27 Pada permulaan berdirinya IPSI tahun 1948-1955 , masalah
pertandingan tersebut dimusyawarahkan akan tetapi belum juga menuai hasil sehingga keinginan untuk menyeragamkan peraturan pertandingan belum dapat
diwujudkan. Akan tetapi meski demikian, telah muncul banyak konsep pemikiran tentang perkembangan pencak silat. Akhirnya pada bulan Desember 1971, PB
IPSI mengadakan Musyawarah Kerja IPSI guna menyusun Rancangan Peraturan Pertandingan. Rancangan Peraturan Pertandingan yang dimaksudkan bagi
pelaksanaan PON VIII tahun 1973 di Jakarta tersebut akhirnya disebarkan dan disosialisasikan ke berbagai daerah di Indonesia, dicoba serta dikaji
kekurangannya. Setelah proses ujicoba dan pengamatan di daerah-daerah dilakukan, maka Rancangan Peraturan tersebut diolah kembali dalam
Musyawarah Besar IPSI IV pada tahun 1973. Dari rancangan tersebut tersusunlah sebuah peraturan pertandingan nasional untuk pelaksanaan pertandingan pencak
silat menjelang PON VIII. Tidak berhenti disitu, upaya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan
pada peraturan terus dilakukan. Tepatnya pada tahun 1976, diadakan Kongres Istimewa IPSI yang khusus dilaksanakan untuk menyempurnakan peraturan
pertandingan. Pada Kongres tersebut dihasilkan beberapa perbaikan, dua diantaranya adalah : diubahnya gelanggang pertandingan dari segi empat menjadi
bentuk lingkaran dan kaidah bertanding ditentukan secara lebih jelas sebagai pedoman pelaksanaan permainan yang harus dipatuhi oleh pesilat. Upaya
perbaikan terus berlanjut. Pada tahun 1977, tepatnya pada Musyawarah Nasional IPSI V, diputuskan untuk membentuk Panitia Tujuh yang bertugas menghimpun
data untuk perbaikan peraturan pertandingan pencak silat.
2. Periode Pemantapan
Upaya untuk membentuk sebuah peraturan pertandingan yang baik terus dilakukan. Arahnya adalah sebuah ketentuan standar yang dapat dipergunakan
sebagai sebuah pedoman. Diharapkan dengan adanya pedoman tersebut, pencak silat sebagai olahraga prestasi dapat semakin berkembang. Usaha tersebut terus
berlanjut hingga pada Musyawarah Nasional IPSI pada tahun 1981. Dalam Munas
28 tersebut dicoba penyusunan ketentuan teknik dan taktik, namun hasilnya baru
dapat dicapai pada tahun 1985. Pada saat itu disahkan beberapa peraturan baru yakni pedoman teknik dan taktik pertandingan olahraga pencak silat serta
ketentuan mengenai penjurian, kepelatihan dan pesilat. Tidak berhenti disitu, pada masa pemantapan ini masih terus dilakukan upaya perbaikan. Perbaikan terus
dilakukan antara lain dengan beberapa kali melakukan uji coba dengan sistem baru. Peraturan-peraturan yang ada pun terus dievaluasi dengan harapan apabila
terdapat kekurangan dapat segera dibenahi.
3. Periode Perkembangan Internasional
Perkembangan internasional pencak silat dimulai pada tahun 1977. Pada waktu itu IPSI diundang ke Singapura oleh Persisi Persatuan Silat Singapura
untuk memperkenalkan pencak silat. Pada kesempatan tersebut hadir pula rombongan pencak silat dari Malaysia yang ikut mempelajari sistem pertandingan
pencak silat sebagai sebuah cabang olahraga. Kemudian pada tahun 1978 rombongan pencak silat Indonesia berkunjung ke Kuala Lumpur. Pada
kesempatan tersebut diadakan peragaan pertandingan olahraga oleh pesilat-pesilat Indonesia. Para pendekar dari Malaysia pun tertarik untuk mempelajari sistemnya.
Pada kesempatan Sea Games X tahun 1979 di Jakarta, diadakan lah ekshibisi
pencak silat. Para pesertanya berasal dari Malaysia, Singapura dan Indonesia sendiri. Pencak silat seni pun diperagakan, dan tak sia-sia pada
kesempatan itu langsung mendapat sambutan meriah. Tak lama setelah itu, diadakan sebuah pertemuan internasional pencak silat yang isinya membahas
pembentukan Federasi Internasional Pencak Silat yang dihadiri oleh Malaysia, Indonesia, Singapura dan Brunei Darussalam. Pertemuan yang diadakan pada
bulan Maret 1980 tersebut akhirnya meresmikan berdirinya Persekutuan Pencak Silat Antar Bangsa Persilat pada tanggal 11 Maret 1980 beserta program
kerjanya. Sebagai presiden Persilat dipilihlah Eddie M. Nalapraya yang juga sedang menjabat sebagai ketua IPSI pada masa itu.
Pada tahun 1982 diadakan sebuah invitasi internasional pertandingan pencak silat di Jakarta yang diikuti oleh 9 negara. Kemudian pada invitasi
29 internasional yang kedua di Jakarta pada 1986, pesertanya meningkat menjadi 11
negara. Setelah Sidang Umum Persilat I yang diadakan di Kuala Lumpur pada tahun 1985, diadakan lagi invitasi internasional pertandingan pencak silat ketiga
yanhg dilaksanakan di Wina, Austria yang dihadiri oleh peserta dari 14 negara. Sedangkan di arena Sea Games, olahraga pencak silat mulai dipertandingkan
secara resmi pada Sea Games XIV pada tahun 1987 di Jakarta.
B. Pencak Silat di Jawa Tengah