Periode Perintisan Perkembangan Pencak Silat Sebagai Olahraga Prestasi

26 DAN PEMBINAAN ATLET PENCAK SILAT JAWA TENGAH Sejarah merupakan segala kejadian yang ada hubungannya dengan perkembangan kegiatan manusia. Sejarah mencatat bahwa pencak silat merupakan salah satu jenis beladiri yang sudah sangat tua umurnya. Pencak silat sebagai seni budaya merupakan hasil cipta karya dan karsa bangsa Indonesia yang menjadi salah satu kekayaan budaya bangsa Indonesia. Bahkan di beberapa daerah unsur seni dari pencak silat terlihat lebih menonjol sehingga sementara masyarakat menganggapnya benar-benar sebagai bentuk seni tari, bukan sebagai seni beladiri.

A. Perkembangan Pencak Silat Sebagai Olahraga Prestasi

Sebagai olahraga prestasi, perkembangan pencak silat di Indonesia secara ringkas dapat dibagi menjadi beberapa periode. Pencak silat yang telah mendunia sekarang ini dapat terwujud setelah melalui periode-periode, yakni: periode perintisan, periode pemantapan dan periode perkembangan internasional 16 . Periode-periode tersebut memiliki peran yang sangat penting terhadap terwujudnya olahraga pencak silat yang mendunia hingga sampai sekarang ini. Bukan suatu hal yang mengherankan apabila pencak silat telah digeluti oleh jutaan orang diseluruh penjuru dunia sebagai sebuah olahraga prestasi.

1. Periode Perintisan

Sebelum Indonesia merdeka, para pendekar-pendekar silat telah sering mengadakan pertandingan. Arena yang mereka gunakan pun bermacam-macam, mulai dari pasar malam, perjamuan atau perhelatan lainnya. Pada masa itu belum ada peraturan yang seragam, sehingga masing-masing daerah memiliki aturan sendiri. Beberapa daerah yang menjadi pusat penyebaran pencak silat seperti Solo, Madiun dan Yogyakarta berusaha mengembangkan pencak silat dengan berbagai cara menurut aturan mereka masing-masing. 16 Murhananto, Menyelami Pencak Silat, 1993, Puspa Swara, Jakarta, hal. 60. 27 Pada permulaan berdirinya IPSI tahun 1948-1955 , masalah pertandingan tersebut dimusyawarahkan akan tetapi belum juga menuai hasil sehingga keinginan untuk menyeragamkan peraturan pertandingan belum dapat diwujudkan. Akan tetapi meski demikian, telah muncul banyak konsep pemikiran tentang perkembangan pencak silat. Akhirnya pada bulan Desember 1971, PB IPSI mengadakan Musyawarah Kerja IPSI guna menyusun Rancangan Peraturan Pertandingan. Rancangan Peraturan Pertandingan yang dimaksudkan bagi pelaksanaan PON VIII tahun 1973 di Jakarta tersebut akhirnya disebarkan dan disosialisasikan ke berbagai daerah di Indonesia, dicoba serta dikaji kekurangannya. Setelah proses ujicoba dan pengamatan di daerah-daerah dilakukan, maka Rancangan Peraturan tersebut diolah kembali dalam Musyawarah Besar IPSI IV pada tahun 1973. Dari rancangan tersebut tersusunlah sebuah peraturan pertandingan nasional untuk pelaksanaan pertandingan pencak silat menjelang PON VIII. Tidak berhenti disitu, upaya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan pada peraturan terus dilakukan. Tepatnya pada tahun 1976, diadakan Kongres Istimewa IPSI yang khusus dilaksanakan untuk menyempurnakan peraturan pertandingan. Pada Kongres tersebut dihasilkan beberapa perbaikan, dua diantaranya adalah : diubahnya gelanggang pertandingan dari segi empat menjadi bentuk lingkaran dan kaidah bertanding ditentukan secara lebih jelas sebagai pedoman pelaksanaan permainan yang harus dipatuhi oleh pesilat. Upaya perbaikan terus berlanjut. Pada tahun 1977, tepatnya pada Musyawarah Nasional IPSI V, diputuskan untuk membentuk Panitia Tujuh yang bertugas menghimpun data untuk perbaikan peraturan pertandingan pencak silat.

2. Periode Pemantapan