Pembahasan Hasil Penelitian
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan analisis data hasil eksperimen dapat dikemukakan fakta- fakta sebagai berikut :
1. Tabel 10 menunjukkan bahwa F 𝑜𝑏𝑠 lebih besar dari pada
F tabel dengan taraf signifikan 0,01, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh yang signifikan komposisi campuran filler terhadap kekuatan
bending pada komposit ampas tebu - serbuk kayu dengan matrik polyester. Hal ini dikarenakan ampas tebu dan serbuk kayu yang berperan sebagai filler dalam komposit ini mempunyai sifat karakteristik yang berbeda. Ampas tebu yang berukuran mesh 40 akan menjadi bahan penguat dalam komposit, sedangkan serbuk kayu yang berukuran mesh 80 jauh lebih kecil daripada ampas tebu cenderung akan menjadi pengisi dalam komposit. Jadi, jika komposisi campuran ampas tebu dan serbuk kayu berbeda, maka akan menghasilkan kekuatan bending komposit yang berbeda.
2. Tabel 7 menunjukkan kekuatan bending tertinggi terjadi pada campuran filler dengan komposisi ampas tebu 20% dan serbuk kayu 20%, yaitu sebesar 46.19 MPa. Volume ampas tebu dan serbuk kayu yang sama akan membuat adanya ikatan yang baik pada bahan komposit. Hal ini dikarenakan serbuk kayu yang ukurannya kecil akan mampu mengisi ruang-ruang kosong yang ada dalam komposit sehingga meminimalisir adanya rongga-rongga yang akan menurunkan nilai kekuatan bending. Dengan semakin sedikitnya rongga maka kekuatan bending yang dihasilkan akan semakin tinggi. Selain serbuk kayu, ampas tebu juga berperan dalam tingginya kekuatan bending. Ampas tebu yang
berfungsi sebagai bahan penguat akan mempunyai kemampuan menahan beban yang mengenai komposit. Kekuatan bending yang rendah terjadi pada campuran filler dengan komposisi ampas tebu 10% dan serbuk kayu 30% yang sebesar 37.6 MPa, serta pada campuran filler dengan komposisi ampas tebu 30% dan serbuk kayu 10% yang sebesar 34.41 MPa. Hal ini dikarenakan kedua komposisi ini tidak terjadi keseimbangan. Pada campuran filler dengan komposisi ampas tebu 10% dan serbuk kayu 30%, jumlah ampas tebu lebih sedikit daripada jumlah serbuk kayu maka ampas tebu kurang mampu menahan beban sehingga kekuatan bending komposit akan menurun. Sedangkan pada campuran filler dengan komposisi ampas tebu 30% dan serbuk kayu 10%, jumlah serbuk kayu lebih sedikit daripada jumlah ampas tebu maka komposit akan kekurangan pengisi sehingga terjadi banyak rongga-rongga. Semakin banyak rongga-rongga maka kekuatan bending akan semakin rendah.
3. Tabel 11 menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara campuran filler dengan komposisi ampas tebu 10% dan serbuk kayu 30% dengan campuran filler dengan komposisi ampas tebu 30% dan serbuk kayu 10% karena F 𝑜𝑏𝑠 <
F 𝛼,0,01 (𝑃−1) pada taraf signifikan 0,01. Hal ini dikarenakan kedua komposisi campuran filler ini sama-sama mempunyai jumlah ampas tebu dan serbuk kayu
yang tidak seimbang sehingga tidak terjadi ikatan yang baik. Hal ini menyebabkan kekuatan bending menjadi lebih rendah. Tabel 11 juga menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan antara campuran filler dengan komposisi ampas tebu 10% dan serbuk kayu 30% dengan campuran filler dengan komposisi ampas tebu 20% dan serbuk kayu 20%, serta antara campuran filler dengan komposisi ampas tebu 20% dan serbuk kayu 20% dengan campuran filler dengan komposisi ampas tebu 30% dan serbuk kayu 10% karena F 𝑜𝑏𝑠 > F 𝛼,0,01 (𝑃−1) . Hal ini dikarenakan campuran filler
dengan komposisi ampas tebu 20% dan serbuk kayu 20% terjadi ikatan yang baik sehingga mempunyai nilai kekuatan bending yang tinggi. Hal ini berbeda dengan campuran filler dengan komposisi ampas tebu 10% dan serbuk kayu 30% serta campuran filler dengan komposisi ampas tebu 30% dan serbuk kayu
45
10% yang mempunyai ikatan kurang baik sehingga kekuatan bendingnya lebih rendah.
Jadi dalam penelitian ini semua hipotesis dapat diterima dalam taraf signifikansi yang ditetapkan sebesar 1%.