Kontribusi Raskin terhadap Total Konsumsi Beras dan Tingkat Kecukupan Gizi pada Rumah Tangga Miskin di Bogor.
i
KONTRIBUSI RASKIN TERHADAP TOTAL
KONSUMSI BERAS DAN TINGKAT KECUKUPAN
GIZI PADA RUMAH TANGGA MISKIN DI BOGOR
ARLINA KAROLIN SIHOMBING
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
ii
i
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kontribusi Raskin
terhadap Total Konsumsi Beras dan Tingkat Kecukupan Gizi pada Rumah Tangga
Miskin di Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014
Arlina Karolin Sihombing
NIM I14114021
i
i
ABSTRAK
ARLINA KAROLIN SIHOMBING. Kontribusi Raskin terhadap Total Konsumsi
Beras dan Tingkat Kecukupan Gizi pada Rumah Tangga Miskin di Bogor.
Dibimbing oleh DRAJAT MARTIANTO.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kontribusi Beras untuk
Keluarga Miskin (Raskin) terhadap total konsumsi beras serta tingkat kecukupan
gizi pada rumah tangga miskin. Desain penelitian yang digunakan adalah Cross
Sectional Study dan dilakukan di Kabupaten dan Kota Bogor. Sebanyak 98 rumah
tangga miskin yang terdaftar sebagai penerima manfaat (RTS-PM) Raskin dipilih
secara acak sebagai contoh. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata
jumlah Raskin yang diterima oleh contoh adalah sebesar 5.8 kg/RT/bulan (2.8 kg
di Dramaga, 2.4 kg di Leuwiliang, 9.0 kg di Bogor Selatan). Rata-rata konsumsi
Raskin contoh adalah 40.4 gram/kap/hari sementara total konsumsi beras contoh
adalah 234.6 gram/kapita/hari (221.4 gram di Dramaga, 255.9 gram di
Leuwiliang, 230.1 gram di Bogor Selatan). Kontribusi Raskin terhadap total
konsumsi beras contoh (7.0 kg/kapita/bulan) sebesar 17.2%. Jumlah Raskin yang
diterima oleh contoh hanya dapat memenuhi konsumsi beras contoh selama 9.5
hari. Apabila Raskin difortifikasi dengan zat besi 80 ppm, seng 30 ppm, tiamin
6.4 ppm, asam folat 1.3 ppm, vitamin B12 0.01 ppm, dan niasin 53 ppm
diperkirakan akan meningkatkan kontribusi zat gizi mikro masing-masing sebesar
20.0% zat besi, 17.8% tiamin, 14.8% vitamin B12, 13.9% niasin, 12.9% asam
folat, dan 10.4% seng.
Kata kunci: Beras, Raskin, rumah tangga miskin
ABSTRACT
ARLINA KAROLIN SIHOMBING. Contribution of Raskin to Total Rice
Consumption and Nutritional Adequacy on Poor Households in Bogor.
Supervised by DRAJAT MARTIANTO.
The aim of this study was to analyze contribution of Rice for the Poor
(Raskin) to total rice consumption and nutritional adequacy on poor households in
Bogor. Design study used cross sectional study and it was done in Kabupaten and
Kota Bogor. There were 98 poor households which listed as Rumah Tangga
Penerima Manfaat (RTS-PM) Raskin chosen randomly as samples. Result of this
study showed that average amount of Raskin which received by households were
5.8 kg/hh/month (2.8 kg in Dramaga, 2.4 kg in Leuwiliang, 9.0 kg in Bogor
Selatan). Average of households Raskin consumption were 40.4 gram/capita/day,
despite of total households rice consumption were 234.6 gram/capita/day (221.4
gram in Dramaga, 255.9 gram in Leuwiliang, 230.1 gram in Bogor Selatan).
Contribution of Raskin for total households rice consumption (7.0
kg/capita/month) were 17.2%. Total Raskin which received by household only
ii
could provide household rice consumption for 9.5 days. If Raskin fortified with 80
ppm iron, 30 ppm zinc, 6.4 ppm thiamine, 1.3 ppm folic acid, 0.01 ppm vitamin
B12, and 53 ppm niasin were estimated to increase micronutrients contribution of
iron 20.0%, thiamine 17.8%, vitamin B12 14.8%, niasin 13.9%, folic acid 12.9%,
and zinc 10.4% respectively.
Keyword: Poor household, Raskin, rice
iii
KONTRIBUSI RASKIN TERHADAP TOTAL
KONSUMSI BERAS DAN TINGKAT KECUKUPAN
GIZI PADA RUMAH TANGGA MISKIN DI BOGOR
ARLINA KAROLIN SIHOMBING
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
iv
v
Judul
Nama
NIM
: Kontribusi Raskin terhadap Total Konsumsi Beras dan Tingkat
Kecukupan Gizi pada Rumah Tangga Miskin di Bogor.
: Arlina Karolin Sihombing
: I14114021
Disetujui oleh
Dr Ir Drajat Martianto, MSi
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Rimbawan
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul
Nama
NIM
: Kontribusi Raskin terhadap Total Konsumsi Beras dan Tingkat
Kecukupan Gizi pada Rumah Tangga Miskin di Bogor.
: Arlina Karolin Sihombing
: 114114021
Disetujui oleh
Dr Ir Drajat Martianto, MSi
Pembimbing
Tanggal Lulus:
2 5 MAR 2014
vi
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2013 ini ialah
Konsumsi „Beras untuk Keluarga Miskin‟ (Raskin), dengan judul Kontribusi
Raskin terhadap Total Konsumsi Beras dan Tingkat Kecukupan Gizi pada Rumah
Tangga Miskin di Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Drajat Martianto,
M.Si selaku pembimbing, atas segenap bimbingan, saran dan dukungannya
selama penulis menyusun karya ilmiah ini. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Ibu Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, M.Si selaku pembimbing
akademik yang juga telah memberi bimbingan dan dukungan selama menjalani
pendidikan. Terima kasih juga penulis persembahkan kepada Ibu Dr. Ir. Cesilia
Meti Dwiriani, M.Sc yang telah menguji dan memberi banyak masukan yang
berguna bagi penyempurnaan karya ilmiah ini.
Ungkapan terima kasih yang tak terhingga penulis persembahkan kepada
Bapak dan Ibu tercinta, atas segala doa, dukungan dan pengorbanannya selama
penulis melakukan studi. Terima kasih juga penulis persembahkan kepada orang
tua kedua saya, Abang dan Kakak Sahala di Cibinong atas segala doa, perhatian
dan kasih sayangnya. Terima kasih yang tak terhingga penulis persembahkan juga
kepada teman dan sahabat, Willy, Titin, Rafiq, Irani, Richardson, dan Fanji atas
segala bantuan dan pengorbanannya selama mendampingi penulis hingga
selesainya karya ilmiah ini.
Terima kasih buat para pendamping di lapangan, staf dan warga di
Kecamatan Dramaga, Leuwiliang, dan Bogor Selatan, atas izin dan segala bantuan
yang diberikan kepada penulis selama penelitian. Terima kasih buat teman-teman
seperjuangan di Program Sarjana Alih Jenis Gizi Departemen Gizi Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia IPB, segenap dosen dan staf atas bantuannya selama
penulis menjalani studi. Akhirnya penulis berharap, semoga karya ilmiah ini
bermanfaat bagi banyak pihak. Amin.
Bogor, Maret 2014
Arlina Karolin Sihombing
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................i
DAFTAR TABEL ...................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ x
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Perumusan Masalah ............................................................................................. 2
Tujuan Penelitian................................................................................................. 3
Tujuan Umum .................................................................................................. 3
Tujuan Khusus ................................................................................................. 3
Manfaat Penelitian............................................................................................... 3
Kerangka Pemikiran ............................................................................................ 4
METODE ................................................................................................................. 6
Desain, Waktu, dan Tempat ................................................................................ 6
Teknik Penarikan Contoh .................................................................................... 6
Jenis dan Metode pengumpulan data .................................................................. 7
Pengolahan dan Analisis Data ............................................................................. 9
Keterbatasan Penelitian ..................................................................................... 13
Definisi Operasional .......................................................................................... 14
HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................. 15
Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................................. 15
Desa Petir (Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor) ................................... 16
Desa Karehkel (Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor) ........................ 16
Desa Leuwimekar (Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor) ................... 17
Kelurahan Mulyaharja (Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor) ................. 17
Karakteristik Sosial Demografi ......................................................................... 18
Penerimaan/Pembelian Beras ............................................................................ 20
Kebutuhan Beras ............................................................................................ 20
Penerimaan/Pembelian Raskin ...................................................................... 21
Pola Penggunaan Raskin................................................................................ 24
ix
Penerimaan/Pembelian Beras non-Raskin ..................................................... 25
Penerimaan/Pembelian Total Beras (Beras non-Raskin dan Raskin) ............ 26
Konsumsi Beras ................................................................................................. 26
Kontribusi Raskin .............................................................................................. 30
Estimasi Kontribusi Zat Gizi Mikro Raskin ...................................................... 31
SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................... 32
Simpulan............................................................................................................ 32
Saran .................................................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 33
LAMPIRAN ........................................................................................................... 36
DAFTAR TABEL
1
2
3
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Jenis dan metode pengumpulan data ............................................................... 8
Besaran konversi makanan jadi berbahan dasar beras ke bentuk asal
beras ............................................................................................................... 11
AKG bagi orang Indonesia ............................................................................ 12
AKG bagi orang Indonesia (Lanjutan) .......................................................... 13
Kandungan zat gizi mikro per 250 g Raskin Fortifikasi................................ 13
Jumlah RTS-PM Raskin di masing-masing lokasi penelitian ....................... 15
Jumlah RTS-PM di Kelurahan Mulyaharja tahun 2013 ................................ 17
Karakteristik sosial demografi keluarga contoh ............................................ 19
Rata-rata kebutuhan beras contoh ................................................................. 20
Penggunaan Raskin contoh selama 1 bulan................................................... 24
Penerimaan/pembelian beras non-Raskin contoh .......................................... 25
Penerimaan/pembelian beras contoh ............................................................. 26
Konsumsi beras contoh berdasarkan asal konsumsinya ................................ 27
Frekuensi konsumsi produk turunan/makanan olahan beras contoh ............. 28
Konsumsi beras non-Raskin dan Raskin contoh ........................................... 29
Total konsumsi beras contoh ......................................................................... 30
Kontribusi Raskin terhadap total konsumsi beras contoh ............................. 31
Estimasi kontribusi Fortifikasi Raskin terhadap kecukupan zat gizi
mikro aktual contoh ....................................................................................... 32
x
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
Kerangka pemikiran penelitian........................................................................ 5
Alur dan cara penarikan contoh ....................................................................... 7
Rata-rata jumlah dan harga penerimaan/pembelian Raskin selama
empat bulan terakhir ...................................................................................... 21
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
2
Kuisioner Penelitian ...................................................................................... 36
Food Model (nasi putih) ................................................................................ 43
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kemiskinan telah diidentifikasi menjadi salah satu akar masalah penyebab
rumah tangga tidak mampu mengakses pangan secara cukup baik jumlah maupun
mutunya. Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013 mencatat bahwa angka
kemiskinan Indonesia tahun 2012 adalah 8.60% di perkotaan dan 14.70% di
pedesaan. Meskipun saat ini angka kemiskinan di daerah perkotaan lebih rendah
daripada di daerah pedesaan, permasalahan masyarakat miskin di daerah
perkotaan relatif lebih kompleks. Pertumbuhan penduduk yang pesat dan
persaingan untuk bertahan hidup yang lebih besar menyebabkan kesenjangan
sosial di masyarakat perkotaan lebih terlihat jelas dibandingkan di daerah
pedesaan (Maxwell et al. 2000).
Kemampuan rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan pangan sangat
bergantung kepada kemampuan ekonomi rumah tangga dalam mengakses pangan
yang tersedia di pasar. Kondisi tidak tahan pangan pada rumah tangga
mengakibatkan kualitas diet yang rendah (Champagne et al. 2007) dan
memperburuk resiko penyakit kronis (Huet et al. 2012). Kemiskinan telah
menyebabkan rendahnya kualitas asupan zat gizi, terjadinya penyakit infeksi,
serta buruknya pengetahuan dan praktek keluarga berencana, sehingga
menyebabkan rendahnya status gizi anak balita dan ibu hamil yang pada akhirnya
berdampak pada rendahnya kualitas sumber daya manusia. Perlu adanya upaya
yang komprehensif untuk dapat memutuskan lingkaran setan tersebut. Salah
satunya adalah investasi gizi untuk memutuskan lingkaran setan antara
kemiskinan dan kurang gizi (Martianto et al. 2006).
Pemerintah Indonesia secara konsisten memberikan perhatian terhadap
pemenuhan hak atas pangan masyarakat sejak krisis pangan pada tahun 1998,
yang antara lain diimplementasikan melalui Operasi Pasar Khusus (OPK) untuk
meningkatkan akses rumah tangga miskin terhadap pangan (beras) pada saat harga
meningkat. OPK memberikan subsidi beras secara targetted kepada rumah tangga
miskin dan rawan pangan. Hasil kajian dan analisis OPK oleh Dr. Frank Wiebe
dari Harvard Institute For International Development - USA antara lain
menyimpulkan bahwa program pendistribusian beras untuk masyarakat miskin
secara langsung pada kelompok sasaran merupakan upaya yang terbaik dalam
mengatasi masalah rawan pangan. Tanpa Program OPK, konsumsi kalori keluarga
miskin akan berkurang sebesar 8% dan konsumsi protein turun sekitar 15%, yang
berpotensi meningkatkan jumlah masyarakat kelaparan dan kekurangan gizi
(Bulog 2010).
Nama OPK pada tahun 2002 diubah menjadi Program Beras untuk Keluarga
Miskin (Program Raskin) yang bertujuan untuk lebih mempertajam sasaran
penerima manfaat (Kemenkokesra 2012). Rumah tangga sasaran penerima
manfaat (RTS-PM) Raskin mulai tahun 2012 ditetapkan berdasarkan Pendataan
Program Perlindungan Sosial tahun 2011 (PPLS 2011) BPS. RTS-PM Raskin
(periode Juli-September 2012) pada 20% kelompok penduduk berpendapatan
terendah meningkat dari sekitar 18,5% pada Maret 2012 menjadi sekitar 20,1%
pada September 2012 (Susenas 2012). Setiap RTS-PM dapat membeli sejumlah
2
beras di titik distribusi (TD) dengan harga yang lebih murah dari harga di pasaran
(bersubsidi) melalui Program Raskin. Selama pelaksanaan program, jumlah beras
yang dialokasikan untuk setiap RTS-PM mengalami beberapa kali perubahan,
namun tetap pada kisaran 10-20 kg per distribusi hingga pada tahun 2011
berjumlah 15 kg. Harga beras bersubsidi yang harus dibayar RTS-PM pada awal
pelaksanaan program adalah Rp1 000 per kg di TD. Sejak tahun 2008 harganya
dinaikkan menjadi Rp1 600 per kg. Frekuensi distribusi juga mengalami
perubahan dari 10-12 kali distribusi per tahun menjadi 13 kali per tahun sejak
tahun 2010 (Bulog 2010).
Program Raskin telah berlangsung selama 14 tahun dan selama itu pula
banyak pihak yang tertarik untuk melihat kontribusi Program Raskin dalam
memperbaiki konsumsi pangan masyarakat. Sasaran Program Raskin tahun 2013
adalah berkurangnya beban pengeluaran RTS-PM dalam mencukupi kebutuhan
pangan beras melalui pendistribusian beras bersubsidi sebanyak 15 kg/RTSPM/bulan dengan harga tebus Rp1 600 per kg netto di TD. Perum Bulog mencatat
hasil studi selama periode OPK pada tahun 1998/1999 menunjukkan bahwa
bantuan beras sejumlah 20 kg per rumah tangga telah dapat menolong 2/3
kebutuhan beras rumah tangga. Evaluasi Program Raskin telah banyak dilakukan.
Hasil tinjauan efektifitas Program Raskin oleh Hastuti et al. (2012)
memperlihatkan bahwa ke-enam indikator ketepatan Program Raskin, yakni tepat
sasaran, jumlah, harga, waktu, administrasi, dan kualitas belum sepenuhnya
tercapai. Menurut Arifin (2005) evaluasi Raskin yang ada selama ini tidak
melakukan analisis terhadap pemenuhan gizi makro, sebagaimanan tujuan awal
Program Raskin itu sendiri. Publikasi Asian Development Bank (ADB) pada
tahun 2013 menjelaskan bahwa Program subsidi pangan (beras) melalui Program
Raskin hanya memiliki sedikit bukti dalam meningkatkan konsumsi pangan
masyarakat. Kontribusi Raskin terhadap total konsumsi beras RTS-PM Raskin
relatif kurang disoroti sebagai bahan pertimbangan untuk keberlanjutan program.
Terlebih lagi Program Fortifikasi Raskin dengan zat besi telah dirintis sejak tahun
2010, apakah sudah cukup efektif dalam memenuhi kebutuhan zat gizi mikro
rumah tangga?
Perumusan Masalah
Tujuan Program Raskin adalah mengurangi beban pengeluaran RTS-PM
melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras. Selain
itu, ke depan Program Raskin diperlukan dalam rangka mengatasi masalah
kekurangan gizi mikro pada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui
Program Fortifikasi Raskin dengan beberapa zat gizi mikro, yaitu zat besi, seng,
tiamin, asam folat, vitamin B12, dan niasin. Meskipun secara teoritis Raskin
dibagikan sebanyak 15 kg per rumah tangga per bulan, namun dalam beberapa
laporan ditemukan bahwa Raskin dibagi merata di kalangan rumah tangga miskin
maupun rumah tangga lain, yang oleh masyarakat setempat dinilai tergolong
miskin. Dalam kaitannya dengan rencana Fortifikasi Raskin, jumlah Raskin yang
diterima dan dikonsumsi oleh RTS sangat penting untuk diketahui agar efektifitas
program Fortifikasi Raskin dapat diprediksi. Hingga saat ini angka efektif Raskin
yang diterima dan dikonsumsi RTS maupun kontribusi Raskin terhadap total
3
konsumsi beras rumah tangga belum banyak dikaji. Berdasarkan beberapa
pertimbangan itulah studi ini dilakukan. Secara rinci studi ini dimaksudkan untuk
menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Berapakah jumlah Raskin yang “mampu dibeli” (keseluruhan 15 kg atau
sebagian saja) dan yang “benar-benar diterima” oleh setiap rumah tangga
miskin?
2. Bagaimana dengan pola penggunaan Raskin? (Apakah seluruhnya
dikonsumsi? Dijual dalam bentuk beras atau dalam bentuk produk turunan
(aneka kue)? Atau untuk keperluan sosial/disumbangkan kepada pihak lain
atau untuk “selamatan” dan lain-lain?)
3. Berapa kontribusi Raskin terhadap total konsumsi beras rumah tangga
dalam survey di bulan terakhir?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis kontribusi Raskin
terhadap total konsumsi beras dan tingkat kecukupan gizi pada rumah tangga
miskin.
Tujuan Khusus
1.
2.
3.
4.
5.
Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain:
Mempelajari karakteristik sosial demografi rumah tangga miskin di lokasi
penelitian.
Mempelajari jumlah Raskin aktual yang diterima oleh rumah tangga miskin
per bulan dalam empat bulan terakhir dan pola penggunaannya.
Menganalisis total konsumsi beras pada rumah tangga miskin di lokasi
penelitian, baik yang dikonsumsi di rumah maupun makan di luar rumah.
Menganalisis kontribusi Raskin terhadap total konsumsi beras rumah tangga
miskin di lokasi penelitian.
Melakukan estimasi kontribusi zat gizi mikro (zat besi, seng, tiamin, asam
folat, vitamin B12, dan niasin) yang diperoleh dari Raskin Fortifikasi terhadap
angka kecukupan zat gizi mikro rumah tangga miskin.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan ini diharapkan mampu memberikan
gambaran efektifitas Program Raskin dan kontribusi Raskin terhadap total
konsumsi beras serta estimasi kontribusi zat gizi mikro Raskin bila difortifikasi
terhadap angka kecukupan zat gizi mikro rumah tangga miskin. Gambaran
tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi Program Raskin
dan sebagai bahan penilaian efektifitas Program Fortifikasi Raskin untuk
menanggulangi masalah kekurangan zat gizi mikro pada rumah tangga miskin
atau RTS-PM Raskin.
4
Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran yang disusun dalam penelitian ini didasarkan pada
kerangka model UNICEF tahun 1990 tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
status gizi ibu dan anak, dimana kemiskinan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi akses pangan, kemudian mempengaruhi konsumsi pangan yang
pada akhirnya mempengaruhi status gizi ibu dan anak. Kemiskinan sebagai salah
satu penyebab masalah gizi menyebabkan terbatasnya akses rumah tangga miskin
terhadap beras yang kemudian akan mengakibatkan rendahnya kuantitas konsumsi
beras. Konsumsi beras dan pangan lain yang rendah akan mempengaruhi status
gizi rumah tangga miskin. Masalah pangan dan gizi di Indonesia selain masih
tingginya prevalensi kurang gizi pada balita, adalah masalah kurang zat gizi mikro
seperti vitamin dan mineral. Kurang Gizi Mikro (KGM) berdampak pada kualitas
hidup, pertumbuhan ekonomi dan sosial, meningkatkan angka kematian ibu dan
anak, penyakit akibat infeksi, menurunkan tingkat kecerdasan anak dan
produktivitas kerja (Wimalawansa 2013, Manno et al. 2012, Arlappa et al. 2011,
Oktaviana 2012).
Penyaluran beras bersubsidi (Raskin) bagi kelompok masyarakat
berpendapatan rendah, melalui Program Raskin bertujuan untuk mengurangi
beban pengeluaran RTS-PM dalam memenuhi kebutuhan beras. Selain itu juga
untuk meningkatkan akses masyarakat berpendapatan rendah dalam pemenuhan
kebutuhan beras. Peningkatan akses dan konsumsi beras melalui Program Raskin
dapat meningkatkan konsumsi zat gizi RTS-PM yang kemudian dapat
menigkatkan status gizi RTS-PM. Kontribusi Raskin terhadap total konsumsi
beras contoh dihitung dari perbandingan jumlah konsumsi Raskin terhadap total
konsumsi beras dan angka kecukupan gizi contoh.
5
Kemiskinan
Karakteristik
Rumah Tangga Miskin:
umur dan jenis kelamin
Akses beras terbatas
Konsumsi beras dan
pangan lain rendah
Angka Kecukupan Gizi
Defisiensi Zat Gizi
Program
Raskin
Peningkatatan akses
dan konsumsi beras
Akses beras
Total konsumsi
beras
Konsumsi
beras non-Raskin
Konsumsi
Raskin
Kontribusi
Raskin
Kontribusi zat gizi
Raskin
Peningkatan konsumsi zat
gizi
Perbaikan status defisiensi
zat gizi
Keterangan:
: Variabel yang diteliti
:
: Variabel yang tidak diteliti
: Hubungan yang dianalisis
: Hubungan yang tidak dianalisis
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
6
METODE
Desain, Waktu, dan Tempat
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross
sectional study yaitu dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis
karakteristik sosial demografi dan konsumsi beras pada rumah tangga miskin yang
diteliti dalam sekali waktu pengukuran. Penelitian ini dilaksanakan selama 3
bulan pada bulan November 2013 sampai Januari 2014.
Penentuan lokasi penelitian didasarkan pada persentase penduduk miskin
yang paling tinggi pada tahun 2012 di wilayah Kabupaten Bogor dan Kota Bogor.
Kecamatan yang terpilih di wilayah Kabupaten Bogor adalah Kecamatan
Dramaga dan Leuwiliang sedangkan di wilayah Kota Bogor dipilih Kecamatan
Bogor Selatan. Jumlah rumah tangga miskin paling tinggi di wilayah Kabupaten
Bogor pada tahun 2012 menurut data kemiskinan Bappeda Kabupaten Bogor
tahun 2013 adalah di Kecamatan Leuwiliang, yaitu sebanyak 10 469 rumah
tangga (5,3%). Persentase rumah tangga miskin di Kecamatan Dramaga adalah
sebesar 2.1%. Jumlah rumah tangga miskin paling tinggi di wilayah Kota Bogor
pada tahun 2012 (BPS 2013) adalah di Kecamatan Bogor Selatan, yaitu sebanyak
15 992 rumah tangga (24.6%).
Teknik Penarikan Contoh
Populasi penelitian ini adalah seluruh rumah tangga miskin di Kecamatan
Dramaga dan Leuwiliang, Kabupaten Bogor dan Kecamatan Bogor Selatan, Kota
Bogor. Unit analisis terkecil dilakukan pada rumah tangga untuk variabel-variabel
karakteristik sosial demografi dan konsumsi pangan (beras non-Raskin dan
Raskin). Rumah tangga miskin yang dimaksud dalam penelitian ini adalah rumah
tangga hasil pendataan PPLS 2011 BPS yang digunakan untuk menentukan RTSPM Raskin. Penetapan desa/kelurahan di masing-masing kecamatan dilakukan
secara purposive dengan pertimbangan bahwa desa/kelurahan tersebut terdapat
populasi RTS-PM Raskin dengan persentase sekurang-kurangnya 20% terhadap
total rumah tangga populasi. Desa/kelurahan yang memenuhi kriteria kemudian
dipilih secara acak sederhana. Desa/kelurahan yang terpilih adalah Desa Petir di
Kecamatan Dramaga, Desa Leuwimekar dan Desa Karehkel di Kecamatan
Leuwiliang serta Kelurahan Mulyaharja di Kecamatan Bogor Selatan. Besar
contoh dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus Slovin (Singarimbun &
Effendi 2011) sebagai berikut:
Keterangan:
n
= Jumlah contoh
N
= Jumlah populasi
d
= Tingkat kesalahan yang dapat ditolerir (10%)
7
Total rumah tangga yang menjadi contoh penelitian ini adalah 98 rumah
tangga. Penarikan contoh di masing-masing desa/kelurahan dilakukan secara acak
sederhana. Alur dan cara penarikan contoh dapat dilihat pada Gambar 2.
Alur Penarikan Contoh
Pertimbangan:
Kabupaten Bogor:
40 kecamatan
Kota Bogor:
6 kecamatan
Kecamatan
Leuwiliang:
11 desa
Kecamatan
Dramaga:
10 desa
Kecamatan Bogor
Selatan:
16 desa/kelurahan
- Desa Karehkel
15 contoh
- Desa Leuwimekar
10 contoh
Desa Petir
23 contoh
Kelurahan
Mulyaharja
50 contoh
- Pemilihan
kecamatan
berdasarkan
persentase rumah
tangga miskin yang
paling tinggi di
Kabupaten dan
Kota Bogor.
- Pemilihan
desa/kelurahan
berdasarkan
persentase RTSPM sekurangkurangnya >20%
dari jumlah total
rumah tangga.
Gambar 2 Alur dan cara penarikan contoh
Jenis dan Metode pengumpulan data
Penelitian ini menggabungkan metode kuantitatif dan metode kualitatif
dalam pengumpulan data. Metode kuantitatif dilakukan dengan menggunakan
instrumen kuesioner yang ditujukan untuk menggali informasi, seperti
karakteristik sosial demografi contoh, kebutuhan beras, penerimaan/pembelian
beras, dan konsumsi beras pada tingkat rumah tangga. Data yang dikumpulkan
dengan gabungan antara metode kuantitatif dan kualitatif adalah
penerimaan/pembelian dan pola penggunaan Raskin selama empat bulan terakhir
yang dikumpulkan dengan melakukan wawancara mendalam yang lebih
difokuskan untuk menggali informasi dari contoh (indepth interview). Tujuan
penggalian informasi secara kualitatif adalah untuk memperoleh gambaran
mengenai keadaan penerimaan/pembelian Raskin selama empat bulan terakhir
karena jumlah dan harga Raskin yang diterima/dibeli contoh berbeda-beda.
Tujuan lainnya adalah untuk memperoleh gambaran mengenai pola penggunaan
Raskin contoh karena telah diidentifikasi bahwa Raskin yang diterima/dibeli
contoh tidak dimanfaatkan sebagian atau semuanya untuk konsumsi tetapi juga
untuk keperluan lainnya.
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder (Tabel 1). Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan
kepala keluarga atau anggota keluarga yang mengetahui keadaan/proses
8
pengolahan makanan di rumah dan juga mengetahui kebiasaan konsumsi semua
anggota keluarga baik di dalam maupun di luar rumah. Data ini dikumpulkan
dengan menggunakan kuesioner yang telah disusun untuk mengidentifikasi
karakteristik sosial demografi keluarga contoh, penerimaan/pembelian beras, dan
konsumsi beras contoh. Data sekunder yang dikumpulkan, yaitu data kemiskinan
Kabupaten Bogor dan Kota Bogor dari data BPS dan Bappeda Kabupaten Bogor,
sedangkan data letak geografis lokasi penelitian, jumlah rumah tangga miskin
maupun RTS-PM Raskin di lokasi penelitian, serta jumlah Raskin yang diterima
dan didistribusikan oleh tim kordinasi maupun pelaksana distribusi di
Desa/Kelurahan didapatkan dari data desa/kelurahan tempat penelitian dilakukan.
Tabel 1 Jenis dan metode pengumpulan data
No.
Variabel
Data primer
1
Karakteristik sosial
demografi keluarga
contoh
Data yang Dikumpulkan
Umur, Jenis kelamin,
Jumlah anggota keluarga,
Jenjang pendidikan kepala
keluarga, dan Pekerjaan
kepala keluarga.
2
Penerimaan/pembelian a. Penerimaan/pembelian
beras contoh
Raskin dan beras nonRaskin
b. Pola penggunaan Raskin
3
Konsumsi beras
Total konsumsi beras non
contoh
Raskin dan Raskin di
dalam rumah dan di luar
rumah
Data Sekunder
1
Gambaran umum
a. Jumlah rumah tangga
lokasi penelitian
miskin di Kabupaten dan
Kota Bogor
b. Profil desa/kelurahan
c. Jumlah RTS-PM Raskin
d. Jumlah Raskin yang
didistribusikan
Cara Pengumpulan Data
Wawancara dengan
kuesioner secara
kuantitatif.
Wawancara dengan
kuesioner secara
kuantitatif dan secara
kualitatif.
Wawancara dengan
metode Recall 1x24 jam
dan FFQ selama satu
bulan pengukuran.
Mencatat dari data BPS
Bogor.
Mencatat dari data yang
ada di Kantor Kecamatan
dan Kelurahan/Desa.
Variabel karakteristik sosial demografi keluarga contoh, meliputi umur,
jenis kelamin, besar rumah tangga, jenjang pendidikan dan pekerjaan kepala
keluarga. Data kebutuhan beras contoh dikumpulkan dengan menggunakan
kuisioner. Variabel penerimaan/pembelian beras contoh dikumpulkan secara
kuantitatif dengan menggunakan kuisioner untuk mendapatkan data jumlah beras
non-Raskin maupun Raskin yang diterima/dibeli oleh contoh. Kuisioner
dilengkapi dengan tabel pola penggunaan Raskin, yang dibedakan menjadi: 1)
jumlah yang dikonsumsi; 2) jumlah yang dijual (dalam bentuk beras atau dalam
bentuk produk turunan); 3) jumlah yang digunakan untuk keperluan
sosial/disumbangkan kepada pihak lain atau untuk “selamatan”; 4) jumlah yang
digunakan untuk pakan; dan lain-lain. Data tersebut dapat menyediakan informasi
untuk keperluan analisis mengenai pola penggunaan Raskin pada contoh.
Informasi lebih mendalam mengenai keadaan penerimaan/pembelian Raskin dan
9
pola penggunaan Raskin selama empat bulan terakhir digali dengan menanyakan
beberapa pertanyaan terbuka terhadap contoh secara kualitatif.
Variabel konsumsi pangan yang dikumpulkan dibedakan menjadi dua,
yaitu konsumsi beras non-Raskin dan Raskin dari berbagai sumber (pembelian,
pemberian atau produksi bila ada). Data konsumsi beras non-Raskin dan Raskin
dikumpulkan dengan metode recall 1x24 jam dan food frequency quitionaire
(FFQ) selama satu bulan pengukuran. Metode food recall 1x24 jam dipilih karena
berguna untuk mengetahui jumlah konsumsi beras sehari. Metode FFQ dipilih
karena berguna untuk mengetahui pola konsumsi pangan (beras) contoh. Alasan
lain adalah karena jenis pangan (beras) yang ditanyakan tidak terlalu banyak
sehingga tidak membosankan baik bagi pengumpul data maupun contoh, sehingga
akurasinya baik. FFQ dimodifikasi dengan pertimbangan bahwa konsumsi beras
mungkin saja tidak hanya di rumah tetapi juga di luar rumah serta beras yang
dikonsumsi mungkin saja berasal dari pembelian atau pemberian. Modifikasi yang
dilakukan pada FFQ yaitu dengan mengelompokkan konsumsi pangan olahan
beras berdasarkan jenisnya, yakni beras non-Raskin dan Raskin, kemudian
masing-masing jenis beras dikelompokkan lagi menjadi dua, yakni konsumsi
pangan olahan beras beras yang berasal dari dalam rumah (diolah sendiri) dan
konsumsi pangan olahan beras yang berasal dari luar rumah (dibeli dalam bentuk
makanan jadi). Pada metode ini dilakukan pencatatan frekuensi dan rata-rata berat
pangan olahan beras yang dikonsumsi tiap frekuensi pada periode waktu tertentu
(harian, mingguan atau bulanan). Jumlah/berat pangan olahan beras dalam satuan
URT atau gram dikumpulkan dengan menggunakan food model berupa beberapa
foto nasi putih, yaitu nasi putih 100 gram, 150 gram, dan 300 gram (Lampiran 2).
Informasi berat pangan olahan beras yang dikonsumsi oleh contoh tiap kali makan
diperoleh dengan memperlihatkan food model tersebut untuk meningkatkan
ketajaman pengambilan data.
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang dikumpulkan melalui wawancara dengan kuesioner diolah dan
dengan menggunakan program komputer Microsoft of Excel 2010 dan dianalisis
secara deskriptif dengan memperhatikan nilai rata-rata dan standar deviasi. Proses
pengolahan data meliputi entry, coding, editing, dan analisis. Langkah pertama
adalah mengedit data dalam borang kuisioner. Hal ini dilakukan di lapangan
setelah setiap borang kuisioner terisi data yang dicari untuk menghindari
kesalahan pengisian borang kuisioner. Kedua, data yang sudah bersih dimasukkan
(entry) ke komputer sesuai kebutuhan analisis dan dikodekan (coding). Ketiga,
membuat tabel frekuensi atau tabel silang untuk keperluan analisis. Keempat,
mengedit (editing) kembali yakni mengoreksi kesalahan-kesalahan yang ditemui
setelah membaca tabel frekuensi yang datanya tidak logis. Data yang diperoleh
melalui wawancara kuesioner kemudian dianalisis secara statistik deskriptif
dengan melihat nilai rata-rata dan standar deviasi. Data yang dihasilkan dalam
penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan dianalisis secara
kuantitatif dan juga kualitatif.
Variabel karakteristik sosial demografi keluarga contoh yang diperoleh dari
hasil wawancara, meliputi besar rumah tangga, umur kepala keluarga dan anggota
10
rumah tangga, pendidikan kepala keluarga, dan pekerjaan kepala keluarga. Data
jenis kelamin dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu laki-laki dan perempuan.
Data besar rumah tangga dikategorikan menjadi keluarga kecil (≤ 4 orang),
keluarga sedang (5-6 orang), dan keluarga besar (≥ 7 orang). Data umur kepala
keluarga dikategorikan menjadi remaja (65 tahun) sedangkan umur
anggota rumah tangga dikategorikan ke dalam lima kelompok, yaitu < 5 tahun, 512 tahun, 13-18 tahun, 19-54 tahun, dan ≥ 55 tahun. Data pendidikan kepala
kelurga dikelompokkan menjadi enam kategori, yaitu belum sekolah, tidak tamat
SD/sederajat, tamat SD/sederajat, tamat SMP/sederajat, tamat SMA/sederajat, dan
tamat Perguruan Tinggi. Data pekerjaan kepala keluarga dikategorikan ke dalam
9 kelompok, yaitu tidak bekerja, pegawai swasta, buruh tani/pabrik/bangunan,
pedagang (asongan, kaki lima, dan lain-lain), petani, wiraswasta, supir, dan
lainnya. Variabel karakteristik sosial demografi disajikan dalam bentuk tabel
frekuensi.
Data kebutuhan dan penerimaan/pembelian beras contoh disajikan dalam
bentuk tabel frekuensi dan grafik. Total penerimaan/pembelian beras rumah
tangga adalah total penerimaan/pembelian beras non-Raskin dan Raskin.
Penerimaan/pembelian beras non-Raskin dan Raskin berasal dari total pembelian
dan pemberian. Jumlah penerimaan/pembelian Raskin contoh per bulan adalah
Raskin yang diterima/dibeli oleh contoh tiap pembagian sebelum dikurangi
dengan total penggunaan Raskin selama sebulan. Jumlah penerimaan/pembelian
beras non-Raskin contoh per bulan diperoleh dari hasil pengurangan kebutuhan
per bulan dengan pemberian beras non-Raskin per bulan dan rataan penerimaan
Raskin (setelah dikurangi total penggunaan Raskin selain untuk dikonsumsi) per
bulan. Data jumlah Raskin yang diterima/dibeli oleh contoh selama periode empat
bulan terakhir dianalisis secara deskriptif. Hasil analisis akan menunjukkan
jumlah Raskin yang “benar-benar diterima” (aktual) oleh contoh dalam satuan kg
per bulan. Jumlah Raskin untuk masing-masing penggunaan selama empat bulan
terakhir akan dianalisis secara kuantitatif dan kemudian dianalisis secara kualitatif
untuk mengetahui pola penggunaan Raskin pada contoh selama empat bulan
terakhir dan hal-hal yang melatarbelakangi contoh dalam hal penggunaan Raskin.
Data konsumsi beras meliputi konsumsi dalam bentuk pangan olahan beras
dikonversi terlebih dahulu ke wujud asal beras dengan menggunakan faktor
konversi menurut Pusat Studi Keanekaragaman Pangan dan Gizi, IPB (PSKPGIPB) pada Tabel 2. Data konsumsi pangan olahan beras hasil recall 1x24 jam
menunjukkan jumlah/berat pangan olahan beras yang dikonsumsi dalam satuan
gram per hari sedangkan data frekuensi konsumsi pangan olahan beras pada FFQ
menunjukkan pola konsumsi pangan olahan beras non-Raskin maupun Raskin
contoh, baik harian, mingguan, maupun bulanan. Jumlah pangan olahan beras
yang dikonsumsi oleh contoh dicatat dalam URT (Ukuran Rumah Tangga)
selanjutnya dikonversi menjadi satuan gram. Jumlah/berat konsumsi pangan
olahan beras pada FFQ merupakan rata-rata jumlah/berat pangan olahan beras
yang dikonsumsi tiap kali makan. Data jumlah/berat pangan olahan beras yang
dikonsumsi contoh hasil recall 1x24 jam merupakan jumlah/berat harian contoh.
Rata-rata konsumsi pangan olaha beras contoh tiap kali makan dihitung dan
kemudian dimasukkan ke dalam kolom rata-rata berat tiap kali makan pada FFQ
untuk jenis pangan olahan beras yang sama. Beberapa jenis pangan olahan beras
11
lainnya tidak terdapat pada kuisioner recall 1x24 jam, sehingga rata-rata
jumlah/berat pangan olahan beras lainnya yang dikonsumsi oleh contoh tiap kali
makan dicatat langsung pada FFQ. Data jumlah/berat dan frekuensi konsumsi
pangan olahan beras non-Raskin maupun Raskin dianalisis secara deskriptif dan
disajikan dalam bentuk tabel frekuensi.
Tabel 2 Besaran konversi makanan jadi berbahan dasar beras ke bentuk asal beras
No
Jenis Pangan
Satuan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Beras
Tepung beras
Lainnya padi-padian
Bubur bayi kemasan (tepung)
Lainnya konsumsi lainnya
Kue basah
Nasi campur/ rames
Nasi goreng
Nasi putih
Lontong/ ketupat sayur
Kg
Kg
Kg
150 g
Buah
Porsi
Porsi
Porsi
Porsi
Konversi
(gram)
1000
1000
1000
150
100
30
500
250
200
350
Konversi ke
bentuk asal
1
1.01
1
1
1
0.4
0.5
0.5
0.5
0.25
Sumber: Studi PSKPG, IPB tahun 2001 dalam Buletin Konsumsi Pangan, Deptan (2013)
Konsumsi beras contoh ada yang berupa campuran antara beras nonRaskin dengan non-Raskin. Perbandingan campuran antara Raskin dan nonRaskin sangat bervariasi. Bila contoh mengonsumsi campuran Raskin dan nonRaskin, maka jumlah Raskin yang dikonsumsi contoh per hari didapatkan dari
nilai perbandingan Raskin terhadap total beras non-Raskin dan Raskin dan
dikalikan dengan total konsumsi beras non-Raskin dan Raskin contoh per hari.
Sedangkan jumlah beras non-Raskin yang dikonsumsi contoh per hari didapatkan
dari nilai perbandingan beras non-Raskin terhadap total beras non-Raskin dan
Raskin dan dikalikan dengan total konsumsi beras non-Raskin dan Raskin contoh
per hari. Tetapi bila contoh mengonsumsi beras non-Raskin setelah Raskin habis,
maka jumlah beras non-Raskin maupun Raskin yang dikonsumsi contoh per hari
adalah sama dengan jumlah total konsumsi beras non-Raskin dan Raskin contoh
per hari. Habisnya konsumsi Raskin yang diterima oleh contoh dalam satuan hari
dihitung berdasarkan jumlah total Raskin yang diterima (setelah dikurangi dengan
jumlah penggunaan Raskin selain untuk dikonsumsi dalam sebulan) contoh dalam
satuan gram per kapita per bulan dibagi jumlah konsumsi Raskin contoh dalam
satuan gram per kapita per bulan. Kemudian banyaknya hari konsumsi beras nonRaskin (tidak campuran) contoh didapatkan dari hasil pengurangan 30 hari (1
bulan) dengan lamanya (hari) konsumsi Raskin.
Total konsumsi Raskin adalah jumlah Raskin yang dikonsumsi oleh
contoh, baik yang dikonsumsi di dalam rumah maupun di luar rumah, yang
berasal dari pembelian maupun pemberian. Total konsumsi Raskin dalam satuan
gram per kapita per bulan didapatkan dengan mengalikan jumlah konsumsi
Raskin per kapita per hari dan lamanya (hari) konsumsi Raskin. Total konsumsi
beras non-Raskin, bila beras yang dikonsumsi dalam bentuk campuran antara
beras non-Raskin dan Raskin, dalam satuan gram per kapita per bulan didapatkan
dengan menjumlahkan hasil pengalian jumlah konsumsi beras non-Raskin per
12
kapita per hari dengan lamanya (hari) konsumsi Raskin dan hasil pengalian
jumlah total konsumsi campuran beras non-Raskin dan Raskin dengan lamanya
(hari) konsumsi beras non-Raskin.Total konsumsi beras adalah hasil penjumlahan
beras non-Raskin dan Raskin yang dikonsumsi oleh contoh, baik yang dikonsumsi
di dalam rumah (diolah) maupun di luar rumah (dibeli), yang berasal dari
pembelian maupun pemberian.
Perbandingan total penerimaan/pembelian beras dengan total konsumsi
beras contoh dihitung untuk melihat jumlah beras yang benar-benar dikonsumsi
oleh contoh. Bila jumlah beras yang dikonsumsi lebih kecil dari jumlah beras
yang diterima/dibeli oleh contoh maka ditemukan sisa konsumsi. Adanya sisa
konsumsi menunjukkan bahwa jumlah beras yang dibutuhkan oleh contoh hasil
wawancara dengan kuisioner tidak sesuai dengan kebutuhan untuk konsumsi
contoh. Data sisa konsumsi dibedakan menjadi dua, dimakan kembali atau
terbuang (untuk pakan, dan lainnya). Persen kontribusi Raskin dapat dihitung
setelah total konsumsi beras non-Raskin dan Raskin contoh diperoleh. Persen
kontribusi Raskin terhadap total konsumsi beras contoh dihitung dari
perbandingan jumlah konsumsi Raskin contoh dalam satuan gram per kapita per
hari dengan total konsumsi beras contoh dalam satuan gram per kapita per hari.
Data kontribusi Raskin yang dihasilkan dalam penelitian ini disajikan dalam
bentuk tabel frekuensi dan dianalisis secara deskriptif.
Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah suatu kecukupan rata-rata zat gizi
setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran
tubuh, aktifitas tubuh untuk mencapai derajat kesehatan optimal. Penentuan AKG
zat gizi mikro (zat besi, seng, tiamin, asam folat, vitamin B12, niasin) contoh yang
digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada AKG yang ditetapkan dalam
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) IX tahun 2004 yang terdapat
pada Tabel 3. AKG zat gizi mikro masing-masing anggota keluarga contoh
dihitung berdasarkan umur dan jenis kelamin, kemudian dilakukan perhitungan
rata-rata AKG zat gizi mikro contoh. Estimasi kontribusi Raskin (%) terhadap
AKG zat gizi mikro contoh sehari dihitung dari total asupan zat gizi mikro
konsumsi Raskin sehari dibagi dengan rata-rata AKG zat gizi mikro contoh.
Tabel 3 AKG bagi orang Indonesia
No
1
2
Kelompok Umur
Anak
1) 0-6 bulan
2) 7-12 bulan
3) 1-3 tahun
4) 4-6 tahun
5) 7-9 tahun
Laki-laki (tahun)
1) 10-12
2) 13-15
3) 16-18
4) 19-29
5) 30-49
Berat
Badan
(Kg)
Besi
(mg)
Seng
(mg)
Tiamin
(mg)
Asam
folat
(µg)
Vit
B12
(µg)
Niasin
(mg)
6
8,5
12
17
25
0,5
7
8
9
10
1,3
7,5
8,2
9,7
11,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,9
65
80
150
200
200
0,4
0,5
0,9
5,0
1,5
2
4
6
8
10
35
46
55
56
62
13
19
15
13
13
14
17,4
17
12,1
13,4
1
1,2
1,3
1,2
1,2
300
400
400
400
400
1,8
2,4
2,4
2,4
2,4
12
14
16
16
16
13
Tabel 4 AKG bagi orang Indonesia (Lanjutan)
No
3
4
5
Kelompok Umur
6) 50-60
7) > 60
Perempuan (tahun)
1) 10-12
2) 13-15
3) 16-18
4) 19-29
5) 30-49
6) 50-60
7) > 60
Hamil (+an)
1) Trimester 1
2) Trimester 2
3) Trimester 3
Menyusui (+an)
1) 6 bulan pertama
2) 6 bulan ke dua
Berat
Badan
(Kg)
62
62
1,2
1
Asam
folat
(µg)
400
400
Vit
B12
(µg)
2,4
2,4
12,6
15,4
14
9,3
9,8
9,8
9,8
1
1,1
1,1
1
1
1
1
300
400
400
400
400
400
400
1,8
2,4
2,4
2,4
2,4
2,4
2,4
12
13
14
14
14
14
14
+0
+0
+0
+1,7
+1,7
+1,7
+0,3
+0,3
+0,3
+200
+200
+200
+0,2
+0,2
+0,2
+4
+4
+4
+6
+6
+4,6
+4,6
+0,3
+0,3
+100
+100
+0,4
+0,4
+3
+3
Besi
(mg)
Seng
(mg)
Tiamin
(mg)
13
13
13,4
13,4
20
26
26
26
26
12
12
-
-
37
48
50
52
55
55
55
Niasin
(mg)
16
16
Sumber: WNPG tahun 2004
Adanya rencana fortifikasi Raskin dengan zat gizi mikro, seperti zat besi,
seng, tiamin, asam folat, vitamin B12, dan niasin, maka dilakukan estimasi
kontribusi zat gizi mikro Raskin bila difortifikasi terhadap AKG zat gizi mikro
rumah tangga. Fortifikasi Raskin yang diusulkan akan efektif dan aman dengan
konsumsi beras 250 gram per hari berdasarkan perkiraan retensi zat gizi setelah
proses pencucian beberapa kali dan pemasakan. Total asupan zat gizi mikro yang
berasal dari konsumsi Raskin dihitung berdasarkan tingkat fortifikasi zat gizi
mikro Raskin pada Tabel 4.
Tabel 5 Kandungan zat gizi mikro per 250 g Raskin Fortifikasi
No.
1
2
3
4
5
6
Zat Gizi
Besi
Seng
Tiamin
Asam Folat
Vitamin B12
Niasin
Tingkat
Fortifikasi
ppm
80
30
6.4
1.3
0.01
53
Retensi ke
Konsumen
%
99
99
71
89
86
89
Kandungan Zat Gizi Mikro
mg
19.8
7.4
1.1
0.3
2.15x10-3
11.8
µg
19 800
7 425
1 136
289.3
2.2
11 792
Keterbatasan Penelitian
Data pangan olahan beras, yakni bubur bayi instant tidak dikumpulkan
dalam penelitian ini padahal konsumsinya menunjukkan peningkatan baik di
pedesaan maupun di perkotaan (Muttaqin 2008). Literatur mengenai kandungan
14
zat gizi mikro beras tidak ditemukan sehingga tidak dapat dilakukan perbandingan
estimasi kontribusi zat gizi tanpa dan dengan difortifikasi zat gizi mikro.
Definisi Operasional
Rumah tangga sasaran penerima manfaat (RTS-PM) Raskin adalah rumah
tangga yang didefinisikan sebagai rumah tangga sangat miskin, miskin, dan
hampir miskin berdasarkan pendataan PPLS 2011 BPS yang terdaftar
sebagai penerima manfaat Raskin.
Contoh adalah rumah tangga yang termasuk dalam daftar RTS-PM Raskin dan
merupakan rumah tangga yang anggota keluarganya tinggal dalam satu
rumah dan memiliki dapur yang sama. Rumah tangga tersebut hanya
menebus Raskin yang merupakan perwakilan rumah tangga tersebut.
Raskin yang ditebus kemudian dikonsumsi bersama oleh semua anggota
keluarga.
Karakteristik sosial demografi keluarga contoh adalah karakteristik keluarga
contoh yang meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan, dan jenis pekerjaan
kepala keluarga.
Raskin atau beras untuk rakyat miskin adalah beras yang diperuntukkan bagi
masyarakat berpenghasilan rendah yang disubsidi oleh pemerintah melalui
Program Raskin. Maksud dari masyarakat berpenghasilan rendah adalah
rumah tangga yang terdaftar sebagai penerima manfaat Raskin (RTS-PM).
Titik distribusi (TD) adalah tempat atau lokasi penyerahan Raskin dari Perum
Bulog kepada Pelaksana Distribusi Raskin di desa/kelurahan.
Titik Bagi (TB) adalah tempat atau lokasi penyerahan beras Raskin dari
Pelaksana Distribusi Raskin kepada RTS-PM.
Beras non-Raskin adalah penamaan beras selain Raskin yang didapatkan contoh
dengan membeli di tempat lain, tidak di TD Raskin.
Pola penggunaan Raskin adalah cara dan jumlah pemanfaaatan Raskin yang
digunakan untuk dikonsumsi, diberikan kepada saudara/rumah tangga lain,
dijual dalam bentuk beras maupun pangan olahannya, digunakan sebagai
pakan dan lain-lain.
Jumlah Raskin yang “Mampu Dibeli” adalah jumlah Raskin yang sanggup
dibeli oleh RTS-PM tiap pembagian Raskin dalam satuan kg.
Jumlah Raskin yang “Benar-benar Diterima” adalah jumlah Raskin aktual
yang diterima oleh RTS-PM tiap pembagian Raskin setiap bulan dalam
satuan kg.
Total konsumsi beras adalah jumlah beras non-Raskin dan Raskin yang
dikonsumsi oleh contoh, baik yang dikonsumsi di dalam rumah (diolah)
maupun di luar rumah (dibeli), yang berasal dari pembelian maupun
pemberian, yang dinyatakan dalam satuan gram per kapita per hari.
Total konsumsi Raskin adalah jumlah Raskin yang dikonsumsi oleh contoh, baik
yang dikonsumsi di dalam rumah maupun di luar rumah, yang berasal dari
pembelian maupun pemberian yang dinyatakan dalam satuan gram per
kapita per hari.
Angka Kecukupan Gizi (AKG) zat gizi mikro contoh adalah rata-rata asupan
zat gizi mikro (zat besi, seng, tiamin, asam folat, vitamin B12, dan niasin)
15
harian yang cukup untuk memenuhi kebutuhan zat gizi mikro anggota
rumah tangga contoh sesuai kelompok umur, jenis kelamin, dan keadaan
fisiologisnya, yang dihitung berdasarkan AKG hasil Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi tahun 2004, dengan faktor koreksi berat badan aktual.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
BPS berperan dalam mengidentifikasi rumah tangga miskin di Indonesia
yang berhak mendapatkan Raskin. RTS-PM Raskin pada tahun 2012 hingga tahun
2014 ditetapkan berdasarkan Pendataan Program Perlindungan Sosial tahun 2011
(PPLS 2011) BPS. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor berdasarkan
Basis Data Terpadu dari TNP2K, pada tahun 2012 sebanyak 30% atau 918 617
jiwa yang tercakup dalam 196 028 rumah tangga. Kabupaten Bogor terbagi
menjadi 40 kecamatan. Hasil rekapitulasi jumlah rumah tangga miskin menurut
kecamatan menunjukkan bahwa Kecamatan Leuwiliang merupakan kecamatan
yang memiliki jumlah rumah
KONTRIBUSI RASKIN TERHADAP TOTAL
KONSUMSI BERAS DAN TINGKAT KECUKUPAN
GIZI PADA RUMAH TANGGA MISKIN DI BOGOR
ARLINA KAROLIN SIHOMBING
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
ii
i
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kontribusi Raskin
terhadap Total Konsumsi Beras dan Tingkat Kecukupan Gizi pada Rumah Tangga
Miskin di Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014
Arlina Karolin Sihombing
NIM I14114021
i
i
ABSTRAK
ARLINA KAROLIN SIHOMBING. Kontribusi Raskin terhadap Total Konsumsi
Beras dan Tingkat Kecukupan Gizi pada Rumah Tangga Miskin di Bogor.
Dibimbing oleh DRAJAT MARTIANTO.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kontribusi Beras untuk
Keluarga Miskin (Raskin) terhadap total konsumsi beras serta tingkat kecukupan
gizi pada rumah tangga miskin. Desain penelitian yang digunakan adalah Cross
Sectional Study dan dilakukan di Kabupaten dan Kota Bogor. Sebanyak 98 rumah
tangga miskin yang terdaftar sebagai penerima manfaat (RTS-PM) Raskin dipilih
secara acak sebagai contoh. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata
jumlah Raskin yang diterima oleh contoh adalah sebesar 5.8 kg/RT/bulan (2.8 kg
di Dramaga, 2.4 kg di Leuwiliang, 9.0 kg di Bogor Selatan). Rata-rata konsumsi
Raskin contoh adalah 40.4 gram/kap/hari sementara total konsumsi beras contoh
adalah 234.6 gram/kapita/hari (221.4 gram di Dramaga, 255.9 gram di
Leuwiliang, 230.1 gram di Bogor Selatan). Kontribusi Raskin terhadap total
konsumsi beras contoh (7.0 kg/kapita/bulan) sebesar 17.2%. Jumlah Raskin yang
diterima oleh contoh hanya dapat memenuhi konsumsi beras contoh selama 9.5
hari. Apabila Raskin difortifikasi dengan zat besi 80 ppm, seng 30 ppm, tiamin
6.4 ppm, asam folat 1.3 ppm, vitamin B12 0.01 ppm, dan niasin 53 ppm
diperkirakan akan meningkatkan kontribusi zat gizi mikro masing-masing sebesar
20.0% zat besi, 17.8% tiamin, 14.8% vitamin B12, 13.9% niasin, 12.9% asam
folat, dan 10.4% seng.
Kata kunci: Beras, Raskin, rumah tangga miskin
ABSTRACT
ARLINA KAROLIN SIHOMBING. Contribution of Raskin to Total Rice
Consumption and Nutritional Adequacy on Poor Households in Bogor.
Supervised by DRAJAT MARTIANTO.
The aim of this study was to analyze contribution of Rice for the Poor
(Raskin) to total rice consumption and nutritional adequacy on poor households in
Bogor. Design study used cross sectional study and it was done in Kabupaten and
Kota Bogor. There were 98 poor households which listed as Rumah Tangga
Penerima Manfaat (RTS-PM) Raskin chosen randomly as samples. Result of this
study showed that average amount of Raskin which received by households were
5.8 kg/hh/month (2.8 kg in Dramaga, 2.4 kg in Leuwiliang, 9.0 kg in Bogor
Selatan). Average of households Raskin consumption were 40.4 gram/capita/day,
despite of total households rice consumption were 234.6 gram/capita/day (221.4
gram in Dramaga, 255.9 gram in Leuwiliang, 230.1 gram in Bogor Selatan).
Contribution of Raskin for total households rice consumption (7.0
kg/capita/month) were 17.2%. Total Raskin which received by household only
ii
could provide household rice consumption for 9.5 days. If Raskin fortified with 80
ppm iron, 30 ppm zinc, 6.4 ppm thiamine, 1.3 ppm folic acid, 0.01 ppm vitamin
B12, and 53 ppm niasin were estimated to increase micronutrients contribution of
iron 20.0%, thiamine 17.8%, vitamin B12 14.8%, niasin 13.9%, folic acid 12.9%,
and zinc 10.4% respectively.
Keyword: Poor household, Raskin, rice
iii
KONTRIBUSI RASKIN TERHADAP TOTAL
KONSUMSI BERAS DAN TINGKAT KECUKUPAN
GIZI PADA RUMAH TANGGA MISKIN DI BOGOR
ARLINA KAROLIN SIHOMBING
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
iv
v
Judul
Nama
NIM
: Kontribusi Raskin terhadap Total Konsumsi Beras dan Tingkat
Kecukupan Gizi pada Rumah Tangga Miskin di Bogor.
: Arlina Karolin Sihombing
: I14114021
Disetujui oleh
Dr Ir Drajat Martianto, MSi
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Rimbawan
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul
Nama
NIM
: Kontribusi Raskin terhadap Total Konsumsi Beras dan Tingkat
Kecukupan Gizi pada Rumah Tangga Miskin di Bogor.
: Arlina Karolin Sihombing
: 114114021
Disetujui oleh
Dr Ir Drajat Martianto, MSi
Pembimbing
Tanggal Lulus:
2 5 MAR 2014
vi
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2013 ini ialah
Konsumsi „Beras untuk Keluarga Miskin‟ (Raskin), dengan judul Kontribusi
Raskin terhadap Total Konsumsi Beras dan Tingkat Kecukupan Gizi pada Rumah
Tangga Miskin di Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Drajat Martianto,
M.Si selaku pembimbing, atas segenap bimbingan, saran dan dukungannya
selama penulis menyusun karya ilmiah ini. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Ibu Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, M.Si selaku pembimbing
akademik yang juga telah memberi bimbingan dan dukungan selama menjalani
pendidikan. Terima kasih juga penulis persembahkan kepada Ibu Dr. Ir. Cesilia
Meti Dwiriani, M.Sc yang telah menguji dan memberi banyak masukan yang
berguna bagi penyempurnaan karya ilmiah ini.
Ungkapan terima kasih yang tak terhingga penulis persembahkan kepada
Bapak dan Ibu tercinta, atas segala doa, dukungan dan pengorbanannya selama
penulis melakukan studi. Terima kasih juga penulis persembahkan kepada orang
tua kedua saya, Abang dan Kakak Sahala di Cibinong atas segala doa, perhatian
dan kasih sayangnya. Terima kasih yang tak terhingga penulis persembahkan juga
kepada teman dan sahabat, Willy, Titin, Rafiq, Irani, Richardson, dan Fanji atas
segala bantuan dan pengorbanannya selama mendampingi penulis hingga
selesainya karya ilmiah ini.
Terima kasih buat para pendamping di lapangan, staf dan warga di
Kecamatan Dramaga, Leuwiliang, dan Bogor Selatan, atas izin dan segala bantuan
yang diberikan kepada penulis selama penelitian. Terima kasih buat teman-teman
seperjuangan di Program Sarjana Alih Jenis Gizi Departemen Gizi Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia IPB, segenap dosen dan staf atas bantuannya selama
penulis menjalani studi. Akhirnya penulis berharap, semoga karya ilmiah ini
bermanfaat bagi banyak pihak. Amin.
Bogor, Maret 2014
Arlina Karolin Sihombing
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................i
DAFTAR TABEL ...................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ x
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Perumusan Masalah ............................................................................................. 2
Tujuan Penelitian................................................................................................. 3
Tujuan Umum .................................................................................................. 3
Tujuan Khusus ................................................................................................. 3
Manfaat Penelitian............................................................................................... 3
Kerangka Pemikiran ............................................................................................ 4
METODE ................................................................................................................. 6
Desain, Waktu, dan Tempat ................................................................................ 6
Teknik Penarikan Contoh .................................................................................... 6
Jenis dan Metode pengumpulan data .................................................................. 7
Pengolahan dan Analisis Data ............................................................................. 9
Keterbatasan Penelitian ..................................................................................... 13
Definisi Operasional .......................................................................................... 14
HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................. 15
Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................................. 15
Desa Petir (Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor) ................................... 16
Desa Karehkel (Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor) ........................ 16
Desa Leuwimekar (Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor) ................... 17
Kelurahan Mulyaharja (Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor) ................. 17
Karakteristik Sosial Demografi ......................................................................... 18
Penerimaan/Pembelian Beras ............................................................................ 20
Kebutuhan Beras ............................................................................................ 20
Penerimaan/Pembelian Raskin ...................................................................... 21
Pola Penggunaan Raskin................................................................................ 24
ix
Penerimaan/Pembelian Beras non-Raskin ..................................................... 25
Penerimaan/Pembelian Total Beras (Beras non-Raskin dan Raskin) ............ 26
Konsumsi Beras ................................................................................................. 26
Kontribusi Raskin .............................................................................................. 30
Estimasi Kontribusi Zat Gizi Mikro Raskin ...................................................... 31
SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................... 32
Simpulan............................................................................................................ 32
Saran .................................................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 33
LAMPIRAN ........................................................................................................... 36
DAFTAR TABEL
1
2
3
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Jenis dan metode pengumpulan data ............................................................... 8
Besaran konversi makanan jadi berbahan dasar beras ke bentuk asal
beras ............................................................................................................... 11
AKG bagi orang Indonesia ............................................................................ 12
AKG bagi orang Indonesia (Lanjutan) .......................................................... 13
Kandungan zat gizi mikro per 250 g Raskin Fortifikasi................................ 13
Jumlah RTS-PM Raskin di masing-masing lokasi penelitian ....................... 15
Jumlah RTS-PM di Kelurahan Mulyaharja tahun 2013 ................................ 17
Karakteristik sosial demografi keluarga contoh ............................................ 19
Rata-rata kebutuhan beras contoh ................................................................. 20
Penggunaan Raskin contoh selama 1 bulan................................................... 24
Penerimaan/pembelian beras non-Raskin contoh .......................................... 25
Penerimaan/pembelian beras contoh ............................................................. 26
Konsumsi beras contoh berdasarkan asal konsumsinya ................................ 27
Frekuensi konsumsi produk turunan/makanan olahan beras contoh ............. 28
Konsumsi beras non-Raskin dan Raskin contoh ........................................... 29
Total konsumsi beras contoh ......................................................................... 30
Kontribusi Raskin terhadap total konsumsi beras contoh ............................. 31
Estimasi kontribusi Fortifikasi Raskin terhadap kecukupan zat gizi
mikro aktual contoh ....................................................................................... 32
x
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
Kerangka pemikiran penelitian........................................................................ 5
Alur dan cara penarikan contoh ....................................................................... 7
Rata-rata jumlah dan harga penerimaan/pembelian Raskin selama
empat bulan terakhir ...................................................................................... 21
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
2
Kuisioner Penelitian ...................................................................................... 36
Food Model (nasi putih) ................................................................................ 43
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kemiskinan telah diidentifikasi menjadi salah satu akar masalah penyebab
rumah tangga tidak mampu mengakses pangan secara cukup baik jumlah maupun
mutunya. Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013 mencatat bahwa angka
kemiskinan Indonesia tahun 2012 adalah 8.60% di perkotaan dan 14.70% di
pedesaan. Meskipun saat ini angka kemiskinan di daerah perkotaan lebih rendah
daripada di daerah pedesaan, permasalahan masyarakat miskin di daerah
perkotaan relatif lebih kompleks. Pertumbuhan penduduk yang pesat dan
persaingan untuk bertahan hidup yang lebih besar menyebabkan kesenjangan
sosial di masyarakat perkotaan lebih terlihat jelas dibandingkan di daerah
pedesaan (Maxwell et al. 2000).
Kemampuan rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan pangan sangat
bergantung kepada kemampuan ekonomi rumah tangga dalam mengakses pangan
yang tersedia di pasar. Kondisi tidak tahan pangan pada rumah tangga
mengakibatkan kualitas diet yang rendah (Champagne et al. 2007) dan
memperburuk resiko penyakit kronis (Huet et al. 2012). Kemiskinan telah
menyebabkan rendahnya kualitas asupan zat gizi, terjadinya penyakit infeksi,
serta buruknya pengetahuan dan praktek keluarga berencana, sehingga
menyebabkan rendahnya status gizi anak balita dan ibu hamil yang pada akhirnya
berdampak pada rendahnya kualitas sumber daya manusia. Perlu adanya upaya
yang komprehensif untuk dapat memutuskan lingkaran setan tersebut. Salah
satunya adalah investasi gizi untuk memutuskan lingkaran setan antara
kemiskinan dan kurang gizi (Martianto et al. 2006).
Pemerintah Indonesia secara konsisten memberikan perhatian terhadap
pemenuhan hak atas pangan masyarakat sejak krisis pangan pada tahun 1998,
yang antara lain diimplementasikan melalui Operasi Pasar Khusus (OPK) untuk
meningkatkan akses rumah tangga miskin terhadap pangan (beras) pada saat harga
meningkat. OPK memberikan subsidi beras secara targetted kepada rumah tangga
miskin dan rawan pangan. Hasil kajian dan analisis OPK oleh Dr. Frank Wiebe
dari Harvard Institute For International Development - USA antara lain
menyimpulkan bahwa program pendistribusian beras untuk masyarakat miskin
secara langsung pada kelompok sasaran merupakan upaya yang terbaik dalam
mengatasi masalah rawan pangan. Tanpa Program OPK, konsumsi kalori keluarga
miskin akan berkurang sebesar 8% dan konsumsi protein turun sekitar 15%, yang
berpotensi meningkatkan jumlah masyarakat kelaparan dan kekurangan gizi
(Bulog 2010).
Nama OPK pada tahun 2002 diubah menjadi Program Beras untuk Keluarga
Miskin (Program Raskin) yang bertujuan untuk lebih mempertajam sasaran
penerima manfaat (Kemenkokesra 2012). Rumah tangga sasaran penerima
manfaat (RTS-PM) Raskin mulai tahun 2012 ditetapkan berdasarkan Pendataan
Program Perlindungan Sosial tahun 2011 (PPLS 2011) BPS. RTS-PM Raskin
(periode Juli-September 2012) pada 20% kelompok penduduk berpendapatan
terendah meningkat dari sekitar 18,5% pada Maret 2012 menjadi sekitar 20,1%
pada September 2012 (Susenas 2012). Setiap RTS-PM dapat membeli sejumlah
2
beras di titik distribusi (TD) dengan harga yang lebih murah dari harga di pasaran
(bersubsidi) melalui Program Raskin. Selama pelaksanaan program, jumlah beras
yang dialokasikan untuk setiap RTS-PM mengalami beberapa kali perubahan,
namun tetap pada kisaran 10-20 kg per distribusi hingga pada tahun 2011
berjumlah 15 kg. Harga beras bersubsidi yang harus dibayar RTS-PM pada awal
pelaksanaan program adalah Rp1 000 per kg di TD. Sejak tahun 2008 harganya
dinaikkan menjadi Rp1 600 per kg. Frekuensi distribusi juga mengalami
perubahan dari 10-12 kali distribusi per tahun menjadi 13 kali per tahun sejak
tahun 2010 (Bulog 2010).
Program Raskin telah berlangsung selama 14 tahun dan selama itu pula
banyak pihak yang tertarik untuk melihat kontribusi Program Raskin dalam
memperbaiki konsumsi pangan masyarakat. Sasaran Program Raskin tahun 2013
adalah berkurangnya beban pengeluaran RTS-PM dalam mencukupi kebutuhan
pangan beras melalui pendistribusian beras bersubsidi sebanyak 15 kg/RTSPM/bulan dengan harga tebus Rp1 600 per kg netto di TD. Perum Bulog mencatat
hasil studi selama periode OPK pada tahun 1998/1999 menunjukkan bahwa
bantuan beras sejumlah 20 kg per rumah tangga telah dapat menolong 2/3
kebutuhan beras rumah tangga. Evaluasi Program Raskin telah banyak dilakukan.
Hasil tinjauan efektifitas Program Raskin oleh Hastuti et al. (2012)
memperlihatkan bahwa ke-enam indikator ketepatan Program Raskin, yakni tepat
sasaran, jumlah, harga, waktu, administrasi, dan kualitas belum sepenuhnya
tercapai. Menurut Arifin (2005) evaluasi Raskin yang ada selama ini tidak
melakukan analisis terhadap pemenuhan gizi makro, sebagaimanan tujuan awal
Program Raskin itu sendiri. Publikasi Asian Development Bank (ADB) pada
tahun 2013 menjelaskan bahwa Program subsidi pangan (beras) melalui Program
Raskin hanya memiliki sedikit bukti dalam meningkatkan konsumsi pangan
masyarakat. Kontribusi Raskin terhadap total konsumsi beras RTS-PM Raskin
relatif kurang disoroti sebagai bahan pertimbangan untuk keberlanjutan program.
Terlebih lagi Program Fortifikasi Raskin dengan zat besi telah dirintis sejak tahun
2010, apakah sudah cukup efektif dalam memenuhi kebutuhan zat gizi mikro
rumah tangga?
Perumusan Masalah
Tujuan Program Raskin adalah mengurangi beban pengeluaran RTS-PM
melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras. Selain
itu, ke depan Program Raskin diperlukan dalam rangka mengatasi masalah
kekurangan gizi mikro pada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui
Program Fortifikasi Raskin dengan beberapa zat gizi mikro, yaitu zat besi, seng,
tiamin, asam folat, vitamin B12, dan niasin. Meskipun secara teoritis Raskin
dibagikan sebanyak 15 kg per rumah tangga per bulan, namun dalam beberapa
laporan ditemukan bahwa Raskin dibagi merata di kalangan rumah tangga miskin
maupun rumah tangga lain, yang oleh masyarakat setempat dinilai tergolong
miskin. Dalam kaitannya dengan rencana Fortifikasi Raskin, jumlah Raskin yang
diterima dan dikonsumsi oleh RTS sangat penting untuk diketahui agar efektifitas
program Fortifikasi Raskin dapat diprediksi. Hingga saat ini angka efektif Raskin
yang diterima dan dikonsumsi RTS maupun kontribusi Raskin terhadap total
3
konsumsi beras rumah tangga belum banyak dikaji. Berdasarkan beberapa
pertimbangan itulah studi ini dilakukan. Secara rinci studi ini dimaksudkan untuk
menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Berapakah jumlah Raskin yang “mampu dibeli” (keseluruhan 15 kg atau
sebagian saja) dan yang “benar-benar diterima” oleh setiap rumah tangga
miskin?
2. Bagaimana dengan pola penggunaan Raskin? (Apakah seluruhnya
dikonsumsi? Dijual dalam bentuk beras atau dalam bentuk produk turunan
(aneka kue)? Atau untuk keperluan sosial/disumbangkan kepada pihak lain
atau untuk “selamatan” dan lain-lain?)
3. Berapa kontribusi Raskin terhadap total konsumsi beras rumah tangga
dalam survey di bulan terakhir?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis kontribusi Raskin
terhadap total konsumsi beras dan tingkat kecukupan gizi pada rumah tangga
miskin.
Tujuan Khusus
1.
2.
3.
4.
5.
Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain:
Mempelajari karakteristik sosial demografi rumah tangga miskin di lokasi
penelitian.
Mempelajari jumlah Raskin aktual yang diterima oleh rumah tangga miskin
per bulan dalam empat bulan terakhir dan pola penggunaannya.
Menganalisis total konsumsi beras pada rumah tangga miskin di lokasi
penelitian, baik yang dikonsumsi di rumah maupun makan di luar rumah.
Menganalisis kontribusi Raskin terhadap total konsumsi beras rumah tangga
miskin di lokasi penelitian.
Melakukan estimasi kontribusi zat gizi mikro (zat besi, seng, tiamin, asam
folat, vitamin B12, dan niasin) yang diperoleh dari Raskin Fortifikasi terhadap
angka kecukupan zat gizi mikro rumah tangga miskin.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan ini diharapkan mampu memberikan
gambaran efektifitas Program Raskin dan kontribusi Raskin terhadap total
konsumsi beras serta estimasi kontribusi zat gizi mikro Raskin bila difortifikasi
terhadap angka kecukupan zat gizi mikro rumah tangga miskin. Gambaran
tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi Program Raskin
dan sebagai bahan penilaian efektifitas Program Fortifikasi Raskin untuk
menanggulangi masalah kekurangan zat gizi mikro pada rumah tangga miskin
atau RTS-PM Raskin.
4
Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran yang disusun dalam penelitian ini didasarkan pada
kerangka model UNICEF tahun 1990 tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
status gizi ibu dan anak, dimana kemiskinan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi akses pangan, kemudian mempengaruhi konsumsi pangan yang
pada akhirnya mempengaruhi status gizi ibu dan anak. Kemiskinan sebagai salah
satu penyebab masalah gizi menyebabkan terbatasnya akses rumah tangga miskin
terhadap beras yang kemudian akan mengakibatkan rendahnya kuantitas konsumsi
beras. Konsumsi beras dan pangan lain yang rendah akan mempengaruhi status
gizi rumah tangga miskin. Masalah pangan dan gizi di Indonesia selain masih
tingginya prevalensi kurang gizi pada balita, adalah masalah kurang zat gizi mikro
seperti vitamin dan mineral. Kurang Gizi Mikro (KGM) berdampak pada kualitas
hidup, pertumbuhan ekonomi dan sosial, meningkatkan angka kematian ibu dan
anak, penyakit akibat infeksi, menurunkan tingkat kecerdasan anak dan
produktivitas kerja (Wimalawansa 2013, Manno et al. 2012, Arlappa et al. 2011,
Oktaviana 2012).
Penyaluran beras bersubsidi (Raskin) bagi kelompok masyarakat
berpendapatan rendah, melalui Program Raskin bertujuan untuk mengurangi
beban pengeluaran RTS-PM dalam memenuhi kebutuhan beras. Selain itu juga
untuk meningkatkan akses masyarakat berpendapatan rendah dalam pemenuhan
kebutuhan beras. Peningkatan akses dan konsumsi beras melalui Program Raskin
dapat meningkatkan konsumsi zat gizi RTS-PM yang kemudian dapat
menigkatkan status gizi RTS-PM. Kontribusi Raskin terhadap total konsumsi
beras contoh dihitung dari perbandingan jumlah konsumsi Raskin terhadap total
konsumsi beras dan angka kecukupan gizi contoh.
5
Kemiskinan
Karakteristik
Rumah Tangga Miskin:
umur dan jenis kelamin
Akses beras terbatas
Konsumsi beras dan
pangan lain rendah
Angka Kecukupan Gizi
Defisiensi Zat Gizi
Program
Raskin
Peningkatatan akses
dan konsumsi beras
Akses beras
Total konsumsi
beras
Konsumsi
beras non-Raskin
Konsumsi
Raskin
Kontribusi
Raskin
Kontribusi zat gizi
Raskin
Peningkatan konsumsi zat
gizi
Perbaikan status defisiensi
zat gizi
Keterangan:
: Variabel yang diteliti
:
: Variabel yang tidak diteliti
: Hubungan yang dianalisis
: Hubungan yang tidak dianalisis
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
6
METODE
Desain, Waktu, dan Tempat
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross
sectional study yaitu dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis
karakteristik sosial demografi dan konsumsi beras pada rumah tangga miskin yang
diteliti dalam sekali waktu pengukuran. Penelitian ini dilaksanakan selama 3
bulan pada bulan November 2013 sampai Januari 2014.
Penentuan lokasi penelitian didasarkan pada persentase penduduk miskin
yang paling tinggi pada tahun 2012 di wilayah Kabupaten Bogor dan Kota Bogor.
Kecamatan yang terpilih di wilayah Kabupaten Bogor adalah Kecamatan
Dramaga dan Leuwiliang sedangkan di wilayah Kota Bogor dipilih Kecamatan
Bogor Selatan. Jumlah rumah tangga miskin paling tinggi di wilayah Kabupaten
Bogor pada tahun 2012 menurut data kemiskinan Bappeda Kabupaten Bogor
tahun 2013 adalah di Kecamatan Leuwiliang, yaitu sebanyak 10 469 rumah
tangga (5,3%). Persentase rumah tangga miskin di Kecamatan Dramaga adalah
sebesar 2.1%. Jumlah rumah tangga miskin paling tinggi di wilayah Kota Bogor
pada tahun 2012 (BPS 2013) adalah di Kecamatan Bogor Selatan, yaitu sebanyak
15 992 rumah tangga (24.6%).
Teknik Penarikan Contoh
Populasi penelitian ini adalah seluruh rumah tangga miskin di Kecamatan
Dramaga dan Leuwiliang, Kabupaten Bogor dan Kecamatan Bogor Selatan, Kota
Bogor. Unit analisis terkecil dilakukan pada rumah tangga untuk variabel-variabel
karakteristik sosial demografi dan konsumsi pangan (beras non-Raskin dan
Raskin). Rumah tangga miskin yang dimaksud dalam penelitian ini adalah rumah
tangga hasil pendataan PPLS 2011 BPS yang digunakan untuk menentukan RTSPM Raskin. Penetapan desa/kelurahan di masing-masing kecamatan dilakukan
secara purposive dengan pertimbangan bahwa desa/kelurahan tersebut terdapat
populasi RTS-PM Raskin dengan persentase sekurang-kurangnya 20% terhadap
total rumah tangga populasi. Desa/kelurahan yang memenuhi kriteria kemudian
dipilih secara acak sederhana. Desa/kelurahan yang terpilih adalah Desa Petir di
Kecamatan Dramaga, Desa Leuwimekar dan Desa Karehkel di Kecamatan
Leuwiliang serta Kelurahan Mulyaharja di Kecamatan Bogor Selatan. Besar
contoh dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus Slovin (Singarimbun &
Effendi 2011) sebagai berikut:
Keterangan:
n
= Jumlah contoh
N
= Jumlah populasi
d
= Tingkat kesalahan yang dapat ditolerir (10%)
7
Total rumah tangga yang menjadi contoh penelitian ini adalah 98 rumah
tangga. Penarikan contoh di masing-masing desa/kelurahan dilakukan secara acak
sederhana. Alur dan cara penarikan contoh dapat dilihat pada Gambar 2.
Alur Penarikan Contoh
Pertimbangan:
Kabupaten Bogor:
40 kecamatan
Kota Bogor:
6 kecamatan
Kecamatan
Leuwiliang:
11 desa
Kecamatan
Dramaga:
10 desa
Kecamatan Bogor
Selatan:
16 desa/kelurahan
- Desa Karehkel
15 contoh
- Desa Leuwimekar
10 contoh
Desa Petir
23 contoh
Kelurahan
Mulyaharja
50 contoh
- Pemilihan
kecamatan
berdasarkan
persentase rumah
tangga miskin yang
paling tinggi di
Kabupaten dan
Kota Bogor.
- Pemilihan
desa/kelurahan
berdasarkan
persentase RTSPM sekurangkurangnya >20%
dari jumlah total
rumah tangga.
Gambar 2 Alur dan cara penarikan contoh
Jenis dan Metode pengumpulan data
Penelitian ini menggabungkan metode kuantitatif dan metode kualitatif
dalam pengumpulan data. Metode kuantitatif dilakukan dengan menggunakan
instrumen kuesioner yang ditujukan untuk menggali informasi, seperti
karakteristik sosial demografi contoh, kebutuhan beras, penerimaan/pembelian
beras, dan konsumsi beras pada tingkat rumah tangga. Data yang dikumpulkan
dengan gabungan antara metode kuantitatif dan kualitatif adalah
penerimaan/pembelian dan pola penggunaan Raskin selama empat bulan terakhir
yang dikumpulkan dengan melakukan wawancara mendalam yang lebih
difokuskan untuk menggali informasi dari contoh (indepth interview). Tujuan
penggalian informasi secara kualitatif adalah untuk memperoleh gambaran
mengenai keadaan penerimaan/pembelian Raskin selama empat bulan terakhir
karena jumlah dan harga Raskin yang diterima/dibeli contoh berbeda-beda.
Tujuan lainnya adalah untuk memperoleh gambaran mengenai pola penggunaan
Raskin contoh karena telah diidentifikasi bahwa Raskin yang diterima/dibeli
contoh tidak dimanfaatkan sebagian atau semuanya untuk konsumsi tetapi juga
untuk keperluan lainnya.
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder (Tabel 1). Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan
kepala keluarga atau anggota keluarga yang mengetahui keadaan/proses
8
pengolahan makanan di rumah dan juga mengetahui kebiasaan konsumsi semua
anggota keluarga baik di dalam maupun di luar rumah. Data ini dikumpulkan
dengan menggunakan kuesioner yang telah disusun untuk mengidentifikasi
karakteristik sosial demografi keluarga contoh, penerimaan/pembelian beras, dan
konsumsi beras contoh. Data sekunder yang dikumpulkan, yaitu data kemiskinan
Kabupaten Bogor dan Kota Bogor dari data BPS dan Bappeda Kabupaten Bogor,
sedangkan data letak geografis lokasi penelitian, jumlah rumah tangga miskin
maupun RTS-PM Raskin di lokasi penelitian, serta jumlah Raskin yang diterima
dan didistribusikan oleh tim kordinasi maupun pelaksana distribusi di
Desa/Kelurahan didapatkan dari data desa/kelurahan tempat penelitian dilakukan.
Tabel 1 Jenis dan metode pengumpulan data
No.
Variabel
Data primer
1
Karakteristik sosial
demografi keluarga
contoh
Data yang Dikumpulkan
Umur, Jenis kelamin,
Jumlah anggota keluarga,
Jenjang pendidikan kepala
keluarga, dan Pekerjaan
kepala keluarga.
2
Penerimaan/pembelian a. Penerimaan/pembelian
beras contoh
Raskin dan beras nonRaskin
b. Pola penggunaan Raskin
3
Konsumsi beras
Total konsumsi beras non
contoh
Raskin dan Raskin di
dalam rumah dan di luar
rumah
Data Sekunder
1
Gambaran umum
a. Jumlah rumah tangga
lokasi penelitian
miskin di Kabupaten dan
Kota Bogor
b. Profil desa/kelurahan
c. Jumlah RTS-PM Raskin
d. Jumlah Raskin yang
didistribusikan
Cara Pengumpulan Data
Wawancara dengan
kuesioner secara
kuantitatif.
Wawancara dengan
kuesioner secara
kuantitatif dan secara
kualitatif.
Wawancara dengan
metode Recall 1x24 jam
dan FFQ selama satu
bulan pengukuran.
Mencatat dari data BPS
Bogor.
Mencatat dari data yang
ada di Kantor Kecamatan
dan Kelurahan/Desa.
Variabel karakteristik sosial demografi keluarga contoh, meliputi umur,
jenis kelamin, besar rumah tangga, jenjang pendidikan dan pekerjaan kepala
keluarga. Data kebutuhan beras contoh dikumpulkan dengan menggunakan
kuisioner. Variabel penerimaan/pembelian beras contoh dikumpulkan secara
kuantitatif dengan menggunakan kuisioner untuk mendapatkan data jumlah beras
non-Raskin maupun Raskin yang diterima/dibeli oleh contoh. Kuisioner
dilengkapi dengan tabel pola penggunaan Raskin, yang dibedakan menjadi: 1)
jumlah yang dikonsumsi; 2) jumlah yang dijual (dalam bentuk beras atau dalam
bentuk produk turunan); 3) jumlah yang digunakan untuk keperluan
sosial/disumbangkan kepada pihak lain atau untuk “selamatan”; 4) jumlah yang
digunakan untuk pakan; dan lain-lain. Data tersebut dapat menyediakan informasi
untuk keperluan analisis mengenai pola penggunaan Raskin pada contoh.
Informasi lebih mendalam mengenai keadaan penerimaan/pembelian Raskin dan
9
pola penggunaan Raskin selama empat bulan terakhir digali dengan menanyakan
beberapa pertanyaan terbuka terhadap contoh secara kualitatif.
Variabel konsumsi pangan yang dikumpulkan dibedakan menjadi dua,
yaitu konsumsi beras non-Raskin dan Raskin dari berbagai sumber (pembelian,
pemberian atau produksi bila ada). Data konsumsi beras non-Raskin dan Raskin
dikumpulkan dengan metode recall 1x24 jam dan food frequency quitionaire
(FFQ) selama satu bulan pengukuran. Metode food recall 1x24 jam dipilih karena
berguna untuk mengetahui jumlah konsumsi beras sehari. Metode FFQ dipilih
karena berguna untuk mengetahui pola konsumsi pangan (beras) contoh. Alasan
lain adalah karena jenis pangan (beras) yang ditanyakan tidak terlalu banyak
sehingga tidak membosankan baik bagi pengumpul data maupun contoh, sehingga
akurasinya baik. FFQ dimodifikasi dengan pertimbangan bahwa konsumsi beras
mungkin saja tidak hanya di rumah tetapi juga di luar rumah serta beras yang
dikonsumsi mungkin saja berasal dari pembelian atau pemberian. Modifikasi yang
dilakukan pada FFQ yaitu dengan mengelompokkan konsumsi pangan olahan
beras berdasarkan jenisnya, yakni beras non-Raskin dan Raskin, kemudian
masing-masing jenis beras dikelompokkan lagi menjadi dua, yakni konsumsi
pangan olahan beras beras yang berasal dari dalam rumah (diolah sendiri) dan
konsumsi pangan olahan beras yang berasal dari luar rumah (dibeli dalam bentuk
makanan jadi). Pada metode ini dilakukan pencatatan frekuensi dan rata-rata berat
pangan olahan beras yang dikonsumsi tiap frekuensi pada periode waktu tertentu
(harian, mingguan atau bulanan). Jumlah/berat pangan olahan beras dalam satuan
URT atau gram dikumpulkan dengan menggunakan food model berupa beberapa
foto nasi putih, yaitu nasi putih 100 gram, 150 gram, dan 300 gram (Lampiran 2).
Informasi berat pangan olahan beras yang dikonsumsi oleh contoh tiap kali makan
diperoleh dengan memperlihatkan food model tersebut untuk meningkatkan
ketajaman pengambilan data.
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang dikumpulkan melalui wawancara dengan kuesioner diolah dan
dengan menggunakan program komputer Microsoft of Excel 2010 dan dianalisis
secara deskriptif dengan memperhatikan nilai rata-rata dan standar deviasi. Proses
pengolahan data meliputi entry, coding, editing, dan analisis. Langkah pertama
adalah mengedit data dalam borang kuisioner. Hal ini dilakukan di lapangan
setelah setiap borang kuisioner terisi data yang dicari untuk menghindari
kesalahan pengisian borang kuisioner. Kedua, data yang sudah bersih dimasukkan
(entry) ke komputer sesuai kebutuhan analisis dan dikodekan (coding). Ketiga,
membuat tabel frekuensi atau tabel silang untuk keperluan analisis. Keempat,
mengedit (editing) kembali yakni mengoreksi kesalahan-kesalahan yang ditemui
setelah membaca tabel frekuensi yang datanya tidak logis. Data yang diperoleh
melalui wawancara kuesioner kemudian dianalisis secara statistik deskriptif
dengan melihat nilai rata-rata dan standar deviasi. Data yang dihasilkan dalam
penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan dianalisis secara
kuantitatif dan juga kualitatif.
Variabel karakteristik sosial demografi keluarga contoh yang diperoleh dari
hasil wawancara, meliputi besar rumah tangga, umur kepala keluarga dan anggota
10
rumah tangga, pendidikan kepala keluarga, dan pekerjaan kepala keluarga. Data
jenis kelamin dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu laki-laki dan perempuan.
Data besar rumah tangga dikategorikan menjadi keluarga kecil (≤ 4 orang),
keluarga sedang (5-6 orang), dan keluarga besar (≥ 7 orang). Data umur kepala
keluarga dikategorikan menjadi remaja (65 tahun) sedangkan umur
anggota rumah tangga dikategorikan ke dalam lima kelompok, yaitu < 5 tahun, 512 tahun, 13-18 tahun, 19-54 tahun, dan ≥ 55 tahun. Data pendidikan kepala
kelurga dikelompokkan menjadi enam kategori, yaitu belum sekolah, tidak tamat
SD/sederajat, tamat SD/sederajat, tamat SMP/sederajat, tamat SMA/sederajat, dan
tamat Perguruan Tinggi. Data pekerjaan kepala keluarga dikategorikan ke dalam
9 kelompok, yaitu tidak bekerja, pegawai swasta, buruh tani/pabrik/bangunan,
pedagang (asongan, kaki lima, dan lain-lain), petani, wiraswasta, supir, dan
lainnya. Variabel karakteristik sosial demografi disajikan dalam bentuk tabel
frekuensi.
Data kebutuhan dan penerimaan/pembelian beras contoh disajikan dalam
bentuk tabel frekuensi dan grafik. Total penerimaan/pembelian beras rumah
tangga adalah total penerimaan/pembelian beras non-Raskin dan Raskin.
Penerimaan/pembelian beras non-Raskin dan Raskin berasal dari total pembelian
dan pemberian. Jumlah penerimaan/pembelian Raskin contoh per bulan adalah
Raskin yang diterima/dibeli oleh contoh tiap pembagian sebelum dikurangi
dengan total penggunaan Raskin selama sebulan. Jumlah penerimaan/pembelian
beras non-Raskin contoh per bulan diperoleh dari hasil pengurangan kebutuhan
per bulan dengan pemberian beras non-Raskin per bulan dan rataan penerimaan
Raskin (setelah dikurangi total penggunaan Raskin selain untuk dikonsumsi) per
bulan. Data jumlah Raskin yang diterima/dibeli oleh contoh selama periode empat
bulan terakhir dianalisis secara deskriptif. Hasil analisis akan menunjukkan
jumlah Raskin yang “benar-benar diterima” (aktual) oleh contoh dalam satuan kg
per bulan. Jumlah Raskin untuk masing-masing penggunaan selama empat bulan
terakhir akan dianalisis secara kuantitatif dan kemudian dianalisis secara kualitatif
untuk mengetahui pola penggunaan Raskin pada contoh selama empat bulan
terakhir dan hal-hal yang melatarbelakangi contoh dalam hal penggunaan Raskin.
Data konsumsi beras meliputi konsumsi dalam bentuk pangan olahan beras
dikonversi terlebih dahulu ke wujud asal beras dengan menggunakan faktor
konversi menurut Pusat Studi Keanekaragaman Pangan dan Gizi, IPB (PSKPGIPB) pada Tabel 2. Data konsumsi pangan olahan beras hasil recall 1x24 jam
menunjukkan jumlah/berat pangan olahan beras yang dikonsumsi dalam satuan
gram per hari sedangkan data frekuensi konsumsi pangan olahan beras pada FFQ
menunjukkan pola konsumsi pangan olahan beras non-Raskin maupun Raskin
contoh, baik harian, mingguan, maupun bulanan. Jumlah pangan olahan beras
yang dikonsumsi oleh contoh dicatat dalam URT (Ukuran Rumah Tangga)
selanjutnya dikonversi menjadi satuan gram. Jumlah/berat konsumsi pangan
olahan beras pada FFQ merupakan rata-rata jumlah/berat pangan olahan beras
yang dikonsumsi tiap kali makan. Data jumlah/berat pangan olahan beras yang
dikonsumsi contoh hasil recall 1x24 jam merupakan jumlah/berat harian contoh.
Rata-rata konsumsi pangan olaha beras contoh tiap kali makan dihitung dan
kemudian dimasukkan ke dalam kolom rata-rata berat tiap kali makan pada FFQ
untuk jenis pangan olahan beras yang sama. Beberapa jenis pangan olahan beras
11
lainnya tidak terdapat pada kuisioner recall 1x24 jam, sehingga rata-rata
jumlah/berat pangan olahan beras lainnya yang dikonsumsi oleh contoh tiap kali
makan dicatat langsung pada FFQ. Data jumlah/berat dan frekuensi konsumsi
pangan olahan beras non-Raskin maupun Raskin dianalisis secara deskriptif dan
disajikan dalam bentuk tabel frekuensi.
Tabel 2 Besaran konversi makanan jadi berbahan dasar beras ke bentuk asal beras
No
Jenis Pangan
Satuan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Beras
Tepung beras
Lainnya padi-padian
Bubur bayi kemasan (tepung)
Lainnya konsumsi lainnya
Kue basah
Nasi campur/ rames
Nasi goreng
Nasi putih
Lontong/ ketupat sayur
Kg
Kg
Kg
150 g
Buah
Porsi
Porsi
Porsi
Porsi
Konversi
(gram)
1000
1000
1000
150
100
30
500
250
200
350
Konversi ke
bentuk asal
1
1.01
1
1
1
0.4
0.5
0.5
0.5
0.25
Sumber: Studi PSKPG, IPB tahun 2001 dalam Buletin Konsumsi Pangan, Deptan (2013)
Konsumsi beras contoh ada yang berupa campuran antara beras nonRaskin dengan non-Raskin. Perbandingan campuran antara Raskin dan nonRaskin sangat bervariasi. Bila contoh mengonsumsi campuran Raskin dan nonRaskin, maka jumlah Raskin yang dikonsumsi contoh per hari didapatkan dari
nilai perbandingan Raskin terhadap total beras non-Raskin dan Raskin dan
dikalikan dengan total konsumsi beras non-Raskin dan Raskin contoh per hari.
Sedangkan jumlah beras non-Raskin yang dikonsumsi contoh per hari didapatkan
dari nilai perbandingan beras non-Raskin terhadap total beras non-Raskin dan
Raskin dan dikalikan dengan total konsumsi beras non-Raskin dan Raskin contoh
per hari. Tetapi bila contoh mengonsumsi beras non-Raskin setelah Raskin habis,
maka jumlah beras non-Raskin maupun Raskin yang dikonsumsi contoh per hari
adalah sama dengan jumlah total konsumsi beras non-Raskin dan Raskin contoh
per hari. Habisnya konsumsi Raskin yang diterima oleh contoh dalam satuan hari
dihitung berdasarkan jumlah total Raskin yang diterima (setelah dikurangi dengan
jumlah penggunaan Raskin selain untuk dikonsumsi dalam sebulan) contoh dalam
satuan gram per kapita per bulan dibagi jumlah konsumsi Raskin contoh dalam
satuan gram per kapita per bulan. Kemudian banyaknya hari konsumsi beras nonRaskin (tidak campuran) contoh didapatkan dari hasil pengurangan 30 hari (1
bulan) dengan lamanya (hari) konsumsi Raskin.
Total konsumsi Raskin adalah jumlah Raskin yang dikonsumsi oleh
contoh, baik yang dikonsumsi di dalam rumah maupun di luar rumah, yang
berasal dari pembelian maupun pemberian. Total konsumsi Raskin dalam satuan
gram per kapita per bulan didapatkan dengan mengalikan jumlah konsumsi
Raskin per kapita per hari dan lamanya (hari) konsumsi Raskin. Total konsumsi
beras non-Raskin, bila beras yang dikonsumsi dalam bentuk campuran antara
beras non-Raskin dan Raskin, dalam satuan gram per kapita per bulan didapatkan
dengan menjumlahkan hasil pengalian jumlah konsumsi beras non-Raskin per
12
kapita per hari dengan lamanya (hari) konsumsi Raskin dan hasil pengalian
jumlah total konsumsi campuran beras non-Raskin dan Raskin dengan lamanya
(hari) konsumsi beras non-Raskin.Total konsumsi beras adalah hasil penjumlahan
beras non-Raskin dan Raskin yang dikonsumsi oleh contoh, baik yang dikonsumsi
di dalam rumah (diolah) maupun di luar rumah (dibeli), yang berasal dari
pembelian maupun pemberian.
Perbandingan total penerimaan/pembelian beras dengan total konsumsi
beras contoh dihitung untuk melihat jumlah beras yang benar-benar dikonsumsi
oleh contoh. Bila jumlah beras yang dikonsumsi lebih kecil dari jumlah beras
yang diterima/dibeli oleh contoh maka ditemukan sisa konsumsi. Adanya sisa
konsumsi menunjukkan bahwa jumlah beras yang dibutuhkan oleh contoh hasil
wawancara dengan kuisioner tidak sesuai dengan kebutuhan untuk konsumsi
contoh. Data sisa konsumsi dibedakan menjadi dua, dimakan kembali atau
terbuang (untuk pakan, dan lainnya). Persen kontribusi Raskin dapat dihitung
setelah total konsumsi beras non-Raskin dan Raskin contoh diperoleh. Persen
kontribusi Raskin terhadap total konsumsi beras contoh dihitung dari
perbandingan jumlah konsumsi Raskin contoh dalam satuan gram per kapita per
hari dengan total konsumsi beras contoh dalam satuan gram per kapita per hari.
Data kontribusi Raskin yang dihasilkan dalam penelitian ini disajikan dalam
bentuk tabel frekuensi dan dianalisis secara deskriptif.
Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah suatu kecukupan rata-rata zat gizi
setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran
tubuh, aktifitas tubuh untuk mencapai derajat kesehatan optimal. Penentuan AKG
zat gizi mikro (zat besi, seng, tiamin, asam folat, vitamin B12, niasin) contoh yang
digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada AKG yang ditetapkan dalam
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) IX tahun 2004 yang terdapat
pada Tabel 3. AKG zat gizi mikro masing-masing anggota keluarga contoh
dihitung berdasarkan umur dan jenis kelamin, kemudian dilakukan perhitungan
rata-rata AKG zat gizi mikro contoh. Estimasi kontribusi Raskin (%) terhadap
AKG zat gizi mikro contoh sehari dihitung dari total asupan zat gizi mikro
konsumsi Raskin sehari dibagi dengan rata-rata AKG zat gizi mikro contoh.
Tabel 3 AKG bagi orang Indonesia
No
1
2
Kelompok Umur
Anak
1) 0-6 bulan
2) 7-12 bulan
3) 1-3 tahun
4) 4-6 tahun
5) 7-9 tahun
Laki-laki (tahun)
1) 10-12
2) 13-15
3) 16-18
4) 19-29
5) 30-49
Berat
Badan
(Kg)
Besi
(mg)
Seng
(mg)
Tiamin
(mg)
Asam
folat
(µg)
Vit
B12
(µg)
Niasin
(mg)
6
8,5
12
17
25
0,5
7
8
9
10
1,3
7,5
8,2
9,7
11,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,9
65
80
150
200
200
0,4
0,5
0,9
5,0
1,5
2
4
6
8
10
35
46
55
56
62
13
19
15
13
13
14
17,4
17
12,1
13,4
1
1,2
1,3
1,2
1,2
300
400
400
400
400
1,8
2,4
2,4
2,4
2,4
12
14
16
16
16
13
Tabel 4 AKG bagi orang Indonesia (Lanjutan)
No
3
4
5
Kelompok Umur
6) 50-60
7) > 60
Perempuan (tahun)
1) 10-12
2) 13-15
3) 16-18
4) 19-29
5) 30-49
6) 50-60
7) > 60
Hamil (+an)
1) Trimester 1
2) Trimester 2
3) Trimester 3
Menyusui (+an)
1) 6 bulan pertama
2) 6 bulan ke dua
Berat
Badan
(Kg)
62
62
1,2
1
Asam
folat
(µg)
400
400
Vit
B12
(µg)
2,4
2,4
12,6
15,4
14
9,3
9,8
9,8
9,8
1
1,1
1,1
1
1
1
1
300
400
400
400
400
400
400
1,8
2,4
2,4
2,4
2,4
2,4
2,4
12
13
14
14
14
14
14
+0
+0
+0
+1,7
+1,7
+1,7
+0,3
+0,3
+0,3
+200
+200
+200
+0,2
+0,2
+0,2
+4
+4
+4
+6
+6
+4,6
+4,6
+0,3
+0,3
+100
+100
+0,4
+0,4
+3
+3
Besi
(mg)
Seng
(mg)
Tiamin
(mg)
13
13
13,4
13,4
20
26
26
26
26
12
12
-
-
37
48
50
52
55
55
55
Niasin
(mg)
16
16
Sumber: WNPG tahun 2004
Adanya rencana fortifikasi Raskin dengan zat gizi mikro, seperti zat besi,
seng, tiamin, asam folat, vitamin B12, dan niasin, maka dilakukan estimasi
kontribusi zat gizi mikro Raskin bila difortifikasi terhadap AKG zat gizi mikro
rumah tangga. Fortifikasi Raskin yang diusulkan akan efektif dan aman dengan
konsumsi beras 250 gram per hari berdasarkan perkiraan retensi zat gizi setelah
proses pencucian beberapa kali dan pemasakan. Total asupan zat gizi mikro yang
berasal dari konsumsi Raskin dihitung berdasarkan tingkat fortifikasi zat gizi
mikro Raskin pada Tabel 4.
Tabel 5 Kandungan zat gizi mikro per 250 g Raskin Fortifikasi
No.
1
2
3
4
5
6
Zat Gizi
Besi
Seng
Tiamin
Asam Folat
Vitamin B12
Niasin
Tingkat
Fortifikasi
ppm
80
30
6.4
1.3
0.01
53
Retensi ke
Konsumen
%
99
99
71
89
86
89
Kandungan Zat Gizi Mikro
mg
19.8
7.4
1.1
0.3
2.15x10-3
11.8
µg
19 800
7 425
1 136
289.3
2.2
11 792
Keterbatasan Penelitian
Data pangan olahan beras, yakni bubur bayi instant tidak dikumpulkan
dalam penelitian ini padahal konsumsinya menunjukkan peningkatan baik di
pedesaan maupun di perkotaan (Muttaqin 2008). Literatur mengenai kandungan
14
zat gizi mikro beras tidak ditemukan sehingga tidak dapat dilakukan perbandingan
estimasi kontribusi zat gizi tanpa dan dengan difortifikasi zat gizi mikro.
Definisi Operasional
Rumah tangga sasaran penerima manfaat (RTS-PM) Raskin adalah rumah
tangga yang didefinisikan sebagai rumah tangga sangat miskin, miskin, dan
hampir miskin berdasarkan pendataan PPLS 2011 BPS yang terdaftar
sebagai penerima manfaat Raskin.
Contoh adalah rumah tangga yang termasuk dalam daftar RTS-PM Raskin dan
merupakan rumah tangga yang anggota keluarganya tinggal dalam satu
rumah dan memiliki dapur yang sama. Rumah tangga tersebut hanya
menebus Raskin yang merupakan perwakilan rumah tangga tersebut.
Raskin yang ditebus kemudian dikonsumsi bersama oleh semua anggota
keluarga.
Karakteristik sosial demografi keluarga contoh adalah karakteristik keluarga
contoh yang meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan, dan jenis pekerjaan
kepala keluarga.
Raskin atau beras untuk rakyat miskin adalah beras yang diperuntukkan bagi
masyarakat berpenghasilan rendah yang disubsidi oleh pemerintah melalui
Program Raskin. Maksud dari masyarakat berpenghasilan rendah adalah
rumah tangga yang terdaftar sebagai penerima manfaat Raskin (RTS-PM).
Titik distribusi (TD) adalah tempat atau lokasi penyerahan Raskin dari Perum
Bulog kepada Pelaksana Distribusi Raskin di desa/kelurahan.
Titik Bagi (TB) adalah tempat atau lokasi penyerahan beras Raskin dari
Pelaksana Distribusi Raskin kepada RTS-PM.
Beras non-Raskin adalah penamaan beras selain Raskin yang didapatkan contoh
dengan membeli di tempat lain, tidak di TD Raskin.
Pola penggunaan Raskin adalah cara dan jumlah pemanfaaatan Raskin yang
digunakan untuk dikonsumsi, diberikan kepada saudara/rumah tangga lain,
dijual dalam bentuk beras maupun pangan olahannya, digunakan sebagai
pakan dan lain-lain.
Jumlah Raskin yang “Mampu Dibeli” adalah jumlah Raskin yang sanggup
dibeli oleh RTS-PM tiap pembagian Raskin dalam satuan kg.
Jumlah Raskin yang “Benar-benar Diterima” adalah jumlah Raskin aktual
yang diterima oleh RTS-PM tiap pembagian Raskin setiap bulan dalam
satuan kg.
Total konsumsi beras adalah jumlah beras non-Raskin dan Raskin yang
dikonsumsi oleh contoh, baik yang dikonsumsi di dalam rumah (diolah)
maupun di luar rumah (dibeli), yang berasal dari pembelian maupun
pemberian, yang dinyatakan dalam satuan gram per kapita per hari.
Total konsumsi Raskin adalah jumlah Raskin yang dikonsumsi oleh contoh, baik
yang dikonsumsi di dalam rumah maupun di luar rumah, yang berasal dari
pembelian maupun pemberian yang dinyatakan dalam satuan gram per
kapita per hari.
Angka Kecukupan Gizi (AKG) zat gizi mikro contoh adalah rata-rata asupan
zat gizi mikro (zat besi, seng, tiamin, asam folat, vitamin B12, dan niasin)
15
harian yang cukup untuk memenuhi kebutuhan zat gizi mikro anggota
rumah tangga contoh sesuai kelompok umur, jenis kelamin, dan keadaan
fisiologisnya, yang dihitung berdasarkan AKG hasil Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi tahun 2004, dengan faktor koreksi berat badan aktual.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
BPS berperan dalam mengidentifikasi rumah tangga miskin di Indonesia
yang berhak mendapatkan Raskin. RTS-PM Raskin pada tahun 2012 hingga tahun
2014 ditetapkan berdasarkan Pendataan Program Perlindungan Sosial tahun 2011
(PPLS 2011) BPS. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor berdasarkan
Basis Data Terpadu dari TNP2K, pada tahun 2012 sebanyak 30% atau 918 617
jiwa yang tercakup dalam 196 028 rumah tangga. Kabupaten Bogor terbagi
menjadi 40 kecamatan. Hasil rekapitulasi jumlah rumah tangga miskin menurut
kecamatan menunjukkan bahwa Kecamatan Leuwiliang merupakan kecamatan
yang memiliki jumlah rumah