Perbandingan Perilaku Autogrooming dan Allogrooming

dibandingkan dengan jantan dewasa, maka banyaknya kotoran pada tubuhnya juga lebih banyak dibandingkan jantan dewasa. Matheson dan Berstein Khrisna, 2006: 4 mengatakan “Macaca arctoides betina frekuensi autogrooming sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan jantan”. Perilaku autogrooming juga dilakukan di sela-sela istirahat. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Erie dkk. 2011: 193 bahwa sambil istirahat monyet ekor panjang menggerak-gerakan tubuhnya, mengutui dirinya sendiri dan sambil membersihkan badannya. Semua perilaku autogrooming dilakukan dengan posisi duduk. Posisi ini digunakan karena hampir seluruh anggota tubuh dapat terjangkau untuk di selisik. Berikut adalah gambar monyet ekor panjang melakukan autogrooming Gambar 21. Monyet Ekor Panjang Betina Dewasa Melakukan Autogrooming di Pohon Flamboyan Delonix regia Dokumentasi: Fandy, 2016 Gambar 22. Monyet Ekor Panjang Jantan Dewasa Melakukan Autogrooming Dokumentasi: Fandy, 2016 b. Perilaku Allogrooming pada Monyet Ekor Panjang Dewasa Data yang di peroleh bahwa pelaku groomer BD berpasangan dengan groomee JD melakukan sebanyak 3 kali dengan rentang waktu 1-15 menit. Pada pelaku groomer JD berpasangan dengan groomee BD melakukan sebanyak 2 kali dengan rentang waktu 1-4 menit. Lalu pada pelaku groomer BD berpasangan dengan groomee BD melakukan sebanyak 5 kali dengan rentang waktu 1-5 menit. Tingkah laku menelisik individu lain dilakukan oleh satu individu terhadap individu lain dengan tahapan menyentuh, memeriksa dan membersihkan bagian tubuhnya Entang dan Randall, 2016: 31. Data tersebut terlihat bahwa jantan dewasa lebih sedikit melakukan perilaku allogrooming dibandingkan dengan betina dewasa. Hal tersebut juga dikemukakan oleh Entang dan Randall 2016: 31 bahwa tingkah laku grooming sangat jarang ditemukan pada jantan dewasa. Betina dewasa terlihat lebih banyak melakukan grooming dengan juvenil atau infant dibandingkan dengan betina dewasa atau jantan dewasa. Hubungan kekerabatan antaran induk dan anak menyebabkan frekuensi allogrooming di antara mereka lebih tinggi. Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh Shumaker dan Beck 2003: 78, bahwa individu yang sering terlibat dalam tingkah laku menelisik adalah induk dan anak yang masih kecil atau antara juvenil dan dewasa. Santi dkk. 2013: 4 mengatakan “Ikatan sosial yang kuat pada betina meningkatkan frekuensi grooming mereka”. Hal tersebut terjadi karena umumnya betina tidak bermigrasi meninggalkan kelompok kecuali terdapat konflik besar dalam kelompok dan sumber makanan yang menipis Cooper dan Bernstein, 2000: 76. Ikatan sosial yang kuat tersebut artinya terjadi pada betina karena sejak lahir hingga mati tinggal pada satu kelompok. Berbeda dengan jantan dimana menurut Van Hooff 1990: 100 monyet-monyet jantan yang telah dewasa sering meninggalkan kelompok untuk bergabung dengan kelompok lain atau untuk mencari betina dewasa lain yang akhirnya dapat membentuk kelompok baru. Perilaku allogrooming yang melibatkan jantan dewasa dengan betina dewasa diduga dilakukan sebagai bagian daripada perilaku pendekatan sebelum melakukan perkawinan dengan tujuan untuk saling membersihkan diri seperti yang juga pernah diungkapkan