Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Produksi Karet Di PTPN III Kebun Sarang Giting, Kabupaten Serdang Bedagai

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI KARET

DI PTPN III KEBUN SARANG GITING, KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

SKRIPSI

Diajukan Oleh: Esteria Sitanggang

070501048

Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan 2011


(2)

ABSTRACT

This research aims is to analyze the factors that influence the production of rubber at PTPN III Sarang Giting, Serdang Bedagai. Data used in this research is time series data (periodic data) monthly in the period 2008-2010. Independent variable is land, fertilizer, ethrel and rainfall. The method that used is the method of Ordinary Least Square (OLS) is the econometric model.

The estimation results obtained show that Ethrel has a significant positive effect while the land area and fertilizer had no significant positive effect on the production of rubber at 95% confidence level. Meanwhile, rainfall was not significant negative effect on rubber production at PTPN III Sarang Giting.


(3)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil produksi karet di PTPN III kebun Sarang Giting, Kabupaten Serdang Bedagai. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series ( data berkala ) bulanan dalam kurun waktu 2008-2010. Variabel independennya adalah lahan, pupuk, ethrel dan curah hujan. Metode yang digunakan adalah metode Ordinary Least Square (OLS) yaitu dengan model ekonometrika.

Hasil estimasi yang diperoleh menunjukkan bahwa ethrel mempunyai pengaruh positif signifikan sedangkan luas lahan dan pupuk mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap produksi karet pada tingkat kepercayaan 95%. Sementara curah hujan berpengaruh negative tidak signifikan terhadap hasil produksi karet di PTPN III Sarang Giting.


(4)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan keruniaNya penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini guna memenuhi salah syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kepada kedua orang tua tercinta yaitu: E. Sitanggang dan L. br Siahaan sebagai rasa hormat atas perhatian, kasih sayang, serta dorongan yang dibarengi kesabaran yang diberikan selama ini.

2. Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Drs. Syaril Hakim Nasution, Msi selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

5. Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, PhD selaku Ketua Program Studi S1 Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

6. Paidi Hidayat, SE, MSi selaku Sekretaris Program Studi S1 Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Pembangunan.

7. Dra. Raina Linda Sari, Msi selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan bimbingan dari awal pengerjaan sampai dengan selesainya skripsi ini.

8. Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin dan Kasyful Mahali SE, Msi selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan petunjuk dan masukan untuk menyempurnakan skripsi ini.


(5)

9. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Ekonomi terkhusus Depatemen Ekonomi Pembangunan atas pengajaran , bimbingan dan bantuannya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

10.Kepada seluruh staf yang ada di PTPN III kebun Sarang Giting yang telah membantu saya dalam melengkapi data untuk proses penyelesaian skripsi ini.

11.Kepada teman-teman EP’07 atas kebersamaan, doa, dan semangat yang penulis dapatkan selama berada di bangku pekuliahan di Fakultas Ekonomi.

12.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kakak, abang, dan adik-adik tercinta atas dukungan semangatnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi penulisan yang lebih sempurna di masa yang akan datang.

Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan membantu semua pihak yang memerlukannya, terutama rekan mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangunan.

Medan, Maret 2011 Penulis,


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRACT……… i

KATA PENGANTAR……… iii

DAFTAR ISI………... vi

DAFTAR TABEL………... viii

DAFTAR GAMBAR……….. ix

DAFTAR LAMPIRAN……….. x

BAB I PENDAHULUAN……… 1

1.1 Latar Belakang………... 1

1.2 Perumusan Masalah……… 6

1.3 Hipotesis………. 6

1.4 Tujuan Penelitian……… 7

1.5 Manfaat Penelitian………. 7

BAB II URAIAN TEORITIS………. 8

2.1 Peranan Pertanian dalam Perekonomian Indonesia……… 8

2.1.1 Ilmu Ekonomi Pertanian……… 8

2.1.2 Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi Nasional………... 9

2.2 Kebijaksaan dalam Sektor Ekonomi………... 11

2.3 Perkebunan Sebagai Subsektor Ekonomi………... 12

2.4 Tanaman Karet………... 14

2.4.1 Sejarah Karet………. 14

2.4.2 Faktor-Faktor Alam yang Mempengaruhi Produksi Karet… 16 2.4.3 Jenis-Jenis Karet……… 21


(7)

2.4.4 Produk Turunan Karet……….. 25

2.5 Aspek-Aspek Produksi……….. 27

2.5.1 Pengetian Produksi……… 27

2.5.2 Fungsi Produksi………. 27

2.5.3 Efisiensi Produsen………. 31

2.5.4 Konsep Produksi………... 32

2.5.5 Tahapan Produksi………. 34

2.5.7 Fungsi Produksi Cobb-Douglas……… 36

2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Karet………. 38

2.7 Biaya Produksi………... 43

2.8 Economies dan Diseconomies……… 44

BAB III METODE PENELITIAN……… 45

3.1 Ruang Lingkup……….. 45

3.2 Jenis dan Sumber Data……….. 45

3.3 Pengolahan Data……… 45

3.4 Model Analisis Hasil………. 46

3.5 Test Of Goodnest Fit (Uji Kesesuaian)………. 48

3.5.1 Koefisien Determinasi (R2)……….. 48

3.5.2 Uji F-Statistik (General Testing)……….. 48

3.5.3 Uji t-statistik (Partial Test)………... 50

3.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik………. 51

3.6.1 Multikolinearity………. 51

3.6.2 Autokorelasi………. 52

3.7 Definisi Operasional………. 54

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN……… 55

4.1 Gambaran Umum Perusahaan……….. 55

4.1.1 Sejarah Perusahaan……….. 55

4.1.2 Lokasi Perusahaan……… 57

4.1.3 Tujuan Perusahaan………... 57

4.1.4 Ruang Lingkup Bidang Usaha………. 58

4.2 Struktur Oraganisasi……….. 58

4.2.1 Pembagian Tugas dan Wewenang………... 59

4.3 Produksi Perusahaan………. 64

4.3.1 Uraian Proses Produksi………. 64

1. Penanaman……… 64

2. Pemeliharaan Tanaman………. 66

3. Eksploitasi/ Penyadapan……… 68

4. Tap Speksi Karet……… 69

5. Proses Lateks di Pabrik……….. 69

4.3.2 Faktor Produksi Perusahaan………. 75

4.4 Pembahasan……… 80

4.4.1 Interpretasi Model………. 80

4.5 Pengujian Hipotesis……… 84

4.5.1 Koefisien Determinasi (R-Square)……… 84

4.5.2 Uji F-Statistik……… 84

4.5.3 Uji t-statistik……….. 86

4.5.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik………. 89


(8)

b. Autokorelasi……… 90

BAB V PENUTUP……… 91

5.1 Kesimpulan………. 91

5.1 Saran………... 92 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

4.1 Luas Lahan, Jumlah Pupuk, Ethrel dan Curah Hujan 79

4.2 Total Produksi dan Produktivitas Karet

8 2

4.3 Corellation Matrix

8 9


(9)

DAFTAR GAMBAR No. Gambar

Hal aman

2.1 Kurva Produksi

28

2.2 Kurva Isocost

31

2.3 Kurva Tahapan Produksi

34

3.1 Kurva Uji F-Statistik

49

3.2 Kurva Uji t-statistik


(10)

4.1 Struktur Organisasi PTPN III Sarang Giting

59

4.2 Kurva Total Produksi PTPN III Sarang Giting

83

4.3 Kurva Produktivitas PTPN III Sarang Giting

83

4.4 Kurva F-Statistik Model Penelitian

85

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiaran 1 Hasil Regresi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test yang Terdapat Autokorelasi


(11)

Lampiaran 3 Hasil Regresi Pengobatan Autokorelasi Tahap II Lampiaran 4 Hasil Regresi Pengobatan Autokorelasi Tahap III


(12)

ABSTRACT

This research aims is to analyze the factors that influence the production of rubber at PTPN III Sarang Giting, Serdang Bedagai. Data used in this research is time series data (periodic data) monthly in the period 2008-2010. Independent variable is land, fertilizer, ethrel and rainfall. The method that used is the method of Ordinary Least Square (OLS) is the econometric model.

The estimation results obtained show that Ethrel has a significant positive effect while the land area and fertilizer had no significant positive effect on the production of rubber at 95% confidence level. Meanwhile, rainfall was not significant negative effect on rubber production at PTPN III Sarang Giting.


(13)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil produksi karet di PTPN III kebun Sarang Giting, Kabupaten Serdang Bedagai. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series ( data berkala ) bulanan dalam kurun waktu 2008-2010. Variabel independennya adalah lahan, pupuk, ethrel dan curah hujan. Metode yang digunakan adalah metode Ordinary Least Square (OLS) yaitu dengan model ekonometrika.

Hasil estimasi yang diperoleh menunjukkan bahwa ethrel mempunyai pengaruh positif signifikan sedangkan luas lahan dan pupuk mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap produksi karet pada tingkat kepercayaan 95%. Sementara curah hujan berpengaruh negative tidak signifikan terhadap hasil produksi karet di PTPN III Sarang Giting.


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pertanian di negara-negara berkembang merupakan sektor ekonomi yang sangat potensial karena memberikan kontribusi yang sangat besar dalam pertumbuhan dan pembangunan perekonomian nasional. Peranan sektor pertanian di dalam bidang perekonomian adalah menyediakan kesempatan kerja dan berkontribusi dalam pembentukan PDB. Sektor pertanian juga berperan sebagai salah satu sumber penting bagi surplus neraca perdagangan baik lewat ekspor komoditi atau produksi barang substitusi impor.

Ditengah ancaman menurunnya pertumbuhan ekonomi dunia akibat krisis keuangan, perekonomian Indonesia juga akan mendapat tekanan yang cukup berat. Penururnan pertumbuhan ekonomi di negara-negara industri memberikan tekanan yang cukup besar terhadap kinerja ekspor komoditas, tetapi dengan pangsa yang cukup besar dan adanya ekspektasi perbaikan perekonomian dunia ke depan, ekspor komoditas masih tetap menjadi tumpuan perekonomian dalam jangka panjang. Salah satu komoditas yang selama ini menjadi andalan ekspor adalah karet dan barang karet di samping CPO yang tetap menjadi primadona ekspor. Karet merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia sehari-hari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia.

Peranan karet dan barang karet terhadap ekspor nasional tidak dapat dianggap kecil mengingat Indonesia merupakan produsen karet urutan ke-2 terbesar di dunia dengan produksi sebesar 2,55 juta ton pada tahun 2007 setelah Thailand (produksi sebesar 2,97 juta ton) dan negara yang memiliki luas lahan karet terbesar di dunia dengan luas lahan mencapai 3,4 juta hektar di tahun 2007. (Sumber : IRSG (International Rubber Study Group)


(15)

Dengan posisi yang cukup strategis tersebut, karet diharapkan menjadi salah satu penggerak kebangkitan ekonomi melalui peningkatan produksi yang akan meningkatkan ekspor karet. Strategi optimalisasi ekspor karet dinilai tepat mengingat harganya yang cukup tinggi di pasar internasional apalagi dibarengi kemampuan pasar dalam negeri untuk mengolah karet menjadi barang industri, seperti yang dilakukan oleh negara-negara berkembang lainnya.

Prospek industri karet ini sangat menjanjikan melihat perkembangan harga karet menunjukkan kenaikan yang konsisten akibat meningkatnya permintaan dari negara berkembang yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi tinggi yang dimotori oleh pesatnya industrialisasi di negara-negara maju.

Dari segi areal perkebunannya, Indonesia boleh berbangga diri karena memiliki hamparan kebun karet terluas di dunia, tahun 2008 lalu luas areal perkebunan karet Indonesia mencapai sekitar 3,47 juta ha dengan total produksi karet alam sebanyak 2.921.872 ton. Luas areal perkebunan karet bertambah menjadi 3.524.583 hektar dengan produksi sebanyak 3.040.111 ton pada tahun 2009. (Ditjen Perkebunan, Departemen Pertanian).

Namun rasio antara volume produksi karet dengan luas areal perkebunan yang ada menunjukkan produktivitas yang masih rendah. Hal ini disebabkan sekitar 85% dari total perkebunan karet di Indonesia merupakan perkebunan rakyat. Menurut beberapa hasil penelitian, produktivitas perkebunan karet rakyat masih sangat rendah yaitu sekitar 600 – 800 kg per hektar per tahun. Perkebunan rakyat umumnya belum menggunakan bibit karet dari klon-klon unggul, pemeliharaannya masih sederhana, serta banyak tanaman karet yang sudah tua dan rusak. Jauh berbeda dengan kondisi industri karet di Thailand yang menggunakan klon-klon unggul disertai pemeliharaan yang baik, produktivitasnya dapat mencapai 1.500 – 2.000 kg per hektar per tahun.


(16)

Tiga jenis perkebunan karet yang ada di Indonesia yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS). Dari ketiga jenis perkebunan tersebut, PR mendominasi luas lahan yang mencapai 2,84 juta hektar atau sekitar 85% dari lahan perkebunan karet. Bila dilihat pada tahun 2007, luas perkebunan rakyat mencapai 2899,7 ribu hektar sedangkan luas perkebunan besar hanya 514 ribu hektar. Namun Pertumbuhan lahan PR menunjukkan penurunan karena peralihan lahan menjadi perkebunan kelapa sawit menjadi salah satu faktor menurunnya area karet. Peralihan tersebut dipicu dengan meningkatnya harga CPO di pasar dunia yang sejak tahun 2003 berada di kisaran US$ 500 per ton bahkan di tahun 2007 harga CPO mencapai US$ 800 per ton.( PMG (Publisindo Marinitama Gemilang-Adhy Basar Parhusip)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Indonesia tergolong negara yang memiliki produktivitas industri karet yang rendah. Padahal lahan pertanian yang dimiliki cukup luas. Namun areal yang luas dan tenaga kerja yang banyak tidak memberikan hasil yang optimum apabila tidak ditunjang dengan kemauan dan kemampuan penerapan teknologi.

Hasil produksi karet di masa yang akan datang bisa tetap, meningkat ataupun mungkin juga mengalami penurunan. Dalam mengimplikasikan penurunan, peningkatan atau tetapnya jumlah produksi penting diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi agar dapat dikendalikan, pengendalian yang dimaksud adalah dengan membatasi setiap tindakan yang dianggap mengurangi nilai tambah dan meningkatkan hal-hal yang dianggap dapat menaikan nilai tambah terhadap produksi. Faktor yang mempengaruhi hasil produksi merupakan tolak ukur dalam pengambilan keputusan untuk menunjang pencapaian hasil produksi yang maksimal.


(17)

Rendahnya produktivitas di berbagai jenis usaha telah menjadi masalah bagi banyak perusahaan. Masalah produktivitas yang dimaksud pada dasarnya adalah bagaimana kombinasi setiap input yang digunakan untuk menghasilkan output yang maksimal kuantitasnya serta berkualitas. Pengertian input dalam hal ini berkaitan dengan dengan produk yang akan dihasilkan dan input meliputi penggunaan lahan, tenaga kerja, modal, bahan baku, teknologi, dan berbagai input lainnya. Produksi ini juga dipengaruhi oleh faktor biologi dari tanaman, tanah, dan alambatas. Contoh faktor alam yang dapat mempengaruhi produksi adalah tingkat curah hujan. Ketika curah hujan tinggi maka intensitas cahaya matahari yang berguna untuk fotosintesisi tanaman akan berkurang. Kualitas lateks berkurang karena tetesan air hujan dan aktivitas karyawan yang terbatas ketika hujan turun. Selain itu, faktor sosial ekonomi termasuk manajemen produksi, tingkat pendidikan, pendapatan, keterampilan dan lain sebagainya juga berpengaruh dalam mempengaruhi tingkat produksi.

Metode untuk meningkatkan produksi tani dapat dilakukan dengan intensifikasi atau ekstensifikasi. Metode intensifikasi menggunakan lebih banyak faktor produksi (input) selain tanah, dan ekstensifikasi merupakan perluasan tanah pertanian dengan membuka lahan-lahan baru. Dalam pengerjaan tanah yang ekstensif, penggunaan tenaga kerja dan modal dikurangi untuk dipindahkan ke tanah pertanian lainnya. Tenaga kerja mempunyai harga paling tinggi, menurut produktivitasnya di Eropa. Sedangkan di Indonesia faktor tenaga kerja merupakan faktor produksi yang lebih atau sangat murah. Dalam keadaan yang demikian jumlah tenaga kerja dapat dikatakan tidak terbatas dan faktor produksi yang paling mahal adalah modal. Jadi para pengusaha harus bijaksana dalam mempertimbangkan kombinasi faktor produksi, dan juga penggunaan teknologi pertanian untuk mengatasi penyakit tanaman agar hasil produksi yang diperoleh efektif dan efiesien. (Mubyarto, 1989 : 73)


(18)

Faktor produksi yang menentukan dalam usaha di bidang perkebunan meliputi lahan, pupuk, stimulan produksi lateks (ethrel), dan faktor curah hujan.

Perkebunan karet PTPN III Sarang Giting adalah salah satu perusahaan perkebunan besar negara yang memproduksi komoditi karet. Dalam proses produksi PTPN III Kebun Sarang Giting mengkombinasikan dan memanfaatkan berbagai faktor produksi. Penulis yang bertempat tinggal di kawasan perkebunan tersebut tertarik untuk memilih PTPN III Kebun Sarang Giting sebagai tempat penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Produksi Karet di PTPN III Kebun Sarang Giting, Kabupaten Serdang Bedagai”.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah yaitu:

1) Bagaimana pengaruh luas lahan terhadap peningkatan produksi karet?

2) Bagaimana pengaruh penggunaan pupuk terhadap peningkatan produksi karet?

3) Begaimana pengaruh penggunanaan stimulansia ethrel terhadap peningkatan produksi karet?

4) Bagaimana pengaruh tingkat curah hujan terhadap peningkatan produksi karet?

1.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek penelitian dimana tingkat kebenarannya masih perlu diuji. Berdasarkan perumusan masalah tersebut diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1) Penggunaan lahan mempunyai pengaruh yang positif terhadap peningkatan produksi, cateris paribus.


(19)

2) Penggunaan pupuk mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan produksi, cateris paribus.

3) Penggunaan ethrel mempunyai pengaruh yang positif terhadap peningkatan produksi, cateris paribus.

4) Tingkat curah hujan mempunnyai pengaruh yang negatif terhadap peningkatan produksi, cateris paribus.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui apakah penggunaan lahan mempunyai pengaruh yang positif terhadap peningkatan produksi.

2) Untuk mengetahui apakah penggunaan pupuk mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan produksi.

3) Untuk mengetahui apakah penggunaan ethrel mempunyai pengaruh yang positif terhadap peningkatan produksi.

4) Untuk mengetahui apakah tingkat curah hujan mempunyai pengaruh yang negatif terhadap peningkatan produksi.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis khususnya di bidang ekonomi. 2) Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas

Ekonomi terutama Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.


(20)

3) Sebagai penambah,pelengkap, sekaligus sebagai pembanding hasil-hasil penelitian menyangkut topic yang sama.


(21)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Peranan Pertanian Dalam Perekonomian Indonesia 2.1.1 Ilmu Ekonomi Pertanian

Ilmu ekonomi pertanian awalnya muncul dan berkembang di kawasan Eropa. Hal ini berkaitan dengan usaha untuk mengembangkan ilmu ekonomi pertanian, karena saat itu terjadi depresi pertanian. Awal abad ke-18, ilmu pertanian semakin berkembang. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya buku ilmu pertanian yang ditulis, baik tentang keadaan atau sistem yang berlaku, protes tentang kenyataan, serta ilmu atau teknis pertanian. Karena saat itu berkembang kerja rodi dimana-mana, tuan tanah yang semena-mena, rakyat kecil sangat menderita dan mengalami penindasan.

Kemudian Albrecht Thaer (1752-1828) dengan bukunya berjudul Grundsatze der Rationeller Landwirschaft dan Von der Goltz dianggap sebagai bapak pengubah Ilmu Ekonomi Pertanian. Thaer sebenarnya adalah seorang dokter medis, namun lebih tertarik terjun dalan bidang pertanian. Selain itu juga dia mendirikan sekolah tinggi pertanian di Moglin pada tahun 1986. (Ir. Moehar Daniel, M.S, 2002, 10)

Amerika Serikat, ekonomi pertanian diajarkan di Universitas Ohio pada tahun 1892. Rural Economics adalah cikal bakal ilmu ekonomi pertanian. Pada tahun 1901 mata kuliah Agricultural Economics mulai diajarkan di Universitas Cornell dan Farm Management pada tahun 1893.

Di Indonesia, ilmu ekonomi pertanian mulai berkembang pada tahun 1950-an. Ilmu ini dikembangkan oleh Iso Reksohadiprodjodan Teko Sumardiwirjo. Mereka adala dosen di Universita Indonesia dan Universitas Gajah Mada yang menjadi pusat perkembangan ekonomi pertanian.


(22)

Ilmu ekonomi pertanian mempunyai fungsi yang tidak kalah pentingnya dari ilmu ekonomi maupun ilmu pertanian itu sendiri. Melihat asal usulnya, dasar pengembangan dan manfaat penerapannya, ilmu ekonomi pertanian di Indonesia dapat mengambil manfaat kedua aspek pandangan kedua ilmu. Dengan dasar-dasar teori ekonomi mikro dan teori ekonomi makro, tata buku, statistik dan lain-lain, maka kita dapat mempelajari penerapan segala teori-teori ekonomi dan perusahaan pada persoalan-persoalan pertanian, hubungan-hubungan ekonominya satu sama lain dan implikasinya bagi perekonomian nasional.

2.1.2 Pertanian Dalam Pembangunan Ekonomi Nasional.

Sebagai Negara agraria, sektor pertanian memegang peranan penting dalam hampir keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari dari banyaknya penduduk yang hidup dan bekerja pada sektor pertanian. Pentingnya peran pertanian dapat pula dilihat dari besarnya nilai ekspor yang berasal dari pertanian terutama perkebunan yang menjadi sumber pendapatan nasional.

Menurut M.L Jhingan (1994) peranan sektor pertanian pada pembangunan ekonomi adalah:

1. Menyediakan surplus pangan yang semakin besar pada penduduk yang semakin meningkat.

2. Meningkatkan permintaan akan produk industry, sehingga mendorong perkembangan sektorsekunderdan sektor tersier.

3. Menyediakan tambahan penghasilan devisa untuk impor barang-barang modal bagi pembangunan melalui ekspor hasil pertanian secara terus-menerus

4. Meningkatkan penghasilan masyarakat untuk mobilitas pemerintah 5. Memperbaiki kesjahteraan masyarakat.

Pembangunan ekonomi dengan pemberian prioritas pada sektor pertanian, seperti pada Repelita 1969, tidaklah merupakan kasus khusus di Negara kita saja tetapi juga


(23)

merupakan kebijaksaan di Negara lain. Namun pertanian tidak dapat berjalan sendiri, pertanian mempunyai hubungan yang erat dan kait-mengait dengan sektor lainnya misalnya sektor industri, sektor pekerjaan umum, sektor perdagangan, pendidikan dan sebagainya. Oleh karena itu ntuk mempercepat proses pembangunan pertanian diperlukan peningkatan kegiatan yang simultan dalam hampir semua sektor yang ada.

Menurut A.T. Mosher ada lima syarat yang harus ada untuk melakukan pembangunan pertanian:

a. Adanya pasar untuk hasil-hasil usaha tani. Dalam hal ini dapat berupa industri pengolahan.

b. Teknologi yang semakin berkembang

c. Tersedianya bahan-bahan dan alat produksi local dan terjangkau.

d. Adanya perangsang produksi bagi petani. Dalam hal ini berupa harga yang stabil. e. Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontiniu.

2.2 Kebijaksaan dalam Sektor Pertanian

Jika kita melihat kondisi pertanian yang ada sekarang ini pada sebagian besar Negara miskin,kita akan segera menyadari betapa banyaknya tugas-tugas yang harus kita pikul sesegera mungkin. Perbandingan sekilas antara produkrtivitas pertanian di negara-negara maju dengan Negara-negara berkembang akan memperjelas gambaran suram tersebut.

Penyebab utama atas semakin memburuknya kinerja pertanian di Negara-negara di Dunia Ketiga adalah terabaikannya sektor yang sangat penting ini dalam perumusan prioritas pembangunan karena menganggap sektor pertanian dapat bertumbuh sendiri. Terabaikannya sektor pertanian tersebut diperparah lagi dengan gagalnya pelaksaan investasi pada perokonomian industri perkotaan, yang terutama disebabkan oleh kesalahan dalam memilih strategi industrialisasi substitusi impor dan kebijakan makro lainnya. (Michael P. Todaro)


(24)

Pembangunan pertanian Indonesia pada beberapa tahun ke depan masih akan dihadapkan pada beberapa isu mendasar dan tantangan baru yang merupakan dampak dari krisis finansial global, lonjakan harga pangan yang bersamaan dengan lonjakan harga minyak bumi dunia. Sektor pertanian harus menghadapi faktor eksogen yang terkadang datang tiba-tiba, seperti: instabilitas atau fluktuasi harga yang akan mempengaruhi harga faktor produksi, fenomena perubahan iklim yang mengacaukan ramalan produksi, serta variabilitas cuaca yang semakin tidak bersahabat.

Menurut Michael P. Todaro suatu strategi pembangunan ekonomi yang dilandaskan pada prioritas pertanian dan ketenagakerjaan paling tidak memerlukan tiga unsur pelengkap dasar, yakni:

1. Percepatan pertumbuhan output melalui serangkaian penyesuaian teknologi, institusional dan insentif harga yang khusus dirancang untuk meningkatkan produktivitas pertanian.

2. Peningkatan permintaan domestik terhadap output pertanian yang didasarkan pada strategi pembangunan perkotaan yang berorientasikan pada upaya pembinaan ketenagakerjaan.

3. Diversifikasi kegiatan pembangunan pedesaan padat karya nonpertanian yang secara langsung atau tidak lansung menunjang dan ditunjang oleh masyarakat pertanian.

2.3 Perkebunan Sebagai Subsektor Pertanian

Saat ini subsektor perkebunan merupakan sektor yang penting bagi keberlanjutan perekonomian bangsa. Dari sisi penerimaan negara, pada tahun 2008 sub sektor perkebunan memberikan sumbangan penerimaan negara lebih dari US $ 18,85 milyar yang melibatkan petani sebanyak, 19,43 juta KK terlibat di sektor on farm, jumlah tersebut belum diperhitungkan penyerapan tenaga kerja pada sektor hilir maupun jasa penunjangnya untuk komoditas utama perkebunan. (Ditjen Perkebunan)


(25)

Selain sebagai komoditi ekspor, komoditi perkebunan juga berperan dalam mendukung penyediaan bahan baku industri dalam negeri, seperti industri ban, sarung tangan, minyak goreng, rokok, minuman, tekstil, cokelat dan sebagainya, Dalam upaya pengelolaan usaha perkebunan yang baik dan bermutu perlu didukung dengan ketersediaan SDM perkebunan yang mencukupi dan berkualitas.

Meskipun kinerja perkebunan telah menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi, masih dijumpai berbagai masalah dan tantangan yang dapat menghambat pencapaian kinerja perkebunan dalam masa mendatang, antara lain:

1. Produktivitas perkebunan yang sampai saat ini masih dibawah potensi produksinya, baru sekitar 60-80%.

2. Industri pengolahan yang belum berkembang, sehinggga nilai tambah tidak dinikmati didalam negeri dengan optimal.

3. Dukungan infastruktur yang masih rendah, baik jalan maupun pelabuhan. 4. Mutu produk perkebunan masih dikategorikan rendah dan perlu ditingkatkan. 5. Terdapat sejumlah kebijakan dan peraturan daerah yang berpotensi menghambat

investasi di daerah, seperti ekonomi biaya tinggi dalam perijinan dan retribusi. 6. Isu-isu lingkungan yang berkembang di dalam maupun dalam tataran

internasional.

7. Kualitas SDM perkebunan yang juga belum seluruhnya sesuai dengan kebutuhan. Pembangunan perkebunan ke depan tetap mempunyai peranan yang penting dalam perekonomian Indonesia. Sekurang-kurangnya terdapat 3 (tiga) hal yang mewamai kegiatan pembangunan perkebunan kedepan, yaitu: Pertama: globalisasi, dengan upaya peningkatan daya saing, meliputi mutu produksi, penyajian dan harga; Kedua: penerapan konsep dasar pembangunan berkelanjutan; Ketiga: mendukung upaya kearah kemandirian pangan dan energi.


(26)

2.4 Tanaman Karet 2.4.1 Sejarah Karet

Sejarah karet bermula ketika Christopher Columbus menemukan benua Amerika pada 1476. Saat itu karet telah dikenal dan digunakan secara tradisional oleh penduduk asli di daerah asalnya, yakni Brasil-Amerika Selatan. Karet tumbuh secara liar di lembah-lembah sungai Amazone, dan secara tradisional diambil getahnya oleh penduduk setempat untuk digunakan dalam berbagai keperluan, antara lain sebagai bahan untuk menyalakan api, bola untuk permainan, baju tahan air.

Pada 1731, para ilmuwan mulai tertarik untuk menyelidiki bahan tersebut. seorang ahli dari Perancis bernama Fresnau melaporkan bahwa banyak tanaman yang dapat menghasilkan lateks atau karet, diantaranya dari jenis Havea brasilienss yang tumbuh di hutan Amazon di Brazil.

Selain orang Prancis, Raja Philip III juga menaruh minat terhadap daerah baru yang banyak menghasilkan karet. Raja Philip III ikut menanamkan modalnya mengembangkan tanaman karet didaerah Peru dan Meksiko. Namun setelah percobaan berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara, di mana sekarang ini tanaman ini banyak dikembangkan; sekarang Asiamerupakan sumber karet alami.

Penemuan-penemuan baru terutama yang menyangkut pengetahuan fisika dan kimia menambah nilai karet untuk kepentingan manusia yang pada akhirnya berlanjut ke perkembangan industri dengan bahan baku karet. Setelah tahun 1839 dicapailah babak bari yang membuat karet menjadi primadona daerah-daerah perkebunan di beberapa Negara tropis. Pada tahun itu Charles Goodyear menemukan cara vulkanisir karet. Pada proses vulkanisasi ini karet dicampur dengan belerang pada derajat suhu tertentu, sehingga menghasilkan sejenis produk yang lebih unggul dan banyak sifat karet yang diketahui dapat dimanfaatkan.


(27)

Pemanfaatan karet yang sangat berarti ditemukan oleh DUNLOP pada tahun 1888, yakni diciptakannya ban pompa. Penemuan ini kemudian disusul oleh MICHELIN (Prancis) dan Goodrich (Amerika) dengan menciptakan ban mobil yang kemudian berkembang dan berhasil membuat mobil pada tahun 1895.

Peningkatan permintaan bahan baku karet setelah itu berjalan pesat. Para investor tertarik untuk mengembangkan komoditi satu ini. Pabrik yang khusus mengolah karet didirikan oleh Thomas Hancock. The Royal Botanic Gardens di daerah Kew, London, adalah perintis perkembangan karet di Benua Asia. (Tim Penulis PS, 1992:8)

2.4.2 Faktor-Faktor Alam yang Mempengaruhi Produksi Karet

Pada dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi iklim untuk menunjang pertumbuhan dan keadaan tanah sebagai media tumbuhnya.

a. Iklim

Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat.

b. Curah hujan

Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang.

c. Tinggi tempat

Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan berkisar antara 25°C sampai 35°C.


(28)

d. Angin

Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet.

e. Tanah

Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m.

Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3, 0 - pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0. Sifat-sifat tanah

Tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain :

- Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas - Aerase dan drainase cukup

- Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air - Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir

- Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm

- Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro - Reaksi tanah dengan pH 4,5 - pH 6,5

- Kemiringan tanah < 16% dan - Permukaan air tanah < 100 cm.


(29)

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring kearah utara.

Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul.

Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnaya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar. Lebih lengkapnya, struktur botani tanaman karet ialah tersusun sebagai berikut (APP,2008):

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Hevea

Spesies : Hevea braziliensis Jarak Tanam

Produktivitas satuan luas dipengaruhi oleh jarak tanam dan kerapatan tanaman, disamping faktor-faktor yang lainya. Jarak yang lebih sempit akan berdampak negative


(30)

dengan beberapa kelemahannya. Beberapa kerusakan yang akan terjadi akibat jarak yang lebih sempit adalah:

• Kerusakan mahkota tajuk oleh angin

• Kematian pohon karena penyakit menjadi lebih tinggi • Tercapainya lilit batang sadap lebih lambat

• Hasil getahnya akan berkurang

Oleh sebab itu, dalam melakukan penanaman, sangat tidak dianjurkan terlalu rapat jarak antara satu pohon dengan pohon yang lainnya. Maka dewasa ini kepadatan kerapatan pohon setiap hektarnya tidak melebihi dari jumlah 400 sampai dengan 500 pohon. Hal itu berarti jarak tanamnya perhektar adalah 7x3 m, 7, 14x 3, 33 m atau 8x2,5 m.

Bibit

Usaha peningkatan produktivitas tanaman karet baik pada tingkat perusahaan swasta maupun secara nasional, harus dilaksanakan dengan menanam klon-klon unggulan terbaru pada saat penanaman baru ataupun pada saat peremajaan.

Klon adalah keturunan yang diperoleh secara pembiakab vegetatif suatu tanaman . sehingga, cirri-ciri darti tanaman tersebut sama persis dengan tanaman induknya.. Klon-klon anjuran yang dianjurkan untuk digunakan pada saat okulasi maupun penanaman bibit unggul adalah bahan tanaman karet. Adapun bahan tanaman yang dianjurkan adalah: Klon GT1, Klon PR 107, Klon PR 228, Klon PR 261, Klon PR 300, Klon PR 255, Klon PR 303, Klon AVROS 2037, Klon BPMI.

Penyadapan

Pemungutan hasil tanaman karet disebut penyadapan karet. Penyadapan merupakan salah satu kegiatan pokok dari pengusahaan tanaman karet. Tujuan dari penyadapan karet ini adalah membuka pembuluh aliran


(31)

dengan ketinggian 260 cm dari permukaan tanah merupakan bidang sadap petani memperoleh pendapatan selama kurun waktu sekitar 30 tahun. Oleh sebab itu penyadapan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merisak kulit tersebut. Jika terjadi kesalahan dalam penyadapan, maka produksi hasil sadap yang baik, penyadapan harus mengikuti aturan tertentu agar diperoleh hasil yang tinggi, menguntungkan, serta berkesinambungan dengan tetap memperhatiakan faktor kesehatan tanaman.

2.4.3 Jenis-Jenis Karet

2.4.3.1. Perbedaan Karet Alam dan Karet Sintetis

Saat ini karet yang digunakan di industri terdiri karet alam dan karet sintetis. Penggunaan karet sintetis jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dengan karet alam. Karet sintetis memiliki kelebihan seperti tahan terhadap berbagai zat kimia dan harganya cenderung tetap stabil. Dalam hal pengadaaan, karet sintetis jarang mengalami kesulitan untuk pengiriman atau suplai barang. Walaupun karet alam sekarang ini jumlah produksi dan konsumsinya jauh di bawah karet sintetis atau karet buatan pabrik, tetapi sesungguhnya karet alam belum dapat digantikan oleh karet sintetis. Bagaimanapun, keunggulan yang dimiliki karet alam sulit ditandingi oleh karet sintetis. Adapun kelebihan-kelebihan yang dimiliki karet alam dibanding karet sintetis adalah: (Tim Penulis PS, 1992,18)

o Memiliki daya elastis atau daya lenting yang sempuma,

o Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah, o Mempunyai daya aus yang tinggi,

o Tidak mudah panas (low heat build up), dan


(32)

Ada beberapa macam karet alam yang dikenal, di antaranya merupakan bahan olahan. Bahan olahan ada yang setengah jadi atau sudah jadi. Ada juga karet yang diolah kembali berdasarkan bahan karet yang sudah jadi.

Jenis-jenis karet alam adalah : ■ Bahan olah karet

o Lateks kebun adalah cairan getah yang didapat dari sadapan pohon karet. Cairan getah ini belum mengalami penggumpalan, walau dengan tambahan atau tanpa bahan pemantap (zat antikoagulan).

o Sheet Angin adalah bahan olahan karet yang dibuat dari lateks yang sudah disaring dan digumpalkan dengan asam semut, berupa karet sheet yang sudah digiling tetapi belum jadi.

o Slap Tipis adalah bahan olahan karet yang terbuat dari lateks yang sudah digumpalkan dengan asam semut. Tingkat ketebalan pertama 30 mm dan tingkat ketebalan kedua 40 mm.

o Lump Segar adalah bahan olahan karet yang bukan berasal dari gumpalan lateks kebun yang terjadi secara alamiah dalam mangkuk penampung.

■ Karet Alam Konvensional

Salah satu jenisnya adalah Ribbed Smoked Sheet atau biasa di singkat RSS merupakan jenis karet berupa lembaran sheet yang mendapat proses pengasapan dengan baik. Jenisnya: X RSS ( mutu nomor satu), RSS 1, RSS 2, RSS 3, RSS 4, RSS 5.

■ Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk lembaran atau padatan lainnya. Lateks pekat yang dijual di pasaran ada yang dibuat melalui proses pendadihan atau creameg lateks atau centrifuged lateks. Biasanya lateks pekat banyak digunakan untuk pembuatan bahan karet tipis dan bermutu tinggi.


(33)

Karet Bongkah atau block rubber adalah karet remah yang telah dikeringkan dan dikilang menjadi bandela-bandela dengan ukuran yang telah ditentukan. Standar mutu karet bongkah Indonesia tercantum dalam SIR (Standar Indonesian Rubber).

Karet Spesifikasi Teknis atau crumb rubber adalah karet alam yang dibuat khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu juga berdasarkan pada sifat teknisnya. Warna atau penilaian visual yang menjadi dasar penentuan golongan mutu. Karet ini dipak dalam bongkah-bongkah kecil, berat dan ukuran seragam, ada serifikat uji coba laboratorium, dan ditutup dengan lembaran plastik polythene.

Karet Siap Olah atau tyre rubber adalah bentuk lain dari karet alam yang dihasilkan sebagai barang setengah jadi sehingga bisa langsung dipakai oleh konsumen, baik untuk pembuatan ban atau barang yang menggunakan bahan baku karet lainnya.

Karet reklim atau reclaimed rubber adalah karet yang diolah kembali dari barang-barang karet bekas, terutamma ban-ban mobil bekas. Karenanya, boleh dibilang karet reklim adalah suatu hasil pengolahan scrap yang sudah divulkanisir.

Walaupun demikian, karet sintetis memiliki kelebihan seperti tahan terhadap berbagai zat kimia dan harganya yang cenderung bisa dipertahankan supaya tetap stabil. Bila ada pihak yang menginginkan karet sintetis dalam jumlah tertentu maka biasanya pengiriman atau suplai barang tersebut jarang mengalami kesulitan. Hal seperti ini sulit diharapkan dari karet alam. Harga dan pasokan karet alam selalu mengalami perubahan, bahkan kadang-kadang bergejolak. Harga bisa turun drastis sehingga merusak pasaran dan merisaukan para produsennya. Kadang-kadang karena suatu sebab seperti keluamya peraturan pemerintah di negara produsen yang menginginkan suatu kondisi tertentu terhadap industri karet dalam negerinya, maka akan mempengaruhi pasaran international. Suatu kebijaksanaan politik entah


(34)

itu dari pihak pengusaha maupun pemerintah memilikj pengaruh yang besar terhadap usaha perkaretan alam secara luas.

Walaupun memiliki beberapa kelemahan dipandang dari sudut kimia maupun bisnisnya, akantetapi menurut beberapa ahli, karet alam tetap mempunyai pangsa pasar yang baik. Beberapa industri tertentu tetap memiliki ketergantungan yang besar terhadap pasokan karet alam, misalnya industri ban yang merupakan pemakai terbesar karet alam. Beberapa jenis ban seperti ban radial walaupun dalam pembuatannya dicampur dengan karet sintetis, tetapi jumlah karet alam yang digunakan tetap besar, yaitu dua kali lipat komponen karet alam untuk pembuatan ban nonradial. Jenis-jenis ban yang besar kurang baik bila mengandung bahan karet sintetis yang lebih banyak. Porsi karet alam yang dibutuhkan untuk ban berukuran besar adalah jauh lebih besar. Bahkan, hampir semua bahan baku ban pesawat terbang dibuat dari karet alam.

Dewasa ini jumlah produksi karet alam dari karet sintetis adalah 1:2. Walaupun jumlah produksi karet alam lebih rendah, bahkan hanya setengah dari produksi karet sintetis, tetapi sesungguhnya jumlah produksi dan konsumsi kedua jenis karet ini hampir sama.

2.4.4 Produk Turunan Karet

Karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang. Umumnya alat-alat yang dibuat dari karet alam sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari maupun dalam usaha industry seperti mesin-mesin penggerak. Barang yang dapat dibuat dari karet alam antara lain aneka ban kendaraan, sepatu karet, sabuk penggerak mesin, pipa karet,kabel, isolator, dan bahan-bahan pembungkus logam. (Tim Penulis PS, 1992)

Karet juga dapat dipakai untuk tahanan dudukan mesin. Pemakaian lapisan karet pada pintu, kaca pintu, kaca mobil, dan pada alat-alat lain membuat pintu terpasang kuat dan tahan getaran serta tidak tembus air. Bahan karet yang diperkuat dengan benang-benang sehingga cukup kuat, elastis, dan tidak menimbulkan suara yang berisik dapat dipakai sebagai tali


(35)

kipas angin. Sambungan pipa minyak, pipa air, pipa udara. Pabrik-pabrik juga menggunakan berbagai macam belt untuk power transmission belt, pengangkutan hasil, dan keperluan lain. Sebagai pencegah lecet atau rusaknya kulit dan kuku ternak karena lantai semen yang keras, maka alas lantai dibuat dari karet dan sekarang banyak digunakan dipeternaka-peternakan besar. Dalm peralatan dan kendaraan perang karet juga digunakan.

Bahan karet juga digunakan pada serat sabut kelapa, dimanfaatkan sebagai bahan keset dan tambang, karet digunakan melapisi permukaan serat sabut kelapa dengan lapisan tipis karet untuk menstabilkan bentuk, menambah keuletan, dan meningkatkan kelenturan tumpukan serat sabut, sehingga banyak digunakan untuk pelapis bagian atas per pada kasur pegas dan jok mobil.

Flinkote merupakan bahan pelapis antibocor dan antikarat yang terbuat dari karet telah lama memasyarakat. Pelapis antibocor komersial seperti Aqua-seal, Aqua-proof, dan Multiguard umumnya digunakan dengan mengoleskannya secara tipis pada bahan, bersifat tidak lengket dan kurang elastis jika sudah kering serta mudah terkelupas jika kena goresan. Flinkote sebagai pelapis antikarat dan antibocor, serta untuk melindungi bodi dan rangka bagian bawah kendaraan dan atap bangunan dari air hujan.

Karet busa alam, sebelum ada karet sintetis, karet busa dibuat dari lateks alam. Karet busa banyak dikonsumsi untuk berbagai keperluan seperti kasur, bantal, jok, komponen sepatu, penyekat, dan pelapis bagian dalam jaket.

Sebenarnya manfaat karet bagi kehidupan manusia jauh lebih banyak daripada yang telah diuraikan di atas. Karet memiliki pengaruh yang besar terhadap bidang bidang transportasi, komunikasi, industri, pendidikan, kesehatan, hiburan, dan lain-lain. Hasil sampingan lain dari tanaman karet yang memberikan keuntungan adalah kayu dan batang pohon karet.


(36)

2.5.1 Pengertian Produksi

Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan prodiksi adalah mengkombinasi berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output.

Pada masa sekarang pengetahuan tentang teori ekonomi produksi semakin dibutuhkan, bukan saja oleh produsen tetapi oleh golongan masyarakat lainnya. Begitu pula dengan semakin berkaitnya komoditas pertanian dengan komoditas lainnya sejalan dengan perkembangan agrobisnis, maka pengetahuan serta pemahaman tentang teori produksi tidak terbatas diminati oleh produsen komoditas barang-barang pertanian.

2.5.2 Fungsi Produksi

Di dalam ekonomi, fungsi produksi yaitu suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input). Dalam bentuk matematika sederhana ditulis sebagai berikut: (Mubyarto, 1989 : 68)

Y = f (X1, X2, X3,… Xn)

Dimana: Y = hasil produksi fisik

X1, X2, X3,…Xn = faktor-faktor produksi

Dalam produksi pertanian misalnya produksi karet maka produksi fisik dihasilkan oleh bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu tanah, modal dan tenaga kerja. Untuk dapat menggambarkan fungsi produksi ini secara jelas dan menganalisa peranan masing-masing faktor produksi maka dari sejumlah faktor-faktor produksi itu salah satu faktor produksi dianggap variabel berubah sedangkan faktor-faktor produksi lainnya dianggap konstan.


(37)

x (Faktor produksi tanah)

Gambar 2.1: Fungsi Produksi

Dalam grafik dapat dilihat, ketika kuantitas faktor produksi telah mencapai titik maksimal, maka hasil produksi tidak lagi naik malah akan menurun.

Menurut Soedarsono yang dimaksud fungsi produksi itu adalah hubungan teknis yang menghubungkan faktor produksi dengan hasil produksi. (Soedarsono, 1982:21). Perilaku produksi bisa diuraikan dengan menggunakan salah satu diantaranya sangat berhubungan dan dapat pula dikatakan saling melengkapi. Pertama ialah konsep kurva produk, yang dinyatakan dalam bentuk total, rata-rata, marginal, dan yang kedua ialah konsep analisis isoquant, yang dimaksud dengan kurva produk ialah kurva yang menunjukkan berbagai kemungkinan kombinasi dua macam masukan atau lebih yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah hasil produksi.

a. Fungsi Produksi Satu Input Variabel

Fungsi produksi dengan satu input dapat ditunjukkan melalui grafik dua dimensi. Untuk penyederhanaannya dapat diasumsikan bahwa salah satu input adalah konstan dalam jangka pendek (Suharti, T., 2003;78). Apabila input tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi berarti pembahasan bertumpu pada kemampuan kerja dalam menciptakan jumlah produksi (total physical productivity of labor/TPPL atau acapkali disingkat (TP), produksi margin (MP), rata-rata produksi (AP) dan sampai kepada laba maksimum (Nasution, S. H., 2007; 57).


(38)

Dalam analisis produksi dengan satu diasumsikan bahwa semua faktor produksi selain tenaga kerja (L) dianggap tetap. Fungsi produksi dengan satu input variabel tunduk terhadap hukum “the law of diminishing return” yang menyatakan bahwa satu macam input (labor) penggunaannya terus ditambah sebanyak satu unit, sedangkan input-input yang lain konstan, pada mulanya produksi total semakin banyak pertambahannya. Lama-kelamaan keadaan ini akan menyebabkan produksi total semakin lambat pertambahannya, akhirnya ia mencapai tingkat maksimum dan kemudian menurun.

b. Fungsi Produksi Dengan Dua Input Variabel

Apabila dua input yang digunakan dalam proses produksi menjadi variabel semua, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan isoquant dan isocost.

a. Isoquant

Isoquant adalah kurva yang menunjukkan kombinasi input yang dipakai dalam proses produksi, yang menghasilkan output tertentu dalam jumlah yang sama (Suharti, T., 2003; 83). Isoquant mempunyai ciri-ciri yang sama dengan indifference curve dalam analisis perilaku konsumennya, yaitu (Suharti, T., 2003; 83):

1. Turun dari kiri atas ke kanan bawah 2. Cembung ke arah titik origin 3. Tidak saling berpotongan

4. Apabila jumlah output yang lebih banyak, artinya perubahan produksi digambarkan dengan pergeseran isoquant.

Marginal Rate of Technical Substitusion

Slope = MRTS = Marginal Rate of Technical Substitution (MRTS) adalah suatu pernyataan yang mengungkapkan penurunan/berkurangnya penggunaan sesuatu input


(39)

(kapital) di satu sisi pada sumbu vertikal dan diganti dengan penambahan input lain (tenaga kerja) dengan tingkat produksi yang sama (Nasution, S. H., 2007; 65). Secara matematis dapat dituangkan sebagai berikut:

b. Isocost

Isocost adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi antara dua input yang berbeda yang dapat dibeli oleh produsen pada tingkat biaya yang sama. (Suharti, T., 2003; 87).

Kurva Isocost menjelaskan bahwa semakin dekat dengan titik origin, berarti semakin kecil pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh produsen dan sebaliknya, semakin jauh dari titik origin maka semakin besar pengeluaran produsen.

K

K1 K2

L1 L2 L

Gambar 2.2 Kurva Isocost

2.5.3 Efisiensi Produsen

Dalam melakukan usaha pertanian, seorang pengusaha akan selalu bekerja bagaimana ia mengalokasikan sarana produksi (input) yang ia miliki seefisien mungkin untuk dapat memaksimalkan output (maximation output). Dalam ilmu ekonomi cara berfikir demikian


(40)

sering disebut pendekatan dengan memaksimalkan keuntungan atau profit maximization. Di lain pihak manakala pengusaha diharapkan pada keterbatasan biaya dalam melaksanakan usaha taninya, maka mereka dengan kendala biaya usaha yang ia miliki yang jumlahnya terbatas suatu tindakan yang dapat dilakukan adalah bagaimana memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan menekan biaya produksi produksi sekecil-kecilnya, pendekatan seperti ini dikenal dengan istilah meminimumkan biaya atau cost minimization.

Prinsip kedua pendekatan tersebut adalah sama saja yaitu bagaimana memaksimalkan keuntungan yang diterima seorang produsen atau seorang pengusaha perkebunan dengan cara mengalokasikan penggunaan sumber daya yang seefisien mungkin untuk memahami kedua pendekatan di atas, kita diharapkan dapat memahami pula konsep hubungan antar input dan output.

2.5.4 Konsep Produksi

Konsep dasar teori produksi sangat diperlukan bagi berbagai pihak, terutama pihak produsen untuk menentukan bilamana output dapat memberikan maksimum laba. Beberapa informasi yang perlu diketahui produsen anatara lain permintaan output maupun informasi ketersediaan berbagai input guna mendukung proses output. Demikian pula alternatif penggunaan input dan bahkan pengorbanan terhadap sesuatu output guna kepentingan output lainnya.

Keterangan ini perlu mendapat perhatian para pelaku kegiatan produksi sebagai suatu kebijaksanaan sekaligus keputusan. Secara umum, konsep produksi dapat dibedakan menjadi 3 bagian (Kadariah, 1994; 100), yaitu:

1. Produk Total (Total Product)

Produk total adalah jumlah total produksi yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan selama kurun waktu tertentu dengan menggunakan sejumlah input yang dimiliki oleh


(41)

perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian produk total ini merupakan fungsi dari input/ faktor-faktor produksi yang tersedia, sehingga besarnya sangat dipengaruhi oleh kepemilikan terhadap input yang diperlukan. Dalam hal ini fungsi produksi total dapat dirumuskan sebagai berikut:

TP = f (FP)

Artinya bahwa produksi total merupakan variabel dependen terhadap faktor produksi (FP) yang dijadikan sebagai variabel independen, dimana:

TP = Total Product (produk total)

FP = Factor of Production (faktor produksi)

2. Produksi Rata-Rata (Average Product)

Produksi rata-rata adalah jumlah produksi yang dihasilkan oleh setiap unit (satuan) faktor-faktor produksi. Konsep ini diperoleh dengan cara membagikan total produksi dengan jumlah faktor produksi (input) yang dimiliki oleh sebuahperusahaan. Berdasarkan penjelasan tersebut, konsep ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dimana: AP = average product (produksi rata-rata) TP = total product (total produksi)

FP = jumlah faktor produksi yang digunakan

3. Produksi Marginal (Marginal Product)

Produk marjinal merupakan perubahan (pertambahan atau penurunan) produksi yang diperoleh seiring dengan dilakukannya penambahan input. Dengan demikian konsep ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

MP = ΔQ = Qa - Qa-1 Dimana: MP = produksi marjinal (marginal product)


(42)

Qa = total produksi setelah penambahan faktor produksi Qa-1 = total produksi sebelum penambahan faktor produksi

2.5.5 Tahapan Produksi y

I II III TP

AP

Gambar 2.3 Kurva Tahapan Produksi

Berdasarkan data dan grafik pada gambar 2.1 dapat ditemukan tahapan (stage) produksi, apakah sebagai tahap I, II dan III. Tahap I ditunjukkan dari penggunaan 1 input tenaga kerja sampai pada perpotongan marginal product dengan average product. Tahap II dimulai dari MP = AP sampai pada maksimum total product dengan MP = 0. Tahap III dimulai total product mengalami penurunan dan diikuti oleh marginal product yang negatif.

Tahap I penggunaan tenaga kerja relatif kecil sehingga total produksi masih memungkinkan untuk ditingkatkan, tahapan ini merupakan rational stage sebagaimana tahap III dimana penambahan jumlah input tenaga kerja justru menurunkan jumlah produksi. Tahap II merupakan rational stage dimana penambahan input tenaga kerja dapat meningkatkan


(43)

jumlah produksi. Dengan demikian berdasarkan ketiga tahapan produksi di atas, terbaik terdapat pada tahap produksi II (Nasution, S. H., 2007; 59)

2.5.6 Elastisitas Produksi

Output elasticity (elastisitas produksi) didefinisikan sebagai proporsi tingkat perubahan output (total produk) dari perubahan penggunaan input (misalkan tenaga kerja). Dengan menggunakan persamaan disajikan oleh james M. Henderson dan Richard E. Quandt adalah sebagai berikut:

Dimana: = Elastisitas produksi Q = Produksi

L = Tenaga Kerja MP = Marginal Product AP = Average Produk

2.5.7 Fungsi produksi Cobb Douglas

Fungsi produksi Cobb Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel satu disebut, variabel dependen (Y) dan variabel yang lain disebut variabel independen (X), penyelesaian hubungan antara Y dan X biasanya dengan cara referensi dimana variasi Y akan dipengaruhi varian X. Dengan demikian kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku pada penyelesaiain fungsi Cobb Douglas dapat ditulis persamaan :

Y = aX1b1. X2b2. … Xnbn e

Bila fungsi Cobb Douglas tersebut dinyatakan oleh hubungan Y dan X maka : Y = f (X1, X2, X3 …Xn)


(44)

Keterangan :

Y = Variabel independen X = Variabel dependen a, b = Besaran yang diduga

e = Logaritma natural, e = 2,718

Fungsi produksi Cobb Douglas merupakan fungsi produksi yang sering dipakai dalam penelitian. Hal ini disebabkan karena fungsi ini mempunyai beberapa kelebihan, dimana kelebihan-kelebihan tersebut adalah sebagai berikut :

1) Fungsi produksi Cobb Douglas merupakan fungsi produksi yang relatif mudah dibandingkan dengan fungsi produksi yang lain. Hal ini disebabkan karena fungsi produksi Cobb Douglas mudah dirubah menjadi bentuk produksi linier 2) Fungsi produksi Cobb Douglas dapat mengetahui beberapa aspek produksi

seperti produksi marginal (marginal product), produksi rata-rata (average product), tingkat kemampuan berfungsi untuk mensubstitusikan (marginal rate of subtitusi), dan intensitas penggunaan fungsi produksi (efficiency of production) secara mudah dengan jalan modifikasi matematika

3) Hasil pendugaan garis melalui fungsi produksi Cobb Douglas akan menghasilkan regresi yang sekaligus akan menunjukkan besarnya elastisitas Besarnya elastisitas tersebut akan menunjukkan tingkat besarnya return to scale, dengan persamaan matematis sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5

Dan besarnya b adalah elastisitas, maka jumlah dari elastisitas merupakan return to scale.


(45)

Disamping kelebihan-kelebihan yang dimiliki Cobb Douglas, maka kelemahan fungsi Douglas adalah spesifikasi variabel yang keliru, kesalahan pengukuran variabel, bisa terhadap manajemen, multikolinieritas data dan asumsi.

2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Karet

Pengertian produksi karet adalah usaha perkebunan atau pertanian dalam memproduksi karet, dari pembibitan sampai masa panen yang diinginkan. Sedangkan pengertian karet itu sendiri adalah getah yang diambil dari pohon karet yang berproduksi.

Masa pemeliharaan setiap tanaman karet berbeda karena dipengaruhi oleh faktor-faktor misalnya kesuburan tanah dan bibit yang dipilih (ada bibit yang bagus). Pelaksanaan pengambilan getah karet biasanya ditentukan oleh keadaan tanaman dan masa tanaman tersebut ditanam.

1. Luas Lahan

Faktor produksi lahan mempunyai peran yang sangat penting karena selain sebagai media pertumbuhan karet, lahan harus pula berfungsi sebagai sumber makanan alam karet. Tanah yang baik untuk lahan penanaman pohon karet adalah tanah yang subur atau tanah yang disuburkan, gembur, dan agak asam. Tanaman karet dapat tumbuh dengan baik di daerah pegunungan ataupun daerah daratan.

Luas lahan yang digunakan sebagai ukuran dalam pemberian pupuk, selain itu luas lahan tersebut juga berpengaruh terhadap hasil karet. Jadi yang dimaksud dengan luas lahan adalah luas lahan tanah atau luas daerah yang produktif untuk penanaman. Luas lahan dapat diukur dengan satuan m2 atau Ha.

2. Tenaga Kerja

Faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor yang penting dan perlu diperhatikan dalam proses produksi dan jumlah yang cukup, bukan saja dilihat dari kesediaannya tetapi


(46)

juga kualitas dan jenis pekerjaan yang dikuasai. Selain itu tenaga kerja harus diperhatikan hak-haknya dalam hal tunjangan kesehatan, yaitu perusahaan menanggung biaya pengobatan karyawan selama karyawan bekerja, mendapat ASKES, pemberian bonus, pemberian tunjangan hari raya dan libur cuti, juga perusahaan menanggung biaya kecelakaan apabila karyawan mengalami kecelakaan pada saat bekerja.

Untuk proses produksi perlu disesuaikan tenaga kerja yang memadai, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan disesuaikan dengan kebutuhan sampai tingkat tertentu sehingga jumlah optimal tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah mempunyai pekerjaan atau yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain, seperti mengurus rumah tangga dan bersekolah, walau tidak bekerja namun mereka dianggap secara fisik mampu sewaktu-waktu ikut bekerja. Selain tenaga manusia, juga ada tenaga mesin dalam proses produksi.

Produktivitas faktor produksi tenaga kerja dapat ditunjukkan oleh perbandingan antara tambahan kuantitas produksi dan tambahan faktor produksi tenaga kerja, secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

Dimana : Ptk = Produktivitas tenaga kerja

∆Q = Tambahan produksi

∆tk = Tambahan tenaga kerja

Dalam ukuran ekonomis tenaga kerja dan modal akan mendorong kenaikan output (Sudarsono, 1982 : 103-105).

3. Modal

Dalam pengertian ekonomis, modal adalah barang atau uang yang bersama-sama dengan faktor produksi lain digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa baru. Dalam


(47)

proses produksi modal merupakan faktor produksi yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan output secara makro, modal merupakan pendorong besar (big push) untuk meningkatkan output. Peningkatan modal akan berpengaruh pada investasi dalam sektor industri, sehingga akan mendorong kenaikan output (Agus Ahyari, 1988 : 88).

Ditinjau dari segi modal, kenaikan output tergantung pada besarnya tambahan modal (faktor produk tidak diasumsikan tetap) atau dapat dirumuskan sebagai perbandingan antara tambahan produksi dengan tambahan faktor produksi modal dengan kenaikan output ini mencerminkan produktivitas dari faktor produksi modal dengan faktor produksi yang lain, secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dimana : Pm = Produktivitas modal ∆Q = Tambahan produksi

m = Tambahan modal

Pemilihan suatu faktor produksi modal dalam jumlah rupiah berdasarkan atas pertimbangan bermacam-macam jenis modal yang dibutuhkan dalam suatu proses produksi. Dengan modal yang cukup dan pengelolaan yang baik dan efisien maka produksi akan meningkat dan pendapatan akan meningkat pula.

4. Manajemen (Skill)

Manajemen berarti proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota serta penggunaan sumber daya dalam rangka pencapaian tujuan yang ditetapkan. Dari uraian di atas maka factor produksi ini tidak kalah penting disbanding factor produksi lain. Perlu diketahui ada tiga alasan manajemen ini sangat dibutuhkan oleh perusahaan, yakni:


(48)

3. Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas.

4. Manajemen Teknologi

Produksi lateks per satuan luas dalam kurun waktu tertentu dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang bisa dianggap teknologi yang dikembangkan antara lain.

1. Klon unggul, yang diperoleh dengan cara vegetatif induk tanaman untuk mengambil sifat unggul indukan. Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia telah banyak menghasilkan klonklon karet unggul sebagai penghasil lateks dan penghasil kayu. Pada Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman Karet 2005, telah direkomendasikan klon-klon unggul baru generasi-4 untuk periode tahun 2006 – 2010, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 104, IRR 112, dan IRR 118.

2. Pemeliharaan tanaman belum menghasilkan, Penanaman Kacangan Penutup Tanah (Legume cover crops = LCC) untuk menghindari kemungkinan erosi, memperbaiki struktur fisik dan kimia tanah, mengurangi pengupan air, serta untuk membatasi pertumbuhan gulma.

3. Pemeliharaan yang umum dilakukan pada perkebunan tanaman karet meliputi pengendalian gulma dengan herbisida, pemupukan dan pemberantasan penyakit tanaman.

4. Sistem dan manajemen sadap, dan lainnya. Dalam proses ini digunakan ethrel untuk menstimulai produksi lateks

Dengan asumsi bahwa pengelolaan kebun plasma dapat memenuhi seluruh kriteria yang dengan dikemukakan dalam kultur tehnis karet diatas, maka estimasi produksi dapat dilakukan dengan mengacu pada standar produksi yang telah ditetapkan.


(49)

2.7 Biaya Produksi

Keputusan manajemen dalam kaitan dengan penggunaan input produksi sangat penting dan perlu menjadi perhatian yang serius. Untuk menciptakan sesuatu output tentunya berbagai input yang digunakan seperti: tenaga kerja, barang-barang modal, teknologi, dan lainnya. Keseluruhan input ini pada hakikatnya berupa biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam proses produksi (Sumanjaya, 2008; 106)

Fungsi biaya total ini merinci biaya total yang dikenakan oleh perusahaan untuk memproduksi suatu output tertentu selama kurun waktu tertentu. Para ahli ekonomi mendefinisikan biaya ditinjau dari biaya alternatif atau opportunity cost. Doktrin biaya alternatif menetapkan bahwa biaya dari suatu faktor produksi merupakan nilai maksimum yang diproduksi oleh faktor ini dalam suatu penggunaan alternatif. (Suhartati, 2003; 123) Biaya dapat kita kelompokkan berdasarkan realitas dan sifatnya. Berdasarkan realitas, biaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Biaya Eksplisit ialah pengeluaran yang nyata dari suatu perusahaan untuk membeli atau menyewa input atau faktor produksi yang diperlukan di dalam proes produksi. 2. Biaya Implisit ialah nilai dari suatu input milik sendiri atau keluarga yang digunakan

oleh perusahaan itu sendiri di dalam proses produksi. Berdasarkan sifatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Biaya Tetap

Merupakan kewajiban yang harus dibayar oleh suatu perusahaan per satuan waktu tertentu, untuk keperluan pembayaran semua input tetap dan besarnya tidak bergantung dari jumlah produk yang dihasilkan.

2) Biaya Variabel

Merupakan kewajiban yang harus dibayar oleh suatu perusahaan pada waktu tertentu, untuk pembayaran semua input variable yang digunakan dalam proses produksi.


(50)

2.8 Economies dan Diseconomies Scale

Merupakan pernyataan tentang bagaimana alternatif proses produksi dilakukan oleh suatu perusahaan. Economies scale berarti penggunaan input produksi dimana rata-rata biaya produksi menunjukkan penurunan sedangkan output dinyatakan meningkat. Diseconomies scale mengungkapkan peningkatan output diikuti oleh kenaikan biaya rata-rata produksi. (Nasution, S. H., 2007;88)


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah atau metode prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dilakukan di PTPN III Kebun Sarang Giting dengan menganalisa pengaruh penggunaan tenaga kerja, pupuk, luas lahan, dan ethrel terhadap produksi karet.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sumber datanya diperoleh dari PTPN III Kebun Sarang Giting, dalam kurun waktu 2008-2010( dalam, data bulanan). Disamping itu, data lainnya yang mendukung penelitian diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah, literature, jurnal, majalah-majalah ekonomi, laporan-laporan penelitian ilmiah dan internet.

3.3 Pengolahan Data

Penulis menggunakan program komputer eviews 5.1, Microsoft Office Word 2007, Microsoft Office Excel 2007 untuk mengolah data dalam pengolahan skripsi ini.

3.4 Model Analisis Hasil

Model analisis yang digunakan dalam menganalisis data adalah model ekonometrik. Teknik analisis yang digunakan adalah model kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square /


(52)

OLS). Data yang digunakan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik yaitu persamaan regresi linier berganda.

Model persamaannya adalah sebagai berikut:

Y = f( X1, X2, X3, X4)……… (1)

Dari fungsi tesebut ditransformasikan ke dalam model persamaan regresi linear dengan spesifikasi model sebagai berikut:

Y = α + β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ µ…….. (2)

Dimana:

Y = Produksi karet α = Intercept/ Konstanta β = Koefisien Regresi X1 = Luas Lahan (Hektar) X2 = Pupuk (Kg)

X3 = Stimulansia Ethrel (Kg) X4 = Tingkat curah hujan (mm)

µ = term of error (kasalahan pengganggu)

Secara sistematis bentuk persamaan hipotesisnya adalah sebagai berikut:

, artinya apabila X1 (penggunaan lahan) mengalami kenaikan maka Y akan


(53)

, artinya apabila X2 (penggunaan pupuk) mengalami kenaikan maka Y akan

mengalami kenaikan, cateris paribus.

, artinya apabila X3 (penggunaan ethrel) mengalami kenaikan maka Y akan

mengalami kenaikan, cateris paribus.

, artinya apabila X4 (tingkat curah hujan) mengalami kenaikan maka Y akan mengalami penurunan, cateris paribus.

3.5 Test Of Goodnest Of Fit (Uji Kesesuaian) 3.5.1 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independent secara bersama mampu memberi penjelasan terhadap variabel independen.

Ada 2 ciri dari R2 yang perlu diperhatikan: 1) Jumlah tidak pernah negatif.

2) Nilai R2 digunakan diantara 0 sampai 1 (0<R2<1), semakin mendekati 1 berarti semakin besar elastisitas YB terhadap YXi.


(54)

3.5.2 Uji F-Statistik (General Testing)

Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen secara keseluruhan atau bersama-sama terhadap variabel independen. Rumus untuk mencari F hitung (F*) adalah:

Keterangan:

R2 =Koefisien Determinasi K = Jumlah variabel independen N = Jumlah variabel

Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut: H0 : b1 = b2 = bk………. bk = 0 (tidak ada pengaruh)

Ha : b2≠ 0………... i = 1 (ada pengaruh)

Kriteria pengambilan keputusan: 1. H0: β1= β2= β3 = 0

H0 diterima (F*<F tabel), artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

2. Ha: β1≠ β2≠ β3≠0

Ha diterima (F*>F tabel), artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel independen.


(55)

Ha diterima

Gamabar 3.1 Kurva Uji F-statistik

3.5.3 Uji t-statistik (Partial Test)

Uji t merupakan suatu pengujian secara partial yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing kofisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen, dengan menganggap variabel lainnya konstan. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut:

H0 : bi : b Hi : bi≠ b

Dimana bi adalah koefisien independen ke-I nilai parameter hipotesis. Biasanya b dianggap = 0, artinya tidak ada pengaruh variabel X terhadap Y. Bila nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata atau signifikan terhadap variabel independen.

Rumus ini mencari t-hitung (t*) adalah:

Keterangan


(56)

b = nilai hipotesis nol

Sbi = simpangan baku dari independen ke-i

Kriteria pengambilan keputusan:

H0: β H0 diterima (t* < t-tabel), artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel independen.

Ha: β = 0 Ha diterima (t*> t tabel), artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel independen.

H0 diterima

Ha diterima Ha diterima

0

Gambar 3.2 Kurva Uji t-statistik

3.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.6.1 Multikolinearity

Multikolinearity adalah alat untuk mengetahui apakah ada hubungan yang kuat (kombinasi linear) diantara variabel independen. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari R-square, F-hitung, t-hitung, serta standart error.

Adapun multikolinearity ditandai dengan: a. Standart error tidak terhingga


(57)

c. Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori d. R2 sangat tinggi

3.6.2 Autokolerasi

Autokolerasi terjadi apabila term of error (µ) dari periode waktu yang berbeda berkolerasi. Dikatakan bahwa term of error berkolerasi atau mengalami korelasi serial apabila variabel (ei.ej) ≠ 0 untuk i≠j, dalam hal ini dapat dikatakan memiliki masalah autokolerasi. Ada beberapa cara untuk mengetahui keberadaan autokolerasi yaitu:

a. Dengan memplot grafik

b. Dengan Durbin-Wastson (uji D-W)

Dhitung =

c. Dengan uji Langrange Multiplier (LM Test)

Pengujian ini digunakan untuk melihat autokorelasi ialah dengan menggunakan Serial Correlation atau disebut juga dengan uji Breucsh-Godfrey.

Apabila estimasi yang diperoleh menunjukkan nilai Obs*R-square (χ2 hitung) >

χ2

tabel atau nilai Probability lebih rendah dari 0.05 maka hasil estimasi tersebut adalah signifikan. Dengan demikian, menurut uji serial korelasi (LM Test) terdapat autokorelasi dalam hasil estimasi.

Dan apabila terdapat autokorelasi, model tersebut dapat diobati dengan melakukan pengujian melalui transformasi model. Eviewss menyediakan dua cara transformasi untuk mengobati autokorelasi, yaitu:

1. Jika diasumsikan ρ = 1 (besar sekali) 2. Jika diasumsikan ρ ≠ 1

Apabila diasumsikan nilai ρ = 1 maka persamaan di atas menjadi: Yt – Yt-1= α1 (X1t – X1-1t) + µt


(58)

Pada persamaan di atas nilai konstanta sudah tidak ada. Jadi hanya regresi antara variabel Y dan variabel X saja tanpa intercept. Pada metode ini, penulis mengestimasi nilai ρ ersebut, yaitu dengan cara menggunakan model AR(1).

Apabila pengujian menunjukkan bahwa nilai Obs*R-squared lebih kecil dari nilai tabel Chi-Square atau nilai Prob. Chi-Square(2) lebih besar 0.05 maka model tidak terdapat autokorelasi.

3.7Definisi Operasional

1. Produksi karet adalah jumlah karet yang diproduksi oleh PTPN III Kebun Sarang Giting dalam kurun waktu 1990-2010, yang dinyatakan dalam satuan ton.


(59)

2. Lahan adalah luas areal yang digunakan untuk memproduksi karet, yang dinyatakan dalam satuan hektar.

3. Pupuk adalah adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menambah kesuburan tanah, yang dinyatakan dalam satuan Kg.

4. Ethrel adalah bahan kimia yang menstimulasi hasil produksi karet, yang dinyatakan dalam satuan Kg.

5. Curah hujan adalah banyaknya hujan yang tercurah (turun) di suatu daerah dlam jangka waktu tertentu, yang dinyatakan dalam satuan milimeter (mm).


(60)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah Perusahaan

Kebun Sarang Giting merupakan salah satu unit usaha di PT. Perkebunan Nusantara III (PERSERO) yang berkantor pusat di Jalan Sei Batang Hari No. 2 Sei Sikambing Medan. Kebun Sarang Giting berada dalam wilayah pengawasan Distrik Deli Serdang II yang terletak di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan Dolok Masihul dan Kecamatan Serbajadi dengan luas HGU 3.051,72 Ha, yang terdiri dari tanaman karet seluas 2.240,85 Ha, tanaman kelapa sawit seluas 430,05 Ha, total luas tanaman karet dan kelapa sawit 2.670,90 Ha luas areal lain-lain (non tanaman) 380,82 Ha. Dan memiliki Pabrik Pengolahan Karet (PPK) dengan kapasitas olah 11.000 Kg KK/hari dengan hasil olah berupa RSS I > 95 %, RSS III < 4 % dan Cutting < 1 %.

Kebun Sarang Giting berasal dari dua kebun yaitu Kebun Sarang Giting dan Kebun Serbajadi. Kebun Sarang Giting sebelum Perang Dunia ke II sampai tahun 1953 bernama Deli Batavia Rubber Maschapy (DBRM). Pada tahun 1953-1958 mengalami perubahan menjadi Vrenigde Deli Maschapay (VDM). Pada tahun 1958-1963 berubah menjadi Perusahan Sumatera Utara VII. Pada tahun 1963-1968 berubah kembali dengan nama Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) Karet III dan pada tahun 1968 berubah menjadi Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) IV.

Pada tahun 1958 Kebun Serbajadi berubah nama menjadi NV Sumatra Rubber Culture Serbajadi, pada tahun 1958-1963 bernama Perusahaan Perkebunan Sumatera Utara VII. Pada tahun 1968 menjadi Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) IV.

Pada tahun 1969 dilakukan penggabungan 2 (dua) kebun menjadi Kebun Sarang Giting dengan nama PNP IV, dan pada tahun 1978 diubah kembali menjadi PT. Perkebunan


(61)

IV. Pada masa konsolidasi PT. Perkebunan IV Kebun Sarang Giting menjadi bagian dari PTP III, PTP IV, dan PTP V. Sesuai Peraturan Pemerintah RI nomor 8 tahun 1996, terhitung mulai tanggal 11 Maret 1996 dengan Akte nomor 36 dari Notaris Harun Kamil, SH di Jakarta berubah kembali dengan nama menjadi PT. Perkebunan Nusantara III.

Kebun / Unit Sarang Giting saat ini sesuai RKAP Areal Statement tahun 2011 terdiri dari 5 (lima) Afdeling dengan luasan sebagai berikut :

1. Afdeling I : Luas 814, 69 ha 2. Afdeling II : Luas 571, 64 ha 3. Afdeling III : Luas 565, 42 ha 4. Afdeling IV : Luas 473, 48 ha 5. Afdeling V : Luas 626,49 ha

Total HGU : Luas 3.051,72 ha

Masa berlaku Hak Guna Usaha ( HGU ) Kebun Sarang Giting terdiri dari : 1. Desa Sarang Giting No. SK.181/HGU/BPN/2004, berakhir 31 Desember 2029

2. Desa Serbajadi No. 2 tgl. 08-04-2009 (37-HGU-BPN RI-2009), berakhir 07 April 2034 3. Desa Serbajadi No. 3 tgl. 08-04-2009 (37-HGU-BPN RI-2009), berakhir 07 April 2034 4. Desa Serbajadi No. 4 tgl. 08-04-2009 (37-HGU-BPN RI-2009), berakhir 07 April 2034.

4.1.2 Lokasi Perusahaan

Kebun Sarang Giting terletak di Desa Sarang Giting, Desa Durian Puloan, Desa Sarang Terep, Desa Bajarongge, Desa Dolok Manampang di Kecamatan Dolok Masihul, Desa Serbajadi, Desa Tanjung Harap serta Desa Karang Tengah di Kecamatan Serbajadi Kabupaten Serdang Bedagai yang berbatasan dengan :

1. Sebelah Utara dengan Desa Serbajadi

2. Sebelah Selatan dengan Kecamatan Dolok Masihul 3. Sebelah Timur dengan Desa Bajarongge


(62)

4. Sebelah Barat dengan Kamp Nilam, Desa Dolok Manampang

Kebun Sarang Giting berada pada ketinggian ± 50 meter dari permukaan laut. Tofografi Kebun Sarang Giting pada umumnya terdiri dari daerah rata dan bergelombang. Kebun Sarang Giting ( Emplasment ) berjarak ± 60 km dari kota Medan, Sei Karang ± 22 km, Lubuk Pakam ± 31 km dan Tebing Tinggi ± 28 km.

4.1.3 Tujuan Perusahaan

Maksud dan tujuan perusahaan sesuai akte pendirian adalah turut melaksanakan dan menunjang kebijakan dari program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional umumnya, khususnya disektor pertanian sub sektor perkebunan dalam arti yang seluas-luasnya dengan tujuan memupuk keuntungan berdasarkan prinsip perusahaan yang sangat berdasarkan kepada azas :

1. Mempertahankan dan meningkatkan kontribusi pendapatan nasional dari sektor perkebunan melalui upaya peningkatan produksi dan pemasaran dari berbagai jenis komoditi perkebunan untuk kepentingan konsumsi dalam negeri sekaligus dalam rangka meningkatkan export non migas.

2. Memperluas lapangan kerja dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat pada umumnya serta meningkatkan taraf hidup karyawan pada khususnya.

3. Memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan, air dan kesuburan tanah.

4.1.4 Ruang Lingkup Bidang Usaha

Perkebunan Sarang Giting yang merupakan bagian dari PT Perkenunan Nusantara III (Persero) adalah perkebunan yang memproduksi hasil karet dalam bentuk lateks dan compo yang kemudian diolah pada Pabrik Pengolahan Karet serta menghasilkan jenis hasil perkebunan lain misalnya sawit dan coklat.


(63)

4.2 Struktur Organisasi

Untuk menciptakan sistem kerja yang terkoordinasi dengan baik sehingga jelas arah dan tujuannnya, maka suatu perusahaan harus memiliki struktur organisasi yang jelas. Hal ini bermanfaat untuk memanajemen semua fungsi dalam perusahaan. Sehingga setiap personel dapat mengetahui tugas dan tanggung jawabnya.

Kebun Sarang Giting pada saat ini dipimpin seorang Manajer dan dibantu dengan 1 (satu) Orang Asisten Kepala, 5 (lima) Orang Asisten Afdeling, 1 (satu) Orang Asisten STAB, 1 (satu) Orang Asisten Pengolahan Karet, 1 (satu) Orang Asisten Tata Usaha , 1 (satu) Orang Asisten Personalia Kebun dan Seorang Perwira Pengaman (Pa. Pam).

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT Perkebunan Nusantara III ( Persero) Kebun Sarang Giting

4.2.1 Pembagian Tugas dan Wewenang

Berikut adalah pembagian tugas dan wewenang dari masing-masing jabatan pada struktur organisasi Kebun Sarang Giting PT Perkebunan Nusantara III yaitu:

a. Tugas dan Tanggung Jawab Manajer

MANAJER

Asisten Kepala

Afd I

Perwira Pengaman Asst.

Pengolahan Asst. Personalia

Kebun Asst

Tata Usaha ASTAB

Afd I Asst.

AFD Asst. Tanaman


(1)

Adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Dampak penggunaan faktor-faktor produksi lebih efektif jika pihak perkebunan lebih memfokuskan penggunaan faktor yang berpengaruh secara nyata dan signifikan terhadap kenaikan jumlah produksi. Hal ini dapat bermanfaat untuk menekan biaya-biaya produksi atau mengurangi penggunaan faktor produksi yang kurang diperlukan. 2. Perlu dilakukannya sinergi manajemen antara bagian tanaman, teknik, dan tata usaha

harus saling mendukung untuk mendapatkan hasil produksi yang optimal secara efektif dan efisien. Serta manajemen teknologi yang tepat. Dalam hal ini profesionalisme atau pemabagian kerja karyawan sesuai dengan pendidikan atau keterampilannya. Serta pelaksanaan training keterampilan.

3. Perkembangan ilmu pengetahuan menuntut kita untuk lebih banyak belajar lagi, Karena apa yang ada dalam teori terkadang tidak sama dengan apa yang terjadi di lapangan terkhusus di bidang pertanian. Banyak faktor yang tidak diperhitungkan pengaruhya ternyata memberikan dampak yang besar dalam produksi.

4. Implikasi kebijakan yang kurang tepat dapat menyebabkan ketidakmaksimalan antara produksi yang ditargetkan dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Oleh karena itu karyawan pimpinan selaku pengambil keputusan di perkebunan Sarang Giting perlu mempertimbangkan efektivitas setiap kebijakan yang diambil.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairil, 2006. Jurnal Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Medan. Oleh PT. FABA Indonesia Konsultan.

Arief, Sritua, 1993. Metodelogi Penelitian Ekonomi. Jakarta : UI Press.

Daniel, Moehar, 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Gujarati, Damodar, 1998. Ekonometrika Dasar. Jakarta : Erlangga.

Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES.

Nachrowi, Djalal dan Usman, Hardius, 2005. Pengantar Teknik Ekonometri. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Setyamidjaja, Djoehana, 1993. Karet, Budidaya dan Pengolahan. Yogyakarta : Kanisius. Spillane, James, 1992. Komoditi Karet Peranannya dalam Perekonomian Indonesia.

Yogyakarta :Kanisius.

Soedarsono, 1983. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta : LP3ES.

Suhartati, Tati dan Fathorrozi, M, 2003. Teori Ekonomi Mikro Dilengkapi Dengan Beberapa Bentuk Fungsi Produksi. Bandung : Salemba Empat.

Syarir H.Nst, H.B Tarmizi, dan Syarir M.M, 2007. Teori Ekonomi Mikro. Medan : USU Press.

Tim Penulis PS, 1999. Karet. Jakarta : Penebar Swadaya.

Tri Cahyono, Bambang, 1983. Kebijakan Pertanian. Yogyakarta : Andi Offset.

Wahyu Ario Pratomo dan Paidi Hidayat, 2007. Pedoman Praktis Penggunaan Eviews dalam Ekonometrika. Medan : USU Press.


(3)

Lampiran 1

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 5.183789 Prob. F(2,29) 0.011892 Obs*R-squared 9.480716 Prob. Chi-Square(2) 0.008736

Test Equation:

Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 03/11/11 Time: 22:22 Sample: 2008M01 2010M12 Included observations: 36

Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable

Coefficie

nt Std. Error t-Statistic Prob. C

-19361.37 53794.23 -0.359915 0.7215 X1 3.706377 30.00358 0.123531 0.9025 X2 0.049012 0.083791 0.584930 0.5631 X3 8.502484 51.88477 0.163872 0.8710 X4 25.04004 87.15713 0.287298 0.7759 RESID(-1) 0.508342 0.186461 2.726268 0.0108 RESID(-2) 0.085971 0.206351 0.416623 0.6800 R-squared 0.263353 Mean dependent var -1.58E-11 Adjusted R-squared 0.110944 S.D. dependent var 41048.87 S.E. of regression 38704.90 Akaike info criterion 24.13799 Sum squared resid 4.34E+10 Schwarz criterion 24.44589 Log likelihood

-427.4837 F-statistic 1.727930 Durbin-Watson stat 2.119539 Prob(F-statistic) 0.149988

Lampiran 2

Pengobatan Autokorelasi Tahap I


(4)

Dependent Variable: D(Y) Method: Least Squares Date: 03/11/11 Time: 22:43

Sample (adjusted): 2008M02 2010M12 Included observations: 35 after adjustments

Variable

Coefficie

nt Std. Error t-Statistic Prob.

D(X1)

-68.13141 191.8398 -0.355147 0.7249 D(X2) 0.077211 0.155000 0.498133 0.6219 D(X3) 132.6738 53.24929 2.491560 0.0183 D(X4)

-52.07005 76.49014 -0.680742 0.5011

R-squared 0.213048 Mean dependent var

-1620.800 Adjusted R-squared 0.136891 S.D. dependent var 45878.62 S.E. of regression 42622.92 Akaike info criterion 24.26538 Sum squared resid 5.63E+10 Schwarz criterion 24.44314 Log likelihood

-420.6442 Durbin-Watson stat 2.329692

Lampiran III Tahap II

Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 03/11/11 Time: 22:27

Sample (adjusted): 2008M02 2010M12 Included observations: 35 after adjustments Convergence achieved after 37 iterations

Variable

Coefficie


(5)

C 138673.9 100589.8 1.378607 0.1786 X1 35.94652 60.24126 0.596709 0.5553 X2 0.044093 0.104956 0.420105 0.6775 X3 139.1581 56.91407 2.445056 0.0208 X4

-42.85612 85.68455 -0.500162 0.6207 AR(1) 0.526269 0.173684 3.030045 0.0051 R-squared 0.595550 Mean dependent var 239518.0 Adjusted R-squared 0.525817 S.D. dependent var 56388.52 S.E. of regression 38829.68 Akaike info criterion 24.12656 Sum squared resid 4.37E+10 Schwarz criterion 24.39319 Log likelihood

-416.2148 F-statistic 8.540449 Durbin-Watson stat 1.945884 Prob(F-statistic) 0.000046 Inverted AR Roots .53

Lampiran 4 Tahap III

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.281673 Prob. F(2,27) 0.756711 Obs*R-squared 0.715337 Prob. Chi-Square(2) 0.699305 Test Equation:

Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 03/11/11 Time: 22:27 Sample: 2008M02 2010M12 Included observations: 35

Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable

Coefficie


(6)

C

-27506.34 109832.6 -0.250439 0.8041 X1 22.95335 69.87111 0.328510 0.7451 X2

-0.006999 0.108956 -0.064233 0.9493 X3

-30.73183 74.28786 -0.413686 0.6824 X4

-4.137807 89.25873 -0.046357 0.9634 AR(1)

-0.501770 0.712774 -0.703968 0.4875 RESID(-1) 0.520931 0.739871 0.704084 0.4874 RESID(-2) 0.279570 0.385686 0.724865 0.4748 R-squared 0.020438 Mean dependent var 0.356577 Adjusted R-squared

-0.233522 S.D. dependent var 35861.08 S.E. of regression 39828.76 Akaike info criterion 24.22020 Sum squared resid 4.28E+10 Schwarz criterion 24.57571 Log likelihood

-415.8535 F-statistic 0.080478 Durbin-Watson stat 1.970854 Prob(F-statistic) 0.998948