybag hingga 90%. Perbandingan media menggunakan satuan volume.

b. Persiapan Benih

Benih salak yang sudah dipilih dan dibersihkan dan direndam dalam air selama 24 jam untuk menaikkan kadar air.


(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Sebelum benih ditanam ke dalam polybag terlebih dahulu media disiram hingga cukup lembab, kemudian bahan benih ditanam dengan melubangi terlebih dahulu media pada kedalaman ± 2 cm.

d. Pemeliharaan

Penyiraman dilakukan 1-2 hari sekali dengan air cukup lembab atau kondisi kapasitas lapang pada sore hari agar tanaman tetap tercukupi kebutuhan airnya dan media tetap terjaga kelembabannya. Penyiangan dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma yang tumbuh di sekitar tanaman.

D. Variabel Pengamatan

Penelitian dilakukan setiap hari selama 12 MST terhitung sejak tanaman ditanam dalam polybag meliputi :

1. Tinggi Tanaman

Pengamatan tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai ujung daun ditelangkupkan. Dilakukan setiap minggu sampai tanaman berumur 12 MST.

Tinggi tanaman = b – a Keterangan :

b = tinggi tanaman akhir a = tinggi tanaman awal

2. Panjang Daun

Pengamatan panjang daun diukur dari pangkal daun sampai ujung daun ditelangkuokan. Dilakukan setiap minggu sampai tanaman berumur 12 MST.

Panjang daun = b – a Keterangan :

b = panjang daun akhir a = panjang daun awal


(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Pengamatan dilakukan setiap minggu dengan mengukur sisi daun yang ada di bagian tengah dari sisi kiri sampai sisi kanan daun. Dilakukan setiap minggu sampai tanaman berumur 12 MST.

Lebar daun = b – a Keterangan :

b = lebar daun akhir a = lebar daun awal

4. Jumlah Daun

Pengamatan dilakukan setiap minggu dengan menghitung daun yang telah membuka secara sempurna. Dilakukan setiap minggu sampai tanaman berumur 12 MST.

Jumlah daun = b – a Keterangan :

b = jumlah daun akhir a = jumlah daun awal

5. Panjang Akar

Panjang akar diukur mulai dari pangkal munculnya akar sampai titik tumbuh terpanjang dan diukur pada akhir penelitian.

Panjang akar = b – a Keterangan :

b = panjang akar akhir a = panjang akar awal

E. Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis menggunakan uji F pada taraf 5%, apabila terdapat beda nyata dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.


(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tanaman salak (Salacca zalacca Gaertner (Voss)) merupakan tanaman asli

daerah tropik. Media tanam berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembang akar serta menahan unsur hara dan air. Banyak macam media tanam masing-masing mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Hal ini berhubungan dengan daya mengikat air dan unsur hara bagi tanaman serta porositas, kelembapan, dan aerasi dalam media tanam (Nicholls, 1993). Berikut adalah hasil analisis ragam berdasarkan uji F taraf 5 % pada berbagai variabel pengamatan.

Tabel 1. Ringkasan hasil analisis ragam pada masing-masing variabel pengamatan 12 MST

Variabel Pengamatan Media Tanam Kultivar Salak Interaksi

Tinggi Tanaman Panjang Daun Lebar Daun Jumlah Daun Panjang akar

ns ns ns ns ns

ns ns ns * ns

ns ns ns * ns Keterangan :

ns : tidak berbeda nyata

(*) : berbeda nyata

A. Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman merupakan ukuran yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang paling mudah diamati (Sitompul dan Guritno, 1995).

Pertumbuhan berarti pertambahan ukuran (volume) dan jumlah (sel) pada batang yang merupakan hasil perbesaran ke satu arah, yaitu ke arah memanjang, sehingga tanaman bertambah tinggi dan besar yang berarti tidak


(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

hanya ke satu arah (Salisbury dan Ross, 1995). Tinggi tanaman merupakan indikator pertumbuhan yang paling mudah untuk diukur (Lakitan, 1996).

Hasil sidik ragam (lampiran 2) menunjukkan bahwa perlakuan macam media tanam dan kultivar salak tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Perlakuan macam media tanam dan kultivar salak tidak memberikan interaksi.

Gambar 1. Grafik pengaruh macam media tanam dan kultivar salak terhadap pertumbuhan tinggi tanaman

Gambar 2. Histogram pengaruh macam media tanam dan kultivar salak terhadap tinggi tanaman

Dari gambar 1 menunjukkan bahwa tinggi tanaman salak terbesar umur 12 MST dijumpai pada perlakuan campuran media tanam tanah dan

kompos (1:1) dan salak Bejalen. Dari gambar 2 histogram pengaruh macam

media tanam dan kultivar salak terhadap tinggi tanaman tidak memberikan

T in g g i T a n a m a n ( M S T )

Waktu pengamatan (MST)

M1V1 M1V2 M1V3 M1V4 M2V1 M2V2 M2V3 M2V4 M3V1 M3V2 M3V3 M3V4 M4V1 M4V2 M4V3 TINGGI TANAMAN rata-rata; M1V1; 12,2 TINGGI TANAMAN rata-rata; M1V2; 16,7TINGGI

TANAMAN rata-rata; M1V3; 11,7 TINGGI TANAMAN

rata-rata; M1V4; 14TINGGI TANAMAN rata-rata; M2V1; 10,2 TINGGI TANAMAN

rata-rata; M2V2; 8,5 TINGGI TANAMAN

rata-rata; M2V3; 9,7 TINGGI TANAMAN

rata-rata; M2V4; 8,7 TINGGI TANAMAN rata-rata; M3V1; 11,5 TINGGI TANAMAN rata-rata; M3V2; 11,7TINGGI

TANAMAN rata-rata; M3V3; 7,4 TINGGI TANAMAN rata-rata; M3V4; 6,5 TINGGI TANAMAN rata-rata; M4V1; 7,8 TINGGI TANAMAN rata-rata; M4V2; 7,4 TINGGI TANAMAN rata-rata; M4V3; 10,4 TINGGI TANAMAN

rata-rata; M4V4; 13

T in g g i ta n a m a n ( cm ) Perlakuan


(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

pengaruh nyata. Pertambahan tinggi tanaman tertinggi pada perlakuan campuran media tanam tanah, arang sekam, pupuk kandang sapi (1:1:1) dan salak Saratan yaitu 16,7 cm, sedangkan pertambahan tinggi tanaman terendah pada perlakuan campuran media tanam tanah, pupuk kandang kambing (1:1) dan salak Bejalen yaitu 6,5 cm. Dari gambar 2 pemberian pupuk organik tidak memberikan pengaruh nyata pada semua perlakuan. Ini mungkin disebabkan pupuk organik membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat diserap oleh tanaman, sehingga pemberian pupuk tidak memberikan pengaruh

terhadap pertambahan tinggi tanaman. Menurut Gardner et. al.,(1991) suatu

pertumbuhan tanaman tumbuh baik, apabila unsur hara yang terserap masing-masing tanaman tersedia cukup. Persediaan zat makanan di dalam tanah ternyata pupuk organik seperti pupuk kandang, kompos mempunyai “pengaruh susulan untuk waktu lama”. Artinya secara bertahap akan bebas,

tetapi secara bertahap pula akan tersedia kembali bagi tanaman (Sutedjo et

al., 1991).

B. Panjang Daun (cm)

Daun merupakan bagian tanaman yang mempunyai peranan penting yaitu merupakan tempat terjadinya proses fotosintesis tanaman, dimana proses tersebut dihasilkan sumber bahan makanan untuk pertumbuhan dan

perkembangan tanaman (Gardner et. al., 1991). Berdasarkan hasil sidik ragam

(lampiran 3) menunjukkan bahwa perlakuan macam media tanam dan kultivar salak tidak memberikan pengaruh nyata terhadap panjang daun. Perlakuan macam media tanam dan kultivar salak tidak memberikan interaksi.


(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Gambar 3. Grafik pengaruh macam media tanam dan kultivar salak terhadap pertumbuhan panjang daun

Gambar 4. Histogram pengaruh macam media tanam dan kultivar salak terhadap panjang daun

Dari gambar 3 menunjukkan bahwa panjang daun terbesar pada umur 12 MST dijumpai pada perlakuan campuran media tanam tanah dan kompos (1:1) dan salak Bejalen. Gambar 4 histogram pengaruh macam media tanam dan kultivar salak tidak memberikan pengaruh nyata terhadap panjang daun. Pertambahan panjang daun tertinggi pada perlakuan campuran media tanam tanah, pupuk kandang kambing (1:1) dan salak Bejalen yaitu 3,5 cm dan pertambahan panjang daun terendah pada perlakuan campuran media tanam

P a n ja n g d a u n ( cm )

Waktu pengamatan (MST)

M1V1 M1V2 M1V3 M1V4 M2V1 M2V2 M2V3 M2V4 M3V1 M3V2 M3V3 M3V4 M4V1 M4V2 M4V3 M4V4 PANJANG DAUN rata-rata; M1V1; 3,1 PANJANG DAUN rata-rata; M1V2; 2,7 PANJANG DAUN rata-rata; M1V3; 2,4 PANJANG DAUN rata-rata; M1V4; 2,9 PANJANG DAUN rata-rata; M2V1; 2,4 PANJANG DAUN rata-rata; M2V2; 3,2 PANJANG DAUN rata-rata; M2V3; 2,8 PANJANG DAUN rata-rata; M2V4; 2,7 PANJANG DAUN rata-rata; M3V1; 3,2 PANJANG DAUN rata-rata; M3V2; 2,3 PANJANG DAUN rata-rata; M3V3; 2,3 PANJANG DAUN rata-rata; M3V4; 3,5 PANJANG DAUN rata-rata; M4V1; 2,3 PANJANG DAUN rata-rata; M4V2; 1,6 PANJANG DAUN rata-rata; M4V3; 2 PANJANG DAUN rata-rata; M4V4; 3,3 P a n ja n g d a u n ( cm ) Perlakuan


(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

tanah, arang sekam, kompos (1:1:1) dan salak Saratan yaitu 1,6 cm. Hal tersebut terkait dengan tinggi rendahnya C/N rasio yang terdapat di dalam media yang diperlukan untuk pertambahan panjang daun. Menurut Novizan (2002), kualitas kompos sangat ditentukan oleh besarnya perbandingan antara jumlah karbon dan nitrogen (C/N rasio). Jika C/N rasio tinggi, berarti bahan penyusun kompos belum terurai secara sempurna. Bahan kompos dengan C/N rasio tinggi akan terurai atau membusuk lebih lama dibandingkan dengan bahan yang mempunyai C/N ratio rendah. Kualitas kompos dianggap baik jika memiliki ciri fisik kompos yang baik adalah berwarna cokelat kehitaman, agak lembab, gembur, dan bahan pembentuknya sudah tidak tampak lagi.

C. Lebar Daun (cm)

Lebar daun merupakan komponen daun yang mempengaruhi luas daun selain panjang daun. Semakin lebar daun artinya semakin luas permukaan daun untuk menyerap sinar matahari sebagai sumber energi dalam fotosintesis. Daun merupakan organ tanaman yang dapat menangkap sebagian besar cahaya matahari secara efisien dan dan dapat melakukan proses fotosintesis secara aktif. Seperti pada panjang daun, lebar daun sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan akar untuk memasok unsur hara dan air

(Gardner et. al.,1991).

Berdasarkan hasil sidik ragam (lampiran 4), dihasilkan perlakuan macam media tanam dan kultivar salak tidak memberikan pengaruh nyata terhadap lebar daun. Perlakuan macam media tanam dan kultivar salak tidak memberikan interaksi.


(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Gambar 5. Grafik pengaruh macam media tanam dan kultivar salak terhadap pertumbuhan lebar daun

Gambar 6. Histogram pengaruh mcam media tanam dan kultivar salak terhadap lebar daun

Dari gambar 5 menunjukkan bahwa lebar daun terbesar pada umur 12 MST dijumpai pada perlakuan campuran media tanam tanah, arang sekam

dan pupuk kandang sapi (1:1:1) dan salak Saratan. Gambar 6 histogram

pengaruh macam media tanam dan kultivar salak terhadap panjang daun tidak memberikan pengaruh nyata terhadap panjang daun. Hal ini diduga media tanam tanah yang dicampur pupuk kandang, kompos dan arang sekam membutuhkan waktu yang lama untuk penyerapan unsur hara oleh masing-masing tanaman, sehingga pemupukan masih kurang efektif. Pertambahan

Le b a r d a u n ( cm )

Waktu pengamatan (MST)

M1V1 M1V2 M1V3 M1V4 M2V1 M2V2 M2V3 M2V4 M3V1 M3V2 M3V3 M3V4 M4V1 M4V2 M4V3 M4V4 LEBAR DAUN rata-rata; M1V1; 1,1 LEBAR DAUN rata-rata; M1V2; 1,03 LEBAR DAUN rata-rata; M1V3; 1 LEBAR DAUN rata-rata; M1V4; 0,9 LEBAR DAUN rata-rata; M2V1; 0,9 LEBAR DAUN rata-rata; M2V2;

1,01LEBAR DAUN rata-rata; M2V3; 0,6 LEBAR DAUN rata-rata; M2V4; 0,4 LEBAR DAUN rata-rata; M3V1; 0,7 LEBAR DAUN rata-rata; M3V2; 0,5 LEBAR DAUN rata-rata; M3V3; 0,6 LEBAR DAUN rata-rata; M3V4;

1,5LEBAR DAUN rata-rata; M4V1; 1,1 LEBAR DAUN rata-rata; M4V2; 0,6 LEBAR DAUN rata-rata; M4V3; 0,6 LEBAR DAUN rata-rata; M4V4; 0,9 Perlakuan Lebar daun


(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

lebar daun tertinggi pada perlakuan campuran media tanam tanah, pupuk kandang kambing (1:1) dan salak Bejalen yaitu 1,5 cm dan pertambahan lebar daun terendah pada perlakuan campuran media tanam tanah, kompos (1:1) dan salak Bejalen yaitu 0,4 cm. Hal ini diduga campuran media tanam tanah, pupuk kandang kambing (1:1) mengandung unsur N yang tinggi. Kandungan N yang tinggi dapat mempengaruhi lebar daun suatu tanaman. Walaupun pada kenyataannya unsur hara yang tersedia belum terserap maksimal.

Dwidjoseputro dalam Sulityanti et.al., (2003) menyatakan bahwa unsur hara

yang tersedia selama pertumbuhan tanaman akan berperan dalam pembentukan daun.

Komposisi unsur hara pupuk kandang kambing 0,95 % N, 0,35% P2O5

dan 1 % K2O. Kandungan N yang tinggi akan mengakibatkan pertumbuhan

vegetatif lebih kuat yang ditunjukkan oleh daun yang lebih lebar, lebih

banyak dan tanaman lebih tinggi (Wijayanti et.al., 1998). Menurut Sutedjo

(1999) cit. Bany dan Susylowati (2004), bahwa nitrogen sangat diperlukan

untuk pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti akar, batang dan daun.

D. Jumlah Daun (helai)

Daun merupakan organ produsen fotosintat pertama, maka pengamatan daun sangat diperlukan. Pengamatan jumlah daun selain sebagai indikator pertumbuhan juga sebagai penunjang untuk menjelaskan proses pertumbuhan yang terjadi seperti pada pembentukan biomassa tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995). Berdasarkan hasil sidik ragam (lampiran 5) diketahui bahwa perlakuan macam media tanam tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun. Kultivar salak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun. Perlakuan macam media tanam dan kultivar salak memberikan interaksi.


(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Gambar 7. Grafik pengaruh macam media tanam dan kultivar salak terhadap pertumbuhan jumlah daun

Gambar 8. Histogram pengaruh macam media tanam terhadap lebar daun

Dari gambar 7 menunjukkan bahwa jumlah daun terbesar pada umur 12 MST dijumpai pada perlakuan campuran media tanam tanah dan pupuk kandang kambing (1:1) dan salak Saratan. Gambar 8 histogram pengaruh macam media tanam terhadap jumlah daun tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun. Pertambahan jumlah daun tertinggi pada perlakuan campuran media tanam tanah, arang sekam, dan kompos (1:1:1) yaitu 2,5 helai

≈ 3 helai. Pertambahan jumlah daun terendah pada perlakuan campuran media

tanam tanah, kompos (1:1) yaitu 2,08 helai ≈ 2 helai. Berdasarkan gambar di

atas diketahui pupuk organik tidak mampu meningkatkan jumlah daun, hal

Ju

m

la

h

d

a

u

n

(

cm

)

Waktu pengamatan (MST)

M1V1 M1V2 M1V3 M1V4 M2V1 M2V2 M2V3 M2V4 M3V1 M3V2 M3V3 M3V4 M4V1 M4V2 M4V3 M4V4

2,34 a

2,08 a 2,34 a

2,50 a

Media Tanam Jumlah daun


(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

tersebut diduga karena pupuk organik termasuk pupuk padat. Menurut

Musnamar (2006) bahwa pupuk organik padat termasuk pupuk slow release,

artinya unsur hara dalam pupuk dilepaskan secara perlahan dan terus-menerus dalam jangka waktu tertentu. Kemungkinan efek penggunaan dari pupuk organik belum terlihat. Menurut Hartatik dan Widowati (2002) bahwa pengaruh pemberian pupuk organik seperti pupuk kandang, tidak terlalu besar untuk pertanaman pertama.

Tabel 2. Pengaruh macam media tanam terhadap jumlah daun pada berbagai kultivar salak lokal Jawa Tengah

Kultivar Salak Rerata

Salak Lawu Salak Saratan Salak Kecandran Salak Bejalen

1,92 a 2,34 ab 2,08 a 2,93 b

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan pengaruh tidak berbeda nyata dengan uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa kultivar salak lokal Jawa Tengah memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun. Salak Bejalen

memberikan pertambahan terbaik yaitu 2,93 helai ≈ 3 helai. Jumlah daun

yang besar pada kultivar salak, maka hasil fotosintesis yang didapatkan pun lebih tinggi, sehingga mempengaruhi pertumbuhan yang lainnya. Pertambahan jumlah daun akan terjadi apabila didukung oleh faktor cahaya, ketersediaan air dan unsur hara yang mencukupi.

Hal ini dijelaskan Gardner et al.,(1991) bahwa jumlah bakal daun

yang terdapat pada embrio biji yang masak merupakan karakteristik spesies. Jumlah daun dan ukuran daun dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi jumlah daun adalah media. Media yang kurang remah dan memiliki aerasi dan draenasi yang buruk akan mengganggu akar dalam penyerapan unsur hara dari media dan pengangkutannya ke bagian tanaman menjadi terhambat, sehingga proses metabolisme juga terhambat. Hal ini akan mengakibatkan produksi daun juga


(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

bahwa pertumbuhan vegetatif tanaman seperti daun lebih dipengaruhi oleh kemampuan akar dalam menyerap air dan unsur hara di dalam media tumbuh.

E. Panjang Akar

Akar merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tanaman dan mempunyai fungsi yang sama pentingnya dengan bagian atas tanaman. Pada proses fotosintesis, bagian atas tanaman yang berupa tajuk berfungsi

menyerap CO2 untuk melakukan proses fotosintesis, sedangkan bagian bawah

yang berupa akar berfungsi untuk menyerap air dan hara (Sitompul dan Guritno, 1995).

Hasil sidik ragam (lampiran 6) diketahui bahwa perlakuan macam

media tanam dan kultivar salak tidak memberikan pengaruh nyata terhadap panjang akar. Perlakuan macam media tanam dan kultivar salak tidak memberikan interaksi.

Gambar 9. Grafik pengaruh macam media tanam dan kultivar salak terhadap pertumbuhan panjang akar

P

a

n

ja

n

g

a

k

a

r

(c

m

)

Waktu pengamatan (MST)

M1V1 M1V2 M1V3 M1V4 M2V1 M2V2 M2V3 M2V4 M3V1 M3V2 M3V3 M3V4 M4V1 M4V2 M4V3


(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Gambar 10. Histogram pengaruh media tanam dan kultivar salak terhadap panjang akar

Dari gambar 9 menunjukkan bahwa panjang akar terbesar pada umur 12 MST dijumpai pada perlakuan campuran media tanam tanah dan pupuk kandang kambing (1:1) dan salak Bejalen. Panjang akar merupakan salah satu parameter yang menunjukkan suatu tanaman dapat tumbuh dengan baik. Akar yang panjang menunjukkan bahwa tanaman tumbuh aktif, karena akar tanaman tumbuh memanjang mencari air dan hara. Disamping itu akar yang panjang menunjukkan bahwa media tumbuh tanaman tersebut kurang subur. Gambar 10 dapat diketahui bahwa pertambahan panjang akar hampir sama yaitu 5 cm. Hal ini diduga pupuk oganik yang diberikan belum mampu diserap oleh akar tanaman. Selain itu juga diduga karena jenis pupuk organik

yang slow release dimana ketersediaannya bagi tanaman harus melalui proses

dekomposisi terlebih dahulu sehingga memerlukan waktu relatif lebih lama. Sejalan dengan pendapat Sutedjo (1995) bahwa pupuk yang lambat tersedianya bagi tanaman, misalnya: pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos lambat menyediakan unsur N dalam tanah bagi tanaman.

Selain itu, unsur hara yang terkandung tidak terserap dan kurang mencukupi selama pertumbuhan, sehingga menyebabkan akar tanaman tumbuh memanjang mencari air dan hara untuk aktifitas fotosintesis. Menurut

Gardner et al.,(1991) bahwa akar yang menembus tanah yang belum

PANJANG AKAR rata-rata; M1V1; 5 PANJANG AKAR rata-rata; M1V2; 5 PANJANG AKAR rata-rata; M1V3; 5 PANJANG AKAR rata-rata; M1V4; 5 PANJANG AKAR rata-rata; M2V1; 5 PANJANG AKAR rata-rata; M2V2; 5 PANJANG AKAR rata-rata; M2V3; 5 PANJANG AKAR rata-rata; M2V4; 4,7 PANJANG AKAR rata-rata; M3V1; 5 PANJANG AKAR rata-rata; M3V2; 5 PANJANG AKAR rata-rata; M3V3; 5 PANJANG AKAR rata-rata; M3V4; 4,7 PANJANG AKAR rata-rata; M4V1; 5 PANJANG AKAR rata-rata; M4V2; 5 PANJANG AKAR rata-rata; M4V3; 5 PANJANG AKAR rata-rata; M4V4; 5 P a n ja n g a k a r (c m ) Perlakuan


(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

dieksploitasi yang umumnya mempunyai kandungan mineral tertentu yang rendah.

Pada masing-masing tanaman salak mempunyai panjang akar yang berbeda-beda, hal ini dimungkinkan karena masing-masing tanaman salak mempunyai kemampuan penyerapan air yang berbeda. Tanaman dengan akar yang panjang akan memiliki daerah perakaran dan luas permukaan yang luas sehingga memungkinkan untuk mendapatkan unsur hara dalam jumlah yang lebih banyak untuk mendukung proses pertumbuhan dan perkembangannya. Sitompul dan Guritno (1995), jumlah unsur hara dan air yang dapat diserap tanaman tergantung pada kesempatan untuk mendapat air dan unsur hara tersebut di dalam tanah.


(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

1. Macam media tanam tanah tidak menunjukkan perbedaan pertumbuhan

bibit salak lokal Jawa Tengah.

2. Kultivar salak Bejalen menunjukkan pertumbuhan yang terbaik pada

pertumbuhan bibit salak lokal Jawa Tengah.

3. Macam media tanam dan kultivar salak lokal menunjukkan pengaruh terbaik

pada jumlah daun pada pertumbuhan bibit salak lokal Jawa Tengah.

4. Kultivar salak Bejalen menunjukkan pertumbuhan terbaik dengan media

tanam tanah, arang sekam dan pupuk kandang sapi (1:1:1) dengan rata-rata jumlah daun 3,7.

B.Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan perlakuan yang bervariasi baik macam media tanam maupun kultivar salak.


(1)

commit to user

Gambar 7. Grafik pengaruh macam media tanam dan kultivar salak terhadap pertumbuhan jumlah daun

Gambar 8. Histogram pengaruh macam media tanam terhadap lebar daun

Dari gambar 7 menunjukkan bahwa jumlah daun terbesar pada umur 12 MST dijumpai pada perlakuan campuran media tanam tanah dan pupuk kandang kambing (1:1) dan salak Saratan. Gambar 8 histogram pengaruh macam media tanam terhadap jumlah daun tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun. Pertambahan jumlah daun tertinggi pada perlakuan campuran media tanam tanah, arang sekam, dan kompos (1:1:1) yaitu 2,5 helai

≈ 3 helai. Pertambahan jumlah daun terendah pada perlakuan campuran media tanam tanah, kompos (1:1) yaitu 2,08 helai ≈ 2 helai. Berdasarkan gambar di atas diketahui pupuk organik tidak mampu meningkatkan jumlah daun, hal

Ju

m

la

h

d

a

u

n

(

cm

)

Waktu pengamatan (MST)

M1V1 M1V2 M1V3 M1V4 M2V1 M2V2 M2V3 M2V4 M3V1 M3V2 M3V3 M3V4 M4V1 M4V2 M4V3 M4V4

2,34 a

2,08 a 2,34 a

2,50 a

Media Tanam Jumlah daun


(2)

tersebut diduga karena pupuk organik termasuk pupuk padat. Menurut Musnamar (2006) bahwa pupuk organik padat termasuk pupuk slow release, artinya unsur hara dalam pupuk dilepaskan secara perlahan dan terus-menerus dalam jangka waktu tertentu. Kemungkinan efek penggunaan dari pupuk organik belum terlihat. Menurut Hartatik dan Widowati (2002) bahwa pengaruh pemberian pupuk organik seperti pupuk kandang, tidak terlalu besar untuk pertanaman pertama.

Tabel 2. Pengaruh macam media tanam terhadap jumlah daun pada berbagai kultivar salak lokal Jawa Tengah

Kultivar Salak Rerata

Salak Lawu Salak Saratan Salak Kecandran Salak Bejalen

1,92 a 2,34 ab 2,08 a 2,93 b Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan pengaruh tidak

berbeda nyata dengan uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa kultivar salak lokal Jawa Tengah memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun. Salak Bejalen memberikan pertambahan terbaik yaitu 2,93 helai ≈ 3 helai. Jumlah daun yang besar pada kultivar salak, maka hasil fotosintesis yang didapatkan pun lebih tinggi, sehingga mempengaruhi pertumbuhan yang lainnya. Pertambahan jumlah daun akan terjadi apabila didukung oleh faktor cahaya, ketersediaan air dan unsur hara yang mencukupi.

Hal ini dijelaskan Gardner et al.,(1991) bahwa jumlah bakal daun yang terdapat pada embrio biji yang masak merupakan karakteristik spesies. Jumlah daun dan ukuran daun dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Salah satu


(3)

commit to user

bahwa pertumbuhan vegetatif tanaman seperti daun lebih dipengaruhi oleh kemampuan akar dalam menyerap air dan unsur hara di dalam media tumbuh.

E. Panjang Akar

Akar merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tanaman dan mempunyai fungsi yang sama pentingnya dengan bagian atas tanaman. Pada proses fotosintesis, bagian atas tanaman yang berupa tajuk berfungsi menyerap CO2 untuk melakukan proses fotosintesis, sedangkan bagian bawah yang berupa akar berfungsi untuk menyerap air dan hara

(Sitompul dan Guritno, 1995).

Hasil sidik ragam (lampiran 6) diketahui bahwa perlakuan macam media tanam dan kultivar salak tidak memberikan pengaruh nyata terhadap panjang akar. Perlakuan macam media tanam dan kultivar salak tidak memberikan interaksi.

Gambar 9. Grafik pengaruh macam media tanam dan kultivar salak terhadap pertumbuhan panjang akar

P

a

n

ja

n

g

a

k

a

r

(c

m

)

Waktu pengamatan (MST)

M1V1 M1V2 M1V3 M1V4 M2V1 M2V2 M2V3 M2V4 M3V1 M3V2 M3V3 M3V4 M4V1 M4V2 M4V3


(4)

Gambar 10. Histogram pengaruh media tanam dan kultivar salak terhadap panjang akar

Dari gambar 9 menunjukkan bahwa panjang akar terbesar pada umur 12 MST dijumpai pada perlakuan campuran media tanam tanah dan pupuk kandang kambing (1:1) dan salak Bejalen. Panjang akar merupakan salah satu parameter yang menunjukkan suatu tanaman dapat tumbuh dengan baik. Akar yang panjang menunjukkan bahwa tanaman tumbuh aktif, karena akar tanaman tumbuh memanjang mencari air dan hara. Disamping itu akar yang panjang menunjukkan bahwa media tumbuh tanaman tersebut kurang subur. Gambar 10 dapat diketahui bahwa pertambahan panjang akar hampir sama yaitu 5 cm. Hal ini diduga pupuk oganik yang diberikan belum mampu diserap oleh akar tanaman. Selain itu juga diduga karena jenis pupuk organik yang slow release dimana ketersediaannya bagi tanaman harus melalui proses dekomposisi terlebih dahulu sehingga memerlukan waktu relatif lebih lama. Sejalan dengan pendapat Sutedjo (1995) bahwa pupuk yang lambat

PANJANG AKAR rata-rata; M1V1; 5 PANJANG AKAR rata-rata; M1V2; 5 PANJANG AKAR rata-rata; M1V3; 5 PANJANG AKAR rata-rata; M1V4; 5 PANJANG AKAR rata-rata; M2V1; 5 PANJANG AKAR rata-rata; M2V2; 5 PANJANG AKAR rata-rata; M2V3; 5 PANJANG AKAR rata-rata; M2V4; 4,7 PANJANG AKAR rata-rata; M3V1; 5 PANJANG AKAR rata-rata; M3V2; 5 PANJANG AKAR rata-rata; M3V3; 5 PANJANG AKAR rata-rata; M3V4; 4,7 PANJANG AKAR rata-rata; M4V1; 5 PANJANG AKAR rata-rata; M4V2; 5 PANJANG AKAR rata-rata; M4V3; 5 PANJANG AKAR rata-rata; M4V4; 5 P a n ja n g a k a r (c m ) Perlakuan


(5)

commit to user

dieksploitasi yang umumnya mempunyai kandungan mineral tertentu yang rendah.

Pada masing-masing tanaman salak mempunyai panjang akar yang berbeda-beda, hal ini dimungkinkan karena masing-masing tanaman salak mempunyai kemampuan penyerapan air yang berbeda. Tanaman dengan akar yang panjang akan memiliki daerah perakaran dan luas permukaan yang luas sehingga memungkinkan untuk mendapatkan unsur hara dalam jumlah yang lebih banyak untuk mendukung proses pertumbuhan dan perkembangannya. Sitompul dan Guritno (1995), jumlah unsur hara dan air yang dapat diserap tanaman tergantung pada kesempatan untuk mendapat air dan unsur hara tersebut di dalam tanah.


(6)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Macam media tanam tanah tidak menunjukkan perbedaan pertumbuhan bibit salak lokal Jawa Tengah.

2. Kultivar salak Bejalen menunjukkan pertumbuhan yang terbaik pada pertumbuhan bibit salak lokal Jawa Tengah.

3. Macam media tanam dan kultivar salak lokal menunjukkan pengaruh terbaik pada jumlah daun pada pertumbuhan bibit salak lokal Jawa Tengah.

4. Kultivar salak Bejalen menunjukkan pertumbuhan terbaik dengan media tanam tanah, arang sekam dan pupuk kandang sapi (1:1:1) dengan rata-rata jumlah daun 3,7.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan perlakuan yang bervariasi baik macam media tanam maupun kultivar salak.