Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini berinvestasi di pasar modal merupakan salah satu sarana untuk berinvestasi yang lebih diminati dibandingkan sektor perbankan. Investasi dalam pasar modal memungkinkan investor menanamkan dananya di pasar modal tidak hanya bertujuan untuk investasi jangka pendek tetapi juga bertujuan untuk memperoleh pendapatan untuk jangka panjang. Untuk berinvestasi investor membutuhkan informasi yang berguna untuk menjadi acuan bagi investor untuk memilih perusahaan yang menjadi tujuan berinvestasi. Informasi yang digunakan oleh para investor dikelompokkan dalam dua hal yaitu informasi fundamental dan informasi yang bersifat teknikal. Informasi fundamental adalah informasi yang berhubungan dengan kondisi perusahaan yang umumnya ditunjukkan dalam laporan keuangan yang merupakan salah satu ukuran kinerja perusahaan. Informasi fundamental sering digunakan untuk memprediksi harga saham. Dari laporan keuangan dapat diketahui beberapa informasi fundamental antara lain : Rasio-rasio keuangan, arus kas, serta ukuran- ukuran kinerja lainnya yang dihubungkan dengan return saham. Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Menurut Jogiyanto 1998: 109, return saham dibedakan menjadi dua yaitu return realisasi realized return dan return ekspektasi expected return. Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasrkan data historis. Universitas Sumatera Utara Return relisasi ini penting dalam mengukur kunerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan risiko di masa yang akan datang. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan di masa yang akan datang dan masih bersifat tidak pasti. Dalam melakukan investasi investor dihadapkan pada ketidakpastian antara return yang akan diperoleh dengan resiko yang akan dihadapi. Semakin besar return yang diperoleh dari investasi, semakin besar pula resikonya. Sehingga dikatakan bahwa return ekpektasi memiliki hubungan positif dengan resiko. Komponen return terdiri dari dua jenis yaitu current income dan capital gain. Current income adalah keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran yang bersifat periodik, seperti pembayaran bunga obligasi, dividen dan lain-lain. Current income, disebut juga sebagai pendapatan lancar, adalah keuntungan yang diterima biasanya dalam bentuk kas atau setara kas, sehingga dapat diuangkan secara cepat. Sedangkan capital gain yaitu keuntungan yang diterima karena adanya selisih antar harga jual dan harga beli dari instrumen investasi. Capital gain sangat tergantung dari harga pasar saham, yang berarti bahwa saham harus diperdagangkan di pasar. Banyak indikator penelitian yang mempengaruhi return saham, namun peneliti berfokus padaa indikator penelitian EVA , MVA dan PER. Economic value added merupakan indikator untuk menilai kinerja perusahaan. Economic Value Added EVA diperkenalkan oleh Stern Stewart Co. Adanya perkembangan pemikiran, untuk mengatasi keterbatasan dan kelemahan rasio, maka diperkenalkan EVA Economic Value Added sebagai Universitas Sumatera Utara ukuran tunggal kinerja perusahaan. EVA merupakan suatu pendekatan atau metode baru untuk mengukur kinerja operasional suatu perusahaan yang memperhatikan kepentingan dan harapan penyedia dana kreditor dan pemegang saham Young, et al Stern Steward menghitung EVA sebagai laba operasi setelah pajak dikurangi dengan total biaya modal. Total biaya modal dihitung dengan cara mengalikan total biaya dengan total modal yang diinvestasikan. Stern Steward melakukan beberapa penyesuaian terhadap laba operasi setelah pajak yang disusun menurut Standar Akuntansi Keuangan. Penyesuaian yang dilakukan adalah dengan menambah cadangan-cadangan ekuitas ke laba operasi setelah pajak. Pada penelitian yang dilakukannya di Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya, EVA berhasil menciptakan kekayaan bagi para pemegang sahamnya. Economic Value Added EVA mencoba mengukur nilai tambah yang dihasilkan suatu perusahaan dengan cara mengurangi beban biaya modal cost of capital yang timbul akibat adanya investasi yang dilakukan. Metode Economic Value Added EVA berusaha mengukur nilai tambah yang dihasilkan perusahaan dengan memperhatikan biaya modal yang meningkat, karena biaya modal menggambarkan suatu resiko bagi perusahaan. Oleh karena itu, manajer berusaha untuk berfikir dan bertindak seperti para investor, yaitu memaksimalkan tingkat pengembalian return dan meminimumkan tingkat biaya modal cost of capital sehingga nilai tambah perusahaan dapat dimaksimalkan. Economic Value Added EVA merupakan indikator tentang adanya penciptaan nilai dari suatu investasi. Universitas Sumatera Utara EVA berbeda dengan perhitungan berbasis rasio keuangan. EVA mengikutsertakan perhitungan biaya modal yang dimiliki perusahaan. Biaya modal merupakan biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh modal untuk menjalankan kegiatan operasionalnya sehingga tercapai tujuan perusahaan. Laba operasi diatas biaya modal menunjukkan perusahaan telah mampu menciptakan nilai bagi pemegang saham. Menurut Djahwir 2005 “makin besar value added yang mereka perusahaan ciptakan, potensi keutungan bagi investor juga makin tinggi”. Hal ini dapat berdampak pada harga saham, dengan ketertarikan akan keuntungan yang diciptakan oleh perusahaan. Maka hal ini juga akan berdampak positif terhadap return saham. Tingkatan dari Economic Value Added dalam mengukur kinerja perusahaan adalah Market Value Added. Young O’Byrne 2001:26 menyatakan bahwa Market Value Added MVA adalah perbedaan antara nilai pasar perusahaan termasuk ekuitas dan utang dan modal keseluruhan yang diinvestasikan dalam perusahaan. MVA secara teknis diperoleh dengan cara mengalikan selisih antara harga pasar per lembar saham stock price per share dan nilai buku per lembar saham book value per share. Nilai pasar adalah nilai perusahaan, yakni jumlah nilai pasar dari semua tuntutan modal terhadap perusahaan oleh pasar modal pada tanggal tertentu. MVA meningkat hanya jika modal yang diinvestasikan mendapatkan angka pengembalian lebih besar dari pada biaya modal. Semakin besar MVA, semakin baik. MVA yang negatif berarti nilai dari investasi yang dijalankan manajemen kurang dari modal yang Universitas Sumatera Utara diserahkan kepada perusahaan oleh pasar modal, yang berarti bahwa kekayaan telah dimusnahkan Young, 2001:27. MVA merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan mengalokasikan sumber-sumber yang sesuai. MVA juga merupakan indikator yang dapat mengukur seberapa besar kekayaan perusahaan yang telah diciptakan untuk investornya atau MVA menyatakan seberapa besar kemakmuran yang telah dicapai. Selain MVA, analisis rasio keuangan juga mampu sebagai landasan bagi investor untuk menetapkan keputusan berinvestasi pada perusahaan. Rasio Ukuran Pasar Rasio ini disebut juga market meansure Wild, Subramanyam. 2010:45. Analisis rasio keuangan yang menjadi obyek penelitian bagi peneliti adalah Price Earning Ratio PER. PER merupakan salah satu rasio ukuran pasar yang sering digunakan investor. Price Earning Ratio PER adalah rasio pasar yang berhubungan dengan laba per saham. PER yang tinggi menunjukkan prospek yang baik pada harga saham, namun semakin tinggi pula resikonya. PER yang rendah dapat berarti laba perusahaan yang tinggi, dan potensi dividen yang tinggi pula. Price Earning merupakan contoh dari rasio keuangan dan beberapa indikator penting yang sering digunakan untuk menilai ukuran pasar. Price Earning ratio adalah ‘perbandingan antara harga saham dengan laba bersih perusahaan’, dimana harga saham sebuah emiten dibandingkan dengan laba bersih Universitas Sumatera Utara yang dihasilkan oleh emiten tersebut dalam setahun. Price Earning ratio mengukur jumlah uang yang akan dibayar oleh investor untuk setiap rupiah pendapatan perusahaan. Semakin tinggi Price Earning ratio maka semakin besar kepercayaan investor terhadap masa depan perusahaan. Hal ini akan berdampak terhadap harga saham. Dengan demikian kinerja yang positif, akan memberi pengaruh yang positif bagi return saham Stice, et al. Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai pengaruh EVA, MVA dan rasio keuangan terhadap return saham mengalami banyak perbedaan antara peneliti yang satu dengan yang lainnya. Raden Tinneke 2007, yang menggunakan PER sebagai variabel independen berpengaruh negatif secara signifikan terhadap return saham, PBV berpengaruh positif secara signifikan, EVA dan DER berpengaruh secara positif tetapi tidak signifikan, ROE harus dikeluarkan dari analisis karen multikolinier dengan PBV. Yogi Marshal 2009, yang menggunakan EVA, MVA dan arus kas operasi sebagai variabel independen mendapatkn hasil Economic value added, market value added, dan arus kas operasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Wahyuni Peni Padan 2012 mennyimpulkan secara simultan variabel independen Price earning ratio, Price to book value dan Debt to equity Ratio berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Sedangkan, Secara parsial hanya variabel PBV, DER yang berpengaruh signifikan terhadap return saham. Universitas Sumatera Utara Dari permasalahan yang dikemukakan di atas dan data yang ditampilkan, peneliti tertarik untuk menganalisis apakah ada pengaruh antara Price Earning Ratio, EVA dan MVA terhadap return saham. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian-penelitian terdahulu. Hal ini menyebabkan peneliti ingin menguji kembali hasil dari penelitian terdahulu karena adanya perbedaan hasil akhir dari setiap penelitian yang pernah ada. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian terdahulu yaitu dengan menggunakan sampel yang lebih banyak dan untuk periode laporan keuangan tahun 2009-2011 pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia,sehingga diharapkan penelitian ini menjadi lebih terbaru. Berdasarkan uraian diatas,maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ “Pengaruh Price Earning PER, Economic Value Added EVA dan Market Value Added MVA Terhadap Return Saham”

1.2 Rumusan Masalah