PENGENAAN INSENTIF DAN DISINSENTIF

7.3.4 PENGENAAN INSENTIF DAN DISINSENTIF

Pengenaan insentif dan disinsentif berdampak pada masalah pemilikan perseorangan dan kepentingan umum, bahkan akan menyebabkan adanya pembatasan terhadap kepemilikan tersebut. Pada dasarnya ada 4 asas yang dapat dijadikan landasan untuk penerapan pengenaan insentif dan disinsentif tersebut, yaitu:

1) Penetapan Penguasaan dan Pemilikan Hak Atas Lahan

Penetapan status hak atas lahan (tanah) di Indonesia telah diatur di dalam Undang-Undang No. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, yang menyatakan bahwa Negara mempunyai hak untuk menguasai bumi, air dan ruang angkasa. Di dalam hal ini sebenarnya sudah terkandung juga pengertian hak untuk membangun (development right).

Pemerintah mempunyai kewenangan yang cukup untuk melakukan pengaturan dan penyelenggaraan pemanfaatan lahan tersebut, akan tetapi hal ini kurang di sadari sepenuhnya oleh masyarakat.

2) Police Power

Kewenangan Police Power adalah kewenangan yang dipunyai pemerintah untuk melakukan “pengaturan, pengawasan, dan pengendalian” pembangunan di atas lahan maupun kegiatan-kegiatan manusia yang menghuninya. Kewenangan ini

harus dilakukan dengan alasan yang bertujuan untuk memberikan keuntungan kepada masyarakat luas, yaitu memberikan perlindungan dan menunjang terjaminnya kesehatan masyarakat, keamanan, moral dan kesejahteraan masyarakat. Penerapan police power ini dianggap sebagai salah satu ”limitation on private property ” karena itu pembenaran alasan untuk kepentingan dan kesejahteraan umum menjadi sangat penting dan sangat mendasar (Richardson, R.U, 1949).

Pemerintah Amerika Serikat menggunakan Planning dan Zoning sebagai alat untuk menerapkan police power, sedangkan Pemerintah Britania Raya menggunakan Structure Plan dan Local Plan disertai dengan penetapan permission for development. Lebih lanjut juga dilakukan pengenaan development charge, sebagai kompensasi terhadap adanya peningkatan intensitas bangunan dan kegiatan dan development value di atas lahan yang terjadi perubahan pemanfaatan lahan tersebut. Sifat pengenaan police power ini pada dasarnya adalah melakukan pelarangan terhadap tindakan pembangunan dan kegiatan Pemerintah Amerika Serikat menggunakan Planning dan Zoning sebagai alat untuk menerapkan police power, sedangkan Pemerintah Britania Raya menggunakan Structure Plan dan Local Plan disertai dengan penetapan permission for development. Lebih lanjut juga dilakukan pengenaan development charge, sebagai kompensasi terhadap adanya peningkatan intensitas bangunan dan kegiatan dan development value di atas lahan yang terjadi perubahan pemanfaatan lahan tersebut. Sifat pengenaan police power ini pada dasarnya adalah melakukan pelarangan terhadap tindakan pembangunan dan kegiatan

3) Eminet Domain

Apabila masyarakat menghendaki, dan dengan alasan untuk kepentingan umum, pemanfaatan lahan yang telah ada dapat dilakukan tindakan pengambilalihan atau pencabutan hak atas tanah. Tindakan ini dilakukan Pemerintah sesuai dengan batas kewenangannya, dengan syarat substantif (masuk akal dan diterima oleh masyarakat atas dasar kepentingan umum dan mendapat ganti- rugi yang layak) dan syarat prosedural (mendapat perlakuan hukum yang sama dan adil).

Instrumen ini menyebabkan penggusuran dan pemindahan penduduk yang menyebabkan keresahan bagi masyarakat, terutama karena ketidaksesuaian dalam pemenuhan syarat substantif tersebut (alasan kepentingan umum yang tidak jelas, dan besar ganti rugi yang tidak menguntungkan masyarakat), dan perlakuan syarat prosedural yang timpang dan tidak adil, karena itu instrumen ini seringkali dihindari.

4) Pajak dan Retribusi

Pajak dan retribusi yang dikenakan harus dilandasi kewenangan hukum yang jelas (berdasarkan peraturan daerah atau Undang-Undang) dan merupakan beban atau pungutan yang dimaksudkan untuk kepentingan umum dan dilaksanakan secara adil tanpa diskriminasi. Pengenaan untuk pengendalian pemanfaatan lahan dilakukan untuk mencegah atau mengurangi kegiatan pembangunan yang tidak dikehendaki. Pajak dan retribusi bukan semata-mata untuk meningkatkan pendapatan daerah, tetapi hendaknya juga memperhatikan aspek pemerataan dan pemanfaatannya sebagi perangkat pengelolaan dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Salah satu contoh adalah pajak lahan kosong (vacant land tax). Lahan perkotaan yang dibiarkan kosong atau terlantar tidak dimanfaatkan/ dibangun dikenakan pajak yang lebih tinggi daripada lahan yang dimanfaatkan secara efisien. Maksud pengenaan pajak ini adalah untuk melakukan insentif agar lahan kosong dapat segera dimanfaatkan/dibangun. Bentuk retribusi terhadap izin Salah satu contoh adalah pajak lahan kosong (vacant land tax). Lahan perkotaan yang dibiarkan kosong atau terlantar tidak dimanfaatkan/ dibangun dikenakan pajak yang lebih tinggi daripada lahan yang dimanfaatkan secara efisien. Maksud pengenaan pajak ini adalah untuk melakukan insentif agar lahan kosong dapat segera dimanfaatkan/dibangun. Bentuk retribusi terhadap izin

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang dilaksanakan di Indonesia sebenarnya sudah mengatur pengenaan pajak secara progresif. Dengan menentukan indeks penentuan pajak yang tepat, PBB dapat dijadikan insentif ataupun disinsentif pengarahan pemanfatan lahan atau pembangunan ke arah yang dikehendaki.