BAHAN DAN METODE

4.5. Intensitas Serangan Penyakit

  Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, didapatkan data rata-rata intensitas serangan penyakit tanaman kastuba pada pengamatan ke-2, ke-4 dan ke-6. Rata-rata intensitas serangan penyakit tanaman kastuba pada berbagai perlakuan lama penyungkupan dan dosis zat penghambat tumbuh disajikan dalam table dan grafik dibawah ini : Tabel 4. Perbandingan Intensitas Serangan Penyakit Tanaman Kastuba

  pada Berbagai Perlakuan

  Pengamatan ke- ()

  1 A0B0 (1) Kelas A

  2 A0B4 (1) Kelas E

  3 A1B4 (1) Kelas F

  4 A1B0 (1) Kelas J

  5 A2B2 (1) Kelas L

  6 A2B4 (1) Kelas N

  7 A2B0 (1) Kelas O

  Bedasarkan data tabel diatas, rata-rata intensitas serangan penyakit setiap pengamatannya mengalami peningkatan maupun penurunan . Pada perlakuan A2B2 (1) pada pengamatan ke-2 ke pengamatan ke-4 mengalami penurunan sebesar 15,625 yang merupakan penurunan terbesar, sedangkan pada pengamatan ke-4 ke pengamatan ke-6 juga mengalami penurunan sebesar 1,725. Pada perlakuan A0B0 (1) pada pengamatan ke-

  2 ke pengamatan ke-4 mengalami kenaikan sebesar 2,575, sedangkan pada pengamatan ke-4 ke pengamatan ke-6 mengalami penurunan sebesar 0,0975. Pada perlakuan A0B4 (1) pada pengamatan ke-2 ke pengamatan ke-4 mengalami kenaikan sebesar 3,63 sedangkan pada pengamatan ke-4 ke pengamatan ke-6 mengalami penurunan sebesar 9,45. Pada perlakuan A1B4 (1) pada pengamatan ke-2 ke pengamatan ke-4 mengalami penurunan sebesar 0,42 begitu juga dengan pengamatan ke-4 ke pengamatan ke-6 mengalami penurunan sebesar 4,63. Pada perlakuan A1B0 (1) pada 2 ke pengamatan ke-4 mengalami kenaikan sebesar 2,575, sedangkan pada pengamatan ke-4 ke pengamatan ke-6 mengalami penurunan sebesar 0,0975. Pada perlakuan A0B4 (1) pada pengamatan ke-2 ke pengamatan ke-4 mengalami kenaikan sebesar 3,63 sedangkan pada pengamatan ke-4 ke pengamatan ke-6 mengalami penurunan sebesar 9,45. Pada perlakuan A1B4 (1) pada pengamatan ke-2 ke pengamatan ke-4 mengalami penurunan sebesar 0,42 begitu juga dengan pengamatan ke-4 ke pengamatan ke-6 mengalami penurunan sebesar 4,63. Pada perlakuan A1B0 (1) pada

  

  Intensitas Serangan Penyakit ()

  A0B0 (1)

  A0B4 (1)

  A1B4 (1)

  A1B0 (1)

  A2B2 (1)

  A2B4 (1)

  A2B0 (1)

  Gambar 12. Grafik Intensitas Serangan Penyakit Tanaman Kastuba pada

  Berbagai Perlakuan

  Berdasarkan data grafik diatas, intensitas serangan penyakit tanaman kastuba mengalami kenaikan maupun penurunan pada setiap pengamatan yang dilakukan pada pengamatan ke-2, ke-4 dan ke-6. Namun, yang terparah ada pada pengamatan ke-2 dari perlakuan A2B2 (1) yaitu mencapai 27,5. Sedangkan yang terdendah ada pada pengamatan ke-2 dari perlakuan A2B0 (1) yang hanya sebesar 2,2. Penyakit yang menyerang tanaman kastuba di lahan Jatimulyo umumnya adalah penyakit kudis. Menurut Redaksi AgroMedia (2007), gejala yang tampak pada penyakit ini adalah mula-mula pada daun akan muncul bercak bulat kecil yang bisa mencapai ukuran 1,25

  cm. Warna bercak tersebut adalah kuning kecoklatan. Daun yang sakit tersebut nantinya akan gugur. Spora cendawan penyebab penyakit kudis ini dapat menyebar melalui percikan air saat melakukan penyiraman dan media tanam yang terlalu lembab sehingga mendukung pertumbuhan jamur. Selain itu, naiknya intensitas serangan penyakit pada pengamatan ke-2 ke pengamatan ke-4 dapat disebabkan oleh aplikasi pupuk Gandasil-D yang salah yaitu ketika pupuk yang diberikan terlalu banyak. Hal ini didukung oleh pernyataan Lingga dan Marsono (2005), penggunaan pupuk daun yang berlebih akan menyebabkan gejala daun-daun seperti terbakar dan layu, kering dan akhirnya gugur. Penurunan jumlah penyakit pada tanaman kastuba pada pengamatan ke-4 ke pengamatan ke-6 karena dilakukan pengendalian dengan cara memangkas daunyang terkena penyakit agar tidak menyerang daun yang sehat. Berikut adalah dokumentasi penyakit kudis pada kastuba :

  A B

  Gambar 13. (A). Gejala Penyakit Kudis Kastuba, dokumentasi pribadi, (B).

  Gejala Penyakit Kudis Kastuba (Redaksi AgroMedia, 2007)

4.6. Presentase Tumbuh

  Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, didapatkan data presentase tumbuh tanaman kastuba pada pengamatan ke-2, ke-4 dan ke-6. Presentase tumbuh tanaman kastuba pada berbagai perlakuan lama penyungkupan dan dosis zat penghambat tumbuh disajikan dalam table dan grafik dibawah ini :

  Tabel 5. Perbandingan Presentase Tumbuh Tanaman Kastuba pada

  Berbagai Perlakuan

  Pengamatan ke- ()

  1 A0B0 (1)

  Kelas A

  2 A0B4 (1)

  Kelas E

  3 A1B4 (1)

  Kelas F

  4 A1B0 (1)

  Kelas J

  5 A2B2 (1)

  Kelas L

  6 A2B4 (1)

  Kelas N

  7 A2B0 (1)

  Kelas O

  Berdasarkan tabel diatas, presentase tumbuh tanaman kastuba cenderung mengalami penurunan pada pengamatan ke-4 dan pengamatan ke-6. Namun, pada perlakuan A2B2 (1) dan A2B0 (1), presentasi tumbuh tanaman kastuba tetap stabil yaitu, 100 hingga pengamatan ke-6., sedangkan perlakuan A2B4 (1) merupakan perlakuan yang setiap pengamatannya presentase tumbuh terus menurun.

  Pada perlakuan A0B0 (1) presentase tumbuh mengalami penurunan menjadi 75 pada pengamatan ke-6. Selanjutnya, pada perlakuan A1B0(1) presentase tumbuh sudah mengalami penurunan menjadi 75 sejak pengamatan ke-2 dan stabil hingga pengamatan ke-6. Pada pelakuan A0B4 (1), presentase tumbuh pada pengamatan ke-2 sudah menurun menjadi 75 kemudian pada pengamatan ke-4 kembali mengalami penurunan menjadi

  50 dan stabil hingga pengamatan ke-6. Pada perlakuan A1B4 (1), pada pengamatan ke-2 presentase hidup 100, pada pengamatan ke-4 mengalami penurunan menjadi 75 dan stabil hingga pengamatan ke-6.

  Presentase Tumbuh ()

  A0B0 (1)

  A0B4 (1)

  A1B4 (1)

  A1B0 (1)

  A2B2 (1)

  A2B4 (1)

  Gambar 14. Perbandingan Presentase Tumbuh Tanaman Kastuba pada

  Berbagai Perlakuan Berdasarkan data pada grafik diatas dapat dilihat bahwa, tanaman dengan perlakuan A0B4 (1), A2B2 (1) dan A2B0 (1) memiliki presentase tumbuh yang stabil yaitu 100, sedangkan pada perlakuan yang presentase tumbuhnya terus menurun dari setiap pengamatan tersebut adalah perlakuan A2B2 (1) dan pada perlakuan lain cenderung stabil mulai pengamatan ke-4 hingga ke-6. Presentase tumbuh yang terus berkurang ini disebabkan karena tanaman mengalami kematian akibat terjadi busuk batang. Jamur yang menyebabkan penyakit dapat berkembang dengan baik karena menyukai lingkungan yang memiliki kelembaban tinggi (Redaksi AgroMedia,2007).

4.7. Keragaman Athropoda

  Tabel 6. Tabel Keragaman Athropoda pada Komoditas Kastuba

  No Spesies

  Foto

  Peran

  Nama Lokal: Kutu putih

  Hama

  Nama Ilmiah: Bemisia arentifolii

  No Spesies

  Foto

  Peran

  (Redaksi AgroMedia,2007)

  Nama Lokal: Belalang

  Hama

  Nama Ilmiah: Oxya chinensis

  (BPTP Lampung, 2014)

  Nama Lokal: Laba-laba

  Musuh alami

  Nama Ilmiah: Lycosa sp.

  (BPPSDMP, 2016)

  No Spesies

  Foto

  Peran

  Nama Lokal:

  Kumbang Biru

  Serangga lain

  Nama Ilmiah: Curinus coeruleus

  (Khair, 2016)

  Nama Lokal: Jangkrik 5 Nama Ilmiah:

  Serangga lain

  Gryllus asimilis

  (Khair, 2016)

  Pada keragaman athropoda terdapat kutu putih. Hama ini mengeluarkan cairan madu yang dapat menjadi media bagi tumbuhnya cendawan embun jelaga serta serangganya dapat mematikan tanaman (Redaksi AgroMedia,2007). Selain itu, terdapat juga belalang yang merupakan hama bersifat polifag dan musuh alaminya dari kelas arachnida yaitu laba-laba. Semua laba-laba adalah predator yang memangsa berbagai serangga (Purnomo,2010). Terdapat serangga lain seperti jangkrik dan kumbang biru yang tidak menyerang tanaman kastuba.