Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Economic Value Added (EVA), dan Market Value Added (MVA) terhadap Return Saham

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1Tinjauan teori

2.1.1 Teori Sinyal (signaling theory)

Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi.

Informasi yang diterima oleh investor terlebih dahulu diterjemahkan sebagai sinyal yang baik (good news) atau sinyal yang buruk (bad news). Tingkat laba yang dilaporkan perusahaan melalui laporan laba rugi dapat diterjemahkan menjadi sinyal baik maupun sinyal yang buruk. Apabila laba yang dilaporkan oleh perusahaan meningkat maka informasi tersebut dapat dikategorikan sebagai sinyal baik karena mengindikasikan kondisi perusahaan yang baik. Sebaliknya apabila laba yang dilaporkan menurun maka perusahaan berada dalam kondisi tidak baik sehingga dianggap sebagai sinyal yang buruk.

Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan (Jama’an, 2008). Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa laporan


(2)

keuangan, promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain.

Laporan keuangan hendaknya memuat informasi yang relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor maka perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan secara terbuka dan transparan. Sehingga laporan keuangan perusahaan tersebut dapat dilihat sebagai sinyal yang baik bagi para investor.

Informasi yang dianggap sebagai sinyal baik bagi investor tersebut akan berpengaruh terhadap harga saham. Dimana harga saham di perusahaan itu menjadi naik. Dengan demikian sinyal baik atau sinyal buruk berpengaruh terhadap tingkat pengembalian saham (return saham) suatu perusahaan.

2.1.2 Return Saham

Tujuan utama dari penanaman modal (investasi) yang dilakukan oleh investor adalah memperoleh keuntungan. Dalam pasar modal, keuntungan yang menjadi tujuan utama investor disebut dengan return. Return (kembalian) merupakan tingkat keuntungan yang diperoleh pemodal atau investor atas investasi yang dilakukan. Setiap investasi baik jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan pokok untuk mendapatkan keuntungan yang disebut sebagai return baik langsung maunpun tidak langsung (Robert Ang, 1997 dalam Faried). Menurut Zubir (2011:2) “saham adalah sertifikat bukti kepemilikan sebuah perusahaan. pemilik saham berhak atas laba perusahaan yang disebut


(3)

sebagai deviden dan juga menanggung resiko bila perusahaan merugi”. Dalam berinvestasi, investor yang rasional akan mempertimbangkan dua hal yaitu pendapatan yang diharapkan (expected return) dan risiko (risk) yang terkandung dari alternatif investasi yang dilakukan. Karena, tujuan investasi dalam saham merupakan tujuan jangka panjang sehingga investor perlu melihat dan menganalisis return saham. Komponen Return saham terdiri dari dua macam yaitu capital gain dan deviden yield. Capital gain adalah selisih antara harga jual dan harga beli saham per lembar dibagi dengan harga beli, dan deviden yield adalah deviden per lembar dibagi dengan harga beli saham per lembar (Zubir, 2011:4).

Untuk mengukur return saham ada dua cara menurut Zubir (2011:4) yang paling sering digunakan yaitu :

1. Rerata hitung (arithmetic mean)

Rerata hitung yaitu nilai yang dihitung dengan membagi jumlah suatu series

angka atau data (ΣRi) dengan banyak data yang tersedia (n). Nilai rerata

hitung merupakan ukuran terhadap central tendency suatu distribusi return selama periode tertentu.

2. Rerata ukur (geometric mean)

Rerata ukur banyak digunakan dalam bidang keuangan, khususnya untuk menghitung tingkat pertumbuhan realisasi perubahan kekayaan selama beberapa periode yang lalu. Rerata ukur didefinisikan sebagai akar pangkat dari perkalian return relative selama n periode atau disebut juga compound rate of return.


(4)

Dalam penelitian ini return yang diukur adalah return saham, yaitu hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan mengabaikan deviden.

Ri =

Dimana:

Ri = Return saham

Pt= Harga saham pada periode t = Harga saham pada periode t-1

2.1.3 Rasio Keuangan

Rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan.rasio keuangan merupakan suatu perhitungan rasio dengan menggunakan laporan keuangan sebagai alat ukur. Hubungan dalam rasio keuangan dinyatakan dalam hubungan matematis antara dua kuantitas dalam bentuk perbandingan antara perkiraan-perkiraan laporan keuangan. Agar bermakna, sebuah rasio harus mengacu pada hubungan ekonomis yang penting. Meskipun perhitungan rasio merupakan operasi arimatika sederhana, interpretasinya lebih kompleks.

1. Menurut Stice, etc al (2009:141) “hubungan antara jumlah-jumlah pada laporan keuangan disebut rasio keuangan”. Rasio keuangan membandingkan nilai sebuah komponen neraca dengan informasi lain tentang struktur dan


(5)

operasional usaha. Hasil perbandingan akan mencerminkan keadaan perusahaan.

2. Rasio keuangan atau analisis rasio (ratio analysis) merupakan salah satu alat analisis keuangan yang populer dan banyak digunakan (Wild, Subramanyam, 2010:40). Rasio keuangan perannya penting dan dapat menjadi pedoman dalam mengevaluasi kegiatan aktivitas perusahaan, selain itu membandingkan kinerja dan hasil yang dicapai perusahaan antara periode tahun-tahun sebelumnya. Juga dapat menjadi ukuran perbandingan dengan perusahaan lainnya.

Menurut Wild, Subramanyam (2010:44) rasio dapat diklasifikasikan menjadi 5 tipe berikut ini yaitu :

1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi biasanya dalam jangka pendek. Rasio ini dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban jangka pendeknya. Menurut Stice, et al (2009:806) “rasio lancar adalah sebuah ukuran tidak langsung atas kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang akan datang”. Rasio-rasio berdasarkan arus kas dari kegiatan operasi memberikan indikasi langsung terhadap kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas yang cukup untuk memenuhi prediksi jumlah kas yang harus dipenuhi. Pihak kreditor jangka pendek sangat peduli dengan rasio lancar ini.


(6)

2. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perushaan dibiayai oleh utang. Dalam artian luas rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan memenuhi seluruh kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut Stice, et al (2009:145) “rasio solvabilitas atau leverage merupakan perbandingan jumlah kewajiban terhadap jumlah asset yang ada pada sebuah perusahaan memberikan indikasi sejauh mana dana yang dipinjamkan untuk mendanai leverage investasi pemilik dan meningkatkan ukuran perusahaan”. 3. Rasio Aktivitas

Menurut David (2004:160) “rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber dayanya”. Menurut Wild, Subramanyam (2010:45) rasio aktivitas dapat dklasifikasikan menjadi “rasio perputaran kas (cash turover), rasio perputaran piutang usaha (account receveible turnover), rasio perputaran persediaan (inventory turnover), rasio perputaran modal kerja (working capital turnover), rasio perputaran aset tetap (PPE turnover), dan rasio perputaran total aset (total asset turnover).

4. Rasio profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjualan, assets maupun modal sendiri. Rasio ini


(7)

memberikan ukuran mengenai efektifitas perusahaan dalam memperoleh keuntungan dan ukuran tingkat efektivitas manajemen perusahaan.

5. Rasio Ukuran Pasar

Rasio ini disebut juga market meansure (Wild, Subramanyam. 2010:45). Analisis rasio keuangan yang menjadi obyek penelitian bagi peneliti adalah rasio ukuran pasar.

2.1.4 Economic Value Added (EVA)

EVA (Economic Value Added) adalah ukuran nilai tambah ekonomis (value creation) yang dihasilkan perusahaan sebagai akibat dari aktifitas atau strategi manajemen. EVA mengukur nilai tambah yang dihasilkan suatu perusahaan dengan cara mengurangi beban biaya modal (cost of capital) yang timbul sebagai akibat investasi yang dilakukan.

Definisi Economic Value Added yang dikemukakan beberapa ahli adalah: - Stewart (Utomo, 1999:36)

Economic Value Added (EVA) is a residual income measure that substract the cost of capital from the operating profits generated in the business. - S. David Young & Stephen F. O’Byrne, 2001:831

Economic Value Added (EVA) adalah tolok ukur kinerja keuangan dengan mengukur perbedaan antara pengembalian atas modal perusahaan dengan biaya modal.


(8)

- Erich A. Helfert (2000 : 406)

Economic Value Added (EVA) represent a yardstick for measuring whether a business is earning above cost of capital of resources (capital base) it employs.

Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa Economic Value Added (EVA) merupakan jumlah uang yang diciptakan oleh perusahaan dengan mengurangkan beban modal dari Net Operating After Tax (NOPAT) yang menggambarkan pengembalian atas modal yang dikeluarkan untuk investasi oleh perusahaan.

Konsep EVA/Nilai Tambah Ekonomis merupakan pendekatan baru dalam menilai kinerja perusahaan dengan memperhatikan secara adil ekspektasi para penyandang dana. Tidak seperti ukuran kinerja konvensional, konsep EVA dapat berdiri sendiri tanpa perlu dianalisa perbandingan dengan perusahaan sejenis ataupun membuat analisa kecenderungan/trend. Nilai Tambah Ekonomis positif jika pengembalian yang dihasilkan lebih tinggi daripada tingkat pengembalian yang diinginkan investor. Hal ini sejalan dengan tujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Sedangkan Nilai Tambah Ekonomis negatif menandakan bahwa nilai perusahaan berkurang sehingga tingkat pengembalian yang dihasilkan lebih rendah daripada tingkat pengembalian yang dituntut oleh investor, yang berarti perusahaan tidak berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal.

2.1.4.1 Rumus perhitungan EVA

EVA dapat dihitung dengan rumus :


(9)

Unsur-unsur EVA antara lain NOPAT dan Cost of capital. Laba Operasi Sesudah Pajak (NOPAT/ Net Operating Profit After Tax) merupakan sejumlah laba perusahaan yang akan dihasilkan jika perusahaan tersebut tidak memiliki utang dan tidak memiliki aset finansial. NOPAT dapat dihitung dengan rumus:

NOPAT = EBIT (1-Tarif Pajak)

Biaya modal (capital charges) adalah aliran kas yang dibutuhkan untuk mengganti dana para investor atas resiko dari modal yang ditanamkannya.

Rumusnya adalah:

Capital charges = WACC x Invested Capital (1) Biaya modal rata-rata (WACC)

WACC atau biaya modal rata-rata tertimbang adalah biaya ekuitas dan biaya utang dikalikan presentase ekuitas dan utang dalam struktur modal perusahaan. WACC dihitung dengan rumus:

WACC = {(D x Rd) x (1-Tax) + (E x Re)

Dimana dalam menghitung WACC suatu perusahaan harus mengetahui sebagai berikut:

Tingkat Modal (D) = x 100%

Cost of Debr (Rd) = x 100%

Tingkat modal dan ekuitas (E) = x 100%

Cost of equity (Re) x 100%


(10)

(2) invested capital

Cara menghitung invested capital dengan rumus:

Invested capital = total hutang & ekuitas – hutang jangka pendek

Total hutang dan ekuitas menunjukkan beberapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang. Pinjaman jangka pendek tanpa bunga merupakan pinjaman yang digunakan perusahaan yang pelunasan maupun pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, dan atas pinjaman itu tidak dikenai bunga, seperti hutang usaha, hutang pajak, biaya yang masih harus dibayar, dan lain-lain.

2.1.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Economic Value Added (EVA)

EVA memiliki beberapa kelemahan dan keunggulan, sebagai penilai kinerja perusahaan EVA memiliki beberapa keunggulan. Berikut keunggulan EVA menurut Pradhono, Christiawan 2004:

1. EVA sebagai pengukur kinerja terletak pada kemampuannya untuk menyatukan tiga fungsi manajemen, yaitu : capital budgeting, performance appraisal dan encentive compensation

2. EVA merupkan ukuruan kinerja keuangan yang paling baik untuk menjelaskan economic profit suatu perusahaan, dibandingkan dengan ukuran yang lain.

3. EVA juga merupakan ukuran kinerja yang berkaitan langsung dengan kemakmuran pemegang saham sepanjang waktu.


(11)

Menurut Iramani, 2005 EVA juga memiliki keunggulan yang lain yaitu sebagai berikut :

a. EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan memperhitungkan sebagai konsekuensi investasi.

b. Konsep EVA adalah sebagai alat perusahaan dalam mengukur harapan dari segi ekonomis dalam pengukurannya yaitu dengan memperhatikan harapan para penyandang dana secara adil dimana derajat keadilan dinyatakan dengan ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar dan bukan pada nilai buku.

c. Perhitungan EVA dapat dipergunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding seperti standar industri atau data perusahaan lain sebagai konsep penilaian.

d. Konsep EVA dapat digunakan sebagai dasar penilaian pemberian bonus pada karyawan terutama pada divisi yang memberikan EVA lebih sehingga dapat dikatakan bahwa EVA menjalankan stakeholders satisfaction concepts.

e. Pengaplikasian EVA yang mudah menunjukkan bahwa konsep tersebut merupakan ukuran praktis, mudah dihitung, dan mudah digunakan sehingga merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam mempercepat pengambilan keputusan bisnis.


(12)

Namun EVA juga memiliki kelemahan, menurut Pradoho, Christiawan. 2004, yaitu sebagai berikut :

1. Sebagai ukuran kinerja masa lampau EVA tidak mampu memprediksi dampak strategi yang kini diterapkan untuk masa depan perusahaan.

2. Pengukurannya bersifat jangka pendekk, sehingga manajemen cenderung menolak untuk berinvestasi jangka panjang, karen bisa mengakibatkan penurunan nilai EVA dalam periode yang bersangkutan.

3. EVA mengabaikan kinerja non keuangan yang sebenarnya bisa meningkatkan kinerja keuangan.

Young & O’Byrne juga memperkenalkan ukuran kinerja yang lain untuk melihat kinerja perusahaan dari perspektif yang berbeda. MVA merupakan salah satu ukuran kinerja yang dapat dimanfaatkan investor untuk melihat kekayaaan atau return saham yang mereka peroleh dari investasi yang mereka tanamkan.

2.1.5 Market Value Added (MVA)

Young & O’Byrne (2001:26) menyatakan bahwa Market Value Added (MVA) adalah perbedaan antara nilai pasar perusahaan (termasuk ekuitas dan utang) dan modal keseluruhan yang diinvestasikan dalam perusahaan. MVA secara teknis diperoleh dengan cara mengalikan selisih antara harga pasar per lembar saham (stock price per share) dan nilai buku per lembar saham (book value per share). Nilai pasar adalah nilai perusahaan. Yakni jumlah nilai pasar dari semua tuntutan modal terhadap perusahaan oleh pasar modal pada tanggal tertentu. MVA meningkat hanya jika modal yang diinvestasikan mendapatkan


(13)

angka pengembalian lebih besar dari pada biaya modal. Semakin besar MVA, semakin baik. MVA yang negatif berarti nilai dari investasi yang dijalankan manajemen kurang dari modal yang diserahkan kepada perusahaan oleh pasar modal, yang berarti bahwa kekayaan telah dimusnahkan (Young, 2001:27).

MVA merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan mengalokasikan sumber-sumber yang sesuai. MVA juga merupakan indikator yang dapat mengukur seberapa besar kekayaan perusahaan yang telah diciptakan untuk investornya atau MVA menyatakan seberapa besar kemakmuran yang telah dicapai.

MVA dihitung dengan rumus:

MVA= Nilai pasar saham – Ekuitas modal yang diberikan oleh pemegang saham

MVA = (saham beredar)(harga saham) – Total ekuitas saham biasa

Selain MVA, analisis rasio keuangan juga mampu sebagai landasan bagi investor untuk menetapkan keputusan berinvestasi pada perusahaan. Rasio Ukuran Pasar Rasio ini disebut juga market meansure (Wild, Subramanyam. 2010:45).

Analisis rasio keuangan yang menjadi obyek penelitian bagi peneliti adalah Price Earning Ratio (PER). PER merupakan salah satu rasio ukuran pasar yang sering digunakan investor. Price Earning Ratio (PER) adalah rasio pasar yang berhubungan dengan laba per saham. PER yang tinggi menunjukkan prospek yang


(14)

baik pada harga saham, namun semakin tinggi pula resikonya. PER yang rendah dapat berarti laba perusahaan yang tinggi, dan potensi dividen yang tinggi pula.

2.1.6 Price Earning Ratio

Price Earning Ratio (PER) merupakan salah satu rasio ukuran pasar yang sering digunakan investor. Price Earning Ratio (PER) adalah rasio pasar yang berhubungan dengan laba per saham. PER yang tinggi menunjukkan prospek yang baik pada harga saham, namun semakin tinggi pula resikonya. PER yang rendah dapat berarti laba perusahaan yang tinggi, dan potensi dividen yang tinggi pula. Sedangkan, menurut Stice, et al (2009:807) “rasio yang tinggi biasanya dikaitkan dengan perusahaan yang diramalkan memiliki pertumbuhan pesat di masa yang akan datang”.

Price Earning Ratio (PER) menurut Wild, Subramanyam (2010:45) dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Price to Earning Ratio =

Menurut Stice, et al (2009:810) rumus ini menggambarkan “jumlah yang akan dibayarkan investor untuk setiap dolar dari laba. Price to Earning Ratio Mengindikasikan potensi pertumbuhan pada perusahaan”.


(15)

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Variabel Hasil Penelitian

1. Raden Tinneke (2007). Analisis Pengaruh Economic Value Added(EVA) dan Faktor-Faktor Fundamental Perusahaan lainnya Terhadap Return Saham Variabel independen: Price earning ratio (PER), price to book value (PBV), EVA, DER, ROE Variabel

Dependen: Return Saham

Hasil penelitian membuktikan PER berpengaruh negatif secara signifikan terhadap return saham, PBV berpengaruh positif secara

signifikan, EVA dan DER berpengaruh secara positif tetapi tidak signifikan, ROE harus dikeluarkan dari analisis karen

multikolinier dengan PBV.

2. Yogi Marshal (2009)

Pengaruh

Economic Value Added, Market Value Added dan Arus Kas Operasi terhadap Return Saham Variabel independen: Economic value added, market value added, dan arus kas operasi

Variabel dependen: Return saham Hasil penelitian menunjukkan bahwa Economic value added, market value added, dan arus kas operasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.

3. Wahyuni Peni Padan (2012) Pengaruh Informasi Keuangan Terhadap Return Saham pada Perusahaan Variabel independen: Price earning ratio, Price to

Secara simultan variabel independen Price earning ratio, Price to book value dan Debt to equity


(16)

Efek Jakarta Debt to equity Ratio Variabel Dependen: Return saham secara signifikan terhadap return saham. Sedangkan, Secara parsial hanya variabel PBV, DER yang berpengaruh signifikan terhadap Return Saham saham. 4. Subekti

Puji Astuti (2006) Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental, EVA, dan MVA terhadap Return Saham

Variabel independen: Current ratio, PBV, TATO dan kinerja keuangan alternatif ( EVA dan MVA) variabel dependen: Return saham Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel current ratio, PBV dan TATO secara

Parsial signifikan berpengaruh terhadap return saham. kinerja keuangan alternative yang

tercermin melalui EVA dan MVA menunjukkan

pengaruh yang lemah.

Sumber data diolah penulis (2013)

Yogi Marshal (2009) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Economic Value Added, Market Value Added dan Arus Kas Operasi Terhadap Return Saham. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Economic Value Added, Market Value Added dan Arus Kas Operasi Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Return Saham. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2004 sampai dengan 2007


(17)

secara simultan maupun parsial variabel Economic Value Added, Market Value Added dan Arus Kas Operasi tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.

Raden tinneke (2007) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Faktor-Faktor Fundamental Perusahaan Lainnya Terhadap Return Saham. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Price earning ratio (PER), price to book value (PBV), EVA, DER, ROE. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Return Saham. Penelitian ini dilakukan pada perusahaansektor industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari tahun 2002 sampai dengan 2005 dengan sampel sebayak 77 perusahaan. Hasil penelitian membuktikan bahwa PER berpengaruh negatif secara signifikan terhadap return saham, PBV berpengaruh positif secara sinifikan terhadap return saham, EVA berpengaruh positif terhadap return saham tetapitidak signifikan, dan DER berpengaruh positif terhadap return saham tetapi tidak signifikan, sementara ROE harus dikeluarkan dari analisis karena multikolinear dengan PBV.

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu model yang menerangakan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara variable-variabel penelitian yaitu variabel bebas dengan variable terikat.


(18)

Berdasarkan landasan teori dan asil penelitian sebelumnya serta permasalahan yang dikemukakan, berikut disajikan kerangka konseptual yang dituangkan dalam model penelitian seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut

ini: H1

H2

H3

H4

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Pada kerangka konseptual diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. H1 menjelaskan apakah terdapat pengaruh, Price Earning Ratio, Economic Value Added dan Market Value Added secara simultan terhadap return saham.

2. H2 menjelaskan apakah terdapat pengaruh, Price Earning Ratio secara parsial terhadap return saham.

3. H3 menjelaskan apakah terdapat pengaruh Economic Value Added secara parsial terhadap return saham

4. H4 menjelaskan apakah terdapat pengaruh Market Value Added secara parsial terhadap return saham.

Variabel Independen:

Price Earning Ratio (X1)

Economic Value Added (X2)

Market Value Added

(X3)

Variabel dependen:

RETURN SAHAM


(19)

2.3 Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2007:51) “hipotesis dikembangkan dari telaah teoritis sebagai jawaban sementara dari masalah atau pernyataan penelitian yang memerlukan ujian secara empiris. Hipotesis merupakan jawaban sementara dari penelitian yang akan dilakukan”.

H1 : terdapat pengaruh Price Earning Ratio, Economic Value Added dan Market Value Added secara simultan terhadap return saham

H2 : terdapat pengaruh Price Earning Ratio secara parsial terhadap return saham H3 : terdapat pengaruh Economic Value Added secara parsial terhadap return saham


(1)

baik pada harga saham, namun semakin tinggi pula resikonya. PER yang rendah dapat berarti laba perusahaan yang tinggi, dan potensi dividen yang tinggi pula.

2.1.6 Price Earning Ratio

Price Earning Ratio (PER) merupakan salah satu rasio ukuran pasar yang sering digunakan investor. Price Earning Ratio (PER) adalah rasio pasar yang berhubungan dengan laba per saham. PER yang tinggi menunjukkan prospek yang baik pada harga saham, namun semakin tinggi pula resikonya. PER yang rendah dapat berarti laba perusahaan yang tinggi, dan potensi dividen yang tinggi pula. Sedangkan, menurut Stice, et al (2009:807) “rasio yang tinggi biasanya dikaitkan dengan perusahaan yang diramalkan memiliki pertumbuhan pesat di masa yang akan datang”.

Price Earning Ratio (PER) menurut Wild, Subramanyam (2010:45) dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Price to Earning Ratio =

Menurut Stice, et al (2009:810) rumus ini menggambarkan “jumlah yang akan dibayarkan investor untuk setiap dolar dari laba. Price to Earning Ratio Mengindikasikan potensi pertumbuhan pada perusahaan”.


(2)

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Variabel Hasil Penelitian

1. Raden Tinneke (2007). Analisis Pengaruh Economic Value Added(EVA) dan Faktor-Faktor Fundamental Perusahaan lainnya Terhadap Return Saham Variabel independen: Price earning ratio (PER), price to book value (PBV), EVA, DER, ROE Variabel

Dependen: Return Saham

Hasil penelitian membuktikan PER berpengaruh negatif secara signifikan terhadap return saham, PBV berpengaruh positif secara

signifikan, EVA dan DER berpengaruh secara positif tetapi tidak signifikan, ROE harus dikeluarkan dari analisis karen

multikolinier dengan PBV.

2. Yogi Marshal (2009)

Pengaruh

Economic Value Added, Market Value Added dan Arus Kas Operasi terhadap Return Saham Variabel independen: Economic value added, market value added, dan arus kas operasi

Variabel dependen: Return saham Hasil penelitian menunjukkan bahwa Economic value added, market value added, dan arus kas operasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.

3. Wahyuni Peni Padan (2012)

Pengaruh Informasi Keuangan

Terhadap Return Saham

pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa

Variabel independen: Price earning ratio, Price to book value dan

Secara simultan variabel independen Price earning ratio, Price to book value dan Debt to equity Ratio berpengaruh


(3)

Efek Jakarta Debt to equity Ratio

Variabel Dependen: Return saham

secara signifikan terhadap return saham. Sedangkan, Secara parsial hanya variabel PBV, DER yang berpengaruh signifikan terhadap Return Saham saham. 4. Subekti

Puji Astuti (2006)

Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental, EVA, dan MVA terhadap Return Saham

Variabel independen: Current ratio, PBV, TATO dan kinerja keuangan alternatif ( EVA dan MVA)

variabel dependen: Return saham

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel current ratio, PBVdan TATO secara

Parsial signifikan berpengaruh terhadap return saham. kinerja keuangan alternative yang

tercermin melalui EVA dan MVA menunjukkan

pengaruh yang lemah.

Sumber data diolah penulis (2013)

Yogi Marshal (2009) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Economic Value Added, Market Value Added dan Arus Kas Operasi Terhadap Return Saham. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Economic Value Added, Market Value Added dan Arus Kas Operasi Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Return Saham. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2004 sampai dengan 2007 dengan jumlah sampel 36 perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa


(4)

secara simultan maupun parsial variabel Economic Value Added, Market Value Added dan Arus Kas Operasi tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.

Raden tinneke (2007) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh

Economic Value Added (EVA) dan Faktor-Faktor Fundamental Perusahaan

Lainnya Terhadap Return Saham. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Price earning ratio (PER), price to book value (PBV), EVA, DER, ROE. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Return Saham. Penelitian ini dilakukan pada perusahaansektor industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari tahun 2002 sampai dengan 2005 dengan sampel sebayak 77 perusahaan. Hasil penelitian membuktikan bahwa PER berpengaruh negatif secara signifikan terhadap return saham, PBV berpengaruh positif secara sinifikan terhadap return saham, EVA berpengaruh positif terhadap return saham tetapitidak signifikan, dan DER berpengaruh positif terhadap return saham tetapi tidak signifikan, sementara ROE harus dikeluarkan dari analisis karena multikolinear dengan PBV.

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu model yang menerangakan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara variable-variabel penelitian yaitu variabel bebas dengan variable terikat.


(5)

Berdasarkan landasan teori dan asil penelitian sebelumnya serta permasalahan yang dikemukakan, berikut disajikan kerangka konseptual yang dituangkan dalam model penelitian seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut

ini: H1

H2

H3

H4

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Pada kerangka konseptual diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. H1 menjelaskan apakah terdapat pengaruh, Price Earning Ratio, Economic Value Added dan Market Value Added secara simultan terhadap return saham.

2. H2 menjelaskan apakah terdapat pengaruh, Price Earning Ratio secara parsial terhadap return saham.

3. H3 menjelaskan apakah terdapat pengaruh Economic Value Added secara parsial terhadap return saham

4. H4 menjelaskan apakah terdapat pengaruh Market Value Added secara parsial terhadap return saham.

Variabel Independen:

Price Earning Ratio (X1)

Economic Value Added (X2)

Market Value Added

(X3)

Variabel dependen:

RETURN SAHAM


(6)

2.3 Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2007:51) “hipotesis dikembangkan dari telaah teoritis sebagai jawaban sementara dari masalah atau pernyataan penelitian yang memerlukan ujian secara empiris. Hipotesis merupakan jawaban sementara dari penelitian yang akan dilakukan”.

H1 : terdapat pengaruh Price Earning Ratio, Economic Value Added dan Market Value Added secara simultan terhadap return saham

H2 : terdapat pengaruh Price Earning Ratio secara parsialterhadap return saham H3 : terdapat pengaruh Economic Value Added secara parsialterhadap return saham