Pengertian Anak Angkat Pengertian Pengangkatan anak

pernah kawin hanya meminta saudara sentana. 19

2.1.1 Pengertian Anak Angkat

Dalam Peraturan hukum di Negara Indonesia di kenal beberapa macam pengertian anak. Di dalam BW yang sering disebut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUHPer tidak dijelaskan secara spesifik mengenai pengertian anak namun di dalam KUHPer disebutkan mengenai syarat perkawinan salah satunya dalam Pasal 29 Buku Kesatu : “ Laki-laki yang belum mencapai umur delapan belas tahun penuh dan perempuan yang belum mencapai umur lima belas tahun penuh, tidak diperkenankan mengadakan perkawinan. Namun jika ada alasan-alasan penting, Presiden dapat menghapuskan larangan ini dengan memberikan dispensasi”. Dilihat dari isi pasal tersebut maka dapat dikatakan apabila seorang berusia dibawah delapan belas tahun untuk laki-laki dan lima belas tahun untuk perempuan masih berstatus sebagai anak dan masih berada di dalam pengawasan orang tua atau wali. Dalam kamus umum bahasa Indonesia mengartikan anak angkat adalah anak orang lain yang diambil dipelihara serta disahkan secara hukum sebagai anak sendiri. Menurut Ensiklopedia Umum, anak angkat adalah suatu cara untuk mengadakan hubungan antara orangtua dan anak yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. 19 B. Bastian Tafal, 1983, Pengangkatan Anak Menurut Hukum Adat Serta Akibat-akibat Hukumnya di kemudian hari, CV Rajawali, Jakarta, hal.92 Sedangkan untuk pengertian anak angkat dirumuskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak, pada Pasal 1 angka 1 disebutkan bahwa adalah : Anak angkat adalah anak yang haknya dialihkan dari lingkungan kekuasaan keluarga, orangtua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan, dan membesarkan anak tersebut, ke dalam lingkungan keluarga orangtua angkatnya berdasarkan keputusan atau penetapan pengadilan. Menurut Hilman Hadikusuma, anak angkat adalah anak orang lain yang dianggap anak sendiri oleh orangtua angkat dengan resmi menurut hukum adat setempat, dikarenakan tujuan untuk kelangsungan keturunan dan atau pemeliharaan atas harta kekayaan rumah tangganya. 20 Menurut Surojo Wignodipuro, anak angkat adalah suatu perbuatan pengambilan anak orang lain kedalam keluarganya sendiri sedemikian rupa sehingga antara orangtua yang mengangkat anak dan anak yang dipungut itu timbul suatu hubungan kekeluargaan yang sama, seperti yang ada antara orangtua dengan anak kandung sendiri. 21 Menurut Muderis Zaini, anak angkat adalah penyatuan seseorang anak yang diketahui bahwa ia sebagai anak orang lain kedalam keluargannya. Ia diperlakukan sebagai anak segi kecintaan, pemberian nafkah, pendidikan dan pelayanan dalam segala kebutuhannya, dan bukan diperlakukan sebagai anak nashabnya sendiri. 22 20 Hilman Hadikusuma, 1991, Hukum Perkawinan Adat, Bandung, Alumni, h.20 21 Surojo Wignodiporo, Perbandingan Hukum Perdata, 2005, Jakarta : PT Sinar Grafika, hlm .175 22 Muderis Zaini, 1985,Adopsi Suatu Tinjauan dari Segi Tiga Sistem Hukum, Jakarta, Bina Akasara, h.85. Menurut Tamakiran, anak angkat adalah seseorang bukan turunan suami istri yang diambil, dipelihara dan diperlakukan oleh mereka sebagai anak turunannya sendiri. 23 Menurut I Ketut Artadi dalam bukunya yang berjudul Hukum Adat Bali memberikan pengertian mengenai anak kandung dan anak angkat yaitu : a. Anak kandung adalah anak laki-laki dan perempuan yang lahir dari perkawinan yang sah dimana anak laki-laki adalah berstatus sama dengan anak sentana rajeg sedangkan anak perempuan adalah anak yang tidak mewaris. b. Anak angkat adalah anak laki-laki atau statusnya diangkat menjadi sama dengan anak laki-laki yang pengangkatan itu berakibat status anak angkat itu menjadi sama kedudukannya dengan anak kandung sendiri laki-laki dan pengangkatan ini umumnya dilakukan oleh keluarga yang tidak mempunyai anak atau keturunan. 24 Beberapa definisi serta batasan dari beberapa sarjana yang telah disebut di atas maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa anak angkat adalah upaya mengalihkan hak serta kewajiban anak yang bukan asli dari keturunannya untuk dimasukkan kedalam satu keluarga, sehingga hak dan kewajiban si anak menjadi beralih kepada pihak yang mengangkatnya sebagai anak selayaknya anak kandung. 23 Tamakiran, 1972, Asas-asas Hukum Waris, Pujonir Jaya,Bandung, hal.52. 24 I Ketut Artadi, 2009, Hukum Adat Bali, Pustaka Bali Post, hal. 10

2.1.2 Pengertian Orang Tua Angkat