PERENCANAAN STRUKTUR BAWAH (SUB STRUCTURE)

c. End Bearing And Friction Pile

Jika perhitungan tiang pancang didasarkan terhadap tahanan ujung dan hambatan pelekat, persamaan daya dukung yang diijinkan adalah:

A tiang * p O * C

Q tiang =

Dengan: Q tiang = Daya dukung keseimbangan tiang ( kN) O

= Keliling tiang pancang ( m) JHP = Total friction ( kN/m)

3. Berdasarkan Pelaksanaan

Dengan rumus pancang A. Hilley:

η h xWxHx η b

P= ..............................................................(2.24)

Dengan: P = kapasitas beban pada tiang

Hendra Laksono Budi / 06.12.0005 Ricky Christiyanto / 06.12.0008

H = timggi jatuh hammer dalam cm ( 2m = 200 cm ) S = penurunan perpukulan dalam cm ( = 1,4 cm)

c 1 = tekanan elastis sementara pada tiang dan penutup = 0,3

2 c = simpangan tiang akibat tekanan elastis sementara = 0,4

c 3 = tekanan elastis sementara pada tanah = 0,9 η = efisiensi hammer = 65 % untuk double acting hammer= 100 % h

untuk drop hammer

W 2 +. e p

η = b jika W > e.p .........................................................(2.25) W + p

W +. e p ⎛ W − e . p ⎞

jika W < e.p......................................(2.26) W + p ⎜⎜⎝ W + p ⎟⎟⎠

e = koefisien restitusi ( 0 s/d 0,5)

B. Daya Dukung Ijin Tiang Group ( P all Group)

Dalam pelaksanaan jarang dijumpai pondasi yang hanya terdiri dan satu tiang saja, tetapi terdiri dan kelompok tiang. Teori membuktikan dalam daya dukung kelompok tiang geser tidak sama dengan daya dukung tiang secara individu dikalikan jumlah tiang dalam kelompok, melainkan akan lebih kecil karena adanya faktor efisiensi.

Eff 1 ϕ ⎡ ()(

: jumlah baris

: jumlah tiang

: arc tan (d/s), dalam derajat

d : diameter tiang

: jarak antar tiang

P all group = Eff × P all 1 tiang (daya dukung tiang tunggal)

C. Pmax Yang Terjadi Pada Tiang Akibat Pembebanan

Hendra Laksono Budi / 06.12.0005 Ricky Christiyanto / 06.12.0008

P max = ±

Dimana :

P max : beban max yang diterima 1 tiang pancang ∑ P v : jumlah beban vertikal

: banyaknya tiang pancang

: momen arah X

: momen arah Y

X max : absis max (jarak terjauh) tiang ke pusat berat kelompok tiang Y max : ordinat max (jarak terjauh) tiang ke pusat berat kelompok tiang

N X : banyak tiang dalam satu baris arah x N Y

: banyak tiang dalam satu baris arah y Σ 2

: jumlah kuadrat jarak arah Y (absis − absis) tiang Σ 2

: jumlah kuadrat jarak arah X (ordinat − ordinat) tiang P max di dapat dari hasil output SAP 2000 versi 11.0, dibandingk an P eff

D. Kontrol Gaya Horisontal

1. Kontrol Daya Dukung Horisontal Akibat Tekanan Tanah

Perhitungan menurut Foundation of Structure oleh Dun Hanma, tiang akan terjepit sempurna pada kedalaman ( Ld ) = ¼ s/d 1/3 Lp. Dimana : Ld = kedalaman titik jepitan dari muka tanah

Lp = panjang tiang yang masuk tanah

B = lebar poer

Maka La = Lp - Ld

Hendra Laksono Budi / 06.12.0005 Ricky Christiyanto / 06.12.0008

= 1,667 t/m³ c= 0,10 kg/cm² Ø = 16 ° γ2

= 1,664 t/m³ c= 0,10 kg/cm² Ø= 18 ° γ3 = 1,621 t/m³

Ø = 20 ° c= 010 kg/cm² γ4 = 1.632 t/m³

Ø = 20 ° c= 0,10 kg/cm² γ5

= 1,629t/m³

Lz

Gambar 2.6. Diagram Tekanan Tanah Pasif

(1) Tekanan Tanah Pasif

(2) BB’ = Kp 1 . γ 1 .0,8 B CC’ = Kp 2 . γ 2. 1,1825. B

DD’ = Kp 4 . γ 4. 3,165 B EE’ = Kp 5 . γ 5. 4,3475.B

F = Kp 5 . γ 5. 5,53.B

b. Gaya Lateral yang terjadi pada tiang pancang

P1

= ½ .AB.BB’

P2

= ½. BC.( BB’+CC’)

P3

= ½.CD.( CC’+DD’ )

P4

= ½.DE.( DD’+EE’ )

P5

= ½.EF. EE’ P tot = P1 + P2 + P3 + P4 + P5

Hendra Laksono Budi / 06.12.0005 Ricky Christiyanto / 06.12.0008

Ditinjau dari titik L, maka P tot .L z = P1.L1 + P2.L2 + P3.L3 + P4.L4 + P5.L5 → didaptkan L z Gaya horizontal max yang diijinkan ( PH)

∑M s =0 → PH* (L d +L a +L z )=P tot .2 L z

PH < PH total Pasif……......................................................Aman ok !

E. Penulangan Bor Pile

2. Akibat Pengangkatan

a. Cara I (Pengangkatan Lurus)

Gambar 2.10. Pengangkatan Tiang Pancang dengan 2 Titik

2 = * ⎜ q ( l − 2a ) − q * a ⎟

q. * a = * ⎜ q ( l − 2a ) − q * a ⎟

2 4a 2 + 4aL − L = 0

Hendra Laksono Budi / 06.12.0005 Ricky Christiyanto / 06.12.0008

38

Gambar 2.11. Pengangkatan Tiang Pancang dengan 1 Titik

2 ( L − a ) ⎟⎟⎠ 2 ⎜⎜⎝ 2 ( L − a ) ⎟⎟⎠

( L − 2 = aL * )

Hendra Laksono Budi / 06.12.0005 Ricky Christiyanto / 06.12.0008

* qa = * (

Dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan tugas akhir menggunakan dua jenis data yang dijadikan bahan acuan, yaitu:

a. Data Primer

b. Data Sekunder Tetapi data yang digunakan dalam penyusunan laporan tugas akhir ini menggunakan Data Sekunder. Data Sekunder merupakan data pendukung yang dipakai dalam proses pembuatan dan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. Data sekunder ini didapatkan bukan melalui pengamatan secara langsung di lapangan. Yang termasuk dalam klasifikasi data sekunder ini antara lain adalah literatur- literatur penunjang, grafik, tabel dan peta/tanah yang berkaitan erat dengan proses perencanaan struktur Rusunawa Unimus yang berada di Jalan Kedungmundu Raya No 18 Semarang.

A. Data Teknis

Adalah data yang berhubungan langsung dengan perencanaan struktur Rusunawa Unimus seperti data tanah, bahan bangunan yang digunakan sebagai data beban rencana yang bekerja dan sebagainya.

1. Struktur Utama

Pelat

: f’ c = 25 MPa,

E c = 23500 MPa

Balok

: f’ c = 25 MPa,

E c = 23500 MPa

Kolom : f’ c = 25 MPa,

E c = 23500 MPa

E c = 23500 MPa Tulangan : f y = 240 MPa ( BJTP = Polos )

Pondasi : f’ c = 25 MPa,

f y = 400 MPa ( BJTD = Ulir )

E s = 200000 Mpa

Hendra Laksono Budi / 06.12.0005 Ricky Christiyanto / 06.12.0008

Data Tanah diperoleh dari hasil penyelidikan dan pengujian tanah oleh Laboratorium Mekanika Tanah UNIKA Soegijapranata, terdiri atas:

a. Boring

b. Sondir (Semua data-data di atas dilampirkan di halaman lampiran) Dari data tanah di atas dapat dianalisis karakteristik tanah yang diperlukan untuk perencanaan dan perancangan struktur, khususnya pada struktur bawah bangunan (pondasi).

B. Data Non Teknis

Data yang harus dilengkapi baik berupa data berdasarkan jenisnya (primer dan sekunder) dalam perencanaan struktur antara lain terdiri dari

1. Lokasi/letak bangunan

2. Kondisi/sistem struktur bangunan sekitar

3. Wilayah gempa dimana bangunan itu didirikan

4. Data pembebanan

5. Data tanah berdasarkan hasil penyelidikan tanah

6. Mutu bahan yang digunakan

7. Metode analisis yang digunakan

8. Standar dan referensi yang digunakan dalam perencanaan. Langkah yang dilakukan setelah mengetahui data-data yang diperlukan adalah menentukan metode pengumpulan datanya. Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan adalah :

a. Observasi

Adalah pengumpulan data melalui peninjauan dan pengamatan langsung dilapangan.

b. Tinjauan Pustaka

Adalah pengumpulan data dengan data-data dari hasil penyelidikan, penelitian atau tes laboratorium, pedoman, bahan acuan, maupun

Hendra Laksono Budi / 06.12.0005 Ricky Christiyanto / 06.12.0008

Setelah diperoleh data yang diperlukan, maka selanjutnya dilakukan proses perhitungan.