Strategi dan Arah Kebijakan dengan Pendekatan Spasial
6.2 Strategi dan Arah Kebijakan dengan Pendekatan Spasial
Pendekatan spasial mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029, khususnya dalam menyelaraskan kebijakan ruang antar wilayah, antar sektor dan dimensi waktu pembangunan RPJMD Tahun 2019-2023. Fungsi RTRW merupakan matra spasial RPJPD yang mengarahkan lokasi dan menyusun program pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan RTRW adalah sebagai pedoman dalam:
a. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan rencana sektoral lainnya;
b. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang;
c. Perwujudan
keseimbangan perkembangan antarwilayah Kabupaten/Kota, serta keserasian antarsektor;
d. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;
e. Penataan ruang KSP; dan
f. Penataan ruang wilayah Kabupaten/Kota.
Strategi dan arah kebijakan pembangunan tahun 2019-2023 yang telah dirumuskan dengan pendekatan holistic-tematik dan integratif selain memperhatikan pelaksanaan urusan sesuai kewenangan provinsi harus mengadopsi kebijakan penataan ruang yang terkait pengembangan wilayah, pengembangan struktur ruang (sistem perkotaan dan jaringan prasarana), dan pola ruang (kawasan lindung dan budidaya). Kebijakan penataan ruang merupakan arahan dalam mencapai Tujuan Penataan Ruang Jawa Barat yaitu mewujudkan tata ruang wilayah yang efisien, berkelanjutan dan berdayasaing menuju Provinsi Jawa Barat Termaju di Indonesia. Tujuan penataan ruang Jawa Barat dicapai melalui sasaran penataan ruang, meliputi:
1. Tercapainya ruang untuk kawasan lindung seluas 45% dari wilayah Jawa Barat dan tersedianya ruang untuk ketahanan pangan;
2. Terwujudnya ruang investasi melalui dukungan infrastruktur strategis;
3. Terwujudnya ruang untuk kawasan perkotaan dan perdesaan dalam sistem wilayah yang terintegrasi; dan
4. Terlaksananya prinsip mitigasi bencana dalam penataan ruang.
acuan fokus pengembangan dan arahan sifat pengembangan secara kewilayahan sesuai karakteristik, potensi pengembangan (kebijakan nasional dan infrastruktur strategis eksisting), serta daya dukung lingkungan untuk mendukung pembangunan. Kebijakan struktur ruang dan pola ruang memberi arahan pengembangan sarana dan prasarana serta pengembangan sektor ekonomi yang dominan dalam skala provinsi. Penyelarasan ini berimplikasi pada kesesuaian arahan pembangunan ekonomi, sosial, dan fisik dengan target lokasi dan prioritas penanganan yang sesuai dengan fokus pengembangan wilayah serta rencana tata ruang dan daya dukung lingkungan.
Selanjutnya dalam perumusan rencana pembangunan, penyelarasan prioritas pembangunan RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2019-2023 perlu memperhatikan indikasi program pemanfaatan ruang dalam dimensi waktu yang sama, yang merupakan perwujudan rencana pengembangan struktur ruang dan pola ruang untuk mencapai tujuan penatan ruang Jawa Barat.
Kebijakan penataan ruang wilayah Jawa Barat yang diterapkan sebagai pendekatan spasial meliputi:
a. Kebijakan Pengembangan Wilayah
Pembagian 6 (enam) Wilayah Pengembangan (WP) serta keterkaitan fungsional antarwilayah dan antarpusat pengembangan. Pembagian WP meliputi WP Bodebekpunjur, WP Purwasuka, WP Ciayumajakuning, WP Sukabumi dsk, WP KK Cekungan Bandung, dan WP Priangan Timur dan Pangandaran, dengan cakupan wilayah setiap WP tercantum dalam Tabel 6.3. Penetapan WP dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan pembangunan, dan fokus peningkatan keunggulan tiap WP. Pembagian wilayah pengembangan tercantum dalam Gambar 6.3.
Tabel 6.2
Pembagian Wilayah Pengembangan
WP a. Kota Bogor, Depok, dan Bekasi: Kota satelit utk mendorong Bodebekpunjur
pengembangan PKN Kawasan Perkotaan Jakarta; Simpul pelayanan dan jasa perkotaan; perdagangan dan jasa serta industri padat tenaga kerja.
b. Kab. Bogor, Bekasi: Kawasan penyangga dalam sistem PKN Kawasan Perkotaan Jakarta; Industri ramah lingkungan (tidak banyak menggunakan air tanah).
c. Kawasan Puncak (Bogor-Cianjur): Fokus pada kegiatan rehabilitasi dan revitalisasi kawasan lindung; kawasan penyangga dalam sistem PKN Kawasan Perkotaan Jakarta.
WP Sukabumi a. Kota Sukabumi: pusat pengolahan agribisnis dan peternakan, Agropolitan, wisata agro, industri non-polutif dan tidak mengganggu resapan air, perdagangan dan jasa yang mendukung fungsi PKW Sukabumi.
b. Kab. Sukabumi: Agribisnis, kawasan penggembalaan umum ternak, Ruminansia, wisata pantai, wisata agro, wisata minat khusus, industri non-polutif dan tidak mengganggu resapan air, perdagangan dan jasa yang mendukung fungsi PKW Palabuhanratu dan simpul layanan wilayah sekitarnya, pengembangan wilayah pesisir selatan melalui pengembangan wisata pantai dan minat khusus serta perikanan tangkap, pertambangan mineral logam dan non-logam, pengembangan sarana dan prasarana yang terintegrasi yang diarahkan untuk kegiatan bisnis kelautan di PKW Palabuhanratu.
c. Kab. Cianjur: Agribisnis, pertanian, perkebunan, kehutanan, kawasan penggembalaan umum ternak ruminansia, wisata agro, wisata alam, industri kreatif, pengembangan wilayah pesisir untuk perikanan tangkap, wisata minat khusus, pertambangan mineral logam dan non-logam.
WP Cekungan a. Kota Bandung: PKN Kawasan Perkotaan Bandung Raya; Bandung
Perdagangan dan jasa; Industri kreatif dan high tech; Pariwisata; Transportasi.
b. Kab. Bandung: Bagian dari PKN Metropolitan Bandung; Kawasan Peruntukan Industri; Wisata alam; Pertanian; Perkebunan.
c. Kab. Sumedang: PKL, melengkapi sarana dan prasarana minimal PKL; Pusat pendidikan tinggi (Jatinangor); Agrobisnis; Kawasan Industri.
d. Kota Cimahi: Kawasan inti PKN Metropolitan Bandung; Perdagangan dan jasa; Industri kreatif dan high tech.
e. Kab. Bandung Barat: Bagian dari PKN Metropolitan Bandung; Industri non polutif; pertanian; Industri kreatif dan high tech.
WP Priatim-
Tasikmalaya, pusat Pangandaran
a. Kota
Tasikmalaya:
PKW
pengembangan industri kerajinan, perdagangan dan jasa. b. Kab. Tasikmalaya: sektor pertanian dan industri
pengolahannnya, perikanan dan industri pengolahannya, pusat pengembangan indsutri kerajinan, wisata alam.
c. Kab. Garut: Pertanian dan industri pengolahannya, perikanan dan industri pengolahannya, wisata alam dan minat khusus
d. Kab. Ciamis: sektor pertanian, dan industri pengolahan
hasil pertanian e. Kota Banjar: simpul transportasi dan jasa perkotaan di
Jabar Selatan, perdagangan dan jasa, pintu gerbang Provinsi Jawa Barat berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah.
f. Kab. Pangandaran: diarahkan sebagai PKW dengan sarana prasarana terintegrasi, sebagai daerah tujuan wisata nasional dan internasional, sektor pertanian, industri f. Kab. Pangandaran: diarahkan sebagai PKW dengan sarana prasarana terintegrasi, sebagai daerah tujuan wisata nasional dan internasional, sektor pertanian, industri
WP Purwakarta a. PKW Cikampek-Cikopo: memenuhi fungsinya sebagai PKW dengan melengkapi sarana prasarana yang terintegrasi dengan wilayah pengaruhnya (hinterland).
b. Kab. Purwakarta: industri non-polutif dan non-ekstraktif atau tidak mengganggu irigasi dan cadangan air, serta industri
dan agroindustri; pertambangan mineral logam dan non-logam. c. Kab. Subang: simpul pendukung pengembangan PKN
kreatif;
pariwisata
Kawasan Perkotaan Bandung Raya; pertanian lahan basah berkelanjutan; industri non-polutif dan non-ekstraktif yang tidak mengganggu irigasi dan cadangan air serta tidak mengakibatkan alih fungsi lahan sawah; bisnis kelautan; pertambangan mineral non-logam.
d. Kab. Karawang: simpul pendukung pengembangan PKN Kaw. Perkotaan Bodebek; pertanian lahan basah berkelanjutan; bisnis kelautan; industri non-polutif dan non-ekstraktif yang tidak mengganggu irigasi dan cadangan air; agroindustri.
WP a. Kota Cirebon: PKN Cirebon, dengan sarpras yang Ciayumajakuning
terintegrasi dengan wilayah pengaruhnya, simpul utama pelayanan, jasa, perdagangan dan industri di Jabar bagian
Timur, wisata budaya dan religi. b. Kab. Cirebon: Bagian dari PKN Cirebon dengan sarpras
yang terintegrasi, industri, bisnis kelautan, pertanian, dan pertambangan mineral.
c. Kab. Indramayu: PKW Indramayu, dengan sarpras yang terintegrasi, pertanian lahan basah berkelanjutan, bisnis perikanan dan kelautan, industri pertambangan terutama minyak dan gas, agribisnis dan agroindustri.
d. Kab. Majalengka: Lokasi Bandara Internasional Jawa Barat dan Aerocity di Kertajati, daerah Konservasi utama TN. G. Ciremai, agrobisnis, industri, dan pertambangan mineral, pengembangan sarpras yang terintegrasi di PKW Kadipaten.
e. Kab. Kuningan: Sebagai PKL, dengan sarana prasarana pendukung, pertanian, wisata alam, agroindustri, daerah konservasi utama TN G. Ciremai, dan perlindungan sumber air.
f. Kab. Sumedang: Sebagai PKL, dengan sarana prasarana pendukung, agribisnis, industri, dan pertambangan mineral.
Sumber: RTRW Provinsi Jawa Barat 2009-2029
Keterkaitan fungsional antarwilayah pengembangan merupakan strategi yang ditujukan untuk meningkatkan sinergitas dan integrasi pengembangan wilayah antar WP dan Kawasan Khusus (KK) untuk mengurangi kesenjangan pembangunan antarwilayah, meliputi: - Kawasan yang terletak di bagian Utara provinsi, mencakup WP
Bodebekpunjur dan sebagian WP Purwasuka, WP KK Cekungan Bandung Bodebekpunjur dan sebagian WP Purwasuka, WP KK Cekungan Bandung
I WP PURWASUKA
II
WP
BODEBEKPUNJUR IV
WP
VI III CIAYUMAJAKUNING
WP SUKABUMI DAN WP KK CEKUNGAN
BANDUNG
SEKITARNYA
V WP PRIATIM DAN PANGANDARAN
Sumber: RTRW Provinsi Jawa Barat 2009-2029
Gambar 6.3
Pembagian Wilayah Pengembangan Provinsi Jawa Barat
- kawasan yang terletak di bagian Timur provinsi, mencakup sebagian WP Ciayumajakuning, WP KK Cekungan Bandung dan WP Priangan Timur- Pangandaran,
yang didorong
perkembangannya; Didorong: memfasilitasi berkembangnya kegiatan budidaya yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tanpa mengabaikan fungsi lingkungan yang merupakan karakteristik khusus wilayah tersebut.
- kawasan yang terletak di bagian Selatan provinsi, meliputi sebagian WP KK Cekungan Bandung, WP Sukabumi dan sekitarnya serta WP Priangan Timur-Pangandaran, ditetapkan menjadi kawasan yang dibatasi perkembangannya; Dibatasi: pengembangan kota-kota perlu memperhatikan keseimbangan daya dukung lingkungan sesuai dengan kondisi dan karakteristik yang - kawasan yang terletak di bagian Selatan provinsi, meliputi sebagian WP KK Cekungan Bandung, WP Sukabumi dan sekitarnya serta WP Priangan Timur-Pangandaran, ditetapkan menjadi kawasan yang dibatasi perkembangannya; Dibatasi: pengembangan kota-kota perlu memperhatikan keseimbangan daya dukung lingkungan sesuai dengan kondisi dan karakteristik yang
- kawasan yang terletak di bagian Barat provinsi, meliputi sebagian WP Bodebekpunjur, WP KK Cekungan Bandung dan WP Sukabumi dan sekitarnya,
ditetapkan menjadi
kawasan
yang ditingkatkan
perkembangannya. Ditingkatkan: prioritas fasilitasi pembangunan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat menuju cita-cita yang diinginkan, tanpa mengabaikan fungsi lingkungan yang harus dijaga.
Keterkaitan fungsional antarwilayah dan antarpusat pengembangan tercantum pada Gambar 6.4.
WP PURWASUKA
I Kawasan Utara :
WP BODEBEKPUNJUR
II DIKENDALIKAN
IV
Kawasan Barat : DITINGKATKAN
WP CIAYUMAJAKUNING
VI III Kawasan Timur : WP KK CEKUNGAN BANDUNG DIDORONG
WP SUKABUMI DAN
SEKITARNYA Kawasan Selatan :
DIBATASI V WP PRIATIM DAN PANGANDARAN
Gambar 6.4 Keterkaitan Fungsional Antarwilayah dan Antarpusat Pengembangan
b. Kebijakan Pengembangan Struktur Ruang
1) Pemantapan peran perkotaan di Jawa Barat sesuai fungsi yang telah ditetapkan, yaitu PKN, PKW, dan PKL.
2) Pengembangan sistem kota-desa yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung serta fungsi kegiatan dominannya.
3) Pengendalian perkembangan kawasan perkotaan di wilayah Utara, serta wilayah yang berada di antara wilayah utara dan selatan untuk menjaga lingkungan yang berkelanjutan.
4) Pengendalian perkembangan sistem kota di wilayah Selatan dengan tidak melebihi daya dukung dan daya tampungnya.
5) Penataan dan pengembangan infrastruktur wilayah yang dapat menjadi pengarah, pembentuk, pengikat, pengendali dan pendorong pengembangan wilayah untuk mewujudkan sistem kota di Jawa Barat.
6) Mendorong terlaksananya peran wilayah pengembangan (WP) dan kawasan strategis provinsi (KSP) dalam mewujudkan pemerataan pertumbuhan wilayah dan sebaran penduduk.
7) Mengutamakan pembangunan hunian vertikal pada kawasan permukiman perkotaan guna optimalisasi dan efisiensi ruang budidaya yang semakin terbatas, terutama pada kawasan yang perlu dikendalikan.
8) Mengamankan kepentingan pertahanan dan keamanan negara sesuai dengan rencana tata ruang pertahanan dan keamanan.
c. Kebijakan Pengembangan Pola Ruang
1) Kebijakan Pengembangan Kawasan Lindung:
a) Pencapaian luas kawasan lindung sebesar 45%.
b) Menjaga kualitas kawasan lindung.
2) Kebijakan Pengembangan Kawasan Budidaya:
a) Mempertahankan lahan sawah berkelanjutan serta meningkatkan produktivitas pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan guna menjaga ketahanan pangan Jawa Barat dan Nasional.
b) Mendorong pengelolaan wilayah pesisir, dan pulau kecil dengan pendekatan keterpaduan ekosistem, sumberdaya dan kegiatan pembangunan berkelanjutan.
c) Mengoptimalkan potensi lahan budidaya dan SDA, guna mendorong pertumbuhan sosial ekonomi di wilayah yang belum berkembang karena keterbatasan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
3) Indikasi Program Pemanfaatan Ruang, meliputi:
a. Perwujudan Struktur Ruang
1) Pengembangan infrastruktur strategis: jaringan prasarana jalan, perhubungan, sumberdaya air, energi, dan permukiman.
2) Perwujudan ruang untuk kawasan perkotaan: PKN, PKW, PKL.
b. Perwujudan Pola Ruang
1) Pencapaian 45% kawasan lindung: Peningkatan luasan kawasan lindung hutan, peningkatan fungsi kawasan lindung, rehabilitasi lahan kritis di kawasan lindung, pemantapan fungsi konservasi kawasan lindung.
2) Penyediaan ruang ketahanan pangan.
3) Pelaksanaan
bencana: Tahap pencegahan dan mitigasi, tahap kesiapsiagaan, tahap tanggap darurat, tahap pemulihan, mitigasi bencana berdasarkan jenis bencana.
prinsip-prinsip mitigasi
4) Perwujudan ruang investasi sektor perekonomian: KUKM, Industri, perdagangan, pariwisata, lintas sektor.
c. Penanganan Kawasan Strategis Provinsi (KSP) RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029 menetapkan 24 KSP. Peraturan Perundang-undangan mengamanatkan penetapan KSP ditindaklanjuti dengan penyusunan Rencana Tata Ruang, dan kewenangan pemanfaatan ruang menjadi penanganan Provinsi. Hasil
komprehensif yang memperhatikan kebijakan dan rencana tata ruang nasional, rancangan akhir perubahan RTRW hanya mempertahankan 2 (dua) KSP Sukabumi dan sekitarnya yang menambahkan deliniasi Geopark Ciletuh, dan KSP BIJB dan Aerocity, dengan arahan penanganan tercantum dalam Tabel 6.4. KSP akan ditindaklanjuti dengan penyusunan Rencana Tata Ruang dan arahan penanganan yang disepakati oleh lintas sektor untuk mewujudkan penanganan kawasan secara terpadu.
evaluasi
dan
pertimbangan
Tabel 6.3
Rancangan Perubahan Kawasan Strategis Provinsi (KSP)
No Nama KSP Arahan Penanganan
1 KSP Sukabumi Mengembangkan kawasan agromarine bisnis dan Bagian Selatan Dsk
wisata minat khusus: kegiatan marine bisnis (tambak, PPI, pariwisata, geopark Ciletuh)
Menjaga
lingkungan pantai: Pengendalian sempadan pantai, penanganan rawan tsunami, pengendalian pemanfaatan ruang di pesisir
kelestarian
Meningkatkan aksesibilitas dan sarana penunjang
wisata
2 KSP Bandara Kawasan yang diprioritaskan menjadi kawasan Internasional Jawa
yang dapat mendorong perekonomian Jawa Barat Barat Dan Kertajati Mengembangkan bandara dan aerocity
Aerocity Mengintegrasikan dengan pengembangan wilayah
disekitarnya Kerjasama dengan pihak swasta
Sumber: Rancangan Akhir Perubahan RTRW Provinsi Jawa Barat 2009-2029, Bappeda, 2018
Berdasarkan kebijakan penataan ruang dalam RTRW Provinsi Jawa Barat, maka kebijakan dan strategi pembangunan RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2019-2023 mengarahkan :
1. Pembangunan sektoral sesuai kebijakan pengembangan wilayah, serta arahan struktur ruang dan pola ruang, agar terwujud efektivitas pengelolaan pembangunan, terpenuhinya sarana dan prasarana minimal di setiap pusat kegiatan, terpenuhinya pelayanan publik, konektivitas, perlindungan kawasan berfungsi lindung untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup, serta optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam untuk pengembangan sektor ekonomi.
2. Pembangunan wilayah tetap harus memperhatikan keseimbangan daya dukung lingkungan hidup, kelestarian fungsi lindung dan konservasi untuk keberlanjutan kehidupan masyarakat Jawa Barat terutama pemenuhan terhadap kuantitas dan kualitas air bersih, lahan hutan dan pangan, serta kegiatan sosial, ekonomi, dan fisik yang aman dari kerawanan bencana
3. Peningkatan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan dalam mewujudkan tujuan penataan ruang Jawa Barat dan rencana pembangunan Tahun 2019-2029, dengan lintas sektoral, lintas wilayah
pusat/provinsi/kabupaten/kota, yang
berkolaborasi dengan seluruh stakeholder pembangunan Jawa Barat.
4. Peningkatan tertib ruang melalui inovasi dalam pengendalian pemanfataan ruang serta pengawasan penataan ruang dan pembangunan.