Produk Murabahah

3. Produk Murabahah

  Produk pembiayaan murabahah (jual beli) merupakan produk yang paling banyak dimanfaatkan baik oleh lembaga keuangan syariah maupun oleh nasabah. Untuk mengenal produk murabahah lebih jauh, berikut disampaikan penjelasan tentang produk murabahah yang diambil dari Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional dan Peraturan Bank Indonesia No: 746PBI2005 tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana bagi Bank yang melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.

  Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan murabahah harus memenuhi rukun yaitu ada penjual (bai’), ada pembeli (musytari), obyek barang yang diperjual belikan jelas, harga (tsaman) dan ijab qabul (sighat).

  Syarat-syarat yang berlaku pada murabahah antara lain:

  1. Harga yang disepakati adalah harga jual, sedangkan harga beli harus diberitahukan.

  2. Kesepakatan margin harus ditentukan satu kali pada awal akad dan tidak berubah selama periode akad.

  3. Jangka waktu pembayaran harga barang oleh nasabah ke bank Lembaga Keuangan Syariah (LKS) berdasarkan kesepakatan.

  4. Bank dapat membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya.

  5. Dalam hal bank mewakilkan kepada nasabah (wakalah) untuk membeli barang, maka akad murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik bank.

  6. Pembayaran secara murabahah dapat dilakukan secara tunai atau dengan cicilan.

  7. Bank dapat meminta nasabah untuk membayar uang muka (urbun) saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan barang oleh nasabah. Dalam hal bank meminta nasabah untuk membayar uang muka maka berlaku ketentuan:

  o Jika nasabah menolak untuk membeli barang setelah membayar uang muka, maka biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut dan bank harus mengembalikan kelebihan uang muka kepada nasabah. Namun jika nilai uang muka kurang dari nilai kerugian yang ditanggung oleh bank, maka bank dapat meminta

  pembayaran sisa kerugiannya kepada nasabah, o Jika nasabah batal membeli barang, maka urbun yang telah dibayarkan nasabah menjadi milik bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut. Jika urbun tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya.

  c. Asumsi dan Parameter Keuangan

  Analisis keuangan industri jamu tradisional perlu dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai pendapatan dan pengeluaranbiaya, kemampuan melunasi pembiayaan, serta kelayakan usahanya. Untuk melakukan analisis keuangan tersebut menggunakan beberapa asumsi dan parameter keuangan yang didasarkan pada hasil pengamatan di lapangan, masukan dari instansi terkait dan pustaka yang mendukung sehingga akan diperoleh gambaran secara utuh tentang aspek keungan industri jamu tradisional. Asumsi dan parameter yang digunakan dapat dilihat pada Tabel

  Tabel 5.1. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan

  No

  Asumsi

  Satuan Jumlah

  1 Periode proyek

  Tahun

  2 Bulan kerja per tahun

  Bulan

  3 Hari kerja per bulan

  Hari

  4 Produksi jamu per bulan

  Kg

  5 Volume penjualan jamu per bulan Kg

  6 Rendemen produksi

  7 Tenaga kerja bersifat tetap

  Orang

  9 Tingkat margin

  a. Usaha baru (start up)

  b. Usaha

  sudah

  berjalan

  (running)

  Pemilihan periode proyek 5 tahun disebabkan oleh umur ekonomis beberapa mesin yang digunakan dalam proses produksi rata-rata mencapai 5 tahun. Selain itu juga karena jangka waktu pembiayaan investasi adalah 5 tahun sehingga pada akhir tahun ke-5 pembiayaan sudah terlunasi. Rata-rata bahan baku simplisia yang digunakan untuk proses produksi adalah 12.000 kg per bulan. Pada umumnya selama proses produksi, rendemen yang terjadi adalah 80, sehingga produk jamu yang dihasilkan per bulan diasumsikan 9.600 kg serbuk jamu. Dari produk jamu yang dihasilkan tersebut, diasumsikan seluruhnya terjual karena pasarnya sudah jelas.

  Proses produksi industri jamu tradisional diasumsikan berjalan sepanjang tahun atau selama 12 bulan, hal ini dapat dijelaskan mengingat usaha industri jamu tidak dipengaruhi oleh musim dan kebutuhan bahan jamu dapat dipenuhi sepanjang tahun. Sementara untuk hari produksi dalam 1 bulan diasumsikan selama 25 hari kerja. Asumsi dan parameter keuangan secara lebih detil terdapat pada Lampiran 2.

  d. Komponen Biaya Investasi dan Biaya Operasional Struktur biaya yang diperlukan untuk usaha jamu tradisional terdiri dari

  biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah biaya awal yang diperlukan sebelum kegiatan operasional dilakukan. Sedangkan biaya operasional diperlukan pada saat proses produksi mulai dilakukan.