b. Latar waktu le temps
Ubersfeld 1996: 152 mengungkapkan bahwa kesulitan analisa mengenai latar waktu berada di rumitnya pengemasan waktu itu sendiri. Kerangka waktu yang
ada dalam suatu cerita adalah ringkasan dari petunjuk waktu yang ada dalam sejarah, petunjuk waktu yang nyata dalam kehidupan, dan petunjuk waktu
mengenai peristiwa-peristiwa penting yang sudah terjadi. c.
Latar sosial l’espace sosial
Menurut Schmitt dan Viala 1982: 169 suatu teks selalu mengandung unsur historis dan sosial. Bukan berarti apabila suatu bahasa menunjukkan suatu kondisi
sosial tertentu, namun dengan penggambaran keadaan sosial-historis yang tepat mampu memberikan keadaan representatif teks tersebut.
4. Tema Le thème
Schmitt dan Viala 1982: 29 menjelaskan bahwa tema merupakan isotopi kompleks yang disusun dari beberapa motif dimana motif merupakan isotopi
sederhana dalam unsur-unsur pembentuk cerita. Schmitt dan Viala 1982: 184 mengungkapkan:
«Les thèmes contribuent à ryhtmer, par leurs apparations répétées, la durèe du texte. Mais surtout ils t endent à rapprocher des éléments qui, dans la
chronologie et le propos, sont éloigneés les uns des autres.» “Tema turut membantu untuk menyesuaikan irama yaitu oleh penampilan
tema yang berulang-ulang dan durasi teks. Tetapi kebanyakan tema menyampaikan elemen-
elemen yang dalam kronologi dan ujaran terpisah satu dengan yang lain.” Schmitt dan Viala 1982: 29 juga mengungapkan bahwa tema diartikan
sebagai pandangan hidup tertentu atau perasaan tertentu mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai tertentu yang membentuk atau membangun dasar atau gagasan
utama dari suatu karya sastra. Secara sederhana, tema adalah cerita atau gagasan umum dari sebuah cerita.
D. Poskolonialisme
1. Pengertian Poskolonialisme
Poskolonialisme, dari akar kata post- + kolonial + -isme, secara harfiah berarti paham mengenai teori yang lahir sesudah zaman kolonial. Dasar semantik
istilah Poskolonial tampaknya hanya berkaitan dengan kebudayaan-kebudayaan nasional setelah runtuhnya kekuasaan imperial. Poskolonial dapat didefinisikan
sebagai teori kritis yang mencoba mengungkapkan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kolonialisme Ratna, 2008: 120. Dalam hubungan inilah peranan bahasa,
sastra, dan kebudayaan pada umumnya dapat memainkan peranan sebab dalam ketiga gejala tersebutlah terkandung wacana sebagaimana diintensikan oleh
kelompok kolonialis. Poskolonialisme bukan semata-mata teori melainkan suatu kesadaran itu sendiri, bahwa masih banyak kesadaran besar yang harus dilakukan,
seperti memerangi imperialisme, orientalisme, rasialisme, dan berbagai bentuk hegemoni lainnya, baik material maupun spiritual, baik yang berasal dari bangsa
asing maupun bangsa sendiri.
2. Bentuk-Bentuk Poskolonial dalam Karya Sastra
Menurut Nurhadi dalam jurnalnya yang berjudul “Poskolonial: Sebuah Pembahasan”, meski banyak tokoh yang berkontribusi pada perkembangan teori
Poskolonialisme seperti Frantz Fanon, Homi K,. Bhabha, Gayatri Cakravorty Spivak, teks kunci bagi munculnya teori Poskolonialisme
adalah “Orientalisme” 1985 yang ditulis oleh Edward W. Said. Dalam bukunya Said mengingatkan dunia