TINJAUAN PUSTAKA

B. Kerangka Pemikiran

UU No. 21 Th. 2008

Bank Syariah

Produk Simpanan Wadiah

Implikasi Hukum Sistem Bagi Hasil

Pembagian Keuntungan dan

dan cara

Kerugian Sesudah Diinvestasikan Gambar 1 : Kerangka Pikir

penyelesaian sengketa

Ditentukan dalam akad Tidak ditentukan maupun namun

selain

di

ditentukan dalam akad Pengadilan Agama (Pasal (Pasal 55 ayat (1) UU No.

55 ayat (2) UU No. 21 Th. 21 Th. 2008) 2008)

- Musyawarah Peradilan Agama

- Mediasi Perbankan (Peraturan Bank Indonesia No. ( UU No. 3 Th. 8/5/PBI/2005 dan Surat Edaran Bank Indonesia 2006 dan UU No. 8/14/DPNP tentang Mediasi Perbankan) No. 21 Th. 2008) - Arbitrase (UU No. 30 Th. 1999 dan Fatwa MUI )

- Pengadilan dalam lingkup Peradilan Umum

Keterangan:

Saat ini pengaturan mengenai perbankan syariah di Indonesia secara khusus telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Bank syariah memiliki beberapa produk simpanan yang bertujuan untuk Saat ini pengaturan mengenai perbankan syariah di Indonesia secara khusus telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Bank syariah memiliki beberapa produk simpanan yang bertujuan untuk

Dana dalam produk simpanan wadiah ini pada selanjutnya akan dimanfaatkan oleh pihak bank untuk melakukan kegiatan usaha. Kegiatan usaha yang akan dilakukan oleh pihak bank hasilnya terdapat dua kemungkinan yaitu untung atau rugi. Keuntungan atau pun kerugian yang timbul akan berakibat pada pembagian keuntungan dan kerugian terhadap dana yang sudah diinvestasikan.

Pada simpanan wadiah setelah diinvestasikan akan menimbulkan implikasi hukum terkait keuntungan atau pun kerugian yang dialami sebagai akibat kegiatan penyaluran dana yang dilakukan pihak bank dan akibatnya mungkin timbul suatu sengketa. Sengketa tersebut tentu membutuhkan cara penyelesaian yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Adapun alternatif penyelesaian sengketanya ada dua kemungkinan sesuai Pasal 55 ayat (1) dan ayat (2) Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yaitu apabila belum ditentukan dalam akad maupun sudah ditentukan dalam akad maka penyelesaian sengketa melalui beracara di Pengadilan dalam lingkup Peradilan Agama, sedangkan apabila sudah ditentukan dalam akad namun selain di Pengadilan Agama menggunakan cara musyawarah, mediasi perbankan, arbitrase, maupun dengan beracara di Pengadilan dalam lingkup Peradilan Umum.