Sistem TT atau sistem Pembumi Pengaman (sistem PP)

3.12 Sistem TT atau sistem Pembumi Pengaman (sistem PP)

3.12.1 Umum

3.12.1.1 Sistem TT dilakukan dengan cara (lihat 3.5.5 dan Gambar 3.12-1):

a) membumikan titik netral sistem listrik di sumbernya; dan

b) membumikan BKT perlengkapan dan BKT instalasi listrik, sedemikian rupa sehingga apabila terjadi kegagalan insulasi tercegahlah bertahannya tegangan sentuh yang terlalu tinggi pada BKT tersebut karena terjadinya pemutusan suplai secara otomatis dengan bekerjanya gawai proteksi.

Jika titik netral sistem di sumbernya tidak ada, penghantar fase dari sumber dapat dibumikan. Namun hal ini tidak dianjurkan penggunaannya di Indonesia. CATATAN

Yang dimaksud dengan sumber adalah generator atau transformator.

3.12.1.2 Semua BKT yang secara kolektif diberi proteksi oleh suatu gawai proteksi yang sama, beserta penghantar proteksi, harus bersama-sama dihubungkan ke suatu elektrode pembumi bersama. Jika beberapa gawai proteksi digunakan secara seri, persyaratan tersebut berlaku secara terpisah bagi semua BKT yang diberi proteksi oleh masing-masing gawai proteksi.

CATATAN Pembumian tambahan dari PE pada instalasi dapat disediakan.

Gambar 3.12-1 Sistem TT dengan penghantar netral dan penghantar proteksi terpisah di sepanjang instalasi

3.12.1.3 Pembumi BKT perlengkapan/instalasi listrik secara listrik terpisah dari pembumi sistem listrik dengan menggunakan elektrode bumi tersendiri atau jaringan pipa air minum dari logam yang memenuhi syarat. Beberapa contoh sistem pembumian ini dapat dilihat pada Gambar 3.12-1.

CATATAN Jika pembumi BKT perlengkapan/instalasi listrik dihubungkan dengan pembumi sistem listrik melalui jaringan yang sama dari pipa air minum dari logam, maka sistem tersebut bukan sistem TT, tetapi merupakan sistem TN-S (lihat 3.13).

3.12.2 Persyaratan

3.12.2.1 Kondisi berikut ini harus dipenuhi :

RA x Ia ≤ 50 V

dengan :

RA adalah jumlah resistans elektrode bumi dan penghantar proteksi untuk BKT, dalam Ω.

Ia adalah arus listrik yang menyebabkan operasi otomatis dari gawai proteksi, dalam ampere.

Jika digunakan Gawai Proteksi Arus Sisa (GPAS), Ia adalah arus operasi sisa pengenal I Δn.

Untuk proteksi yang selektif (untuk keperluan diskriminasi), dapat digunakan GPAS jenis S (lihat SNI 04-6956.1-2003 dan IEC 61009) secara seri dengan GPAS jenis umum (lihat 3.15). Untuk memperoleh selektifitas (diskriminasi) dengan GPAS jenis S, waktu operasi yang tidak melampaui 1 detik diizinkan dalam sirkit distribusi.

Jika digunakan gawai proteksi arus lebih (GPAL), maka harus digunakan :

a) Gawai dengan karakteristik waktu terbalik (invers) yaitu sekering atau pemutus sirkit (misalnya MCB) dan Ia haruslah arus yang menyebabkan bekerjanya gawai proteksi dalam waktu 5 detik, atau

b) Gawai dengan karakteristik trip (bidas) sesaat dan Ia haruslah arus minimum yang menyebabkan trip (bidas) sesaat.

3.12.2.2 Jika kondisi pada 3.12.2.1 tidak terpenuhi, maka harus diterapkan ikatan penyama potensial suplemen sesuai dengan 3.7.2.2.

3.12.2.3 Dalam sistem TT, dikenal penggunaan gawai proteksi berikut ini :

a) GPAS (diharuskan);

b) GPAL, yang dapat berupa sekering atau pemutus sirkit.

CATATAN

a) GPAL hanya dapat diterapkan untuk proteksi dari sentuh tak langsung dalam sistem TT jika nilai R A sangat rendah (yang sangat sulit dipenuhi). Karena itu maka harus ditambah dengan GPAS.

b) Gawai proteksi yang beroperasi dengan tegangan gangguan dapat dipergunakan untuk penerapan khusus, jika gawai proteksi yang disebutkan di atas tidak dapat dipergunakan.

Kontak tusuk

c)

Gambar 3.12-2 Beberapa contoh tipikal sistem TT

3.12.2.4 Pada penyambungan perlengkapan listrik dengan kabel fleksibel harus dipilih kabel fleksibel yang berpenghantar proteksi (Gambar 3.12-3).

CATATAN Perlengkapan listrik yang telah memenuhi 3.8 dan 3.9 dapat dihubungkan pada sistem TT (PP) tanpa penghantar proteksi pada kabel fleksibelnya.

3.12.2.5 Luas penampang nominal penghantar proteksi harus sekurang-kurangnya memenuhi Tabel 3.16-1 (lihat 3.16).

3.12.2.6 Pada jaringan distribusi dan instalasi listrik konsumen yang memakai sistem TT, gabungan antara sistem TN dan TT dapat dibenarkan jika telah dipastikan bahwa gabungan tersebut tidak membahayakan konsumen dengan sistem TN.

3.12.2.7 Pada instalasi listrik konsumen, penghantar netral harus berinsulasi dan dilindungi dari gangguan mekanis.

Gambar 3.12-3 Contoh penyambungan BKT perlengkapan listrik melalui kontak tusuk

3.12.2.8 Sebelum digunakan, keefektifan instalasi sistem TT harus diuji menurut 3.21.

3.12.2.9 Pelaksanaan pemasangan instalasi pembumian harus sesuai dengan 3.19.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157