Standar Indonesia Rubber Karet Alam

Sesuai dengan namanya karet alam berasal dari alam yakni terbuat dari getah tanaman karet, baik spesies Ficus elatica maupun Hevea brasiliensis. Sifat-sifat atau kelebihan karet alam diantaranya memiliki daya elastisitas atau daya lenting yang sempurna dan sangat plastis sehingga mudah diolah, karet alam juga tidak mudah panas dan tidak mudah retak. Kelemahan karet alam terletak pada keterbatasannya dalam memenuhi kebutuhan pasar. Saat pasar membutuhkan pasokan tinggi, para produsen karet alam tidak bisa menggenjot produksinya dalam waktu singkat, sehingga harganya cenderung tinggi Setiawan Agus, 2008. Walaupun memiliki beberapa kelemahan, akan tetapi karet alam tetap mempunyai pangsa pasar yang baik karena kelebihan karet alam itu sendiri tidak dapat digantikan oleh karet sintetis. Beberapa indusri tertentu tetap memiliki ketergantungan yang besar terhadap pasokan karet alam, misalnya industri ban yang merupakan pemakai terbesar karet alam. Sifat fisika dari karet alam dapat dilihat dari tabel 2.1 Tabel 2.1 Sifat Fisika dari Karet Alam Sifat Fisika Ukuran Densitas pada 20 C 0,906-0,916 gcm 3 Nilai pembiasan 1,591 Pembakaran panas 45,2 KJkg Konduktifitas listrik 2 x 10 -15 – 1 x10 -13 Sumber : Bhatnagar, 2004

2.3.1 Standar Indonesia Rubber

Standar Indonesia Rubber SIR adalah produk karet alam yang baik processing ataupun penentuan kualitasnya, dilakukan secara spesifikasi teknis. Ketentuan- Universitas Sumatera Utara ketentuan tentang SIR mulanya didasarkan pada Surat Keputusan Menteri Perdagangan No. 147KepV1969 yang isinya berupa ketentuan-ketentuan yang menyangkut SIR yang kriterianya tercantum pada tabel 2.2 Tabel 2.2 Standart Spesifikasi SIR Spesifikasi SIR 5 SIR 20 SIR 35 SIR 50 Kadar kotoran 0,05 0,20 0,35 0,50 Kadar abu 0,50 0,75 1,00 1,21 Kadar zat menguap 1,00 1,00 1,00 1,00 Sumber : Setyamidjaja, 1993 Untuk setiap SIR tersebut harus ditentukan nilai Plastisity Retention Index PRI-nya dan digolongkan dengan menggunakan simbol huruf H, M, dan S. H menunjukkan nilai PRI-nya sebesar 80; M untuk nilai PRI antara 60-79; dan S untuk nilai PRI antara 30-59. Karet dengan nilai PRI kurang dari 30 tidak boleh dimasukkan kedalam golongan SIR. PRI adalah ukuran terhadap tahan usangnya karet dan juga sebagai petunjuk mudah tidaknya karet tersebut dilunakkan dalam gilingan pelunak. Makin tinggi nilai PRI, makin tinggi pula kualitas karet tersebut. Untuk menentukan nilai PRI digunakan alat yang disebut Wallace Plastemeter. Dengan berkembangnya penelitian, dewasa ini sebagai dasar penentuan SIR dipakai surat keputusan Menteri Perdagangan tahun 1972. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.3 Spesifikasi karet SIR yang diubah sesuai SK Menperdag No.293KPX1972Spesifikasi Standard Indonesia Rubber SIR 5CV 5LV 5L 5 10 20 50 Kadar kotoran maks 0,05 0,05 0,05 0,05 0,10 0,20 0,50 Kadar abu maks 0,50 0,50 0,50 0,50 0,75 1,00 1,50 Kadar zat menguap maks 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 PRI min - - 60 60 50 40 30 Po min - - 30 30 30 30 30 Indeks warna - - 6 - - - - lovibond.maks ASH-T maks 8 8 - - - - - Sari aseton - 6-8 - - - - - Warna kode hijau hijau hijau hijau coklat merah kuning Sumber : Setyamidjaja, 1993 Dengan demikian hingga saat ini, semua karet remah SIR yang diekspor harus memiliki persyaratan mutu seperti yang ditetapkan dalam surat keputusan Menperdag tersebut. Untuk mengamankan kualitas SIR, suatu produk SIR harus mendapatkan pengawasan 4 macam laboratorium, yaitu laboratorium standart, laboratorium control, laboratorium komersial dan laboratorium pabrik. Semua sarana penentuan ini dimaksudkan agar SIR dapat bersaing dengan produk karet bongkah yang berasal dari negara produsen karet bongkah selain Indonesia yang memiliki standart sendiri-sendiri, seperti Standart Malaysia Rubber SMR dari Malaysia, Standart Singapore Rubber SSR dari Singapore dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Jenis-jenis Karet Alam

Dokumen yang terkait

Pengaruh Variasi Karbon Sebagai Bahan Pengisi Pada Proses Pengolahan Senyawa Terhadap Kekerasan (Hardness) Pada Proses Pembuatan Dock Fender Di PT. Industri Karet Nusantara

1 46 53

Pengaruh Penambahan Carbon Black Sebagai Bahan Pengisi Pada Proses Pengolahan Compound Terhadap Kekerasan (Hardness) Pada Proses Pembuatan Packing Pintu Rebusan Di PT. Industri Karet Nusantara

3 56 38

Pengaruh Penambahan Kalsium Karbonat (CaCO3) Sebagai Bahan Pengisi Terhadap Kekerasan (Hardness) Pada Produk Karet Flexible Joint Di PT. Industri Karet Nusantara

5 93 38

Pengaruh Perbandingan Jumlah Carbon Black Dan Kalsium Karbonat Sebagai Bahan Pengisi Terhadap Kekerasan (Hardness) Pada Rubber Coupling Dengan Bahan Baku SIR 3 L Di PT. Industri Karet Nusantara

7 52 50

Pengaruh Carbon Black Sebagai Bahan Pengisi Terhadap Kekerasan (Hardness) Kompon Pada Proses Pembuatan Ban Berjalan (Conveyor Belt) Di PT. Industri Karet Nusantara

6 66 53

Pengaruh Carbon Black Sebagai Bahan Pengisi Terhadap Kekerasan (Hardness) Kompon Pada Proses Pembuatan Ban Berjalan (Conveyor Belt) Di PT. Industri Karet Nusantara

0 0 1

Pengaruh Carbon Black Sebagai Bahan Pengisi Terhadap Kekerasan (Hardness) Kompon Pada Proses Pembuatan Ban Berjalan (Conveyor Belt) Di PT. Industri Karet Nusantara

0 0 4

Pengaruh Carbon Black Sebagai Bahan Pengisi Terhadap Kekerasan (Hardness) Kompon Pada Proses Pembuatan Ban Berjalan (Conveyor Belt) Di PT. Industri Karet Nusantara

0 0 13

Pengaruh Carbon Black Sebagai Bahan Pengisi Terhadap Kekerasan (Hardness) Kompon Pada Proses Pembuatan Ban Berjalan (Conveyor Belt) Di PT. Industri Karet Nusantara

0 0 2

Pengaruh Carbon Black Sebagai Bahan Pengisi Terhadap Kekerasan (Hardness) Kompon Pada Proses Pembuatan Ban Berjalan (Conveyor Belt) Di PT. Industri Karet Nusantara

0 0 3