Analisis Beban Kerja Stakeholders dalam Aktivitas Rantai Pasok Komoditas Kubis di Agam, Sumatera Barat

i

ANALISIS BEBAN KERJA STAKEHOLDERS DALAM
AKTIVITAS RANTAI PASOK KOMODITAS KUBIS
DI AGAM, SUMATERA BARAT

RESTU RAHMANA PUTRA

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Beban Kerja
Stakeholders Dalam Aktivitas Rantai Pasok Komoditas Kubis di Agam, Sumatera
Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2014
Restu Rahmana Putra
NIM H24090051

ABSTRAK
RESTU RAHMANA PUTRA. Analisis Beban Kerja Stakeholders dalam Aktivitas Rantai
Pasok Komoditas Kubis di Agam, Sumatera Barat. Dibimbing oleh ANGGRAINI
SUKMAWATI dan LINDAWATI KARTIKA.
Saat ini berbagai bisnis di Indonesia semakin berkembang, salah satunya adalah
agribisnis. Organisasi memerlukan sumber daya manusia yang efektif dan efisien untuk
melakukan pekerjaan sesuai deskripsi dan pekerjaannya. Tujuan dari penelitian ini
adalah: (1) Menganalisis perbandingan penggunaan waktu kerja stakeholders rantai nilai
dari petani sampai dengan end user pada komoditas kubis di Jorong Koto Gadang, Nagari

Koto Tinggi, Sumatera Barat berdasarkan analisis beban kerja melalui perhitungan Full
Time Equilvalent (FTE) dan (2) Menganalisis peluang efektivitas dan efisiensi aktivitas
rantai pasok stakeholders melalui business prosess mapping berdasarkan kondisi existing
dalam rangka meningkatkan daya saing petani deri segi harga dan kualitas (3)
Menganalisis distribusi nilai tambah stakeholders berdasarkan aktivitas melalui analisis
nilai tambah Hayami. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive
sampling. Alat analisis yang digunakan adalah perhitungan kebutuhan tenaga kerja sesuai
dengan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan analisis beban kerja
melalui Full Time Equilvalent (FTE). Hasilnya menunjukkan bahwa petani memiliki
beban kerja yang lebih tinggi. Untuk mencapai efektivitas dan efisiensi rantai nilai
stakeholders petani harus menggunakan teknologi.
Kata kunci: beban kerja, full time equivalent (FTE), komoditas kubis, rantai pasok.

ABSTRACT
RESTU RAHMANA PUTRA. Workload Analysis of the Stakeholders of Cabbage
Supply Chain Activity in Agam Residence, West Sumatera. Supervised by ANGGRAINI
SUKMAWATI and LINDAWATI KARTIKA.
Nowadays various businesses in Indonesia are growing and one of them is
agribusiness. organization requires human resources who are effective, efficient to

perform the work according to the description and work. The objective of this study were:
(1) analyzing the comparative use of value chain stakeholders’s working time from
farmer to end user on cabbage commodity as highland vegetable based workload analysis
through the calculation Full Time Equivalent (FTE) and (2) analyze effectiveness and
efficiency of activity opportunities through business process mapping on the stakeholders
based on existing condition in order to improving the competitiveness of farmers in terms
of price and quality and (3) analyze value added distribution of each stakeholders based
on activities conducted through the Hayami value added analysis The data used in this
study were primary data and secondary dataSampling was done by using purposive
sampling method. Analysis tools were work analysis, calculation of required employee
according to the Minister of Administrative Reform’s decree, and workload analysis
through Full Time Equivalent (FTE). These results showed that farmers had excessive
load. In order to achieve the effectiveness and the efficiency of stakeholder’s value chain
farmer have to use the advanced technology.
Keywords: cabbage commodity, full time equivalent (FTE), supply chain, workload
analysis.

v

ANALISIS BEBAN KERJA STAKEHOLDERS DALAM AKTIVITAS

RANTAI PASOK KOMODITAS KUBIS
DI AGAM, SUMATERA BARAT

RESTU RAHMANA PUTRA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

vii

Judul Skripsi : Analisis Beban Kerja Stakeholders dalam Aktivitas Rantai

Pasok Komoditas Kubis di Agam, Sumatera Barat
Nama
: Restu Rahmana Putra
NIM
: H24090051

Disetujui oleh,
Pembimbing I

Pembimbing II

Dr Ir Anggraini Sukmawati, MM

Lindawati Kartika, SE, M.Si

Diketahui oleh

Dr. Mukhamad Najib, STP, MM
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Semoga sholawat dan
salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penelitian yang
dilaksanakan sejak bulan Februri 2013 berjudul A Analisis Beban Kerja
Stakeholders Dalam Aktivitas Rantai Pasok Komoditas Kubis di Agam, Sumatera
Barat Analisis Beban Kerja Stakeholders Dalam Aktivitas Rantai Pasok
Komoditas Kubis di Agam, Sumatera Barat.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir.Anggraini
Sukmawati, MM dan Ibu Lindawati Kartika, S.E, M.Si selaku dosen pembimbing.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Muhammad Syamsun Msc selaku
dosen penguji Departemen Manajemen. Terima kasih juga penulis sampaikan
kepada Rosalyn Hazairina yang telah bersedia menjadi pembahas pada seminar
hasil penelitian ini. Di samping itu, terima kasih juga penulis sampaikan kepada
DIKTI Hibah Stranas, Bapak Jon Ismedi selaku Ketua UPT. BP4K2P Kecamatan
Baso, Bapak M. Ridwan St. Rajo Endah selaku Ketua Gabungan Kelompok Tani
(Gapoktan) Bersaudara, Bapak Gusdanur Dt. Itam selaku Wali Nagari Koto
Tinggi, Ibu Gusneti dari PPL Koto Tinggi, Bapak Ediwarman beserta pengurus

dan anggota petani dari Kelompok Tani Solok Agro yang telah membantu selama
pengumpulan data. Kemudian penghargaan juga penulis sampaikan kepada
Perhimpunan Orangtua Mahasiswa (POM) IPB dan bapak Prof. Dr. Ir. H. Bunasor
Sanim, M.sc yang telah memberikan beasiswa pendidikan ketika menjalani
perkuliahan di IPB. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada saudara
Achmad Fachruddin yang telah menjadi perantara inspirasi agar penulis belajar
lebih baik. Ungkapan terima kasih terbesar juga disampaikan kepada Ayah, Ibu,
adik serta seluruh keluarga atas segala kasih sayang dan doa yang tidak pernah
putus. Terakhir penulis sampaikan salam semangat dan terima kasih atas segala
dukungan dari rekan-rekan keluarga besar Manajemen 46 IPB, Direktorat
Kemahasiswaan IPB, Lorong Tiga Asrama C1 IPB 2009, Ikatan Pelajar dan
Mahasiswa Minang (IPMM) Bogor, BEM FEM IPB 2010-2012, BEM KM IPB
2012, Kementerian Pendidikan KM IPB 2012, dan Rumah Tahfidzh Al Fathon.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan bapak, ibu, dan rekan-rekan
semua dengan balasan terbaik pada kehidupan ini dan kehidupan yang akan
datang. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2014

Restu Rahmana Putra


ix

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian Terdahulu
METODOLOGI PENELITIAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
Model Distribusi Rantai Pasok Sayuran Kubis di Kabupaten Agam
Business Process Mapping
Analisis Pekerjaan Melalui FTE
Optimalisasi waktu kerja dengan perhitungan FTE

Pengukuran beban kerja
Analisis Nilai Tambah
Implikasi Manajerial
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
x
x
1
1
3
3
3
4
5
5

9
9
11
11
12
12
14
17
19
19
19
20
23

x

DAFTAR TABEL
1

Data luas tanam, panen dan produksi komoditas pertanian di wilayah

Kecamatan Baso Tahun 2011
2 Data jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kecamatan Baso
3 Beban kerja stakeholders melalui perhitungan FTE
4 Prosedur perhitungan nilai tambah metode Hayami
5 Aktivitas anggota rantai pasok kubis anggota Kelompok Tani Solok Agro
6 Analisis beban kerja petani
7 Perhitungan FTE setelah dilakukan improvement pada analisis stakeholders
komoditas kubis
8 Perhitungan nilai tambah untuk petani
9 Perhitungan nilai tambah untuk pengumpul
10 Perhitungan nilai tambah untuk pedagang

2
2
8
8
10
13
13
14
15
16

DAFTAR GAMBAR
1

2
3
4

Kerangka Pemikiran analisis beban kerja sumber daya manusia dalam
aktivitas rantai nilai komoditas kubis sebagai sayuran dataran tinggi, Kab.
Agam, Sumatera Barat
6
Struktur rantai pasok kubis gabungan kelompok tani di Jorong Koto Gadang,
Nagari Koto Tinggi, Kabupaten Agam
9
Business process mapping pada distribusi komoditas kubis di Kabupaten
Agam
11
Implikasi manajerial analisis beban kerja stakeholderss komoditas kubis di
Kabupaten Agam
17

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3

Perhitungan FTE petani
23
Proses pekerjaan yang dilakukan oleh pedagang atau pengumpul
24
Perhitungan FTE setelah dilakukan improvement pada analisis stakeholders
komoditas kubis
25

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Persaingan bisnis saat ini semakin kompetitif, dinamis dan cenderung sulit
diprediksi. Negara-negara ASEAN di Bali pada tahun 2003 telah menyepakati
bawah Asean Economis Comunnity (AEC) akan dilaksanakan pada akhir 2015.
Dengan diberlakukannya AEC maka hambatan tarif dan non-tarif komoditas
pertanian di hapuskan sehingga Indonesia harus menyiapkan komuditas pertanian
yang memiliki daya saing. Melihat bahwa sektor pertanian masih tertinggal dan
dibebani volume impor komoditas pangan dan hortikultura; kegagalan panen
akibat kemarau dan gangguan hama; serta petani Indonesia rata-rata berusia 55-60
tahun dan tidak memiliki pengetahuan dan pendidikan yang memadai akan
menyulitkan memasuki pasar bebas ASEAN (Setneg 2014).
Penyediaan komoditas hortikultura khususnya sayuran seharusnya dapat
teratasi dengan kesediaan pasokan sayuran dari pemasok dataran tinggi. Namun
potensi tersebut terhambat oleh kurangnya sumber daya manusia yang berkualitas
dan rendahnya kesejahteraan pemasok, dalam hal ini petani. Petani kurang
memiliki pengetahuan dalam meningkatkan daya saing produk sehingga
berimplikasi terhadap rendahnya pendapatan yang diterima. Petani tidak memiliki
perencanaan kerja yang berorientasi pada efisiensi dan efektivitas penggunaan
tenaga kerja. Penggunaan tenaga kerja yang efisien dan efektif didukung oleh
adanya spesifikasi pekerjaan (job specification). Spesifikasi pekerjaan disusun
berdasarkan uraian pekerjaan dengan menjawab pertanyaan tentang ciri,
karakteristik, pendidikan, pengalaman, dan yang lainnya dari orang yang akan
melaksanakan pekerjaan tersebut dengan baik (Hasibuan 2005).
Dataran tinggi di Indonesia yang berpotensi dalam memproduksi
komoditas sayuran yaitu Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jawa Barat, dan Jawa
Tengah. Sektor pertanian Provinsi Sumatera Barat merupakan sektor yang paling
berkontribusi terhadap pembentukan PDRB. Pada tahun 2013 sektor pertanian
menyumbang 22,2 persen, di mana subsektor tanaman pangan dan hortikultura
mengungguli subsektor lainnya yaitu sebesar 12,33 persen (BPS 2013). Tingginya
kontribusi subsektor tanaman pangan dan hortikultura dalam pembentukan PDRB
sektor pertanian menggambarkan bahwa pertanian tanaman pangan dan
hortikultura merupakan andalan utama bagi Provinsi Sumatera Barat.
Stakeholders dalam rantai pasok komoditas kubis di Kabupaten Agam
yaitu petani, pengumpul dan pedagang sebelum sampai ke end user (konsumen).
Rendahnya kesejahteraan pemasok (dalam hal ini petani) merupakan akibat
adanya transmisi harga dari pasar konsumen ke pasar produsen yang relatif
rendah. Jika terjadi kenaikan harga di tingkat konsumen, kenaikan harga yang
diterima petani lebih rendah dibanding kenaikan harga yang dibayar konsumen,
disisi lain, jika harga di tingkat konsumen turun, maka petani adalah stakeholders
yang paling banyak menanggung kerugian. Hal ini disebabkan adanya kekuatan
monopsoni atau oligopsoni pada pedagang. sehingga walaupun harga di tingkat
konsumen relatif tetap tetapi pedagang tersebut dapat menekan harga beli dari
petani untuk memaksimumkan keuntungannya. Selain itu, aktivitas rantai pasok

2

yang panjang dapat menyebabkan harga di pemasok sangat rendah, sedangkan
harga jual yang diterima konsumen tinggi.
Sebaran daerah sentra produksi sayuran dataran tinggi Sumatera Barat
terdapat di Kabupaten Agam dan Kabupaten Solok. Kabupaten Agam
memproduksi sayuran dengan tingkat produksi terbanyak setiap tahunnya. Salah
satu kecamatan sentra produksi sayuran di Kabupaten Agam adalah Kecamatan
Baso. Daerah Nagari Koto Tinggi merupakan sentra produksi sayuran di
Kecamatan Baso (Tabel 1). Daerah tersebut memiliki areal tanam terluas, jumlah
panen terbanyak, dan jumlah produksi terbanyak pada semua jenis sayuran.
Sayuran kubis memiliki jumlah produksi terbanyak dari semua jenis sayuran,
dimana daerah Nagari Koto Tinggi berkontribusi sebesar 69 persen dari produksi
sayuran tersebut.
Tabel 1 Data luas tanam, panen dan produksi komoditas pertanian di wilayah
Kecamatan Baso Tahun 2011
Jenis tanaman , luas tanam, panen (Ha) dan produksi (ton)
No

Kubis

Nagari
Tanam

1
2
3
4
5
6

Tabek
Panjang
Koto
Tinggi
Simarasok
Padang
Tarok
Koto
Baru
Salo
Jumlah

Panen

Sawi
Produksi

Tanam

Panen

Buncis
Produksi

Tanam

Panen

Produksi

19

17

612

15

12

308

20

17

187

44

38

1368

36

32

823

30

26

286

-

-

-

-

-

-

1

1

11

-

-

-

3

3

78

9

7

77

-

-

-

-

-

-

-

-

-

63

55

1980

54

47

1209

2
62

2
53

22
583

Sumber : Badan Pelaksana Penyuluhan Perikanan Kehutanan dan Ketahanan Pangan
Kabupaten Agam, Sumatera Barat (2012) (diolah)

Begitu pula dari sisi mata pencaharian penduduk, semua nagari di
Kecamatan Baso didominasi oleh penduduk bermatapencaharian sebagai petani.
Jumlah petani yang paling banyak terdapat di nagari Koto Tinggi yaitu sebanyak
7124 petani, sedangkan jumlah petani yang paling sedikit berada di nagari Koto
Baru yaitu sebanyak 1475 petani. Secara lengkap data tersebut ditampilkan pada
Tabel 2.
Tabel 2 Data jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kecamatan Baso
No
Nagari
Petani
Non petani
1
Koto tinggi
7124
1041
2
Tabek panjang
6517
2526
3
Simarasok
5178
748
4
Padang tarok
5713
968
5
Koto baru
1475
143
Sumber : Badan Pelaksana Penyuluhan Perikanan Kehutanan dan Ketahanan Pangan
Kabupaten Agam, Sumatera Barat (2012) (diolah)

3

Rumusan Masalah
Meskipun sayuran kubis paling banyak diproduksi, namun jumlah
penerimaan yang diperoleh petani masih belum sesuai dengan risiko yang
ditanggung oleh petani. Salah satu permasalahan yang mendasar adalah masih
lemahnya kemampuan sumber daya manusia dan kurang terstrukturnya
pengelolaan dari setiap kegiatan. Struktur pengelolaan kegiatan mencakup uraian
pekerjaan, spesifikasi pekerjaan, dan beban kerja petani. Kondisi tersebut
menyebabkan efektifitas dari suatu pekerjaan tidak dapat diukur.
Untuk itu diperlukan suatu alat yang dapat mengukur efektifitas
pengerjaan kegiatan pertanian dan beban kerja petani berdasarkan jumlah waktu
kerja yang tersedia dan waktu yang dihabiskan pada setiap tahapan (elemen)
pekerjaan. Total waktu diambil oleh semua elemen dari pekerjaan disebut waktu
standar. Waktu standar adalah waktu yang harus diambil oleh seorang karyawan
rata-rata untuk menyelesaikan pekerjaan di bawah standar (normal) kondisi kerja
(Lal dan Srivastava 2009).
Perumusan masalah dalam penelitian ini menganalisis rantai pasok dan
beban kerja dalam prores rantai pasok komoditas kubis dari petani Anggota
Kelompok Tani Solok Agro, Jorong Koto Gadang, Nagari Koto Tinggi, Sumatera
Barat sampai ke konsumen sebagai berikut :
1. Bagaimana perbandingan penggunaan waktu kerja produktif dan tidak
produktif dari petani sampai dengan end user pada komoditas kubis di Jorong
Koto Gadang, Nagari Koto Tinggi, Sumatera Barat berdasarkan analisis
beban kerja melalui perhitungan Full Time Equilvalent (FTE)?
2. Bagaimana peluang efektivitas dan efisiensi aktivitas rantai pasok
stakeholders melalui business prosess mapping berdasarkan kondisi existing
dalam rangka meningkatkan daya saing petani deri segi harga dan kualitas
pada komoditas kubis di Jorong Koto Gadang, Nagari Koto Tinggi, Sumatera
Barat?
3. Bagaimana distribusi nilai tambah yang didapat oleh masing-masing
stakeholders berdasarkan aktifitas yang dilakukan melalui analisis nilai
tambah Hayami?
Tujuan Penelitian
1. Menganalisis penggunaan waktu kerja stakeholders pada komoditas kubis di
Jorong Koto Gadang, Nagari Koto Tinggi, Sumatera Barat berdasarkan
analisis beban kerja melalui perhitungan Full Time Equilvalent (FTE)
2. Menganalisis peluang efektivitas dan efisiensi aktivitas rantai pasok
stakeholders melalui business prosess mapping berdasarkan kondisi existing
dalam rangka meningkatkan daya saing petani deri segi harga dan kualitas
3. Menganalisis distribusi nilai tambah stakeholders berdasarkan aktivitas
melalui analisis nilai tambah Hayami.
Ruang Lingkup Penelitian
Batasan ruang lingkup penelitian yaitu hanya terbatas pada
perencanaan sumber daya manusia, khususnya mengidentifikasi beban kerja
sumber daya manusia dalam aktivitas rantai pasok komoditas kubis sebagai

4

sayuran dataran tinggi pada daerah Jorong Koto Gadang, Nagari Koto Tinggi,
Sumatera Barat melalui analisis deskriptif dan perhitungan Full Time Equivalent
(FTE). Keterbatasan dari penelitian ini adalah belum pernah dilakukan analisis
beban kerja terhadap petani dan juga alat analisis yang digunakan adalah alat
analisis untuk mengukur kinerja karyawan.

TINJAUAN PUSTAKA
Manajemen rantai pasok adalah perencanaan terintegrasi, koordinasi, dan
kontrol dari seluruh proses dan aktivitas bisnis dalam rantai pasok untuk
mengalirkan nilai terbaik kepada konsumen, dalam jaringan rantai pasok
pertanian, jumlah dari pemasok dan proses bisnis lebih dari satu pemasok dan
lebih dari satu proses bisnis yang dapat diidentifikasi. Proses paralel dan berurutan
dapat terjadi dalam satu waktu pada rantai pasok pertanian (Vorst 2006). Rantai
pasok adalah jejaring fisik dan aktivitas yang terkait dengan aliran bahan dan
informasi di dalam atau melintasi batas-batas perusahaan. Sebuah rantai pasok
akan terdiri dari rangkaian proses pengambilan keputusan dan eksekusi yang
berhubungan dengan aliran bahan, informasi dan uang. Proses dari rantai pasok
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan mulai dari produksi sampai
konsumen akhir. Rantai pasok bukan hanya terdiri dari produsen dan pemasoknya
tetapi mempunyai ketergantungan dengan aliran logistik, pengangkutan,
penyimpanan atau gudang, pengecer dan konsumen akhir itu sendiri (Hadiguna
2010).
Manajemen rantai pasokan merupakan jaringan kerja dalam pengadaan
dan penyaluran bahan baku dari pemasok hingga ke konsumen akhir dengan
mengkordinasikan arus barang, arus informasi dan arus finansial antar rantai.
Tujuannya ntuk melakukan efektifitas dan efisiensi aliran produk, finansial,dan
informasi di antara pelaku rantai pasok, mulai dari pemasok hingga pelanggan.
Efisiensi manajemen rantai pasok yaitu mampu menyalurkan produk ke
konsumen tepat waktu sertadengan kualitas dan kuantitas yang sesuai dengan
permintaan konsumen. Selain itu, mampu mengalirkan dana dari harga yang
dibayarkan oleh konsumen secara adil sesuai dengan biaya yang dikeluarkan oleh
anggota rantai pasokan (Simanjuntak 2013).
Efisiensi merupakan hubungan antara faktor input yang langka dengan
output barang dan jasa. Hubungan ini dapat diukur secara fisik (efisiensi teknik)
atau secara biaya (efisiensi ekonomi) Konsep efisiensi dipergunakan sebagai
kriteria dalam penilaian seberapa baik pasar mengalokasikan sumberdaya (Pass
dan Lowes 1997).
Pengertian efektivitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh
tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai
dengan pengertian efektifitas yang menjelaskan bahwa efektifitas adalah suatu
ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) telah
tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi
efektifitasnya (Danfar 2009).

5

Penelitian Terdahulu
Septini Putri A (2013) dalam skripsi yang berjudul “Analisis Beban kerja
Stakeholders dalam Aktivitas Rantai Pasok Komoditas Kentang di Berasragi, Sumatera
Utara”. Pada penelitiannya penulis menyebutkan bahwa waktu kerja yang
digunakan dalam rantai pasok stakeholders pada komoditas kentang berdasarkan
analisis beban kerja melalui perhitungan Full Time Equilvalent (FTE) masih
belum optimal. Hal ini dikarenakan oleh penggunaan cara-cara yang masih
tradisional sehingga beberapa aktifitas yang ada pada petani masih memakan
waktu yang cukup lama. Perhitungan distribusi nilai tambah yang didapat oleh
masing-masing stakeholders berdasarkan aktifitas yang dilakukan melalui analisis
nilai tambah Hayami belum merata. Aktifitas terbanyak terdapat pada petani
namun nilai tambah terbanyak justru didapatkan oleh eksportir. Hal ini dapat
diatasi dengan business process reengineering melalui pemberian penyuluhan
kepada petani tentang kontrak bisnis serta training guna meningkatkan
kompetensi petani untuk memperluas pasar petani, trust building, improvement,
budidaya organik dan relationship building. Harga beli ke tingkat petani yang
dilakukan oleh pengumpul berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh kuantitas
kentang yang ada pada petani, pengumpul akan menawar harga apabila semakin
banyak supply yang ada pada petani.
Adawiyah (2013) dalam jurnal yang berjudul “Analisis Beban Kerja
Sumber Daya Manusia dalam Aktivitas Produksi Komoditi Sayuran Selada (Studi
Kasus: CV Spirit Wira Utama) “ penulis menyebutkan bahwa waktu kerja yang
digunakan dalam aktivitas produksi komoditi sayuran selada berdasarkan analisis
beban kerja melalui perhitungan FTE pada CV Spirit Wira Utama masih belum
optimal. Hal ini dapat dilihat dari nilai FTE untuk SDM pada aktivitas off farm
dan on farm dikategorikan underload yang artinya jumlah beban kerja SDM pada
bagian teknik, bagian produksi, bagian keuangan dan bagian pemasran serta
karyawan kebun masih dibawah beban kerja optimal. Sementara itu dari hasil
perhitungan FTE juga dapat dilihat jumlah kebutuhan karyawan ideal untuk
memproduksi sayuran selada pada CV Spirit Wira Utama untuk aktivitas off farm
yaitu untuk bagian teknik dan produksi, bagian keuangan dan bagian pemasaran
masing-masing membutuhkan satu orang karyawan, serta untuk aktivitas on farm
yaitu bagian kebun juga memerlukan satu orang karyawan.

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dimulai dari pengumpulan informasi dengan mewawancarai
seluruh stakeholders yang terkait dalam aktivitas rantai pasok pada komoditas
sayuran dataran tinggi. Langkah selanjutnya adalah penentuan beban kerja
stakeholders dengan mengukur penggunaan aktivitas stakeholders dan waktu
kerja melalui teknik pengamatan. Dari penetuan beban kerja dan kebutuhan waktu
kerja stakeholders, akan dilihat analisis pekerjaan, business process mapping dan
analisis nilai tambah untuk mendapatkan beban kerja stakeholders yang
sesungguhnya. Kemudian, beban kerja yang telah didapatkan tersebut dilanjutkan
ke perhitungan FTE. Perhitungan FTE tersebut akan menghasilkan output yaitu

6

waktu kerja efektif dari petani sampai dengan end user pada komoditas sayuran
dataran tinggi. Kemudian output tersebut akan dilanjutkan pada implikasi
manajerial. Dari implikasi manajerial akan diketahui waktu kerja dan peluang
aktivitas paling efektif pada rantai pasok stakeholders berdasarkan kondisi
exsisting rantai pasok komoditas kubis di kabupaten Agam. Adapun alur kerangka
pemikiran berdasarkan uraian diatas dapat dilihat pada Gambar 1.
Meningkatkan efektifitas dan efisiensi rantai pasok
kubis di Kabupaten Agam

Pengukuran kebutuhan waktu kerja

Penentuan beban kerja
Analisis pekerjaan, business process
mapping, analisis nilai tambah

Pengoptimalan waktu kerja
stakeholders berdasarkan FTE

PROSES
Beban keja stakeholders

INPUT
Aktifitas rantai pasok stakholder
yang ideal

OUTPUT
Implikasi Manajerial
Waktu kerja dan peluang aktifitas yang efektif

Gambar 1 Kerangka Pemikiran analisis beban kerja sumber daya manusia dalam
aktivitas rantai nilai komoditas kubis sebagai sayuran dataran tinggi, Kab. Agam,
Sumatera Barat
Penelitian ini dilaksanakan di sentra produksi sayuran di Jorong Koto
Gadang, Nagari Koto Tinggi, Sumatera Barat selama tiga bulan dimulai pada
September 2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder. Data primer yaitu kulaitatif dan kuantitatif. Data kualitatif
yaitu data yang diambil berupa informasi mengenai tugas-tugas pokok pekerjaan
stakeholders terkait aktivitas rantai pasok pada komoditas kubis, sedangkan data
kuantitatif berupa angka beban tugas pokok atau beban kerja pada stakeholders
rantai pasok komoditas kubis. Data primer adalah data yang diperoleh dari
sumber pertama yaitu dari stakeholders terkait aktivitas rantai pasok pada
komoditas kubis dengan cara pengamatan langsung (observasi) dan wawancara
yang mendalam. Data sekunder diperoleh dari buku-buku, jurnal, dokumen

7

institusi dan situs internet.
Pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling.
Responden yang diambil pada penelitian ini adalah stakeholders yang terkait
aktivitas rantai pasok pada komoditas sayuran dataran tinggi. Pengolahan dan
Analisis Data, Langkah pertama yang dilakukan dalam pengolahan data yaitu
memasukkan data mengenai frekuensi rata-rata tugas pokok pekerjaan yang
dilakukan dan standar kemampuan rata-rata waktu penyelesaian tugas-tugas
pokok pekerjaan responden. Melalui data tersebut, kemudian menghitung WPT
(waktu penyelesaian tugas) yang dikonversikan selama satu tahun. WPT tersebut
di konversi menjadi beban kerja responden yang diamati dengan satuan menit per
tahun. Langkah kedua yaitu menghitung Full Time Equivalent (FTE). FTE akan
didapatkan dari beban kerja responden selama pengerjaan satu hektar lahan
pertanian. Dari perhitungan FTE tersebut, maka akan dapat dilihat jumlah beban
kerja para stakeholders pada rantai pasok komoditas.
Berdasarkan standar kemampuan rata-rata pencapaian waktu untuk
menyelesaikan tugas-tugas pokok serta kuantitas beban tugas dalam pengerjaan
satu hektar lahan pertanian dapat diketahui beban kerja untuk setiap tugas-tugas
pokok. Besarnya frekuensi melakukan aktivitas dalam satuan waktu
menunjukkan besarnya beban kerja.
Metode perhitungan kebutuhan tenaga kerja yang digunakan yaitu
perhitungan kebutuhan tenaga kerja berdasarkan beban kerja dengan pendekatan
tugas per tugas jabatan. Langkah-langkah perhitungan kebutuhan tenaga kerja
berdasarkan beban kerja dengan pendekatan tugas per tugas jabatan sesuai
Keputusan
Menteri
Pendayagunaan
Aparatur
Negara
Nomor:
KEP/75/M.PAN/7/2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai
berdasarkan Beban Kerja dalam rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri
Sipil yaitu sebagai berikut:
a. Menetapkan waktu kerja
Waktu kerja yang dimaksud adalah waktu kerja efektif, artinya waktu
kerja yang secara efektif digunakan untuk bekerja. Waktu kerja efektif terdiri atas
hari kerja efektif dan jam kerja efektif. Hari kerja efektif adalah jumlah hari dalam
kalender dikurangi hari libur dan cuti. Perhitungannya adalah sebagai berikut :
Hari Kerja Efektif = (A – (B + C + D)
Keterangan : A = jumlah hari menurut kalender
B = jumlah hari sabtu dan minggu dalam setahun
C = jumlah hari libur dalam setahun
D = jumlah cuti tahunan
b. Menganalilis beban kerja
Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 140/PMK.01/2006, beban
kerja yaitu bobot pekerjaan yang dikatikan pada volume kerja pegawai/unit
organisasi dengan norma waktu penyelesaian pekerjaannya yang dinyatakan
dalam jumlah satuan pekerjaan. Analisis beban kerja adalah suatu teknik
manajemen yang dilakukan secara sistematis untuk memperoleh informasi
mengenai tingkat efektifitas dan efisiensi kerja oraganisasi. Rumus perhitungan
waktu penyelesaian tugas dapat dilihat pada Tabel 3.

8

Tabel 3 Beban kerja stakeholders melalui perhitungan FTE
No
1
2
3
4
5

Uraian Tugas Pokok

F

WA

FTE
TTU/SW

WPT
(TA/F)

Persiapan
Penanaman
Pemeliharaan
Pemanenan
Aktivitas Pengumpul

Keterangan:
F
: frekuensi kegiatan dilakukan
WA : waktu yang dialokasikan untuk menyelesaikan pekerjaan
WPT : jumlah waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan
FTE : Full Time Equivalent
TTU : jumlah waktu yang digunakan untuk menyelesaikan satu pekerjaan
SW : satuan waktu yang digunalan (menit/tahun)
c. Metode nilai tambah Hayami
Nilai tambah menurut Gittinger (1986) dalam Tarigan (1998) adalah nilai
output dikurangi nilai input yang dibeli dari luar. Besarnya nilai tambah tersebut
dinyatakan secara matematik menggunakan metode Hayami. Besarnya nilai
tambah tersebut dinyatakan secara matematik menggunakan metode Hayami. Data
mengenai analisa nilai tambah yang diperoleh dari wawancara dengan anggota
rantai pasok. Perhitungan nilai tambah pengolahan dengan metode Hayami dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Prosedur perhitungan nilai tambah metode Hayami
No
Variabel
Output, Input, dan Harga
1 Output (Kg)
2 Bahan Baku (Kg)
3 Tenaga Kerja Langsung (HOK)
4 Faktor Konversi
5 Koefisien Tenaga Kerja Langsung (HOK/Kg)
6 Harga Output (Rp/Kg)
7 Upah Tenaga Kerja Langsung (Rp/HOK)
Penerimaan dan Keuntungan
8 Harga Bahan Baku (Rp/Kg)
9 Harga Input lain (Rp/Kg)
10 Nilai Output (Rp/Kg)
11
Nilai Tambah (Rp/Kg)
Rasio Nilai Tambah (%)
12a. Pendapatan tenaga kerja Langsung (Rp/Kg)
Pangsa tenaga kerja langsung (%)
13
Keuntungan (Rp/Kg)
Tingkat Keuntungan (%)
Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi
14 Marjin (Rp/Kg)
Pendapatan tenaga kerja langsung (%)
Sumbangan input lain (%)
Keuntungan perusahaan (%)

Nilai
(1)
(2)
(3)
(4) = (1) / (2)
(5) = (3) / (2)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10) = (4) x (6)
(11a) = (10) – (8) – (9)
(11b) = (11a) / (10) x 100
(12a) = (5) * (7)
(12b) = (12a) / (11a) x 100
(13a) = (11a) – (12a)
(13b) = (13a) / (10) x 100
(14) = (10) – (8)
(14a) = (12a) / (14) x 100
(14b) = (9) / (14) x 100
(14c) = (13a) / (14) x 100

9

HASIL DAN PEMBAHASAN
Model Distribusi Rantai Pasok Sayuran Kubis di Kabupaten Agam
Dalam rantai pasok sayuran kubis di Jorong Koto Gadang, Nagari Koto
Tinggi, Kabupaten Agam, memiliki pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan
Rantai pasok, yaitu petani, pengepul, dan pedagang pasar tradisional. Model rantai
pasokan sayuran yang sesuai dengan kegiatan pertanian kubis sebagai berikut.
Petani

Pengepul

Pedagang Pasar Tradisional

Gambar 2 Struktur rantai pasok kubis gabungan kelompok tani di Jorong Koto
Gadang, Nagari Koto Tinggi, Kabupaten Agam
Aliran komoditas kubis pada model rantai pasokan diatas terbagi menjadi
dua rantai, yaitu :
1. Struktur rantai pasokan 1
Petani

Pengumpul

Pedagang Pasar Tradisional

Gabungan Kelompok Tani di Jorong Koto Gadang, Nagari Koto Tinggi,
Kabupaten Agam, terdiri dari beberapa anggota Kelompok Tani, antara lain:
a. Anggota Kelompok Tani Amanah
b. Anggota Kelompok Tani Tunas Budaya
c. Anggota Kelompok Tani Bumi Harapan
d. Anggota Kelompok Tani Tunas Baru
e. Anggota Kelompok Tani Solok Agro
Dalam penelitian ini, lebih memfokuskan kepada Anggota Kelompok Tani
Solok Agro dengan jumlah petani sebanyak 19 orang dengan perbandingan
Jumlah anggota petani laki-laki sebanyak 15 orang dan petani perempuan
sebanyak 4 orang. Pada struktur organisasi Anggota Kelompok Petani Solok Agro
telah memiliki Seksi Pemasaran yang memilik tugas salah satunya adalah
mengontrol para pengepul. Beberapa pengepul memang telah melakukan
kerjasama setiap hasil panen (langganan) dan ada pula yang melakukan kerjasama
pada saat-saat hasil panen tertentu saja. Pengepul melakukan pengemasan (hanya
pengemasan secara tradisional dan standar) kemudian dijual kepada pedagangpedagang di pasar tradisional.
a. Petani ke pengumpul
Harga input petani per kg = Rp 1.500
Harga jual rata-rata ke pengumpul per kg = Rp 2.200
Marjin = Rp 700

10

b. Pengumpul ke pedagang
Harga beli dari petani = Rp 2.200
Harga jual ke pedagang pasar induk = Rp 3.500
Marjin = Rp 1.300
c. Pedagang ke pasar tradisional
Harga beli dari pengumpul = Rp 3.500
Harga jual ke konsumen = Rp 4.000
Margin = Rp 500
Total margin
= Margin A + Marjin B
= Rp 700 + Rp 1300 + Rp 500 = Rp 2.500,2. Struktur rantai pasokan 2
Petani

Pedagang Pasar Tradisional

Berbeda dengan struktur rantai pasokan yang bekerjasama dengan
pengepul, pada struktur rantai pasokan ini, hasil kubis yang telah dipanen dan
siap jual, distribusikan langsung oleh para petani sendiri ke masyarakat di pasarpasar Tradisonal. Setiap anggota rantai pasokan kubis mempunyai peran yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Peran masing-masing anggota dalam
model rantai pasokan kubis dijelaskan pada Tabel 5.
1. Petani ke pasar tradisional
Harga input petani per kg = Rp. 1500
Harga jual rata-rata ke pasar tradisional per kg = Rp. 3500
Marjin = Rp. 2000
Total margin = Margin A = Rp. 2000,Tabel 5 Aktivitas anggota rantai pasok kubis anggota Kelompok Tani Solok Agro
Tingkatan
Produsen

Anggota
Petani (Ketua, Wakil,
Bendahara,
Sekretaris,
Seksi
Pemasaran, dan Seksi
Proses Lahan)

Proses
*Pembelian
*Budidaya
*Kontrol
Distribusi
*Penjualan

Distributor

*Pengepul
* Pedagang pasar

*Pembelian
*Sortasi
* Pengemasan
* Penjualan
1.

Konsumen

Masyarakat umum

Pembelian

Aktivitas
Melakukan pembelian bahan dan alat
pertanian dari pemasok, budidaya
tanaman kubis, kontrol distribusi
terhadap pengepul, penjualan ke
distributor maupun langsung kepada
masyarakat
Melakukan pembelian hasil panen
kubis, melakukan sortasi sesuai dengan
hasil tanaman (kualitas baik atau
buruk), melakukan pengemasan secara
tradisional dan standar, melakukan
penjualan kepada produk pedagang
tradisional
Melakukan pembelian kubis dari
distributor dan petani secara langsung.

11

Business Process Mapping
Menurut Anderson (2009) Business process mapping mengacu pada
kegiatan yang terlibat dalam mendefinisikan apa yang dilakukan dalam suatu
usaha, siapa yang bertanggung jawab, serta bagaimana suatu proses bisnis harus
dilakukan.
Proses di petani
1. Membersihkan lokasi tempat penyemaian dari
gulma
2. Mengumpulkan sisa pembersihan (untuk
dijadikan kompos atau dibuang)
3. Membuat bedengan
4. Menaburkan pupuk kompos atau pupuk
kandang
5. Menyiram bedengan hingga basah
6. Membiarkan bedengan selama 7-15 hari
7. Menaburkan benih
8. Memagar persemaian agar terhindar dari
kerusakan binatang
9. Mengganti karung penutup dengan plastik
10. Membuat naungan Menyiram penyemaian
jika diperlukan
11. Membuka naungan setelah bibit berumur
12. Memindahkan atau menanamkan benih
13. Mencabut dan menyeleksi bibit yang akan
ditanam
14. Membuat lubang
15. Masukan bibit ke dalam lubang dengan
posisi tegak lurus kemudian ditutup dengan
tanah galian lubang
16. Menyiram bibit yang telah ditanam
17. Melakukan penyiangan
18. Melakukan pemupukan
19. Pengendalian OPT
20. Melakukan pemanenan setelah tanaman
berumur > 75 hari
21. Memotong hasil panen (kubis) dengan
menggunakan pisau tepat diatas daun tua ± 3-4
helai daun
22. Mengangkut hasil panen ke gudang
pengumpulan
23. Melakukan sortasi dan penimbangan hasil
panen

INPUT : Bibit, pupuk,
pengendalian hama,
cangkul, air dan lahan

1.

Proses di Pengumpul
Melakukan packaging hasil
panen yang akan dilakukan
2. Mendistribusikan serta menjual
hasil panen ke beberapa pasar
tradisional di daerah sekitar
3. Berkoordinasi Ketua Bidang
Pemasaran Kelompok Tani

input

outpu

KUBIS

Gambar 3 Business process mapping pada distribusi komoditas kubis di
Kabupaten Agam
Analisis Pekerjaan Melalui FTE
Full Time Equivalent (FTE) adalah jumlah jam kerja yang mewakili satu
waktu penuh stakeholders selama periode waktu tetap, seperti satu bulan atau satu
tahun. Sebelum menentukkan FTE, terlebih dahulu mengetahui beban kerja pada
masing-masing stakeholders dari rantai pasok komoditas sayuran kubis ini. FTE
bertujuan untuk menyederhanakan pengukuran kerja dengan mengubah jam kerja
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu. Dalam kasus ini, nilai
FTE tidak dapat diukur pada ukuran underload atau overload dari setiap
stakeholders karna petani dan pedagang memiliki fungsi kerja yang tidak berfokus
pada satu komoditas sehingga tidak dapat dikatan bahwa petani tersebut memiliki
beban kerja yang berlebihan. Beban kerja dari masing masing stakeholders yang

12

akan diukur adalah pada time process yang digunakan untuk melihat
perbandingan waktu kerja yang menggunakan waktu kerja lebih lama dan
dilakukan improvement untuk mengefisiensikan jumlah waktu kerja agar petani
dapat mengerjakan perkerjaan lainnya dan dapat meningkatkan produktivitas keja
baik pada komoditas kubis ini atau pekerjaan lainnya.
Optimalisasi waktu kerja dengan perhitungan FTE
Pada aktifitas pertanian, penentuan waktu efektif memiliki perbedaan
dengan penentuan waktu efektif aktifitas lainnya. Hal ini dikarenakan beberapa
pihak seperti petani yang melakukan pekerjaan setiap hari dan juga pengumpul
yang tetap melakukan pengangkutan hasil panen walaupun pada akhir pekan.
sebenarnya terdapat hari non tanam pada sayuran kubis, namun karena bukan
petani khusus, maka petani tetap bekerja dengan menggarap ladang yang lain.
berikut merupakan perhitungan waktu efektif untuk tanaman kubis :
1 tahun
= 365 hari
Cuti tahunan
= 0 hari
Hari non tanam
= 84 hari Hari kerja
= 281 hari
Waktu kerja
= 56 jam/minggu
Waktu kerja 1 hari
= 56 = 8 jam/hari
7
Total hari Kerja dalam jam = 281 x 8 jam = 2248 Jam
Faktor efisiensi rata-rata
= 87,5 %
Total jam efektif bekerja
= 118.020 menit/tahun
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada petani, terdapat
kendala yaitu sulitnya petani memprediksi lama waktu kerja dalam menit dalam
jam setiap harinya dan juga lama penyelesaian suatu pekerjaan pada masa tanam
sehingga waktu kerja petani diasumsikan langsung oleh petani adalah 6 jam yang
dimulai pada pukul 08.00 sampai dengan pukul 11.00 dan dilanjutkan pukul 13.00
hingga pukul 16.00. sehingga waktu efektif untuk tanaman kubis sebanyak 6 jam
dikalikan dengan 365 hari yaitu sebesar 1686 jam/tahun. Sementara untuk
pengumpul, waktu kerjanya adalah setiap terjadi panen. Pengumpul akan datang
ke pada petani pada malam hari untuk mengangkut hasil panen lalu membawanya
ke gudang untuk dilakukan sortasi dan pengemasan pada sayuran kubis untuk
dibawa ke daerah lain dan dijual.
Pengukuran beban kerja
Beban kerja merupakan aspek pokok yang menjadi dasar untuk
perhitungan formasi pegawai. Beban kerja perlu ditetapkan melalui programprogram unit kerja yang selanjutnya dijabarkan menjadi target pekerjaan untuk
setiap jabatan (Kep. Men. PAN Nomor : KEP/75/M.PAN/7/2004 dan Menurut
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 0/PMK.01/2006, beban kerja yaitu bobot
pekerjaan yang dikatikan pada volume kerja pegawai/unit organisasi dengan
norma waktu penyelesaian pekerjaannya yang dinyatakan dalam jumlah satuan
pekerjaan.
Pada kegiatan rantai pasok komoditas sayuran kubis di kabupaten Agam
terdapat dua rantai pasok yaitu dari petani ke pengumpul sampai kepasar dan juga
dari petani langsung ke pasar. Pengukuran beban kerja yang akan dihitung dari

13

time process stakeholders yang terdapat pada rantai pasok komoditas sayuran
kubis di kabupaten Agam, Sumatera Barat. Setelah menghitung waktu kerja
efektif maka selanjutnya adalah mengitung beban kerja. Pengukuran beban kerja
secara rinci dapat dilihat pada lampiran 1 dan 2. Perhitungan aktivitas pekerjaan
petani dan pengumpul adalah seperti pada Tabel 6 berikut ini :
Tabel 6 Analisis beban kerja petani
No

Uraian Tugas Pokok

Jumlah
Pekerja

F

WA

1
2
3
4
5

Persiapan
Penanaman
Pemeliharaan
Pemanenan
Aktivitas Pengumpul

91
24
28
20
7

81
27
102
48
27

149,400
46,800
154,800
72,000
17,280

WPT
(TA/F)
27,300
7,200
8,400
6,000
1,920

FTE
TTU/SW
0,2313
0,0610
0,0982
0,0508
0,0163

Dari hasil perhitungan FTE dapat dilihat dari Tabel 6 bahwa beberapa
aktivitas pekerjaan dilakukan dengan waktu yang lama. Aktifitas tersebut adalah
yang dilakukan oleh petani pada tahap persiapan seperti aktifitas membersihkan
lahan, waktu penyemprotan pupuk dan pestisida, dan melakukan panen yang
memiliki nilai FTE sebesar 0,2313. Dari hasil diatas juga dapat dilihat bahwa
aktivitas pedang dan pengumpul memiliki nilai FTE sebesar 0,0163. Nilai FTE
yang ada tidak digunakan untuk menjustifikasi jumlah tenaga kerja yang ada. FTE
digunakan untuk mengoptimalkan angka-angka yang ada pada waktu yang
digunakan untuk melakukan suatu kegiatan. FTE memudahkan untuk memilih
aktifitas yang dapat diselesaikan secara efektif sehingga dapat dilakukan langkah
improvement untuk mengatasinya. Pengukuran beban kerja secara rinci dan
langkah improvement dapat dilihat pada lampiran 3. Perhitungan secara garis
besar seperti pada Tabel 7.
Tabel 7 Perhitungan FTE setelah dilakukan improvement pada analisis
stakeholders komoditas kubis
No
1
2
3
4
5

Uraian Tugas Pokok
Persiapan
Penanaman
Pemeliharaan
Pemanenan
Aktivitas Pengumpul

Jumlah
Pekerja
82
24
18
11
7

F
66
27
105
36
27

WA
144,900
46,800
78,300
39,600
18,900

WPT
(WA/F)
25,800
7,200
4,500
3,300
2,100

FTE
TTU/SW
0,2186
0,0610
0,0381
0,0279
0,0177

Dari perhitungan nilai FTE improvement dapat dilihat terjadi perubahan
angka yang cukup signifikan, yaitu pada tahap persiapan pengolahan lahan
dengan menambah penggunaan teknologi sehingga nilai FTE awal sebesar 0,2313
berubah menjadi 0,2186. Perbuhan nilai FTE juga dapat dilihat pada tahap
pemeliharaan yaitu FTE awal 0,0982 menjadi 0,0381 dan tahap pemanenan
dengan nilai FTE awal 0, 0508 menjadi 0,0279. Perubahan angka pada nilai FTE
tersebut dapat memberikan pengaruh tehadap aktifitas perkejaan yang dilakukan
oleh petani sehingga lebih efektif dan dapat menghemat kebutuhan tenaga kerja.

14

Analisis Nilai Tambah
Konsep nilai tambah adalah suatu peningkatan nilai yang terjadi karena
adanya input yang diperlakukan pada suatu komoditas. Nilai tambah yang terjadi
pada produk tersebut dapat dihasilkan melalui peningkatan nilai proses yaitu
dengan mengubah pola tanam kubis konvensional ke kubis organik sehingga
dapat meningkatan nilai harga. Penelitian difokuskan untuk mengukur nilai
tambah pada petani, pengumpul dan pedagang.
a. Analisis nilai tambah petani
Pada dasarnya setiap petani memiliki tingkat produktivitas yang hampir
sama karena kesamaan dalam penggunaan teknologi, sarana produksi, dan teknik
budidaya, sedangkan faktor yang membedakan antara satu petani dan petani
lainnya adalah harga beli ke tingkat petani yang dilakukan oleh pengumpul untuk
itu nilai tambah pada produk kubis dapat ditingkatkan dengan mengubah pola
tanam kubis konvensional ke organik karena semakin sadarnya masyakat akan
pentingnya kesehatan dan konsumsi pangan tanpa pestisida.
Analisis nilai tambah ini berdasarkan wawancara terhadap petani untuk
pengelolaan kubis pada 1 Ha lahan pertanian. Perhitungan nilai tambah untuk
petani Kubis.
Tabel 8 Perhitungan nilai tambah untuk petani
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

14

Variabel
I. Output, Input, dan Harga
Hasil Produksi Organik (Kg/panen)
Bibit (jumlah bibit/panen)
Tenaga Kerja (HOK/panen)
Faktor Konversi
Koefisien Tenaga Kerja
Harga Output (Rp/Kg)
Upah Tenaga Kerja Langsung (Rp/HOK)
II. Penerimaan dan Keuntungan
Harga Input (Rp/Kg)
Sumbangan Input Lain (Rp/Kg)
Nilai Output (Rp/Kg)
Nilai Tambah (Rp/Kg)
Rasio Nilai Tambah (%)
Pendapatan Tenaga Kerja Langsung (Rp/Kg)
Pangsa Tenaga Kerja (%)
Keuntungan (Rp/Kg)
Tingkat Keuntungan (%)
III. Balas Jasa Pemilik Faktor-Faktor Produksi
Marjin (Rp/Kg)
Pendapatan Tenaga Kerja Langsung (%)
Sumbangan Input Lain (%)
Persentase Keuntungan (%)

Nilai
800 Kg
1000 bibit
8 HOK
0,8
0,008
Rp. 14.000/kg
Rp. 40.000/HOK
Rp. 2.200/kg
Rp. 3.000/kg
Rp. 11.200/kg
Rp. 6.000/kg
53,58%
Rp. 320/kg
5,34%
Rp. 5.680/kg
94,67%
Rp. 9.000/kg
3,55%
33,33%
63,11%

15

Dari nilai tambah kubis organik terlihat bahwa 1000 bibit kubis organik
dapat memproduksi 800 kg kubis organik dengan malibatakan 8 orang anggota
kelompok tani dalam menggarap lahan komoditas kubis. Harga jual kubis organik
dari petani kepada pengumpul adalah Rp. 14.000/kg dengan nilai tambah produk
Rp. 6.000/kg. dengan demikian terdapat peningkatan nilai tambah kubis dengan
menerapkan pola tanam organik. Marjin yang didapatkan oleh petani sebesar Rp.
9.000/kg dengan imbalan tenaga kerja memperoleh nilai tambah Rp. 320/kg dan
keuntungan yang diperoleh pemilik modal atau petani sebesar 63,11% dari marjin
yaitu sebesar Rp. 5.680/kg.
b. Analisis nilai tambah pengumpul
Pengumpul akan membeli langsung kepada petani setelah itu tugas
pengumpul yang akan melakukan sortasi dan juga penjualan ke pasar-pasar
tradisional. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, pengumpul tidak hanya
membeli hasil pertanian dari satu petani saja melainkan pada banyak petani yang
berada disekitar Nagari Koto Tinggi, dan analis pada pengumpul yang disebutkan
disini adalah berdasarkan prakira peneliti. Dari panen yang dilakukan oleh petani
terdapat 800 kg/ha tetapi karna pada tingkat pengumpul akan dilakukan sortir
sehingga kubis yang dapat dijual oleh pengumpul mengalami penyusutan menjadi
700 kg/ha. Perhitungan nilai tambah pengumpul ditunjukkan dalam Tabel 9.
Tabel 9 Perhitungan nilai tambah untuk pengumpul
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

14

Variabel
I.
Output, Input dan Harga
Hasil beli ke petani (Kg/panen)
Kubis organik (Kg/panen)
Tenaga Kerja (HOK/panen)
Faktor Konversi
Koofisien Tenaga Kerja (HOK)
Harga Output (Rp/Kg)
Upah Tenaga Kerja Langsung (Rp/HOK)
II.
Penerimaan dan Keuntungan
Harga Input (Rp/Kg)
Sumabangan Input Lain (Rp/Kg)
Nilai Output (Rp/Kg)
Nilai Tambah (Rp/Kg)
Rasio Nilai Tambah (%)
Pendapatan Tenaga Kerja Langsung (Rp/Kg)
Pangsa Tenaga Kerja (%)
Keuntungan (Rp/Kg)
Tingkat Keuntungan ((%)
III.
Bals Jasa Pemilik Faktor-Faktor Produksi
Marjin (Rp/Kg)
Pendapatan Tenaga Kerja Langsung (%)
Sumbangan Input Lain (%)
Presentase Keuntungan (%)

Nilai
700 Kg
800 Kg
6
0,88
0,007
Rp. 16.000/kg
Rp. 50.000/kg
Rp. 2.200/kg
0
Rp. 14.000/kg
Rp. 11.800/kg
84,29%
Rp. 375/kg
3,18%
Rp. 11.425%
81,60%
Rp. 11.800%
3,18%
0
96,83%

16

Nilai tambah kubis yang dibeli langsung kepada petani sebanyak 800 kg
kubis organik akan dilakukan sortir kubis dengan malibatakan 6 pekerja. Harga
jual kubis organik yang diperoleh pengumpul adalah Rp. 16.000/kg dengan nilai
tambah produk Rp. 11.800/kg. Dengan demikian terdapat peningkatan nilai
tambah kubis dengan menerapkan pola tanam organik. Marjin yang didapatkan
oleh pengumpul sebesar Rp. 11.425/kg dengan imbalan tenaga kerja memperoleh
nilai tambah Rp. 375/kg dan keuntungan yang diperoleh pemilik modal atau
petani sebesar 96,83% dari marjin yaitu sebesar Rp. 11.800/kg.
c. Analisis nilai tambah pedagang pasar tradisional
Pedagang akan membeli langsung kepada pengumpul yang membawa
produk ke pasar tradisional setelah itu pedagang yang melakukan penjualan ke
pasar-pasar tradisional. Perhitungan nilai tambah pedagang ditunjukkan dalam
Tabel 10.
Tabel 10 Perhitungan nilai tambah untuk pedagang pasar tradisional
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

14

Variabel
I. Output, Input dan Harga
Outupt (Kg/panen)
Bahan Baku (Kg/panen)
Tenaga Kerja (HOK/panen)
Faktor Konversi
Koofisien Tenaga Kerja (HOK)
Harga Output (Rp/Kg)
Upah Tenaga Kerja Langsung (Rp/HOK)
II. Penerimaan dan Keuntungan
Harga Input (Rp/Kg)
Sumabangan Input Lain (Rp/Kg)
Nilai Output (Rp/Kg)
Nilai Tambah (Rp/Kg)
Rasio Nilai Tambah (%)
Pendapatan Tenaga Kerja Langsung (Rp/Kg)
Pangsa Tenaga Kerja (%)
Keuntungan (Rp/Kg)
Tingkat Keuntungan ((%)
III. Balas Jasa Pemilik Faktor-Faktor Produksi
Marjin (Rp/Kg)
Pendapatan Tenaga Kerja Langsung (%)
Sumbangan Input Lain (%)
Presentase Keuntungan (%)

Nilai
700 Kg
700 Kg
4
1
0,005
Rp. 18.000/kg
Rp. 60.000/kg
Rp. 3.500/kg
0
Rp. 18.000/kg
Rp. 14.500/kg
80,56%
Rp. 342,85/kg
2,37%
Rp. 14.158/kg
78,66%
Rp. 14.500/kg
2,37%
0
97,64%

Nilai tambah kubis yang dijual dari pengumpul ke pedagang sebanyak 700
kg akan dijual kembali 700 kg kubis organik ke 4 pasar baik took sayur dan super
market yang ada di Bukit Tinggi dan Pekanbaru. Harga jual kubis organik yang
diperoleh pengumpul adalah Rp. 16.000/kg dengan nilai tambah produk Rp.
14.500/kg. Dengan demikian terdapat peningkatan nilai tambah kubis dengan

17

menerapkan pola tanam organik. Marjin yang didapatkan oleh pedagang sebesar
Rp. 14.158/kg dengan imbalan tenaga kerja memperoleh nilai tambah Rp. 342/kg
dan keuntungan yang diperoleh pemilik modal atau petani sebesar 97,64% dari
marjin yaitu sebesar Rp. 14.500/kg.
Implikasi Manajerial
Pembahasan mengenai Analisis pekerjaan melalui FTE digunakan untuk
mengetahui peluang efektivitas yang terjadi pada aktifitas rantai pasok komoditas
sayuran kubis yang ada di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Selain analisis
pekerjaan melalui FTE, FTE juga digunakan untuk menghasilkan solusi yang
dapat menjawab permasalahan yang ada pada aktifitas rantai pasok komoditas
sayuran kubis yang ada di kabupaten Agam.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peta implikasi manajerial
analisis beban kerja stakeholderss komoditas kubis di Kabupaten Agam secara
rinci dapat dilihat pada Gambar 4.
Hilir

Desain pekerjaan pada
sistem rantai pasok
yang efektif dan efisien
Trust Building

Inovasi
Hasil FTE &
Relationship
Buliding

Petani

Observasi dan
Wawancara

Improvement

Business Prosess Mapping dan
Analisis Nilai Tambah

Assesment dan Work Load Anayisis

Teknologi dan
Pelatihan

Pedagang dan
Pengumpul

Perhitungan
waktu
penyelesaian
tugas

Hulu

Gambar 4 Implikasi manajerial analisis beban kerja stakeholders komoditas
kubis di Kabupaten Agam

18

Tahap untuk mengetahui solusi tersebut dimulai dari wawancara dan
observasi kepada stakeholders, sehingga akan diketahui Bisnis Proses Mapping
dan Analisis Nilai Tambah dari komoditas kubis, lalu dari kondisi awal yang
dirasa kurang efektif maka akan dilakukan improvement melalui penerapan
tekonogi dan pelatihan serta membangun kepercayaan dan kekeluargaan serta
kerjasama yang baik antar stakeholders terkait untuk memaksimalkan jumlah
waktu dan sumber daya yang dipakai oleh stakeholders sehingga akan dihasilkan
suatu desain pekerjaan pada sistem rantai pasok yang