BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peningkatan kepadatan populasi penduduk di dunia membuat kecenderungan terjadinya penularan penyakit dari satu orang atau kelompok
ke orang atau kelompok lain semakin meningkat. Penularan penyakit bisa terjadi melalui berbagai cara antara lain melalui udara, makanan, minuman,
tangan yg dimasukkan kedalam mulut atau menyentuh makanan Sherifa M. M. Sabra, 2013, jarum suntik, transfusi darah, hewan dll. Bagian-bagian
tubuh tempat masuknya bakteri penyebab penyakit juga bermacam-macam seperti melalui selaput lendir tubuhmisalnya mulut mata, luka, kelamin
maupun melalui pembuluh darah secara langsung seperti pada penyuntikan. Tidak hanya itu pemakaian barang milik penderita ataupun menyentuh barang
yang sebelumnya dipegang oleh penderita juga bisa menjadikan kita terkena penyakit yang dideritanya jika penyakit tersebut berpotensi menular, apalagi
dengan keberagaman latar belakang manusia dari berbagai kalangan juga meningkatkan kemungkinan akan berbagai bentuk penyakit yang bisa kita
dapatkan dari orang lain. Sampai saat ini orang-orang telah banyak mengenal berbagai macam
penularan penyakit serta kiat-kiat mengatasi penularan penyakit. Namun dalam beberapa hal mungkin tidak terduga oleh masyarakat yaitu ada
beberapa lokasi atau tempat di mana penularan penyakit kadang terabaikan oleh mereka. Misalnya adalah lingkungan dalam rumah atau bisa juga public
restroom atau yang biasa kita kenal dengan toilet Gilberto,et al., 2011. Toilet merupakan salah satu tempat yang dapat menyebabkan terjadinya
penyebaran penyakit karena dalam penggunaannya yang berhubungan dengan
Universitas Sumatera Utara
pembersihan bagian-bagian tubuh yang kotor serta mengandung kuman Bagiastra, 2013.
Public restroom atau toilet menunjukkan situasi yang lebih memungkinkan untuk terdapatnya berbagai macam mikroba sehingga
kecenderungan untuk menularkan kepada orang lain lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena toilet digunakan oleh banyak komunitas dengan berbeda
latarbelakang dan sikap peduli kebersihannya Gilbertoet al, 2011.. Hal ini tentunya sangat membahayakan bagi para pengguna maupun pengelola lokasi
setempat dalam hal kesehatan mereka dan masyarakat sekitar. Berdasarkan World Toilet Organization WTO sekitar 700.000 anak
meninggal setiap tahunnya karena diare yang disebabkan oleh buruknya sanitasi dan air yang tidak bersih. Bukan hanya itu sebuah penelitian yang
publikasi di New York menyebutkan bahwa dari penelitian terhadap toilet umum di beberapa bandara di berbagai negara menunjukkan bahwa terdapat
sebanyak 89 dari sampel positif Human Papilloma Virus HPV. Kemudian L Dayan 2003 melaporkan bahwa seorang anak berusia 8 tahun terkena
infeksi Nesseria gonorrheae melalui tempat duduk toilet pesawat. Selain itu juga terdapat kuman MRSAMethicillin-ResistantStaphylocoocus Aureus
pada beberapa dudukan toilet pasien rawat jalan di rumah sakit Giannini, Nance, McCullers, 2009.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sherifa M. M. S 2013, terdapat beberapa jenis bakteri yang biasanya terdapat di toilet yaitu
Staphylocoocus aureus 30,1, Kliebsella pneumonia 25,7, E. coli 16, Enterobacter spp. 11,2, Citrobacter spp. 7,1, Pseudomonas aeruginosa
5,9 dan Proteus spp. 4,5. Sementara itu dalam Gilberto et al2011 melaporkan beberapa bakteri yang pada umumnya terdapat di toilet adalah
Propionibacteriaceae, Corynebacteriaceae, Staphylococcaceae,
Universitas Sumatera Utara
Lactobacillaceae, Clostridiales, Cyanobacteria, dll. Hal tersebut sebenarnya tidak terlalu mengkhawatirkan bagi masyarakat oleh karena terdapat system
pembersihan yang biasanya dilakukan oleh petugas, tetapi yang menjadi kekhawatiran adalah bahwa bakteri bisa tumbuh dan menetap di toilet dalam
jangka waktu yang lama meskipun telah disiram atau dibersihkan dengan cairan antimikroba Sherifa M. M. S., 2013.
Untuk menangani kasus-kasus seperti di atas, dalam dunia kedokteran dipakai istilah yang disebut dengan antibiotik, yaitu obat yang bisa
melumpuhkan atau membunuh bakteri. Namun seiring bekembangnya zaman, sudah banyak bakteri yang menjadi kebal terhadap antibiotik, misalnya
MRSA, M. tuberculosis, Kliebsella pneumonia, E. coli, Pseudomonas aeruginosa, dll Brooks, et al., 2010. Hal ini terjadi karena bakteri dapat
menetralisasi zat antibiotiksehingga bakteri tersebut bebas dari efek antibiotik. Selain itu, bakteri juga bisa mengubah struktur DNA nya sehingga terjadi
perubahan genetik yang lebih resisten terhadap antibiotik CDC, 2013. Dalam perkembangannya para peneliti telah banyak menemukan
antibiotik apa saja yang sudah resisten atau yang masih sensitif terhadap bakteri tertentu dan biasanya hal ini dilakukan pada mikroba yang ada di
rumah sakit nosokomial. Namun peneliti ingin mengetahui bagaimana dengan toilet di tempat perbelanjaan yang ramai dikunjungi orang yang akan
lebih mudah untuk terjadi kontak antara satu orang dengan yang lainnya. Dari beberapa faktor di atas harus kita waspadai bahaya penularan
penyakit yang bisa terjadi lewat apa saja, kapan saja, di mana saja, dan siapa saja tanpa memandang status sosial orang tersebut. Ditambah dengan
prevalensi kejadian yang belum diketahui di Indonesia khususnya di kota Medan di beberapa toilet pusat perbelanjaan modern dan gambaran resistensi
bakterinya. Oleh karena itu peneliti ingin mendeteksi apa-apa saja bakteri
Universitas Sumatera Utara
yang terdapat di toilet umum pada pusat perbelanjaanmodern di kota Medan dan bagaimana pola kepekaannya terhadap antibiotik.
1.2 Rumusan Masalah