Alhamdulillah LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ke
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN KOMODITAS KASTUBA (Euphorbia pulcherrima)
Disusun Oleh:
Ulfa Ni’mati Sa’adah
Tsarwah As Sausan
Hanna Nurul Chrismin
Kelas: L Kelompok: Kastuba
Asisten Kelas: A. Zaid Nurudin Asisten Lapang: Tauffani Titisari
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016
LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN
Komoditas Kastuba ( Euphorbia pulcherrima)
Kelompok : Kastuba Kelas : L
Disetujui Oleh :
Asisten Kelas,
Asisten Lapang,
A.Zaid Nurudin
Tauffani Titisari
NIM. 145040201111025
NIM. 135040201111387
RINGKASAN
Kastuba (Euphorbia pulcherrima ) merupakan salah satu tanaman
hias yang memiliki potensi dalam bidang agribisnis, karena kastuba memiliki nilai ekonomis tinggi yaitu sebesar Rp 50.000-70.000 per pot. Agar dapat meningkatkan nilai ekonomisnya, perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan tanaman kastuba dengan pertumbuhan dan perkembangan braktea yang optimum, sebagai bagian yang di nikmati keindahannya pada tanaman kastuba. Praktikum dilakukan di Lahan Percobaan milik Fakultas Petanian Universitas Brawijaya yang berada di Desa Jatimulyo dan di screenhouse FP UB mulai tanggal 19 September 2016 sampai 28 Nopember 2016. Pada praktikum ini, variabel perlakuan yang digunakan dalam penanaman kastuba adalah dengan menggunakan Zat Penghambat Tumbuh berupa paklobutrazol dan penyungkupan. Terdapat 4 perlakuan yang dibahas dalam laporan ini yaitu, A0B0 (1) dengan lama penyungkupan 14 jam dan tanpa menggunakan Zat Penghambat Tumbuh, A0B4 (1) dengan lama penyungkupan 14 jam dan menggunakan Zat Penghambat Tumbuh dengan konsentrasi 2500 ppm, A1B4 (1) dengan lama penyungkupan 15 jam dan menggunakan Zat Penghambat Tumbuh dengan konsentrasi 2500 ppm, A1B0 (1) dengan lama penyungkupan 14 jam dan tanpa menggunakan Zat Penghambat Tumbuh, A2B2 (1) dengan lama penyungkupan 16 jam dan menggunakan Zat Penghambat Tumbuh dengan konsentrasi 1500 ppm, A2B4 (1) dengan lama penyungkupan 16 jam dan menggunakan Zat Penghambat Tumbuh dengan konsentrasi 2500 ppm, A2B0 (1) dengan lama penyungkupan 16 jam dan tanpa menggunakan Zat Penghambat Tumbuh. Pengamatan yang dilakukan meliputi : tinggi tanaman, jumlah daun, panjang braktea, presentase braktea yang merah sempurna, pengamatan hama dan musuh alami, serta pengamatan intensitas serangan penyakit. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil yang paling optimum terdapat pada perlakuan A0B0 (1) yaitu, dengan perlakuan
14 jam lama penyungkupan dan tanpa pemberian paklobutrazol dengan jumlah braktea sebanyak 4 dan presentase rata-rata braktea 100.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan akhir praktikum yang berjudul ”Teknologi Produksi Tanaman Komoditas Kastuba (Euphorbia pulcherrima) ”. Tidak lupa ucapan terima kasih disampaikan kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan moriil dan materi sehingga dapat terselesainya pembuatan laporan akhir praktikum ini.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan ini, oleh sebab itu penulis sangat menerima kritik dan saran demi kebaikan bersama. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.
Malang, 6 Desember 2016
Penulis
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Koleksi plasma nutfah yang ada di Indonesia memiliki potensi untuk dijadikan tanaman hias yang selanjutnya mampu meningkatkan usaha agribisnis dan devisa negara (Balai Penelitian Tanaman Hias, 2007). Berdasarkan data statistik dari Direktorat Jendral Hortikultura (2012), ekspor tanaman hias ke beberapa negara di Asia, Eropa, dan Amerika mencapai nilai 13,2 juta dolar AS pada tahun 2011. Permintaan pasar lokal maupun internasional akan tanaman hias endemik Indonesia kian meningkat seiring dengan keunikan dan keindahan yang semakin dihasilkan dari adanya optimalisasi penggunaan teknologi produksi tanaman hias.
Salah satu tanaman hias yang bernilai ekonomi tinggi dan memiliki prospek adalah Kastuba (Euphorbia pulcherrima Willd. Et Klotzsch). Kastuba merupakan salah satu foliage plant dengan keunikan dari perkembangan kastuba itu sendiri yang semula daunnya berwarna hijau kemudian berubah menjadi merah, kuning, atau putih dengan perlakuan tertentu. Kastuba merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko dengan iklim subtropis, namun demikian kastuba telah tersebar luas di Indonesia dan didapati warna daun yang lebih cerah ketika ia ditanam di tempat dengan ketinggian < 700 mdpl, sehingga kondisi tersebut sangat sesuai dengan kondisi lingkungan di Indonesia (Sinaga, 2010).
Deskripsi morfologi dari tanaman ini adalah daun tunggal dengan letak tersebar yang berbentuk ovatus (bulat telur) sampai oblongus (lonjong) dengan panjang rata-rata 7-15 cm dan lebar 2,5-6 cm. Ujung dan pangkal daunnya meruncing serta tulang daunnya menyirip. Salah satu perlakuan yang diterapkan pada tanaman ini untuk merangsang perubahan warna pada daunnya adalah blackout treatment yang biasa disebut dengan penyungkupan, yang akan dijelaskan lebih lanjut pada laporan akhir ini. Selain dinikmati keindahannya, tanaman ini juga dapat dimanfaatkan untuk menyembuhkan luka melalui getah yang dikeluarkannya (Sinaga, 2010).
Namun terdapat permasalahan dalam agribisnis komoditas tanaman hias, yang disebabkan karena prefensi konsumen yang cepat sekali berubah. Sehingga harga tanaman hias dipasaran yang semula sangat tinggi, tetapi ketika prefensi konsumen berubah maka nilai jualnya akan jatuh. Hal ini yang terkadang sulit diprediksi baik oleh petani maupun pedagang. Hal ini bisa diatasi dengan terus mengoptimalkan teknologi produksi tanaman kastuba seperti blackout treatment agar didapati warna daun yang cerah dan tegas, serta mengadakan program pemuliaan terhadap tanaman kastuba, sehingga kastuba tetap memiliki daya tarik terhadap konsumen.
Tanaman kastuba memiliki potensi ekonomi yang cukup menjanjikan dan memiliki perlakuan yang khusus, oleh karena itu praktikum Teknologi Produksi Tanaman kastuba ini menjadi penting untuk dilakukan dan dipahami oleh praktikan, agar mampu menghasilkan tanaman kastuba yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan menerapkan teknologi-teknologi produksinya.
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum Teknologi Produksi Tanaman kastuba ini adalah agar praktikan memahami bagaimana cara budidaya tanaman kastuba dengan menerapkan teknologi produksinya agar didapatkan hasil yang sesuai dengan permintaan pasar. Selain itu, praktikan juga akan mengetahui produktivitas terbaik dari masing-masing perlakuan lama penyungkupan dan pemberian zat penghambat tumbuh terhadap produksi kastuba sehingga dapat diketahui perlakuan yang paling sesuai untuk perkembangannya.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perkembangan dan Produksi Tanaman Kastuba di Indonesia
Tanaman Kastuba
Poinsettia atau di Indonesia dikenal dengan kastuba (Euphorbia pulcherrima Willd. Ex Klotzch) berasal dari daerah semitropik Meksiko. Euphorbia pulcherrima Willd. Ex Klotzch) termasuk ke dalam Genus Euphorbia, famili Euphorbiaceae. Genus Euphorbia merupakan genus yang memiliki jumlah spesies sangat banyak. yaitu sekitar 700 hingga 1000 spesies (Hartley dalam Sukma, 2006).
Masyarakat Indonesia mulai mengenal kastuba pada dekade 1990-an. Saat itu, baru ditanaman beberapa kultivar kastuba yang umumnya berwarna merah. Pada tahun 1995 pemanfaatan kastuba mulai terlihat banyak, terutama sebagai pelengkap dekorasi hotel, gereja, dan pusat perbelanjaaan saat perayaan Natal. Kastuba mulai dijual secara eceran pada tahun 1997 di beberapa supermarket dan gerai tanaman hias. Sejak tahun 2000, kastuba juga digunakan untuk dekorasi saat perayaan hari ulang tahun kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus. Di Indonesia budidaya kastuba dilakukan oleh nursery yang memiliki green house yang umumnya produsen bunga potong. Ketersedian sarana berupa green house merupakan syarat dalam budidaya kastuba di Indonesia khusus ditujukan sebagai bunga pot dan belum ada nursery yang membudidayakan sebagai bunga potong seperti di luar negeri. (Lingga,2006).
Saat ini, di Indonesia kastuba merupakan salah satu jenis tanaman hias pot yang banyak digemari dan benilai ekonomi tinggi. Pada musim perayaan Natal, permintaan terhadap tanaman ini meningkat dan harga tanaman per pot dapat mencapai Rp 50.000-70.000 (Prianggoro,2011). Prospek usaha tanaman hias pot kastuba cukup cerah mengingat potensi pemasaran yang sangat luas di Indonesia dan juga untuk ekspor ke luar negeri. Banyak perusahaan tanaman hias yang mulai mengusahakan tanaman ini seperti PT Bina Usaha Flora dan PT Saung Mirwan. PT Saung Mirwan yang dulu Saat ini, di Indonesia kastuba merupakan salah satu jenis tanaman hias pot yang banyak digemari dan benilai ekonomi tinggi. Pada musim perayaan Natal, permintaan terhadap tanaman ini meningkat dan harga tanaman per pot dapat mencapai Rp 50.000-70.000 (Prianggoro,2011). Prospek usaha tanaman hias pot kastuba cukup cerah mengingat potensi pemasaran yang sangat luas di Indonesia dan juga untuk ekspor ke luar negeri. Banyak perusahaan tanaman hias yang mulai mengusahakan tanaman ini seperti PT Bina Usaha Flora dan PT Saung Mirwan. PT Saung Mirwan yang dulu
2.2. Tanaman Kastuba
Kastuba memiliki nama Latin Euphorbia pulcherrima R. Grah. Di Indonesia, tanaman ini telah lama dikenal, baik sebagai tanaman liar maupun dibudidayakan sebagai tanaman hias. Beberapa nama daerah untuk tanaman sukulen yang berasal dari Meksiko ini, diantaranya Kastuba, Ki Geulis (Sunda), Kedapa (Bali), Godong Racun (Jawa), serta Denok dan Bengala (Sumatera). Orang Eropa dan Amerika mengenal Kastuba sebagai Chistmas tree. Di Cina namanya adalah Ye Xiang Hua (Lingga,2006).
2.2.1 Klasifikasi Kastuba
Kastuba memiliki kalsifikasi sebagai Kingdom Plantae, Divisi Tracheobionta, Subdivisi Spermatophyta, Kelas Dikotiledoneae, Ordo Euphorbiales, Famili Euphorbiaceae, Genus Euphorbia, Spesies Euphorbia pulcherrima Wild. Et. Klotzsh (Lingga, 2006).
2.2.2 Karakteristik Kastuba
Gambar 1. Tanaman Kastuba (Lingga,2006)
Karakteristik kastuba menurut Lingga (2006), merupakan perdu yang tinggi dapat mencapai 3 meter dan membentuk tajuk berdiameter sekitar 2 meter. Tanaman ini berdaun tunggal berbentuk elips hingga bulat telur dengan tangkai yang kerap kali ditemukannya 2-4 lekukan. Ujung daun lancip
dengan susunan tulang daun menyirip. Kastuba berbunga majemuk berbentuk cawan dengan sususnan khusus yang disebut dengan Cyathium atau Cyathia. Bunga ini keluar di ujung percabangan tunas. Di setiap cyathium (kumpulan cyathia) terdapat daun pelindung (bract) berbentuk seperti daun sejati yang berwarna merah, putih, atau warna lain sesuai dengan varietasnya. Kastuba liar memiliki bract berwarna merah sebagai ciri khusus yang mudah dikenali. Bunga kastuba berumah satu, berwarna kuning, tidak mudah rontok hingga beberapa minggu lamanya, tetapi benang sari mudah rontok, bunga betina berada di antara bunga jantan tanpa kelopak atau mahkota, tetapi hanya dikelilingi oleh bunga semu (cyathium). Bakal buah berada di dasar cyathium dengan jumlah sebanyak 1-4 bakal buah. Penyerbukan alami dibantu oleh serangga, tetapi jarang terjadi pembuahan secara sempurna. Dengan demikian, hampir tidak pernah dijumpai adanya biji. Biji kastuba biasanya muncul sebagai hasil penyerbukan oleh manusia dengan tujuan untuk hibridisasi.
2.2.3 Stadia Pertumbuhan Kastuba
Menurut Sholekhudin (2006), tanaman kastuba dalam pertumbuhannya terdapat dua fase yakni fase vegetatif dan fase generatif. Pada saat masih dalam fase vegetatif (fase sejak masa tanam hingga menjelang tumbuh bunga), daun kastuba masih berwarna hijau. Secara sekilas, ketiga jenis varietasnya (kastuba merah, pink, dan putih) sulit dibedakan karena daunnya sama-sama hijau. Setelah memasuki fase generatif (fase ketika bunga sudah muncul), warna daun baru bisa keluar. Pada masa ini, ketiga jenis varietas sudah bisa dibedakan dengan jelas. Agar warna daun bisa muncul optimal, kastuba butuh disungkup terlebih dahulu. Sebelum disungkup, tinggi batang dan bentuk tanaman biasanya sudah dibentuk dulu pada masa vegetatif.
Setelah usia tiga bulan, kastuba siap diperam. Seluruh tanaman disungkup dengan plastik hitam pekat yang tidak tembus cahaya. Penyungkupan biasanya dilakukan mulai pukul empat sore hingga pukul delapan pagi, atau sekitar enam belas jam dalam sehari. Di luar jam itu, Setelah usia tiga bulan, kastuba siap diperam. Seluruh tanaman disungkup dengan plastik hitam pekat yang tidak tembus cahaya. Penyungkupan biasanya dilakukan mulai pukul empat sore hingga pukul delapan pagi, atau sekitar enam belas jam dalam sehari. Di luar jam itu,
2.3. Budidaya Tanaman Kastuba
Kastuba merupakan salah satu tanaman hias yang bernilai ekonomi tinggi dan merupakan salah satu foliage plant yang dapat dibudidayakan dengan cara stek dan kultur jaringan. Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam budidaya kastuba.
2.3.1 Syarat Tumbuh
Untuk syarat tumbuh kastuba menurut Hartley (1992), suhu optimum bagi pertumbuhan dan perkembangan kastuba adalah 15-26ºC, dimana suhu malam mencapai 18ºC dan suhu siang mencapai 26ºC. Kisaran suhu di luar suhu tersebut dapat menyebabkan pertumbuhan berlangsung lambat atau terjadi kerusakan pada pertumbuhan vegetatif. Jika suhu malam lebih dari 22-23ºC, maka akan merusakatau menghambat inisiasi dan perkembangan bunga kastuba.
2.3.2 Perbanyakan Kastuba
Kastuba diperbanyak dengan cara stek pucuk (soft wood tip cutting). Pucuk yang digunakan untuk perbanyakan diperoleh dari tanaman induk (mother plant) yang sengaja ditanam untuk menghasilkan pertumbuhan vegetatif dan dihambat agar tidak berkembang ke fase generatif. Keberhasilan dalam perbanyakan tanaman ini dapat dinilai dari persentase hidup bibit (rooted cutting), keseragaman, dan kualitas tanaman. Ketiga acuan tersebut dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, teknik propagasi (pengakaran) yang dipilih, sifat kultivar yang ditumbuhkan, serta faktor pedukung lain, seperti hama dan penyakit, pascapanen, serta kondisi Kastuba diperbanyak dengan cara stek pucuk (soft wood tip cutting). Pucuk yang digunakan untuk perbanyakan diperoleh dari tanaman induk (mother plant) yang sengaja ditanam untuk menghasilkan pertumbuhan vegetatif dan dihambat agar tidak berkembang ke fase generatif. Keberhasilan dalam perbanyakan tanaman ini dapat dinilai dari persentase hidup bibit (rooted cutting), keseragaman, dan kualitas tanaman. Ketiga acuan tersebut dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, teknik propagasi (pengakaran) yang dipilih, sifat kultivar yang ditumbuhkan, serta faktor pedukung lain, seperti hama dan penyakit, pascapanen, serta kondisi
a. Media Tanam
Media tanam yang baik untuk kastuba menurut Lingga (2006), adalah media tanam kastuba harus bebas dari hama, patogen penyebab penyakit, gulma, dan bahan beracun. Oleh karena itu, sebelum digunakan media harus disterilkan dengan perlakuan pengemasan atau pengasapan. Namun, lebih efektif jika media disterilkan secara kimia dengan sterilant (Basamid, Hasamid, dan Metil bromida), pengaplikasian dilakukan 2-3 minggu sebelum media digunakan agar residu tidak merusak tanaman.
Komposisi media yang bisa digunakan diantaranya campuran cocopeat dan arang sekam (3:1), campuran cocopeat, aquapeat, dan arang sekam (2:1:1), campuran peat moss dan arang sekam (2:1), campuran aquapeat, perlite, dan arang sekam (3:1:1), dan campuran spaghnum peat moss, vermiculite, dan perlite (1:1:1). Media tersebut sebaiknya juga dicampur dengan pupuk superfosfat 0-46-0 dengan dosis 1 sendok makan per 5 liter media. Setelah bibit ditanam, permukaan media juga ditaburi dengan pupuk slow release untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman dalam jangka panjang
b. Pot
Menurut Lingga (2006), kastuba memang lebih cocok ditanam di dalam pot. Pucuk-pucuk tanaman yang rimbun akan terlihat sangat kompak jika menyatu dalam sebuah pot. Pot untuk kastuba umumnya pot plastik. Ukuran pot yang digunakan disesuaikan dengan tinggi tanaman yang diinginkan. Tinggi tanaman yang diinginkan ini dipengaruhi oleh kultivar dan penggunaan retardant atau zat penghambat tumbuh.
Kastuba ukuran sedang biasanya ditanam dalam pot berdiameter 12,5-15 cm. Sementara kastuba ukuran besar bisa ditanam didalam pot Kastuba ukuran sedang biasanya ditanam dalam pot berdiameter 12,5-15 cm. Sementara kastuba ukuran besar bisa ditanam didalam pot
c. Pemupukan
Pemupukan pada tanaman kastuba idealnya dilakukan pada fase vegetatif tanaman, sama seperti tanaman hias pada umumnya. Tanaman perlu diberi pupuk secara berkala agar pertumbuhannya optimal. Berbeda dengan perawatan tanaman hias pada umumnya, pemupukan pertama yang dilakukan pada saat tanam tidak menggunakan pupuk NPK 10-10-10, tetapi menggunakan pupuk NPK 20-20-20, dengan cara melarutkan pupuk ke dalam air kemudian disemprotkan ke tanaman (Lingga, 2006). Dosis larutannya dua sendok makan pupuk per 14 liter air. Sejumlah larutan tersebut cukup untuk memupuk 100 pot kastuba. Pemupukan pertama dilakukan setelah tanaman beradaptasi dan mulai memunculkan tunas baru. Pemupukan kedua dengan umur tanaman 21 hari dilakukan dengan pupuk NPK
(KNO 3 ) dengan dosis 5 grbatang. Pemupukan selanjutnya bisa dilakukan 3-4 hari sekali. Setelah berbunga tanaman tidak perlu diberi pupuk lagi karena hanya akan membuat warna braktea cepat berubah kembali menjadi hijau (Redaksi AgroMedia, 2007).
d. Penyiraman
Penyiraman untuk tanaman kastuba cukup dilakukan 2 kali seminggu dengan metode irigasi tetes, manual, sprinkle, maupun perendaman. Namun metode yang dilakukan juga dapat dipertimbangkan dengan jenis media tanamnya karena berhubungan Penyiraman untuk tanaman kastuba cukup dilakukan 2 kali seminggu dengan metode irigasi tetes, manual, sprinkle, maupun perendaman. Namun metode yang dilakukan juga dapat dipertimbangkan dengan jenis media tanamnya karena berhubungan
e. Pemangkasan
Pemangkasan diperlukan untuk memacu pertumbuhan cabang sehingga tajuknya menjadi rimbun. Pemangkasan pertama dilakukan pada tunas yang pertama muncul, yang kemudian menyebabkan munculnya beberapa tunas baru. Apabila hal tersebut berlanjut, maka akan terbentuk percabangan yang rimbun. Kemudian setelah 1 bulan pemangkasan, tanaman kastuba perlu diberi retardan. Retardan itu adalah senyawa yang dapat menghambat sintesis asam giberelin pada tanaman sehingga ukuran organ tanaman menjadi kerdil tetapi tidak menghambat laju pertumbuhan tanaman. Pemberian retardan dilakukan pada saat cuaca mendung, karena apabila cuaca tidak mendung, pertumbuhan kastuba masih dapat optimal (Redaksi AgroMedia, 2007).
2.3.3 Teknik Budidaya Kastuba
Berikut adaalah tips yang bisa dilakukan agar warna tanaman kastuba kembali cerah menurut Redaksi AgroMedia ( 2007).
1. Pangkas batang kastuba hingga tersisa 10-15 cm atau 3-4 daun. Jika
kita menginginkan pembungaan pada bulan Desember, maka pemangkasan bisa dilakukan di bulan Maret atau paling lambat Juli.
2. Setelah dipangkas, pindahkan tanaman ke pot yang besar, misalnya
dengan diameter 15-20 cm. Media tanam yang digunakan sama dengan media sebelumnya.
3. Pada 2-3 minggu pertama letakkan tanaman ditempat ternaungi
untuk proses adaptasi. Selanjutnya letakkan tanaman ditempat yang terkena cahaya matahari. Saat malam letakkan tanaman didekat untuk proses adaptasi. Selanjutnya letakkan tanaman ditempat yang terkena cahaya matahari. Saat malam letakkan tanaman didekat
4. Setiap seminggu sekali putar posisi untuk memastikan semua bagian
tanaman mendapat penyinaran merata.
5. Suhu pada siang hari berkisar 22-24 o C dan pada malam hari kurang
dari 22 o C.
6. Jaga media tanam dalam keadaan lembab, siram tanaman bila mulai
mengering, tetapi pastikan tidak ada air yang menggenang.
7. Setiap 2-3 minggu sekali, siram tanaman dengan air yang dicampur
pupuk NPK 20-20-20. Selain itu seminggu sekali semprot dengan retardan 1 mlpot.
8. Setelah tunas baru tumbuh menjadi batang sehat, rompes batang
dan menyisakan 1,5 cm. hal itu diperlukan untuk memacu tumbuhnya percabangan. Selain itu, pastikan ada satu daun yang tersisa untuk mendukung pertunasan. Lakukan sampai terbentuk 3-12 cabang yang nantinya menumbuhkan
9. Sungkup tanaman kastuba dengan kain atau kertas karton hitam,
sejak pukul 17.00 sampai pukul 09.00 keesokan harinya. Pada siang hari, letakkan tanaman di tempat terbuka agar tetap mendapat sinar matahari dan sirkulasi udara yang baik. Perlakuan ini bisa mulai dilakukan sejak akhir September atau awal Oktober agar pada pertengahan Desember kastuba sudah kembali memunculkan pucuk- pucuk daun yang berwarna merah.
2.3.4 Hama Tanaman Kastuba
Tanaman hias ini juga dapat terserang hama dan penyakit yang mengakibatkan tanaman layu atau warna pada daun menjadi lebih pucat. Berikut adalah hama-hama yang biasanya menyerang tanaman kastuba menurut Redaksi AgroMedia (2007), Tanaman hias ini juga dapat terserang hama dan penyakit yang mengakibatkan tanaman layu atau warna pada daun menjadi lebih pucat. Berikut adalah hama-hama yang biasanya menyerang tanaman kastuba menurut Redaksi AgroMedia (2007),
Gambar 2. Hama Kutu Putih (Redaksi AgroMedia, 2007)
Kutu Putih (whitefly) sangat umum ditemukan pada tanaman hias. Pada kastuba ada 2 macam kutu putih, yakni greenhouse whitefly (Trialeurodes vaporarium) dan silverleaf whitefly (Bemisia arentifolii). Hama ini mengeluarkan cairan madu yang dapat menjadi media bagi tumbuhnya cendawan embun jelaga serta seraganya dapat mematikan tanaman. Pengendalian hama ini dilakukan dengan penyemprotan insektisida nabati maupun kimia.
b. Fungus Gnat
Gambar 3. Larva Fungus Gnat (Dlan, 2014)
Fungus Gnat (Braydesia spp.) berbentuk seperti lalat buah dengan ukuran 3 mm serta memiliki kaki panjang yang memudahkannya untuk loncat daru satu tanaman ke tanaman lain. Larva fungus gnat yang hidup pada media tanam dapat merusak tanaman karena memakan jaringan akarnya sehingga tanaman akan layu. Pengendalian hama Fungus Gnat (Braydesia spp.) berbentuk seperti lalat buah dengan ukuran 3 mm serta memiliki kaki panjang yang memudahkannya untuk loncat daru satu tanaman ke tanaman lain. Larva fungus gnat yang hidup pada media tanam dapat merusak tanaman karena memakan jaringan akarnya sehingga tanaman akan layu. Pengendalian hama
c. Spider Mites
Gambar 4. Hama Spider Mites (Direktorat Jendral Hortikultura, 2012)
Spider mites yang umum menyerag kastuba adalah Tetranychus urticae yang termasuk golongan Arthropoda yang berukuran hanya 5 mm. Hama ini umumya ada di bawah permukaan daun meghisap cairan daun. Akibatnya helai daun tampak pucat dan luka bekas tusukannya dapat meluas. Pengendalian untuk hama ini adalah dengan menyemprotkan pestisida.
d. Thrips
Gambar 5. Imago Thrips (Direktorat Jendral Hortikultura, 2012)
Kastuba sebenarnya bukan inang thrips. Namun, hama ini banyak terdapat pada greenhouse. Jika hanya ada kastuba pada greenhouse, maka thrips akan menyerang tanaman kastuba. Pengendalian untuk hama ini adalah dengan menyemprotkan pestisida.
2.3.5 Penyakit Tanaman Kastuba
Berikut adalah penyakit yang dapat menyerang tanaman kastuba menurut Semangun (2001),
a. Penyakit tepung
Gambar 6. Penyakit Embun Tepung (Redaksi AgroMedia,2007)
Adanya penyakit tepung pada kastuba. jamur membentuk lapisan putih pada sisi bawah daun. pada sisi atas terlihat adanya bercak- bercak coklat kekuningan yang menyolok. Penyebab penyakit ini adalah jamur Leveillula taurica (Lev.) Arn.
b. Kapang kelabu
Gambar 7. Penyakit Kapang Kelabu (Redaksi AgroMedia,2007)
Penyakit ini (gray mould), yang disebabkan oleh kapang Botrytis cinera Pers. ex Fr. Penyakit ini hanya berkembang saat musim hujan saja, menyebabkan bunga busuk dan menjadi coklat. Bunga yang sakit harus dipotong untuk mengurangi penularan. Bagian-bagian tanaman yang mati di pangkas dan dibuang, termasuk bunga tua. Jika perlu tanaman dapat disemprotkan dengan fungisida tembaga.
c. Kudis (Sphaceloma poinsettiae)
Gambar 8. Penyakit Kudis (Redaksi AgroMedia, 2007) Menurut Redaksi AgroMedia (2007), infeksi penyakit kudis atau scab ini sangat mudah dikenali. Mula-mula pada daun akan muncul bercak bulat kecil yang bisa mencapai ukuran 1,25 cm. Bercak tersebut berwarna kuning kecoklatan dan sering kali dikelilingi oleh garis berwarna ungu kemerahan. Daun yang sakit tersebut nantinya akan gugur. Selain pada daun, pada batang juga akan muncul bercak berwarna abu abu kecoklatan. Selain itu, batang muda yang terinfeksi akan mengalami pemanjangan yang abnormal. Spora cendawan penyebab penyakit ini bisa menyebar melalui percikan air. Pengendalian dapat dilakukan dengan memeriksa dan mengenali gejala pada bibit baru dan membuang bibit yang terinfeksi. Selain itu, hindari percikan air yang berlebihan agar permukaan daun tetap kering. Jika ada daun yang terinfeksi, segera buang daun tersebut, dan lakukan penyemprotan fungisida dua kali seminggu.
2.4. Pengaruh Penyungkupan dan Aplikasi Zat Penghambat Tumbuh
pada Tanaman Kastuba
Daya tarik kastuba terletak pada daun bagian atas atau yang sering disebut daun pelindung (braktea) yang berwarna merah, pink atau putih (Redaksi AgroMedia,2007). Kendala yang dihadapi yaitu warna braktea yang tidak serempak dan kurang cerah menyebabkan keindahan tanaman kastuba kurang menarik dalam menghias taman. Bentuk tajuk kastuba yang rimbun dan kompak dengan warna braktea yang mencolok menjadi salah satu Daya tarik kastuba terletak pada daun bagian atas atau yang sering disebut daun pelindung (braktea) yang berwarna merah, pink atau putih (Redaksi AgroMedia,2007). Kendala yang dihadapi yaitu warna braktea yang tidak serempak dan kurang cerah menyebabkan keindahan tanaman kastuba kurang menarik dalam menghias taman. Bentuk tajuk kastuba yang rimbun dan kompak dengan warna braktea yang mencolok menjadi salah satu
Penyungkupan (pemberian suasana gelap lebih lama) dilakukan agar kastuba dapat berbunga diluar musim berbunga, maka panjang hari harus dimodifikasi, sehingga tanaman mendapatkan 10 jam hari terang dan 14 jam hari gelap setiap harinya. Penambahan hari gelap dapat dilakukan dengan cara penyungkupan tanaman dengan kain hitam sehingga mereka mendapatkan periode hari gelap yang lebih lama (Hartley,1992).
Tinggi tanaman dipengaruhi oleh faktor fisik lahan yang merupakan kondisi mikroklimat, seperti temperatur, cahaya, kelembaban, teknik penyiraman, pemupukan, jarak tanam atau jarak antartanaman (jika ditanam di pot), jadwal tanam (berkaitan dengan cuaca), dan kultivar. Jika dibiarkan tumbuh alami, kastuba memiliki ruas yang panjang dan tidak membentuk tajuk yang bagus, sehingga jumlah tunas yang diproduksi bibit induk juga sedikit. Cabang kastuba bersifat lemah dan mudah patah sehingga diperlukan penggunaan retardan atau zat peghambat tumbuh untuk mengontrol tinggi tanaman, sehingga ruas tidak tumbuh memanjang dan tidak mudah patah (Lingga,2006).
Gambar 9.Zat Penghambat Tumbuh (Lingga, 2006) Retardan atau zat penghambat tumbuh tanaman merupakan zat bukan nutrisi yang aktif dalam konsentrasi rendah. Pada umumnya mendorong Gambar 9.Zat Penghambat Tumbuh (Lingga, 2006) Retardan atau zat penghambat tumbuh tanaman merupakan zat bukan nutrisi yang aktif dalam konsentrasi rendah. Pada umumnya mendorong
caramenghambat sintesis giberelin dalam
menghambat
pemanjangan batang dan pengkerdilan. Beberapa jenis zat penghambat atau retardan yang direkomendasikan untuk kastuba diantaranya adalah A-rest, B-Nine, cycocel, sumagic, dan bonzi. Kelima retardan tersebut berguna untuk mengontrol pemanjangan pada batang kastuba (Kessler dalam Wagolebo,2006 ).
Menurut Sandra (2007), efek paklobutrazol pada pertumbuhan vegetatif adalah memperpendek ruas sehingga menghambat pertumbuhan tinggi tanaman, memperbesar diameter batang tanaman, dan memperbanyak hasil fotosintesis dalam tanaman. Hasil fotosintesis tidak dialokasikan untuk pertumbuhan vegetatif, tetapi dialihkan untuk pertumbuhan reproduktif, khususnya proses pembungaan.
3. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Teknologi Produksi Tanaman komoditas Kastuba dilaksanakan setiap hari Kamis, pukul 14.00 – 17.00 mulai tanggal 19 September 2016 – 5 Desember 2016 yangbertempat di Screenhouse FP UB dan Lahan Percobaan milik Fakultas Petanian Universitas Brawijaya yang berada di Desa Jatimulyo, Malang Jawa Timur.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum TPT komoditas Kastuba ini meliputi polybag berukuran 5 kg yang digunakan untuk tempat menanam bibit kastuba, gayung yang digunakan untuk mengukur perbandingan media tanam kastuba, ember yang digunakan untuk mencampur media tanaman sebelum dimasukkan ke polybag, cetok yang digunakan untuk mengambil dan memasukkan media tanam dan pembersihan gulma dilahan, kardus yang digunakan untuk membawa dan memindahkan polybag dari rumah kawat ke lahan, gembor yang digunakan untuk menyiram tanaman kastuba, botol sprayer yang digunakan untuk menyemprotkan Gandasil-D pada daun kastuba, plastik kecil yang digunakan untuk mengambil pupuk NPK, penggaris yang digunakan untuk mengukur tinggi tanaman, alat tulis yang digunakan untuk mencatat hasil pengamatan, kamera yang digunakan untuk mendokumentasikan saat praktikum, dan form pengamatan digunakan untuk parameter pengamatan.
Bahan yang digunakan dalam praktikum TPT komoditas Kastuba ini meliputi media tanam yang berupa tanah katel dan arang sekam dengan perbandingan 1:1, bibit kastuba sebagai bahan tanam, air yang digunakan untuk penyiraman kastuba, pupuk NPK (15-15-15) yang digunakan untuk pemupukan, dan Gandasil-D yang digunakan untuk membantu pertumbuhan vegetatif serta zat penghambat tumbuh yaitu paklobutrazol agar batang kastuba pendek sehingga daun kastuba tumbuh rendah dan daunnya rimbun.
3.3. Cara Kerja
Sebelum dilakukan praktikum TPT tanggal 19 September 2016, terlebih dahulu disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pembibitan kastuba di screenhouse FP UB agar tidak ada pengaruh dari luar sebelum siap dipindahkan ke lahan percobaan. Pertama disiapkan media dan bahan tanam yang meliputi pencampuran media tanam berupa tanah katel dan arang sekam dengan perbandingan 1:1 pada ember dengan menggunakan gayung sebagai ukurannya. Tiga gayung tanah katel ditambah tiga gayung arang sekam dicampur pada ember lalu dimasukkan kedalam polybag yang berukuran 5 kg (1 kelompok mengisi 4 polybag), polybag sebelumnya telah dilubangi serta diberi label sesuai perlakuan yang akan diterapkan. Masing- masing polybag diisi dengan tanah sebanyak ¾ bagian dengan sedikit dipadatkan (diangkat polybagnya lalu diletakkan dengan sedikit guncangan). Kedua yaitu pembibitan dengan mengambil bibit yang telah disediakan dinampan dan ditanam pada tengah polybag bersama dengan savana yang masih melekat pada akar bibit kastuba kemudian tutup kembali dengan tanah hingga savana tertutup semua. Hal ini dimaksudkan agar bibit tidak stres karena ditanam pada media yang berbeda sehingga savana harus tetap diikutkan. Ketiga yaitu penyiraman dengan menggunakan air secukupnya yang penting seluruh tanah merata terkena air sehingga lembab tidak boleh terlalu basah dan tergenang, setelah itu membuat 5 lubang pada masing- masing polybag pada tanah mengelilingi tanaman agak jauh dari akar untuk pengamplikasian pupuk dasar. Masing-masing lubang diberi 1 butir pupuk NPK (15-15-15) lalu ditutup dengan tanah kembali, fungsi dari penimbunan pupuk NPK pada lubang yang agak jauh dari akar adalah agar pupuk bisa terurai dan diserap oleh kastuba sebagai pupuk dasar karena bersifat slow release dan panas bila langsung terkena ke akar tanaman.
Empat polybag berisi tanaman kastuba dirawat di screenhouse selama
3 minggu mulai dari tanggal 19 September- 3 Oktober 2016. Perawatan dilakukan dengan carapenyiraman kastuba sesuai dengan kondisi media 3 minggu mulai dari tanggal 19 September- 3 Oktober 2016. Perawatan dilakukan dengan carapenyiraman kastuba sesuai dengan kondisi media
Pada minggu ke empat tanggal 10 Oktober 2016, kastuba dirawat dengan melakukan penyiraman hingga tanah cukup lembab, diberi pupuk NPK (15-15-15) dengan cara dibenamankan masing-masing 1 butir pupuk dalam 5 lubang yang megelilingi polybag, gulma yang berada disekitar polybag disiangi serta daun dipangkas apabila ada yang kering agar tidak mengganggu pengangkutan fotosintat kebagian daun lain yang sehat.
Pada minggu ke lima tanggal 17 Oktober 2016 dilakukan aplikasi pupuk daun berupa Gandasil-D (2 gram Gandasil-D dilarutan kedalam 1 liter air). Gandasil-D diaplikasikan dengan disemprotankan menggunakan sprayer yang memiliki ukuran nozel sama, penyemprotan dilakukan pada sore hari dan tanaman terlebih dahulu disirami. Gandasil-D disemprotkan dari pucuk atas daun sampai dengan batang terbawah yang berfungsi untuk membantu pertumbuhan vegetatif, mencegah daun menguning dan kering, memenuhi nutrisi pada daun serta pemenuhan kebutuhan unsur hara makro maupun mikro.
Perawatan kastuba dilakukan dengan penyiraman dan penyiangan gulma setiap minggu ataupun disesuaikan kondisi dilahan. Kastuba disungkup mulai minggu ke delapan setelah tanam yaitu pada tanggal 7 November 2016 dengan cara kastuba dimasukkan kedalam sungkup (diberi penutup plastik hitam) untuk memacu pertumbuhan braktea (daun berwarna merah pada kastuba) sesuai dengan perlakuan masing-masing serta akan diberi penambahan zat penghambat tumbuh yaitu paklobutazol agar batang tumbuh tidak terlalu tinggi.
Mulai dari tanggal 17 Oktober 2016 diamati tinggi tanaman dengan cara diukur dengan penggaris mulai dari permukaan tanah sampai batang terujung dimana munculnya tunas baru, diamati jumlah daun dengan dihitung banyaknya daun yang tumbuh, diamati intensitas serangan penyakit dengan perhitungan metode scoring, dan diamati banyaknya arthopoda baik hama maupun musuh alami secara langsung. Pada tanggal 25 Oktober 2016 perawatan dan pengamatan terus dilakukan sebelum penyungkupan sampai tanggal 2 November 2016 meliputi tinggi tanaman, banyak daun, banyaknya serangan hama dan intensitas penyakit pada masing-masing tanaman per polybag.
Mulai tanggal 7 November 2016 kastuba mulai disungkup (Perlakuan A1=disungkup 16 jam mulai pukul 14.00 ditutup dan dibuka pukul 06.00), serta diberi zat penghambat tumbuh berupa paklobutazol (Perlakuan B2=diberi dengan konsentrasi 1500ppm) yang diaplikasikan dengan cara disiramkan pada bagian pangkal bawah batang sampai permukaan tanah agar batang kastuba tidak tumbuh terlalu tinggi. Paklobutrazol yang diaplikasikan tidak boleh terkena daun kastuba karna akan menghambat pertumbuhannya. Penyungkupan dilakukan setelah perawatan dan pengamatan yaitu pukul 14.00 sampai menjelang pukul 06.00. Selama perawatan dilakukan penyiangan gulma dalam sungkup untuk menjaga kebersihan didalam sungkup. Selain itu, dilakukan juga pengamatan dengan menghitung semua parameter yang ditentukan dan mengisi form yang ada. Pada tanggal 21 November dilakukan pengamatan dan perawatan sesuai parameter, disaat pengamatan telah muncul 1 braktea pada polybag 2 sehingga sudah dimulai perhitungan presentase braktea dan panjang braktea. Presentase braktea dihitung dengan cara melihat seberapa bagian daun yang telah merah, sedangkan panjang braktea dihitung dengan cara mengukur panjang daun mulai pangkal daun dekat tangkai sampai pada akhir ujung daun.
Tanggal 28 November 2016 merupakan minggu ke 3 setelah penyungkupan dan merupakan minggu terakhir pengamatan. Pada minggu ini perawatan umum dan pengamatan seperti minggu sebelumnya tetap dilakukan dan dicatat hasilnya serta didokumentasikan sebagai bahan data pembuatan laporan akhir praktikum dan lampiran dokumentasi.
3.4. Parameter Pengamatan
Parameter pengamatan komoditas Kastuba meliputi : tinggi tanaman, jumlah daun, panjang braktea, presentase braktea yang merah sempurna, pengamatan hama dan musuh alami, serta pengamatan intensitas serangan penyakit.
3.4.1 Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman diamati dengan cara diukur masing-masing tanaman dengan penggaris, dari permukaan tanah hingga batang terakhir dimana tempat tumbuhnya tunas baru tanpa menarik daun tegak keatas.
3.4.2 Jumlah Daun
Jumlah daun diamati dengan cara dihitung langsung berapa banyak daun yang telah tumbuh membuka.
3.4.3 Panjang Braktea
Panjang braktea diamati apabila telah dilakukan penyungkupan dan telah tumbuh braktea pada Kastuba, dengan cara diukur mulai ujung daun sampai pangkal daun yang dekat dengan tangkai daun menggunakan penggaris.
3.4.4 Presentase Braktea yang Merah Sempurna
Presentase braktea yang merah sempurna dilakukan apabila braktea telah muncul dan terbuka dan dilihat apakah merahnya sempurna
sebagian dengan
mempresentasekannya.
3.4.5 Pengamatan Hama dan Musuh Alami
Pengamatan hama dan musuh alami dilakukan dengan melihat langsung ada tidaknya pada tanaman tersebut dan sekitar polybag dengan cara menghitung langsung jumlahnya dan mendokumentasikan.
3.4.6 Pengamatan Intensitas Serangan Penyakit
Pengamatan intensitas serangan penyakit dilakukan dengan melihat seberapa besar intensitas serangan penyakit yang menyerang tanaman kastuba dengan metode scoring dan perhitungan IP kemudian dicatat.
IP = Keterangan : IP = Intensitas serangan penyakit
n = Jumlah daun dari tiap kategori serangan v = Nilai skala tiap kategori serangan Z = Nilai skala dari kategori serangan tertinggi N = Jumlah daun yang diamati
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Umum Lahan
Lahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum Teknologi Produksi Tanaman komoditas kastuba adalah di Lahan Percobaan milik Fakultas Petanian Universitas Brawijaya yang berada di Desa Jatimulyo. Sebelum dipindahkan ke Lahan Jatimulyo, kastuba diletakkan di screenhouse FP UB. Selama praktikum di Lahan Jatimulyo, komoditas kastuba diletakkan pada polybag karena Lahan Jatimulyo merupakan lahan bekas tanaman padi yang telah diberokan sehingga lahan tersebut banyak terdapat gulma dan saat hujan sering terjadi genangan air yang dapat merendam polybag yang telah ditanami kastuba. Keadaan tersebut menyebabkan media tanam kastuba menjadi lembab dan mengakibatkan batang kastuba menjadi busuk dan mudah terserang penyakit.
Media tanam yang baik untuk kastuba menurut Lingga (2006), adalah media tanam yang bebas dari hama, patogen penyebab penyakit, gulma, dan bahan beracun. Media yang digunakan dalam praktikum Teknologi Produksi Tanaman komoditas kastuba ini berupa tanah katel dan arang sekam dengan perbandingan 1:1, sedangkan menurut Lingga (2006), komposisi media yang bisa digunakan diantaranya campuran cocopeat dan arang sekam (3:1), campuran cocopeat, aquapeat, dan arang sekam (2:1:1), campuran peat moss dan arang sekam (2:1), campuran aquapeat, perlite, dan arang sekam (3:1:1), dan campuran spaghnum peat moss, vermiculite, dan perlite (1:1:1). Media tersebut sebaiknya juga dicampur dengan pupuk superfosfat 0-46-0 dengan dosis 1 sendok makan per 5 liter media. Sementara pada praktikum ini, menggunakan pupuk N-P-K (15-15-15).
Media tanam berupa tanah katel dapat menyebabkan tanah akan cepat memadat ketika dilakukan penyiraman dan mengakibatkan porositas menjadi berkurang dan menyebabkan akar tanaman kekurangan oksigen (Lingga,2006). Namun dalam hal ini, arang sekam tidak terlibat dalam pemadatan tanah, karena menurut Kusmarwiyah dan Erni (2011) dalam
Irawan dan Yeremias (2015) media tanah yang ditambah arang sekam dapat memperbaiki porositas media sehingga baik untuk respirasi akar, dapat mempertahankan kelembaban tanah, karena apabila arang sekam ditambahkan ke dalam tanah akan dapat mengikat air, kemudian dilepaskan ke pori mikro untuk diserap oleh tanaman dan mendorong pertumbuhan mikroorganisme yang berguna bagi tanah dan tanaman.
4.2. Tinggi Tanaman Kastuba
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, didapatkan data rata-rata tinggi tanaman kastuba pada pengamatan ke-2, ke-4 dan ke-6. Rata-rata jumlah tinggi tanaman kastuba pada berbagai perlakuan lama penyungkupan dan dosis zat penghambat tumbuh disajikan dalam tabel dan grafik dibawah ini : Tabel 1. Perbandingan Tinggi Kastuba pada Berbagai Perlakuan
Pengamatan ke- (cm)
1 A0B0 (1)
2 A0B4 (1)
3 A1B4 (1)
4 A1B0 (1)
5 A2B2 (1)
6 A2B4 (1)
7 A2B0 (1)
Berdasarkan data pada tabel perbandingan tinggi tanaman pada berbagai perlakuan, rata-rata tinggi tanaman meningkat pada setiap pengamatannya. Perlakuan A0B0 (1) yaitu, penyungkupan selama 14 jam dan tanpa pemberian zat penghambat tumbuh. Perlakuan A0B4 (1) yaitu,
penyungkupan selama 14 jam dan pemberian zat penghambat
tumbuhdengan konsentrasi 2500 ppm. Perlakuan A1B4 (1) yaitu, penyungkupan selama 15 jam dan pemberian zat penghambat tumbuh dengan konsentrasi 2500 ppm. Perlakuan A1B0 (1) yaitu, penyungkupan tumbuhdengan konsentrasi 2500 ppm. Perlakuan A1B4 (1) yaitu, penyungkupan selama 15 jam dan pemberian zat penghambat tumbuh dengan konsentrasi 2500 ppm. Perlakuan A1B0 (1) yaitu, penyungkupan
Pada pengamatan ke-2, rata-rata tertinggi ada pada perlakuan A1B0 (1) dengan nilai 9,2. Pada pengamatan ke-4, rata-rata tertinggi juga pada perlakuan A1B0 (1) dengan nilai 10,93 dan pada pengamatan ke-6 rata-rata tertinggi pada perlakuan A1B0 (1) dengan nilai 11,33, sedangkan rata-rata terendah pada pengamatan ke-2 pada perlakuan A0B4 (1) dengan nilai 4,5. Pada pengamatanke-4, rata-rata terendah juga pada perlakuan A0B4 (1) dengan nilai 5,25 dan pengamatan ke-6, rata-rata terendah juga pada
perlakuan A0B4 (1) dengan nilai 5,75.
Tinggi Tanaman (cm)
A0B0 (1)
A0B4 (1)
A1B4 (1)
A1B0 (1)
A2B2 (1)
A2B4 (1)
A2B0 (1)
Gambar 10. Grafik Perbandingan Tinggi Kastuba pada Berbagai Perlakuan
Berdasarkan data grafik diatas,tinggi tanaman kastuba yang mengalami peningkatan tajam adalah pada perlakuan A2B4 (1) dengan perlakuan penyungkupan selama 16 jam dan pemberian zat penghambat tumbuh dengan konsentrasi 2500 ppm, sedangkan tanaman lain tidak mengalami Berdasarkan data grafik diatas,tinggi tanaman kastuba yang mengalami peningkatan tajam adalah pada perlakuan A2B4 (1) dengan perlakuan penyungkupan selama 16 jam dan pemberian zat penghambat tumbuh dengan konsentrasi 2500 ppm, sedangkan tanaman lain tidak mengalami
Namun perlakuan dengan rata-rata tinggi tanaman tertinggi ada pada perlakuan A1B0(1), dimana pada perlakuan tersebut tidak diberikan zat penghambat tumbuh, sehingga pertumbuhan tanaman tidak terganggu dan tidak terhambat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ukmifa (2016), bahwa zat penghambat tumbuh merupakan senyawa organik sintetik yg dapat menghambat pemanjangan sel pada meristem sub apikal dan mengurangi laju perpanjangan batang.
4.3. Jumlah Daun Tanaman Kastuba
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, didapatkan data rata-rata jumlah daun tanaman kastuba pada pengamatan ke-2, ke-4 dan ke-6. Rata- rata jumlah daun kastuba pada berbagai perlakuan lama penyungkupan dan dosis zat penghambat tumbuh disajikan dalam tabel dan grafik dibawah ini : Tabel 2. Perbandingan Jumlah Daun Kastuba pada Berbagai Perlakuan
Pengamatan ke-
1 A0B0 (1)
2 A0B4 (1)
3 A1B4 (1)
F 6,5
4 A1B0 (1)
5 A2B2 (1)
6 A2B4 (1)
7 A2B0 (1)
Berdasarkan data tabel perbandingan jumlah daun pada berbagai perlakuan, rata-rata jumlah daun tanaman kastuba mengalami peningkatan maupun penurunan pada setiap pengamatannya. Pada pengamatan ke-2 Berdasarkan data tabel perbandingan jumlah daun pada berbagai perlakuan, rata-rata jumlah daun tanaman kastuba mengalami peningkatan maupun penurunan pada setiap pengamatannya. Pada pengamatan ke-2
Pada perlakuan A0B0 (1) pada pengamatan ke-2 ke pengamatan ke-4 terjadi kenaikan jumlah daun sebesar 0,2 dan dari pengamatan ke-4 ke pengamatan ke-6 juga terjadi kenaikan sebesar 0,3. Pada perlakuan A0B4 (1) pada pengamatan ke-2 ke pengamatan ke-4 terjadi kenaikan jumlah daun sebesar 0,25 dan dari pengamatan ke-4 ke pengamatan ke-6 juga terjadi penurunan sebesar 0,75. Pada perlakuan A1B4 (1) pada pengamatan ke-2 ke pengamatan ke-4 terjadi kenaikan jumlah daun sebesar 1,25 dan dari pengamatan ke-4 ke pengamatan ke-6 tidak mengalami peningkatan maupun penurunan. Pada perlakuan A1B0 (1) pada pengamatan ke-2 ke pengamatan ke-4 terjadi kenaikan jumlah daun sebesar 1,63 dan dari pengamatan ke-4 ke pengamatan ke-6 terjadi kenaikan sebesar 1,7. Pada perlakuan A2B2 (1) pada pengamatan ke-2 ke pengamatan ke-4 terjadi penurunan jumlah daun sebesar 0,25 dan dari pengamatan ke-4 ke pengamatan ke-6 terjadi penurunan sebesar 0,25. Pada perlakuan A2B4 (1) pada pengamatan ke-2 ke pengamatan ke-4 terjadi kenaikan jumlah daun sebesar 0,25 dan dari pengamatan ke-4 ke pengamatan ke-6 juga terjadi kenaikan sebesar 1,5. Pada perlakuan A2B0 (1) pada pengamatan ke-2 ke pengamatan ke-4 terjadi penurunan jumlah daun sebesar 1 dan dari pengamatan ke-4 ke pengamatan ke-6 juga terjadi kenaikan sebesar 0,75.
Jumlah Daun Tanaman
A0B0 (1)
A0B4 (1)
A1B4 (1)
A1B0 (1)
A2B2 (1)
A2B4 (1) A2B0 (1)
Gambar 11. Grafik Perbandingan Jumlah Daun Kastuba pada Berbagai
Perlakuan
Berdasarkan data grafik diatas, pada pengamatan ke-2, ke-4 dan ke-6 diketahui bahwa rata-rata jumlah daun kastuba pada setiap perlakuan mengalami peningkatan dan juga penurunan. Pada perlakuan A0B0 (1), A1B0 (1) dan A2B4 (1) jumlah daun setiap pengamatannya selalu meningkat, sedangkan pada perlakuan lainnya jumlah daun ada yang mengalami peningkatan dan penurunan.
Penurunan jumlah daun ini dapat disebabkan karena adanya kerontokan daun akibat serangan penyakit. Penyakit yang banyak menyerang tanaman kastuba adalah penyakit kudis. Menurut Redaksi AgroMedia (2007), gejala penyakit kudis yaitu pada daun muncul bercak bulat kecil yang mencapai ukuran 1,25 cm. Bercak tersebut berwarna kuning kecokelatan dan dikelilingi oleh garis berwarna ungu kemerahan. Daun yang sakit tersebut nantinya akan gugur.
4.4. Presentase Braktea
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, didapatkan data presentase braktea tanaman kastuba pada pengamatan ke-2, ke-4 dan ke-6. Presentase braktea kastuba pada berbagai perlakuan lama penyungkupan dan dosis zat penghambat tumbuh disajikan dalam tabel dan grafik dibawah ini :
Tabel 3 . Panen Komoditas Kastuba pada Berbagai Perlakuan
Parameter panen
daun hijau
braktea
braktea () (cm)
1. A0B0 (1)
A 26 4 100 1,4
2. A0B4 (1)
E 20 0
3. A1B4 (1)
F 25 0
4. A1B0 (1)
J
5. A2B2 (1)
L
6. A2B4 (1)
N
7. A2B0 (1)
O