1 SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN PADA BANK SYARIAH

SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN PADA BANK SYARIAH

Penulisan Hukum (Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat-syarat Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

AZFAN LUTHFI NIM E0005112 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi) SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN PADA BANK SYARIAH

Oleh AZFAN LUTHFI NIM. E0005112

Disetujui untuk dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, Desember 2009 Pembimbing

Mohammad Adnan, S.H., M.Hum. NIP. 195407121984031002

Penulisan Hukum (Skripsi)

SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN PADA BANK SYARIAH

Disusun Oleh:

AZFAN LUTHFI NIM E0005112

Telah diterima dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada :

DEWAN PENGUJI

Agus Rianto, S.H., M.Hum. (1)

Ketua

(2) Mohammad Adnan, S.H., M.Hum.

Anggota

Mengetahui Dekan,

Mohammad Jamin, S.H., M.Hum. NIP. 196109301986011001

PERNYATAAN

Nama

: Azfan Luthfi

NIM

: E0005112

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (Skripsi) berjudul : Sistem Bagi Hasil Produk Simpanan Wadiah dan Pembagian Keuntungan Serta Kerugian Pada Bank Syariah adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, Desember 2009 yang membuat pernyataan

Azfan Luthfi NIM. E0005112

ABSTRAK

AZFAN LUTHFI, E0005112. 2010. SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN PADA BANK SYARIAH. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sistem bagi hasil produk simpanan wadiah pada bank syariah, mendeskripsikan pembagian keuntungan dan kerugian dalam produk simpanan wadiah pada bank syariah, dan mendeskripsikan implikasi hukum bagi nasabah dan bank atas keuntungan dan kerugian sesudah diinvestasikan dalam sistem bagi hasil beserta cara penyelesaian terhadap sengketa yang mungkin timbul sehubungan dengan keuntungan dan kerugian tersebut.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder. Sumber data sekunder yang digunakan mencakup bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui studi kepustakaan baik berupa buku-buku, dokumen, dan arsip yang tersedia di lokasi penelitian serta pengumpulan data melalui cyber media. Analisis data dilaksanakan dengan interpretasi terhadap ketentuan perundang-undangan yang terkait.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa sistem bagi hasil produk simpanan wadiah di bank syariah menggunakan akad wadi’ah yad adz-dhamanah di mana pihak penerima titipan boleh memanfaatkan obyek titipan namun pihak yang menitipkan sewaktu-waktu dapat mengambil obyek titipan, penerapan akad wadiah ini sendiri biasanya berbentuk giro walaupun tidak tertutup kemungkinan berbentuk tabungan. Pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan wadiah ialah apabila ada keuntungan bank tidak memiliki kewajiban untuk memberikan sebagian hasil keuntungan tersebut namun apabila bank menghendaki maka bank diperbolehkan untuk memberikan sebagian hasil keuntungan dari pemanfaatan harta simpanan wadiah sebagi bentuk bonus, namun apabila ada kerugian maka nasabah tidak ikut menanggung kerugian tersebut sebagai implikasi dari digunakannya akad wadi’ah yad adz-dhamanah. Implikasi hukum dan penyelesaian sengketa terkait keuntungan maupun kerugian terkait produk simpanan wadiah ialah apabila ada keuntungan maka bank tidak memiliki kewajiban untuk memberikan sebagian hasil keuntungan tersebut namun apabila bank menghendaki maka bank diperbolehkan untuk memberikan sebagian hasil keuntungan dari pemanfaatan harta simpanan wadiah sebagai bentuk bonus, namun apabila dana yang dimanfaatkan tersebut mengalami kerugian maka nasabah juga ikut menanggung kerugian tersebut sebagai konsekuensi diterapkannya sistem bagi hasil. Apabila akibat kerugian tersebut terjadi persengketaan antara nasabah dan bank dan berujung kepada persengketaan maka ada beberapa cara yang digunakan yaitu penyelesaian melalui beracara di Pengadilan Agama (Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah), dengan jalan musyawarah, dengan menggunakan mediasi perbankan yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia, melalui jalur Badan Arbitrase Syariah Nasional maupun lembaga arbitrase lain, atau melalui jalan beracara di peradilan dalam lingkungan Peradilan Umum (Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah).

Kata Kunci : Sistem bagi hasil simpanan wadiah, pembagian keuntungan dan kerugian, implikasi hukum dan penyelesaian sengketa.

ABSTRACT

AZFAN LUTHFI, E0005112. 2010. PROFIT SHARING SYSTEM OF WADI’AH SAVING PRODUCT IN SHARI’A BANK AND PROFIT AND FINANCIAL LOSS SHARING IN SHARI’A BANK. Law Faculty Sebelas Maret University of Surakarta.

This research has a purpose to describe the profit sharing system of wadi’ah saving product in shari’a bank, describe the profit and financial loss sharing of wadi’ah saving product in shari’a bank, and describe the law implication to the client and bank to profit and financial loss after investing in profit sharing system and the solution way toward dispute related with those profit and financial loss.

This research is normative law research that is descriptive. The kinds of data are used in this research is secondary data. The source of secondary data used include primer law matter, secondary law matter, and tertiary law matter. The technique of data collection used is literature study neither data form book, document and archives included in research location and the data collection by cyber media. Data analysis is done with the interpretation toward the stipulation of legislation included.

Based on the result of research is acquired the conclusion that profit sharing system of wadiah saving product in shari’a bank uses wadi’ah yad adz-dhamanah agreement where the deposit receiver can use the deposit object but the depositor side can take the deposit object anytime, this application of wadiah agreement usually has the form of clearing although can be savings. The profit and financial loss sharing of wadi’ah saving product is if there are bank profit has not obligation of giving part of those profit outcome but if bank requires, then bank is permitted to give part of those profit from the use of wealth wadi’ah saving as a bonus, but if there are financial loss, then the client does not guarantee that financial loss as the implication of wadi’ah yad adz-dhamanah agreement used. The law implication and dispute solving related with profit and financial lost of wadi’ah saving product is if there is profit, the bank has not obligation to give the part of profit outcome, but if bank requires, then bank is permitted to give part of profit outcome from the use of wealth of wadi’ah savings as bonus, but if there are financial loss, the client is forced to guarantee that financial loss as the implication of profit and loss sharing system. If the financial loss that culminate in conflict, then there are several ways that can be used, namely the settlement of be in litigation in Religion Court (section

55 verse (1) Law Number 21, 2008 about Shari’a Banking), by using deliberation, by using banking mediation is held by Bank of Indonesia, through Badan Arbitrase Syariah Nasional or the other arbitration institution, or through litigation in General Court (Section 55 verse (2) Law Number 21, 2008 about Shari’a Banking).

Keywords: Profit sharing of wadi’ah saving product, profit and financial loss sharing, law implication and dispute solution.

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum yang berjudul : “SISTEM BAGI HASIL PRODUK SIMPANAN WADIAH DAN

PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN PADA BANK SYARIAH”

dengan baik dan lancar.

Penulisan hukum ini membahas tentang dasar hukum dalam kegiatan perbankan syariah utamanya terkait dengan produk simpanan wadiah baik pada segi sistem bagi hasil yang diterapkan dan tata cara pembagian keuntungan serta kerugian beserta implikasi hukum beserta cara penyelesaian terhadap sengketa yang mungkin timbul atas keuntungan maupun kerugian yang diperoleh atas simpanan wadiah tersebut.

Penulis menyadari bahwa penulisan hukum ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, motivasi, dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Mohammad Jamin, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Mohammad Adnan, S.H., M.Hum. selaku Ketua Bagian Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus selaku Pembimbing Skripsi.

3. Bapak Lego Karjoko, S.H., M.H. selaku Pembimbing Akademik yang telah membantu penulis dalam menuntut ilmu dan menyelesaikan kuliah serta selalu memberikan nasehat dan masukan kepada penulis.

4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman kepada penulis sehingga dapat dijadikan bekal dalam penulisan skripsi ini dan semoga dapat penulis terapkan dalam kehidupan masa depan nantinya.

5. Pengelola Penulisan Hukum (PPH) yang telah membantu dalam mengurus prosedur-prosedur skripsi mulai dari pengajuan judul skripsi, pelaksanaan seminar proposal sampai dengan pendaftaran ujian skripsi.

6. Segenap staf Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta atas bantuannya kepada penulis dalam mencari bahan-bahan referensi untuk penulisan hukum ini

7. Kedua orang tua tercinta Papa Erlan Hadi dan Mama Sandra Kesuma Dewi (Almh), yang telah memberikan segalanya dalam kehidupan penulis, tidak ada kata yang dapat mewakili rasa terima kasih Ananda. Semoga Ananda dapat membalas budi jasa kalian dengan memenuhi harapan kalian kepada Ananda.

8. Keluarga penulis tercinta Bang Dian, Kak Lia yang selalu memberikan kasih sayang, arahan, dukungan baik moriil maupun materiil dan motivasi kepada penulis, semoga Adik bisa membuat kalian bangga.

9. Teman-Teman kampus Aripin dan Ami, Arief Rachma dan Ajeng, Arief Pambudi, Anton, Andhyna, Budhiarto, Andi Hakim dan Aida, Edy, Elisa, Fahmy, Andi Purnomo dan Rury, Kelik, Devis, Rosyid, Aditya W., Aditya B., Yoga, Endrika, Nana, Tri Wahyudi, Febri, Whisnu, Pak Ustadz Heri Widi, Bachtiyar, Bagus, Tejo, Aad, Irawan, Bayu Novyandri, M. Silman Wiradi (Alm), Arif Maulana, Mayang Mayurantika. Teman-teman nonreguler Om Dhimas Wardana, Om Petrus Damianus Didith Febriyanto, Om Reza, Wibi, Gery, Fuad, Edy Maryanto, Mbak Inge dan semuanya yang dengan setia memberi bantuan, semangat, petuah serta dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini, terima kasih untuk semua. Semoga Persahabatan ini tidak lekang oleh waktu dan jarak.

10. Adik-adik tingkat FH UNS Natalia “Lily” Destri Mariani, Caesia Nares Wari, Amel, Rahma Veni, Daniek Okvita, Luris, Andriani Kartika “otik” Hapsari, Pradina Kurnia terima kasih atas dukungan kepada penulis selama ini.

11. Seluruh Guru serta teman-teman SD, SMP, SMA dan bimbingan belajar Primagama Manahan (Bintang Asmanda Putra, Totok, Indri, Isyunan, Pandhu, Pandu, Deni, Ira) yang telah mengantarkan penulis menggapai cita.

12. Semua pihak yang telah banyak membantu kelancaran penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan hukum ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis dengan besar hati menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, sehingga dapat memperkaya penulisan hukum ini. Akhir kata penulis mohon maaf atas semua kesalahan dan semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat.

Surakarta, Desember 2009 Penulis

AZFAN LUTHFI

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………. 74 LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………………………. 78

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Kerangka Pemikiran…………………………………………..................

42

DAFTAR LAMPIRAN

Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 01/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Giro …………………………….………………………………………………...................

Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 02/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Tabungan………………….………………………………………………...................

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, maka keberadaan bank syariah dalam sistem perbankan di Indonesia sebenarnya telah diakui dan dikenal. Bahkan, dapat dikatakan bahwa Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan ini merupakan pintu gerbang dimulainya perbankan syariah di Indonesia. Namun demikian, undang-undang tersebut belum memberikan landasan hukum yang cukup kuat terhadap pengembangan bank syariah karena belum secara tegas mengatur mengenai keberadaan bank berdasarkan prinsip syariah, melainkan bank berdasarkan prinsip bagi hasil.

Eksistensi perbankan syariah baru memiliki dasar hukum yang jelas setelah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Dengan diberlakukannya undang-undang tersebut, perbankan syariah yang ada di Indonesia memiliki landasan hukum yang kuat terhadap usaha pengembangan bank Eksistensi perbankan syariah baru memiliki dasar hukum yang jelas setelah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Dengan diberlakukannya undang-undang tersebut, perbankan syariah yang ada di Indonesia memiliki landasan hukum yang kuat terhadap usaha pengembangan bank

Berlakunya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan syariah menjadi dasar hukum yang cukup kuat bagi eksistensi bank syariah di Indonesia. Hal ini disebabkan karena sebelum Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan belum secara jelas mengatur ketentuan mengenai kegiatan perbankan syariah di Indonesia.

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia merupakan suatu perwujudan dari permintaan masyarakat yang membutuhkan suatu sistem perbankan alternatif yang selain menyediakan jasa perbankan/keuangan yang sehat, juga memenuhi prinsip-prinsip syariah. Perkembangan sistem keuangan syariah sebenarnya telah dimulai sebelum pemerintah secara formal meletakkan dasar-dasar hukum operasionalnya. Dengan demikian, legalisasi kegiatan perbankan syariah melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan serta Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dan secara khusus diatur dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah merupakan jawaban atas permintaan yang nyata dari masyarakat.

Sistem ekonomi tidak dapat dipisahkan dari lembaga intermediasi keuangan (financial intermediary institution) yang memang sangat dibutuhkan masyarakat. Namun, selama sekian ratus tahun umat Islam terbiasa dengan pelayanan bank konvensional yang berbasis bunga, sehingga memerlukan kerja keras untuk mewujudkan alternatifnya yang bebas bunga yaitu dengan mengembangkan perbankan syariah.

Dengan lahirnya bank syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil sebagai alternatif pengganti bunga pada bank konvensional, merupakan peluang bagi Dengan lahirnya bank syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil sebagai alternatif pengganti bunga pada bank konvensional, merupakan peluang bagi

Peluang tersebut tidak hanya dirasakan oleh umat Islam saja, tetapi oleh umat nonmuslim, karena bank syariah dinilai terbukti mampu menjadi sarana penunjang yang handal dan dapat beroperasional secara sehat, karena di dalam operasionalnya terkandung misi kebersamaan antara nasabah dengan bank. Selain itu bank syariah dinilai mampu hidup berdampingan secara serasi dan berkompetisi secara sehat dan wajar dengan bank-bank konvesional yang telah ada, karena bank syariah tidak bersifat eksklusif untuk umat Islam saja, tetapi tidak ada larangan bagi umat nonmuslim untuk melakukan hubungan dengan bank syariah. Bahkan pengelolaannya pun bisa dilakukan oleh orang-orang nonmuslim, seperti yang terjadi pada bank syariah di London, Luxemburg, Swiss dan bank-bank asing di Pakistan.

Bank syariah sebagai alternatif dari bank-bank konvensional yang dianggap kurang berhasil dalam mengemban tugas utamanya, memiliki keistimewaan- keistimewaan yang juga merupakan perbedaan jika dibandingkan dengan bank konvensional. Keistimewaan-keistimewaan bank syariah tersebut adalah (Karnaen Perwaatmadja, 1997: 283):

1. Adanya kesamaan ikatan emosional yang kuat antara pemegang saham, pengelola bank dan nasabahnya;

2. Diterapkannya sistem bagi hasil sebagai pengganti bunga akan menimbulkan akibat-akibat yang positif. Akibat-akibat itu adalah:

a. Cost push inflation, yaitu akibat penerapan sistem bunga pada bank konvensional dapat dihilangkan, sehingga bank syariah diharapkan mampu menjadi pendukung kebijaksanaan moneter yang handal;

b. Memungkinkan persaingan antar bank syariah secara wajar, karena keberhasilan bank syariah ditentukan oleh fungsi edukatif bank di dalam membina nasabah dengan kejujuran, keuletan dan profesionalisme. Akibatnya, b. Memungkinkan persaingan antar bank syariah secara wajar, karena keberhasilan bank syariah ditentukan oleh fungsi edukatif bank di dalam membina nasabah dengan kejujuran, keuletan dan profesionalisme. Akibatnya,

3. Di dalam bank syariah, tersedia fasilitas kredit kebaikan (al-Qardhul Hasan) yang diberikan secara cuma-cuma. Nasabah hanya berkewajiban menanggung biaya materai, biaya notaris dan biaya studi kelayakan;

4. Keistimewaan yang paling menonjol dari bank syariah adalah yang melekat pada konsep (build in concept) dengan berorientasi pada kebersamaan dalam hal:

a. Mendorong kegiatan investasi dan menghambat simpanan yang tidak produktif melalui sistem profit and loss sharing sebagai pengganti bunga baik yang diterapkan kepada nasabah mudharabah dan musyarakah maupun yang diterapkan pada banknya sendiri;

b. Memerangi kemiskinan dengan membina golongan ekonomi lemah dan tertindas (dhuafa) melalui bantuan hibah yang diarahkan oleh bank secara produktif;

c. Mengembangkan produksi, menggalakkan perdagangan dan memperluas kesempatan kerja melalui kredit kepemilikan barang/peralatan modal dengan pembayaran tangguh (al-murabahah) dan pembayaran cicilan (al-ba’i bithaman ajil ) yang disalurkan kepada pengusaha produsen, pengusaha pedagang perantara dan konsumen dari barang yang dihasilkan pengusaha produsen;

d. Meratakan pendapatan melalui sistem bagi hasil keuntungan dan kerugian (profit and loss sharing) baik yang diberlakukan kepada banknya sendiri selaku mudharib atau pemegang amanah maupun kepada peminjam dalam operasi mudharabah dan musyarakah;

e. Keistimewaan lain bank syariah adalah dengan penerapan sistem bagi hasil berarti bank tidak membebani biaya di luar kemampuan nasabah dan akan terjamin adanya keterbukaan;

f. Adanya kenyataan bahwa dalam kehidupan ekonomi masyarakat modern cenderung menimbulkan pengeksploitasian kelompok kuat (kuat ekonomi dan politik) terhadap kelompok lemah.

Bank berpendapat bahwa riba terjadi hanya dalam kaitannya dengan bunga bank atau interest, namun pemahaman yang sempit ini tentulah menyesatkan. Riba pada prinsipnya berarti suatu penambahan pokok dengan beban pada kekayaan pihak lain, dengan cara-cara yang batil dan dusta. Secara lebih sederhana riba adalah upaya mendapatkan sesuatu dari ketiadaan.

Hadirnya perbankan syariah menjadi jawaban atas dilema dan polemik berkepanjangan tentang bunga bank yang dianggap riba dan deraan krisis ekonomi. Dengan keberadaan perbankan syariah yang dikelola dengan profesional, kini masyarakat, khususnya kaum muslim telah mendapati pilihan nyata untuk mengamankan keuangannya maupun investasinya dari momok bunga bank yang menghantui kegiatan ekonomi mereka.

Kendati respon masyarakat belum sesuai harapan terhadap perbankan syariah, namun kesadaran masyarakat untuk menyapa dan mendayagunakan perbankan syariah menunjukkan peningkatan yang berarti dan menggembirakan. Perkembangan perbankan syariah di tanah air disemangati dengan lahirnya Undang-Undang Nomor

10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan serta yang terakhir Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang mengatur dengan rinci landasan hukum serta jenis- jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan perbankan syariah.

Pada saat ini, larangan-larangan terhadap bunga dari kalangan agama sering kali dilihat tidak lebih dari sekedar embel-embel yang mengganggu dan bersumber dari keterbelakangan pemahaman yang mungkin dimotivasi oleh ketidaksukaan orang yang berpikiran sederhana terhadap cara memberi pinjaman uang dizaman dulu. Seringkali argumen agama tampaknya tidak ilmiah dan lemah ketika berhadapan dengan ahli ekonomi yang memiliki kemampuan yang baik dalam hal teori keuangan.

Sebaliknya, berbagai argumen pembenaran konsep bunga dikemas dalam bentuk yang bersifat ilmiah dan dikembangkan dengan baik sebagai upaya Sebaliknya, berbagai argumen pembenaran konsep bunga dikemas dalam bentuk yang bersifat ilmiah dan dikembangkan dengan baik sebagai upaya

Sistem perbankan yang menerapkan bunga sekarang dirasakan kurang berhasil dalam membantu mengurangi kemiskinan dan meratakan pendapatan baik di tingkat internasional maupun di tingkat nasional. Dikatakan kurang berhasil dalam mengentaskan kemiskinan, karena bank dengan perangkat bunganya akan memberi peluang kepada kelompok masyarakat miskin untuk mengembangkan usahanya lebih baik di bidang ekonomi. Tetapi sebaliknya orang-orang miskin sebagai nasabah semakin berjiwa konsumtif dan ketergantungannya semakin tinggi kepada bank. Jika kreditnya habis untuk kepentingan-kepentingan konsumtif, langsung mengambil kredit lagi secara terus menerus. Bahkan pengambilan kredit dilakukan di berbagai bank sehingga pada akhirnya mereka akan terlilit utang bunga yang semakin besar.

Akhirnya, secara realistis, gagasan berdirinya bank Islam tanpa bunga adalah didasarkan pada konsep hukum syirkah dan mudharabah yang secara bertahap telah berevolusi selama tiga puluh tahun atau sebelumnya yang menimbulkan modal perbankan yang cukup lengkap diawali dekade tujuh puluhan (Muhammad Najatullah Siddiqi, 1983: 28-37).

Di dalam era pembangunan ekonomi setiap negara dewasa ini peranan lembaga perbankan sangat besar dan menentukan. Dengan beroperasinya bank yang berdasarkan prinsip syariat Islam, diharapkan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap terwujudnya suatu sistem ekonomi Islam yang menjadi keinginan bagi setiap negara Islam atau negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Sistem ekonomi Islam yang dimaksud adalah sistem ekonomi yang terjadi setelah prinsip Di dalam era pembangunan ekonomi setiap negara dewasa ini peranan lembaga perbankan sangat besar dan menentukan. Dengan beroperasinya bank yang berdasarkan prinsip syariat Islam, diharapkan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap terwujudnya suatu sistem ekonomi Islam yang menjadi keinginan bagi setiap negara Islam atau negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Sistem ekonomi Islam yang dimaksud adalah sistem ekonomi yang terjadi setelah prinsip

Bank syariah selain menjembatani antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana, juga secara khusus mempunyai fungsi amanah. Untuk menjaga fungsi amanah tersebut, perlu adanya pengawasan yang melekat pada setiap orang yang terlibat di dalam aktivitas perbankan berupa motivasi keagamaan maupun pengawasan melalui kelembagaan.

Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang menetapkan sistem perbankan di Indonesia sebagai “dual banking system” atau sistem perbankan ganda yaitu konvensional dan syariah di mana bank-bank konvensional beroperasi berdampingan dengan bank-bank syariah, maka landasan hukum syariah telah cukup jelas dan kuat baik dari segi kelembagaannya maupun landasan operasionalnya. Selanjutnya dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia dapat melaksanakan kebijakan moneter berdasarkan prinsip-prinsip syariah, sehingga Bank Indonesia dapat pula mempengaruhi likuiditas perekonomian melalui bank-bank syariah seperti menggunakan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) untuk menampung kelebihan likuiditas bank syariah tanpa bunga.

Sertifikat Wadiah Bank Indonesia merupakan instrumen kebijakan moneter yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan kelebihan likuiditas pada bank yang beroperasi dengan prinsip syariah. Sertifikat wadiah memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut (Wirdyaningsih dkk, 2005: 185):

1. Merupakan tanda bukti penitipan dan berjangka pendek;

2. diterbitkan oleh Bank Indonesia;

3. merupakan instrumen kebijakan moneter dan sarana penitipan dana sementara;

4. ada bonus atas transaksi penitipan dana.

Sistem perbankan syariah yang menerapkan pola pembiayaan usaha dengan prinsip bagi hasil sebagai salah satu prinsip pokok dalam kegiatan perbankan syariah, akan menumbuhkan rasa tanggung jawab pada masing-masing pihak, baik bank syariah maupun nasabah. Dengan demikian, dalam menjalankan kegiatannya semua pihak pada hakekatnya akan memperhatikan prinsip kehati-hatian (prudential principle ), dan akan memperkecil kemungkinan resiko terjadinya kegagalan usaha.

Adapun prinsip-prinsip dasar dalam sistem perbankan syariah ini antara lain:

1. Prinsip titipan atau simpanan wadiah Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak yang lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendakinya. Aplikasinya dalam produk perbankan, di mana bank syariah sebagai penerima simpanan dapat memanfaatkan prinsip ini yang dalam bank konvensional dikenal dengan produk giro. Sebagai konsekuensi, semua keuntungan yang dihasilkan dari dana titipan tersebut menjadi milik bank syariah (demikian pula sebaliknya). Sebagai imbalan, si penyimpan mendapat jaminan keamanan terhadap hartanya, dan juga fasilitas-fasilitas giro lain.

Dalam dunia perbankan yang semakin kompetitif, insentif atau bonus dapat diberikan dan hal ini menjadi kebijakan dari bank bersangkutan. Hal ini dilakukan dalam upaya menimbulkan semangat masyarakat dalam menabung dan sekaligus sebagai indikator kesehatan bank. Pemberian bonus tidak dilarang dengan catatan tidak disyaratkan sebelumnya dan jumlahnya tidak ditetapkan dalam nominal atau persentase secara detail, tetapi betul-betul merupakan kebijakan bank.

2. Prinsip bagi hasil (profit-sharing) mudharabah Secara teknis, mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak, di mana pihak pertama menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lain menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi, ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tersebut bukan akibat kelalaian pihak 2. Prinsip bagi hasil (profit-sharing) mudharabah Secara teknis, mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak, di mana pihak pertama menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lain menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi, ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tersebut bukan akibat kelalaian pihak

Pola transaksi mudharabah, biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan. Pada sisi penghimpunan dana, mudharabah diterapkan pada produk tabungan dan deposito. Sedangkan pada sisi pembiayaan, mudharabah , diterapkan untuk produk pembiayaan modal kerja.

Dengan menempatkan dana dalam prinsip mudharabah, pemilik dana tidak mendapatkan bunga seperti halnya di bank konvensional, melainkan nisbah bagian keuntungan. Dalam praktiknya, nisbah untuk tabungan berkisar 55 –56 persen dari hasil investasi yang dilakukan oleh bank.

Sedangkan dalam sisi pembiayaan, bila seorang pedagang membutuhkan modal untuk berdagang maka dapat mengajukan permohonan untuk pembiayaan bagi hasil seperti mudharabah. Caranya dengan menghitung terlebih dahulu perkiraan pendapatan yang akan diperoleh oleh nasabah dari proyek tersebut. Misalkan, dari modal Rp 30 juta diperoleh pendapatan Rp 5 juta/bulan. Dari pendapatan tersebut harus disisihkan terlebih dahulu untuk tabungan pengembalian modal, sebut saja Rp 2 juta. selebihnya dibagi antara bank dengan nasabah dengan kesepakatan di muka, misalnya 60 persen untuk nasabah dan 40 persen untuk bank.

3. Prinsip musyarakah Dalam sistem ini terjadi kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu. Para pihak yang bekerja sama memberikan kontribusi modal. Keuntungan ataupun risiko usaha tersebut akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Dalam sistem ini, terkandung apa yang biasa disebut di bank konvensional sebagai sarana pembiayaan. Secara konkret, bila seseorang memiliki usaha dan ingin mendapatkan tambahan modal, orang tersebut bisa menggunakan produk musyarakah ini. Inti dari pola ini adalah, bank syariah dan seseorang 3. Prinsip musyarakah Dalam sistem ini terjadi kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu. Para pihak yang bekerja sama memberikan kontribusi modal. Keuntungan ataupun risiko usaha tersebut akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Dalam sistem ini, terkandung apa yang biasa disebut di bank konvensional sebagai sarana pembiayaan. Secara konkret, bila seseorang memiliki usaha dan ingin mendapatkan tambahan modal, orang tersebut bisa menggunakan produk musyarakah ini. Inti dari pola ini adalah, bank syariah dan seseorang

4. Prinsip murabahah Dalam hal ini, terjadi jual beli suatu barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang nilainya disepakati kedua belah pihak. Penjual dalam hal ini harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahan. Misal seseorang membutuhkan kredit untuk pembelian mobil. Pada bank konvensional orang tersebut akan dikenakan bunga dan diharuskan membayar cicilan bulanan selama waktu tertentu. Di sektor perbankan konvensional, suku bunga yang berlaku mungkin saja berubah.

Dalam sistem bank syariah, tentu saja produk seperti ini juga tersedia. Namun bentuknya bukan kredit, melainkan menggunakan prinsip jual-beli, yang diistilahkan dengan murabahah. Dalam hal ini misalnya, bank syariah akan membeli mobil yang diinginkan terlebih dahulu, kemudian menjualnya lagi. Tapi, karena bank syariah membayarnya terlebih dahulu, maka pada saat menjual, harganya sedikit lebih mahal, sebagai bentuk keuntungan bagi bank syariah. Karena bentuk keuntungan bank syariah sudah disepakati di depan, maka nilai cicilan yang harus dibayarkan relatif lebih tetap.

Dari uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis berusaha untuk menyusun penelitian hukum dengan judul “SISTEM BAGI HASIL PRODUK

SIMPANAN WADIAH DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN SERTA KERUGIAN PADA BANK SYARIAH”.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah perlu diadakan sebelum melangkah ke penelitian lebih lanjut, sehingga tidak akan menimbulkan penafsiran yang bermacam-macam serta bertujuan agar tulisan dan ruang lingkup penelitian uraiannya terbatas pada hal atau masalah yang akan diteliti.

Berdasarkan uraian tentang latar belakang masalah yang telah dikenakan diatas sekiranya, maka perlu dirumuskan masalah-masalah yang akan dibahas. Adapun perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah sistem bagi hasil produk simpanan wadiah pada bank syariah?

2. Bagaimanakah pembagian keuntungan dan kerugian sesudah diinvestasikan dalam sistem bagi hasil?

3. Bagaimanakah implikasi hukum atas keuntungan dan kerugian bagi nasabah dan bank sesudah diinvestasikan dalam sistem bagi hasil beserta cara penyelesaian terhadap sengketa yang mungkin timbul sehubungan dengan keuntungan dan kerugian tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan sudah pasti mempunyai tujuan yang jelas tentang apa yang hendak dicapai agar penelitian tersebut dapat membawa manfaat baik bagi penulis sendiri maupun bagi orang lain. Dalam penelitian kali ini, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mendeskripsikan dan mengetahui sistem bagi hasil produk simpanan wadiah pada bank syariah;

b. Untuk mendeskripsikan dan mengetahui pembagian keuntungan dan kerugian dalam produk simpanan wadiah pada bank syariah;

c. Untuk mendeskripsikan dan mengetahui implikasi hukum bagi nasabah dan bank atas keuntungan dan kerugian sesudah diinvestasikan dalam sistem bagi hasil beserta cara penyelesaian terhadap sengketa yang mungkin timbul sehubungan dengan keuntungan dan kerugian tersebut.

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk memperoleh data-data sebagai bahan penulisan hukum guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar kesarjanaan dalam bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta;

b. Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman penulis dalam bidang Hukum dan Masyarakat khususnya Hukum Perbankan Islam;

c. Untuk meningkatkan pemahaman tentang berbagai teori yang diperoleh penulis selama kuliah.

D. Manfaat Penelitian

Selain memiliki tujuan yang jelas, setiap penelitian juga tidak terlepas dari manfaat apa yang akan diperoleh dari penelitian kali ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan Ilmu Hukum pada umumnya, dan Hukum Perbankan Islam pada khususnya;

b. Hasil penelitian ini dapat menambah kelengkapan koleksi pustaka dan menjadi dasar pertimbangan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang sejenis.

2. Manfaat Praktis 2. Manfaat Praktis

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dapat menambah dan meningkatkan wawasan serta pengetahuan di bidang produk simpanan wadiah.

E. Metode Penelitian

Mengingat pentingnya metode penelitian dalam menemukan, menentukan dan menganalisis suatu masalah, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian normatif atau studi kepustakaan yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti data sekunder atau bahan-bahan pustaka yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Dalam penelitian ini penulis mencoba untuk mendiskripsikan sistem bagi hasil produk simpanan wadiah, pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan wadiah serta implikasi hukum dan cara penyelesaian sengketa yang mungkin timbul akibat keuntungan maupun kerugian tersebut.

2. Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian hukum ini adalah bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya. Maksudnya adalah untuk mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu di dalam memperkuat teori-teori lama, atau di dalam kerangka menyusun teori-teori baru (Soerjono Soekanto, 1986:10).

Dalam metode ini penulis berusaha untuk menggambarkan suatu keadaan, oleh karenanya penulis menggunakan metode ini agar dapat mendiskripsikan sistem bagi hasil produk simpanan wadiah, pembagian keuntungan dan kerugian produk simpanan wadiah serta implikasi hukum dan cara penyelesaian sengketa yang mungkin timbul akibat keuntungan maupun kerugian tersebut.

3. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian pada umumnya dibedakan antara data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari masyarakat dan dari studi kepustakaan, sedangkan data yang diperoleh dari bahan pustaka lainnya disebut dengan data sekunder (Soerjono Soekanto & Sri Mamuji, 2007: 12). Jenis data yang digunakan dalam penelitian hukum ini adalah data sekunder yaitu data-data pustaka yang mencakup dokumen-dokumen resmi. Buku-buku hasil penelitian yang berwujud laporan, dan sebagainya yang berkaitan dengan pokok bahasan yang dikaji penulis yakni sistem bagi hasil produk simpanan wadiah, pembagian keuntungan dan kerugian, dan implikasi hukum beserta cara penyelesaian sengketa yang mungkin timbul terkait dengan pembagian keuntungan maupun kerugian tersebut.

4. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder. Sumber data sekunder bersumber dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.

a. Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang isinya mempunyai kekuatan hukum mengikat, dalam hal ini adalah norma atau kaidah dasar peraturan perundang-undangan. Antara lain:

1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan;

2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan;

3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia;

4) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase;

5) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama;

6) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah;

7) Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/5/PBI/2005 tentang Mediasi Perbankan;

8) Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah;

9) Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/14/DPNP tentang Mediasi Perbankan.

b. Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder, yaitu buku-buku yang terkait dengan permasalahan yang penulis angkat yaitu mengenai sistem bagi hasil produk simpanan wadiah, pembagian keuntungan dan kerugian, dan implikasi hukum beserta cara penyelesaian sengketa yang mungkin timbul terkait dengan pembagian keuntungan maupun kerugian tersebut.

c. Bahan Hukum Tersier Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yakni bahan–bahan dari internet yang berkaitan dengan masalah yang diteliti yaitu mengenai sistem bagi hasil produk simpanan wadiah, pembagian keuntungan dan kerugian, dan implikasi hukum beserta cara penyelesaian sengketa yang mungkin timbul terkait dengan pembagian keuntungan maupun kerugian tersebut.

5. Tehnik Pengumpulan Data Teknik pengelolaan data adalah bagaimana caranya mengolah data yang berhasil dikumpulkan untuk memungkinkan penelitian bersangkutan melakukan 5. Tehnik Pengumpulan Data Teknik pengelolaan data adalah bagaimana caranya mengolah data yang berhasil dikumpulkan untuk memungkinkan penelitian bersangkutan melakukan

Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dengan cara membaca, mengkaji dan mempelajari isi dan mencatat data yang sesuai dari bahan pustaka baik berupa peraturan perundang-undangan, penetapan Pengadilan Agama, buku- buku maupun dari internet yang mempunyai kaitan dengan sistem bagi hasil produk simpanan wadiah, pembagian keuntungan dan kerugian, dan implikasi hukum beserta cara penyelesaian sengketa yang mungkin timbul terkait dengan pembagian keuntungan maupun kerugian tersebut.

6. Tehnik Analisis Data Pada penelitian hukum normatif, pengolahan data pada hakekatnya berarti

kegiatan untuk mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis tersebut, untuk memudahkan pekerjaan analisis dan konstruksi (Soerjono Soekanto, 1986: 251).

Penganalisisan data merupakan suatu tahap di dalam penelitian yang berupa pengolahan data yang telah diperoleh menjadi hasil penelitian yang berupa pengolahan data yang telah diperoleh menjadi hasil penelitian yang akan dilaporkan. Analisis data pada penelitian hukum normatif ini dilakukan dengan menggunakan metode penafsiran atau interpretasi yaitu salah satu metode penemuan hukum yang memberi penjelasan yang gamblang mengenai teks undang-undang agar ruang lingkup kaedah dapat ditetapkan sehubungan dengan peristiwa tertentu (Sudikno Mertokusumo dan A. Pitlo, 1993:13). Dalam penelitian hukum ini peneliti menggunakan metode penafsiran:

a. Penafsiran otentik yaitu penafsiran yang dilakukan secara resmi oleh undang- undang; a. Penafsiran otentik yaitu penafsiran yang dilakukan secara resmi oleh undang- undang;

c. Penafsiran sistematis yaitu penafsiran yang dilakukan dengan cara menafsirkan undang-undang sebagai bagian dari keseluruhan sistem perundang-undangan dengan jalan menghubungkannya dengan undang- undang lain;

d. Penafsiran teologis atau sosiologis yaitu penafsiran yang dilakukan apabila makna undang-undang ditetapkan berdasarkan tujuan kemasyarakatan.

Analisis data dengan menggunakan metode penafsiran bertujuan untuk memudahkan menganalisis data-data yang relevan dengan penelitian. Upaya untuk menganalisis data dilakukan melalui proses-proses yang tunduk pada aturan logika formal yang disebut sebagai silogisme deduksi. Silogisme deduksi maksudnya mendapatkan kesimpulan dari sesuatu yang bersifat umum dihubungkan dengan suatu hal yang bersifat khusus (Burhan Ashshofa,1996: 37).

F. Sistematika Penulisan Hukum

Sistematika penulisan hukum yang penulis gunakan dalam penelitian hukum ini adalah sebagai berikut: BAB I

: PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis mengemukakan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini memuat hal-hal yang mendasari dan melatar belakangi penulisan hukum ini. Maka pada bab ini akan dibahas mengenai tinjauan umum tentang pengertian dan fungsi bank, macam- macam usaha bank syariah, sistem pengelolaan dana pada bank BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini memuat hal-hal yang mendasari dan melatar belakangi penulisan hukum ini. Maka pada bab ini akan dibahas mengenai tinjauan umum tentang pengertian dan fungsi bank, macam- macam usaha bank syariah, sistem pengelolaan dana pada bank

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang permasalahan pokok yang dibahas penulis yakni:

1. Sistem bagi hasil produk simpanan wadiah pada bank syariah.

2. Pembagian keuntungan dan kerugian sesudah diinvestasikan dalam sistem bagi hasil.

3. Implikasi hukum atas keuntungan dan kerugian bagi nasabah dan bank sesudah diinvestasikan dalam sistem bagi hasil beserta cara penyelesaian terhadap sengketa yang mungkin timbul sehubungan dengan keuntungan dan kerugian tersebut.

BAB IV : PENUTUP Simpulan dari hasil analisis serta memberikan saran sebagai sumbangan pemikiran penulis dalam memecahkan persoalan mengenai bentuk penerapan sistem bagi hasil produk simpanan wadiah pada bank syariah dan pembagian keuntungan maupun kerugian beserta implikasi hukum yang timbul atas keuntungan maupun kerugian tersebut beserta cara penyelesaian terhadap sengketa yang mungkin timbul sehubungan dengan keuntungan dan kerugian tersebut.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum tentang Pengertian dan Fungsi Bank

a. Pengertian Bank

Dalam Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

Pengertian Adapun pengertian bank menurut Dahlan Siamat yaitu: “Badan usaha yang transaksinya berkaitan dengan uang, menerima simpanan deposito dari nasabah, menyediakan dana atas setiap penarikan, melakukan penagihan cek-cek atas perintah nasabah, memberikan kredit dan atau menanamkan kelebihan tersebut untuk pembayaran kembali” (Dahlan Siamat, 1992: 12).

Sedangkan menurut Kasmir menjelaskan bahwa bank adalah: “Suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai perusahaan-perusahaan dan lain-lain” (Kasmir, 2000: 8).

b. Fungsi Bank

Fungsi bank adalah (Kasmir, 2000: 11):

1) Bank sebagai penghimpun dana

Peran bank dalam pengertian ini adalah sebagai lembaga kepercayaan khususnya bagi masyarakat yang menyimpan dananya di bank dalam bentuk simpanan. Sedangkan pengertian simpanan adalah dana yang dipercayakan masyarakat kepada bank dalam bentuk giro, tabungan, deposito, atau bentuk lainnya yang dapat dipersamakan.

2) Bank sebagai pemberi kredit Peran bank dalam pengertian ini adalah menyalurkan dana. Baik yang dihimpun dari masyarakat (simpanan) maupun bukan (modal sendiri atau antar bank) untuk kebutuhan masyarakat yang sebagian besar disalurkan dalam bentuk kredit.

3) Bank sebagai lembaga perantara atau kepercayaan Peran bank sebagai lembaga perantara adalah dalam hal mempertemukan pihak yang mempunyai dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Transaksi pertukaran ini mungkin tidak terjadi dengan lancar apabila tidak melalui perantara bank. Hal ini karena pihak pemilik dana belum tentu mengetahui karakter dan mempercayai pihak yang membutuhkan dana. Dalam hal itu bank lebih percaya untuk menerima dana oleh pihak pemilik dana dibandingkan dengan pihak yang membutuhkan dana.

2. Tinjauan Umum tentang Bank Syariah

a. Pengertian Bank Syariah

Dalam Pasal 1 Angka 7 Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang dimaksud dengan bank syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

Menurut Warkum Sumitro, pengertian bank syariah yaitu:“Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa- jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang mengoperasinya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariat Islam” (Warkum Sumitro, 2004: 5).

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia pengertian bank syariah yaitu: “Bank syariah adalah bank yang berasaskan, antara lain pada asas kemitraan, keadilan, transparansi dan universal serta melakukan kegiatan usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah” (Ikatan Akuntan Indonesia, 2001: 1).

Bertitik tolak pada beberapa pengertian bank syariah di atas, pada dasarnya dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa bank syariah merupakan bank yang kegiatan usahanya berdasarkan “Prinsip Syariah”. Dalam Pasal 1 Angka

12 Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang dimaksud dengan Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.

b. Fungsi Bank Syariah

Fungsi bank syariah adalah (Warkum Sumitro, 1997: 65):