17 hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk
mengetahui kebutuhan masyarakat.
2. Tujuan Hukum Ketenagakerjaan
Tujuan hukum ketenagakerjaan adalah untuk mencapai atau melaksanakan keadilan sosial dalam bidang ketenagakerjaan dan
untuk melindungi tenaga kerja terhadap kekuasaan yang tidak terbatas dari pengusaha, misalnya yang membuat atau
menciptakan peraturan-peraturan yang sifatnya memaksa agar pengusaha tidak bertindak sewenag-wenang terhadap para tenaga
kerja sebagai pihak yang lemah. Dari perumusan tersebut diatas dapatlah diambil kesimpulan
bahwa hukum ketenagakerjaan mempunyai unsur-unsur sebagai berikut; serangkaian peraturan yang tertulis maupun yang tidak
tertulis bahwa peraturan tersebut mengenai suatu kejadian dengan adanya orang yang bekerja pada orang lain majikan dan adanya
balas jasa yang berupa upah.
3
Sedangkan peranan hukum ketenagakerjaan adalah menyamakan keadilan sosial ekonomi tenaga kerja serta arah yang
harus ditempuh dalam mengatur kebutuhan ekonomi tenaga kerja sesuai dengan cita-cita dan aspirasi bangsa Indonesia dengan arah
3
Halili Toha, Hari Pramono, Hubungan Kerja Antara majikan Dan Buruh, Cetakan Pertama, Penerbit Bina Aksara, Jakarta, 1987, hal. 1.
18 gotong royong sebagai ciri khas kepribadian bangsa dan unsur
pokok Pancasila.
3. Sifat Hukum Ketenagakerjaan
Sifat hukum ketenagakerjaan dapat bersifat perdata privat dan bersifat publik. Dikatakan bersifat perdata adalah karena
manusia kita ketahui bahwa hukum perdata mengatur kepentingan perorangan, dalam hal ini antara tenaga kerja dan pengusaha, yaitu
dimana mereka mengadakan suatu perjanjian yang disebut dengan perjanjian kerja, sedangkan mengenai hukum perjanjian sendiri
terdapat atau diatur didalam KUHPerdata Buku Ke III. Disamping bersifat perdata juga bersifat publik pidana, adalah
: a. Dalam hal-hal tertentu atau pemerintah turut ikut campur dalam
masalah ketenagakerjaan. b. Adanya sanksi-sanksi atau aturan hukum didalam setiap
Undang-Undang atau Peraturan Perundang-undangan dibidang ketenagakerjaan.
Sedangkan hubungan antara buruh dan majikan pada hakekatnya adalah sebagai berikut :
a. Secara yuridis, Tenaga Kerja adalah bebas karena prinsip negara kita ialah bahwa tidak ada seorangpun boleh
diperbudak, diperukur, atau diperhambat.
19 b. Secara sosiologis adalah sebagai orang yang tidak mempunyai
bekal hidup selain dari pada tenaganya, terpaksa bekerja pada orang lain, dan majikan yang pada dasarnya menentukan
syarat-syarat kerja. Dengan demikian segala sesuatu mengenai hubungan kerja
antara tenaga kerja dengan majikan diserahkan pada kebijaksanaan kedua belah pihak yang langsung berkepentingan,
maka untuk mencapai suatu keseimbangan antara kedua belah pihak dan memenuhi rasa keadilan sosial yang merupakan tujuan
pokok ketenagakerjaan, oleh karena itu pemerintah mengadakan peraturan-peraturan dan tindakan-tindakan yang bertujuan
melindungi pihak-pihak yang lemah.
B. Ketentuan Perjanjian Pada Umumnya