FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP PETANI TERHADAP PROGRAM PUAP DI GAPOKTAN MAKARYOWONO DESA TLOGOWERO KECAMATAN BANSARI KABUPATEN TEMANGGUNG

(1)

1

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP PETANI TERHADAP PROGRAM PUAP DI GAPOKTAN MAKARYOWONO

DESA TLOGOWERO KECAMATAN BANSARI KABUPATEN TEMANGGUNG

Skripsi

Oleh : Avisditya Apriliani

20120220039

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVESITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

Skripsi yang berjudul :

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP PETANI TERHADAP PROGRAM PUAP DI GAPOKTAN MAKARYOWONO

DESA TLOGOWERO KECAMATAN BANSARI KABUPATEN TEMANGGUNG

Yang dipersiapkan dan disusun oleh: Avisditya Apriliani

20120220039

Dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 19 Desember 2016

Skripsi tersebut telah diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

Yogyakarta, 5 Januari 2017

Pembimbing Utama Penguji

(Dr. Ir. Indardi, M. Si) (Ir. Siti Yusi Rusimah. MS)

NIK : 19651013199303133016 NIK : 196110261988112001

Pembimbing Pendamping

(Retno Wulandari, SP. M.Sc) NIK : 19770307200104133055

Fakultas Pertanian

Universitas Muhammmadiyah Yogyakarta Dekan,

(Ir. Sarjiyah M.S) NIK : 196109181991032001


(3)

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Sikap Petani Terhadap Program PUAP di Gapoktan Makaryowono Desa Tlogowero Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung”. Penulisan skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penulis menyadari dalam penyelesaian skripsi ini tak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh sebab itu pada kesempatan yang berbahagia ini, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh keluarga, sahabat dan teman-teman yang telah memberikan doa dan semangat kepada penulis, Dr. Ir. Indardi, M. Si selaku Dosen Pembimbing Utama dan Retno Wulandari, SP. M.Sc selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan motivasi serta semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, serta Ir. Sarjiyah, M.S selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Ir. Eni Istiyanti, M.P selaku ketua jurusan Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan bapak ibu dosen serta karyawan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah banyak membantu dalam proses pendidikan dan khususnya dalam penelitian ini.


(4)

ii

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, dengan penuh kerendahan hati penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan informasi bagi pembaca semoga Allah SWT selalu meridhoi setiap langkah dan senantiasa membalas budi kebaikan Bapak / Ibu / sdr sekalian.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Yogyakarta, 5 Januari 2017


(5)

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRACT ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 6

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI ... 8

A. Program Usaha Agribisnis Pedesaan ... 8

B. Sikap ... 13

C. Kerangka Berpikir ... 19

III. METODE PENELITIAN ... 22

A. Metode Dasar ... 22

B. Pemilihan Lokasi ... 22

C. Metode Pengambilan Sampel ... 23

D. Pengumpulan Data ... 24

E. Asumsi dan Pembatasan Masalah ... 24

F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 24

G. Teknik Analisis Data ... 29

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 32

A. Gambaran Umum Kabupaten Temanggung ... 32

1. Letak Geografis ... 32

2. Aspek Demografi ... 33

B. Gambaran Umum Desa Tlogowero ... 36

1. Letak Geografis ... 36


(6)

iv

C. Keadaan Gapoktan Makaryowono ... 40

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Karakteristik Petani ... 42

1. Usia ... 42

2. Tingkat Pendidikan ... 43

3. Jumlah Tanggungan Keluarga ... 43

4. Pendapatan ... 44

B. Sikap Petani terhadap Program PUAP ... 45

1. Sikap Kognitif ... 45

2. Sikap Afektif ... 54

3. Sikap Konatif ... 56

C. Faktor yang Mempengaruhi Sikap Petani ... 63

1. Faktor Eksternal ... 63

2. Faktor Internal ... 68

D. Hubungan Faktor yang Mempengaruhi Sikap Petani ... 71

1. Hubungan Sikap Kognitif ... 73

2. Hubungan Sikap Afektif ... 94

3. Hubungan Sikap Konatif ... 95

VI. PENUTUP ... 121

A. Kesimpulan ... 121

B. Saran ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 124


(7)

v DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Interpretasi Terhadap Nilai r Hasil Analisis Korelasi ... 31

Tabel 2. Luas Wilayah Seluruh Kecamatan Di Kabupaten Temanggung ... 33

Tabel 3. Jumlah Penduduk Kabupaten Temanggung Tahun 2005-2014 ... 34

Tabel 4. Distribusi dan Kepadatan Penduduk ... 35

Tabel 5. Penduduk Usia 10 Tahun ... 36

Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Umur ... 37

Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Usaha... 38

Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 39

Tabel 9. Karakteristik Petani Berdasarkan Usia ... 42

Tabel 10. Karakteristik Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 43

Tabel 11. Karakteristik Petani Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga ... 44

Tabel 12. Karakteristik Petani Berdasarkan Pendapatan ... 44

Tabel 13. Tabel Indikator Sikap Kognitif ... 46

Tabel 14. Distribusi Sikap Kognitif Petani Terhadap Program PUAP ... 47

Tabel 15. Tabel Indikator Sikap Afektif ... 54

Tabel 16. Distribusi Sikap Afektif Petani Terhadap Program PAUP ... 55

Tabel 17. Tabel Indikator Sikap Konatif... 57

Tabel 18. Distribusi Sikap Konatif Petani Terhadap Program PAUP ... 58

Tabel 19. Distribusi Peran PPL ... 64

Tabel 20. Distribusi Peran Opini Leaders ... 66

Tabel 21. Distribusi Intensitas Penggunaan Media ... 67

Tabel 22. Distribusi Keaktifan Petani dalam Kelompok Tani ... 69

Tabel 23. Distribusi Pengalaman Pribadi Petani ... 70

Tabel 24. Hubungan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Petani ... 71

Tabel 25. Hubungan Peran PPL dengan Sikap Kognitif ... 74

Tabel 26. Hubungan Peran Opinions Leaders dengan Sikap Kognitif ... 79

Tabel 27. Hubungan Intensitas Penggunaan Media dengan Sikap Kognitif ... 83

Tabel 28. Hubungan Keaktifan Petani dalam Kelompok Tani ... 85

Tabel 29. Hubungan Pengalaman Pribadi Petani ... 90

Tabel 30. Hubungan Peran PPL dengan Sikap Konatif ... 96

Tabel 31. Hubungan Peran Opinions Leaders dengan Sikap Konatif ... 101

Tabel 32. Hubungan Intensitas Penggunaan Media dengan Sikap Konatif ... 105

Tabel 33. Keaktifan Petani Dalam Kelompok Tani ... 110


(8)

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir ... 21 Gambar 2. Bagan Pengambilan Sampel Gapoktan Makaryowono ... 23 Gambar 3. Bagan Struktur Organisasi Pengurus Gapoktan Makaryowono ... 41


(9)

vii INTISARI

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP PETANI TERHADAP PROGRAM PUAP DI GAPOKTAN MAKARYOWONO

DESA TLOGOWERO KECAMATAN BANSARI KABUPATEN

TEMANGGUNG (Skripsi dibimbing oleh Dr. Ir. Indardi, M.Si & Retno Wulandari, SP. M.Sc). Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaaan (PUAP) merupakan program Departemen Pertanian untuk membantu petani desa miskin yang mengalami kesulitan modal usaha. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik petani yang menerima dana PUAP, sikap petani terhadap program PUAP dan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap petani terhadap program PUAP. Penelitian dilakukan di Desa Tlogowero Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung tekhnik pengambilan responden dengan Proprosional Random Sampling 36 petani. Pengambilan data dilakukan dengan kuisioner dengan panduan wawancara. Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif dengan Skala Likert dan analisis diuji dengan Uji Koefisien Korelasi Rank Sperman. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik petani penerima dana PUAP terdiri dari usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan pendapatan. Sikap kognitif dan sikap afektif petani terhadap program PUAP termasuk dalam kategori tinggi. Sikap konatif petani terhadap program PUAP termasuk dalam kategori sedang. Hubungan faktor - faktor yang mempengaruhi sikap petani dengan sikap kognitif terdapat hubungan yang signifikan yaitu keaktifan dalam kelompok tani. Hubungan faktor - faktor yang mempengaruhi sikap petani dengan sikap afektif tidak dapat analisis karena tidak adanya variasi data. Hubungan faktor - faktor yang mempengaruhi sikap petani dengan sikap konatif terdapa hubungan yang signifikan yaitu intensitas penggunaan media dan keaktifan dalam kelompok tani


(10)

(11)

ABSTRACT

FACTORS AFFECTING OF FARMER’S ATTITUDE TOWARD RULAR AGRIBUSINESS DEVELPOMENT (PUAP) AT GAPOKTAN MAKARYOWONO OF TLOGOWERO VILLAGE BANSARI SUB-DISTRICT TEMANGGUNG REGENCY (under supervision of Dr. Indardi, M.Si and Retno Wulandari SP. M.Sc). Rural Agribusiness Development (PUAP) is one among other programs which is conducted by Agricultural Department intergrating whit National Community Emperowment Program (PNPM-M) to help under privileged rural farmers experiencing inadequate venture capital. This research aims to identify the characteristics of farmer receiving funding from PUAP, the attitude of farmers toward PUAP’s program and influencing factors of farmer’s attitude toward PUAP. This research was conducted at Tlogowero village Bansari sub-district Temanggung regency. The respondent’s data were taken using Propotional Random Sampling with the total amount of 36 farmers. Methods of data analysis using descriptive analysis with Likert Scale and analysis tested with Spearman Rank Correlation Coefficient. The result of the analysis indicate that the characteristic of farmer receiving funding from PUAP consist of age, education level, the numbers of depents and income. The cognitive attitude and affective attitudeinclude in category high. The conative attitude of farmers towards PUAP program include in midle category. Factors that influence the attitudes of farmers with cognitive attitude there is a significant relationship that is active in farmer groups. Factors that influence the attitudes of farmers with affective attitude can not be the analysis because of the absence of data variation. Factors that influence the attitudes of farmers with conative attitude that there exist significant association of media usage intensity and liveliness in farmer groups.


(12)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor pertanian memiliki peran penting dalam pembangunan nasional. Pembangunan Pertanian Nasional dari jaman kemerdekaan sampai sekarang belum mampu mengangkat derajat subjek pertanian yaitu petani dalam arti luas, masih bersifat tradisional atau konvensional bahkan cenderung semakin menurun (Sunanjaya dan Sumawa, 2009).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2009 jumlah penduduk miskin tercatat 32,53 juta jiwa 63,4% dari jumlah tersebut berada di pedesaan dengan mata pencaharian utama di sektor pertanian dan 80% berada pada skala usaha mikro yang memiliki luas lahan lebih kecil dari 0,3 Ha (Departemen Pertanian, 2010). Oleh karena itu, pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada pengurangan penduduk miskin.

Masalah dasar bagi sebagian besar petani Indonesia adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Masalah modal tersebut diantaranya adalah sebagian besar petani mengalami kekurangan modal untuk berusaha dan memenuhi kebutuhan hidupnya, belum adanya asuransi pertanian, masih adanya praktek sistem ijon dan sistem perbankan yang kurang peduli kepada petani (Prihartono, 2009). Akibatnya usaha pertanian di Indonesia khususnya Jawa Tengah sampai saat ini masih banyak didominasi oleh usaha


(13)

2

dengan skala kecil, modal yang terbatas, penggunaan teknologi yang masih sederhana, sangat dipengaruhi oleh musim, serta wilayah pasarnya lokal. Pemerintah mengatasi permasalahan tersebut menetapkan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaaan (PUAP) yang mulai dilaksanakan pada tahun 2008 dimana tujuan dari program ini adalah untuk mempercepat tumbuh dan berkembangnya usaha agribisnis dengan sasaran mengurangi kemiskinan dan pengangguran di pedesaan.

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaaan (PUAP) merupakan salah satu program yang dikembangkan oleh Departemen Pertanian yang dilaksanakan secara terintegrasi dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-M). Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaaan (PUAP) merupakan bentuk fasilitas modal usaha untuk petani, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani, maupun rumah tangga miskin di pedesaan yang terkoordinasikan oleh gabungan kelompok tani (Gapoktan). Gapoktan merupakan kelembagaan tani palaksana PUAP untuk menyalurkan modal bagi anggotanya (Anonimus, 2009). Pelaksanaan PUAP agar mencapai hasil yang maksimal, Gapoktan didampingi oleh tenaga Penyuluh Pendamping. Gapoktan PUAP diharapkan dapat menjadi kelembagaan ekonomi yang dimiliki dan dikelola petani.

Peran petani dalam Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan adalah sebagai penerima akhir dari modal PUAP, dimana petani diberikan modal untuk mengembangkan kegiatan usahataninya. Petani dituntut kemampuan manajer usahatani yang mencangkup perencanaan, pelaksanaan, hasil sampai pada tahap evaluasi. Jika permasalahan seperti permodalan dapat diatasi maka program


(14)

3

tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya ditengah krisis global dan persaingan bebas yang tengah terjadi di Indonesia.

Dana PUAP diberikan kepada sejumlah kabupaten yang memiliki masalah dalam dana pengembangan disektor pertanian atau disebut dengan desa miskin. Kabupaten Temanggung merupakan salah satu kabupaten yang memiliki beberapa desa miskin. Dana PUAP di Kabupaten Temanggung pada tahun 2011 diberikan kepada 230 desa di 20 kecamatan dengan jumlah dana RP 100 juta/ desa. Dampak dari adanya dana PUAP dapat dirasakan oleh Gapoktan Makaryowono di Desa Tlogowero Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung Jawa Tengah yang menjadi salah satu penerima dana PUAP 2011 yang merupakan desa percontohan program PUAP 2011-2016 dikarenakan pada tahun 2009 Gapoktan Makaryowono mendapatkan dana PUAP periode pertama dan mengalami kesuksesan. Peluang usaha yang memberikan keuntungan lebih bagi petani, seperti pengolahan hasil panen hingga pasca panen. Menurut Nidar salah satu PPL yang menangani PUAP di Desa Tlogowero Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung peminjaman modal program PUAP pada tahun 2011 terjadi beberapa penyimpangan pada pelaksanaanya yaitu kredit macet. Kredit macet disebabkan karena petani tidak membayar pada waktu yang telah disepakati. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi sikap petani sehingga pembayaran kredit tidak sesuai waktu yang disepakati. Penyimpangan sikap yang dilakukan oleh petani terhadap pembayaran kredit kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor pembentuk sikap diantaranya faktor pengalaman pribadi, peran PPL sebagai pengawas dan pendamping program PUAP, peran LKM dan PMT sebagai pendamping


(15)

4

administrasi dan kegiatan program PUAP, pengaruh orang lain yang dianggap peting dan penerimaan petani terhadap informasi baru. Terlepas dari faktor pembentuk sikap pada prinsipnya sikap sosial terbentuk karena adanya interaksi sosial yang dialami oleh masing-masing individu.

B. Rumusan Masalah

Program PUAP di Kabupaten Temanggung yang dilaksanakan pada tahun 2011, program ini diberikan dalam bentuk peminjaman modal lunak yang diharapkan dapat mengatasi masalah yang terkait dengan kesejahteraan petani khususnya di pedesaan. Sebagian besar penduduk miskin hidup di pedesaan yang bergerak dibidang pertanian dengan adanya krisis global secara tidak langsung berdampak pada biaya produksi. Program PUAP diharapkan dapat mengatasi masalah permodalan petani. Jika masalah permodalan dapat dipecahkan maka program PUAP dapat membantu meningkatkan kesejahteraan petani dan keluaranya ditengah kehidupan krisis global.

Sistem pemberian modal dari program PUAP yaitu dengan cara kredit. Sistem ini diharapkan petani dapat membayar modal yang diberikan dengan cara diangsur sesuai waktu yang disepakati. Pembayaran kredit tersebut tidak terlepas dari berbagai penyimpangan atau tidak sesuai dengan rencana. Banyak petani tidak membayar angsuran sesuai waktu yang telah disepakati dengan kata lain kredit macet. Penyimpangan sikap yang dilakukan oleh petani terhadap pembayaran kredit kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor pembentuk sikap diantaranya faktor pengalaman pribadi, pendidikan (formal dan non formal), pengaruh orang lain yang dianggap peting dan penerimaan petani terhadap


(16)

5

informasi baru. Sikap petani terhadap program PUAP dapat mempengaruhi berhasil atau tidaknya program PUAP di Gapoktan Makaryowono.

Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah yang ada , yaitu :

1. Bagaimana karakteristik petani yang menerima dana PUAP di Desa Tlogowero Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung?

2. Bagaimana sikap petani terhadap program pengembangan usaha agribisnis pedesaan (PUAP) di Desa Tlogowero Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung?

3. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi sikap petani terhadap program pengembangan usaha agribisnis pedesaan (PUAP) di Desa Tlogowero Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang telah dijelaskan diatas maka dapat diketahui bahwa tujuan penelitian yaitu :

1. Mengetahui karakteristik petani yang menerima dana PUAP di Desa Tlogowero Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung.

2. Mengetahui sikap petani terhadap program pengembangan usaha agribisnis pedesaan (PUAP) di Desa Tlogowero Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung.

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sikap petani terhadap program pengembangan usaha agribisnis pedesaan (PUAP) di Desa Tlogowero Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung.


(17)

6 D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan bagian dari proses belajar yang harus ditempuh sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta . 2. Bagi pemerintah dan instansi terkait, dari penelitian ini diharapkan dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan pembangunan secara keseluruhan.

3. Bagi peneliti lain, sebagai landasan dan bahan informasi untuk penelitian sejenis, serta dapat sebagai tolak ukur untuk melaksanakan penelitian serupa dalam lingkup yang lebih luas.


(18)

8

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

A. Program Usaha Agribisnis Pedesaan

Program PUAP adalah program pemberdayaan usaha agribisnis bagi petani di pedesaan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraan. Program ini merupakan terobosan Kementerian Pertanian untuk mempercepat pengentasan kemiskinan dan pengangguran melalui pengembangan usaha agribisnis di pedesaan, program pengembangan usaha agribisnis pedesaan menjadi bagian dari PNPM - Mandiri yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (Deptan, 2008).

Program pengembangan usaha agribisnis pedesaan merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota, petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupaun rumah tangga tani yang dikoordinasikan oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Gabungan kelompok tani merupakan kelembagaan tani pelaksanaan PUAP untuk penyaluran bantuan modal usaha bagi anggota. Pelaksanaan PUAP agar mencapai hasil yang maksimal, Gapoktan didampingi oleh tenaga Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT). Melalui pelaksanaan PUAP diharapkan Gapoktan dapat menjadi kelembagaan ekonomi yang dimiliki dan dikelola petani. (Badan Litbang Pertanian,2007).

Tujuan dilaksanakannya PUAP adalah Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di pedesaan sesuai dengan potensi wilayah. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, Pengurus Gapoktan, Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani. Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi pedesaan untuk


(19)

9

pengembangan kegiatan usaha agribisnis. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan.

Sasaran PUAP adalah berkembangnya usaha agribisnis di desa miskin yang terjangkau sesuai dengan potensi pertanian desa. Berkembangnya Gapoktan yang dimiliki dan dikelola oleh petani. Meningkatnya kesejahteraan rumah tangga tani miskin, petani/peternak (pemilik dan atau penggarap) skala kecil, buruh tani. Berkembangnya usaha agribisnis petani yang mempunyai siklus usaha harian, mingguan, maupun musiman.

Indikator keberhasilan program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) jika dilihat dari segi output dan outcome sebagai berikut :

1. Tersalurnya dana bantuan langsung mandiri PUAP kepada petani, buruh tani dan rumah tanga tani miskin anggota Gapoktan sebagai modal untuk melakukan usaha produktif pertanian.

2. Terlaksananya fasilitasi penguatan kapasitas dan kemampuan sumber daya manusia pengelola Gapoktan, Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani.

3. Meningkatkan kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola bantuan modal usaha tani untuk petani.

4. Meningkatkan kegiatan agribisnis mulai dari hulu, budidaya sampai hilir di lingkup pedesaan.


(20)

10

5. Meningkatkan pendapatan petani baik petani (pemilik/penggarap), buruh tani dan rumah tangga petani dalam meningkatkan potensi daerah masing-masing.

Indikator keberhasilan program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) jika dilihat dari segi benefit dan impact antara lain :

1. Dapat berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani di lokasi desa PUAP.

2. Berkurannya jumlah petani miskin dan pengangguran di pedesaan.

3. Gapoktan dapat berfungsi secara maksimal sebagai lembaga ekonomi petani di pedesaan yang dimiliki dan dikelola oleh petani

Keberhasilan program PUAP dapat terlaksana apabila pemerintah memberikan pembinaan dan pengendalian melalui :

1. Pembinaan yang dilakukan meliputi pelatihan terhadap sumber daya manusia di tingkat provinsi dan kabupaten. Tim pusat melakukan koordinasi denagn tim PNPM Mandiri untuk memberikan sosialisasi kepada pelaksana PUAP ditingkat provinsi dan kabupaten. Pembinaan yang dilakukan untuk pelaksanan PUAP pada Tim Teknis Kecamatan melalui pelatihan untuk pemahaman pelaksanan PUAP dilakuakan oleh Tim Teknis Kabupaten. Pembinaan pelaksanaan PUAP oleh Tim Teknis Kabupaten atau Kota kepada Tim Teknis Kecamatan kepada Gapoktan PUAP dilakukan dalam bentuk kunjungan, rapat-rapat, pendampingan dalam rangka meningkatkan pemahaman terhadap pola pelaksanaan PUAP.


(21)

11

2. Pengendalian terhadap PUAP dilakukan mulai dari tahapan persiapan, penyiapan dokumen Gapoktan, pelaksanaan dan pasca pelaksanaan PUAP yang dilaksanakan secara berjenjang mulai dari Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Tim Pusat PUAP melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan PUAP melalui pertemuan reguler dan kunjugna lapangan kepada Provinisi dan kabupaten/kota untuk memastikan apakah pelaksanaan PUAP berjalan sesuai dengan kebijakan umum Mentri Pertanian dan menyelesaikan permasalahan yang terjadi dilapangan.

Pengendalikan pelaksanaan PUAP, kementrian Pertanian mengembangkan operation room sebagai pusat pengendalian PUAP berbasis elektronik yang dikelola oleh Pusat Data dan Informasi Pertanian (Pusdatin). Pusdatin sebagai pengelola operation room bertanggung jawab mengembangkan dan mengelola data base PUAP yang mencanhkup data base Gapoktan, Penyuluh Pendamping, Penyelia Mitra Tani (PMT) dan usaaha agribisnis Gapoktan. Pusdatin bertugas mempersiapkan bahan laporan perkembangan pelaksanaan PUAP.

Pengendalian pelaksanaan pada tingkat Provinsi Gubernur diharapkan dapat membentuk operation room yang dikelola oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). BPTP berperan sebagai sekertariat TIM Pembina PUAP Provinsi dapat memanfaatkan data base PUAP yang dikembangkan Kemnetrian Pertanian sebagai bahan penyusunan laporan Tim Pembinaan Profinisi kepada Gubernur dan Menteri Pertanian. Tim Pembinaan PUAP Provinsi melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan PUAP melalui pertemuan reguler dan kunjugna lapangan ke kabupaten/kota untuk memastikan apakah pelaksanaan


(22)

12

PUAP berjalan sesuia dengan kebijakan teknis Gubernur dan menyelesaikan permaslahan yang terjadi dilapangan.

Untuk mengendalikan pelaksanaan PUAP di tingkat Kabupaten/ Kota, Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk diharapkan dapat membentuk operation room sebagai Pusat Pengendalian PUAP berbasis elektronik yang dikelola oleh Sekertariat PUAP Kabupaten/Kota yaitu Penyelia Mitra Tani (PMT) dengan memanfaatkan peralatan yang disiapkan oleh Kementerian Pertanian. Tim Pembinaan PUAP ditingkat Kabupaten/ Kota melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan PUAP melalui pertemuan reguler dan kunjugna lapangan ke kecamatan untuk memastikan apakah pelaksanaan PUAP berjalan sesuai dengan kebijakan teknis Bupati/Walikota dan menyelesaikan permaslahan yang terjadi dilapangan. Tim Pembinaan PUAP di tingkat kecamatan melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan PUAP melalui pertemuan reguler dan kunjugna lapangan ke desa dan Gapoktan untuk memastikan apakah pelaksanaan PUAP berjalan sesuia dengan kebijakan teknis Bupati/Walikota dan pejabat yang ditunjuk serta dapat menyelesaikan permaslahan yang terjadi dilapangan.

Penelitian terdahulu Fatma Pastaliza 2012 melakukan penelitian evaluasi program PUAP dengan judul Evaluasi program PUAP di Kabupaten Solok . Hasil penelitian tersebut menghasilkan bahwa program PUAP Program PUAP di Kabupaten Solok telah mampu mengatasi kesulitan petani akses terhadap sumber permodalan namun masih banyak kekurangan dalam pelaksanaan di lapangan seperti tidak siapnya Gapoktan untuk menggulirkan dana PUAP sehingga setelah dana masuk rekening dibutuhkan waktu lama untuk bisa menggulirkan kepada


(23)

13

petani, kurangnya pembinaan dari Penyuluh Pendamping dan Dinas Pertanian, kurangnya pelatihan yang diberikan kepada pengelola UKMA sehingga pengelolaa UKMA kurang bagus terbukti dengan tidak lengkapnya administrasi dan masih kurangnya inovasi-inovasi yang dilakukan oleh UKMA untuk menambah modal dan masih tingginya tingkat kemacetan yang berpengaruh kepada belum tergulirkannya dana PUAP ke anggota karena masih berupa piutang pada anggota yang belum membayar angsuran pinjamannya. Program PUAP telah berperan dalam pemberdayaan petani di Kabupaten Solok yang ditandai dengan adanya peningkatan pendapatan petani penerima manfaat, peningkatan jumlah petani penerima manfaat dan peningkatan fungsi Gapoktan sebagai wadah pemecahan masalah kesulitan modal petani. Gapoktan telah menjadi lembaga keuangan yang dimiliki dan dikelola petani sehingga petani tidak perlu susah untuk mencari modal untuk usahanya dengan syarat yang mudah dan tidak diperlukan jaminan. Faktor-faktor yang menghambat keberhasilan program PUAP yaitu rendahnya SDM, pengelola gapoktan, SDM personil Dinas Pertanian yang tidak cocok, kurangnya perhatian dari pemerintah daerah berupa tidak tersedianya dana pendukung serta tidak adanya penerapan sanksi bagi peminjam yang terlambat membayar angsuran.

B. Sikap

Sikap adalah salah satu istilah bidang psikologi yang berhubungan dengan persepsi dan tingkah laku. Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut attitude. Attitude adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang. Suatu kecenderungan untuk bereaksi terhadap suatu perangsang atau situasi yang


(24)

14

dihadapi. Sikap merupakan produk dari proses sosialisasi di mana seseorang bereaksi sesuai dengan rangsang yang diterimanya. Jika sikap mengarah pada obyek tertentu, berarti bahwa penyesuaian diri terhadap obyek tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan kesediaan untuk beraksi dari orang tersebut terhadap obyek ( Mar’at, 1984).

Soedjito dalam Mardikanto (1993) mengatakan bahwa sikap sebenarnya merupakan fungsi dari kepentingan, artinya sikap seseorang sangat ditentukan oleh kepentingan-kepentingan yang dirasakan. Semakin ia memiliki kepentingan, atau semakin banyak kepentingan yang dirasakan, maka sikapnya semakin baik dan sebaliknya semakin merasa tak memiliki kepentingan atau kepentingannya tidak dipenuhi maka sikapnya semakin buruk

Sikap dapat pula didefinisikan sebagai perasaan, pikiran dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Komponen sikap adalah pengetahuan, perasaan-perasan dan kecenderungan untuk bertindak, sikap adalah kecenderungan evaluasi terhadap suatu obyek atau subyek yang memiliki konsekuensi yakni bagaimana seseorang berhadap-hadapan dengan obyek sikap ( Van den Ban, 1999).

Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif. Respon hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghandaki adanya reaksi individual. Respon evaluasi berarti bentuk reaksi yang dinyatakan dalam sikap itu timbulnya didasarkan oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberikan kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik buruk, positif negatif, menyenangkan tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi


(25)

15

reaksi terhadap obyek sikap (Azwar, 1998). Sikap baru memiliki makna apabila ia ditampakkan dalam bentuk perilaku baik lisan maupun perilaku perbuatan (Shabran, 2005).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dan pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa sikap pada dasarnya merupakan hasil dari proses sosialisasi dan interaksi seseorang dengan lingkungannya, yang merupakan perwujudan dari pikiran, perasaan seseorang serta penilaian terhadap obyek, yang didasarkan pada pengetahuan petani tentang, pemahaman, pendapat dan keyakinan dan gagasan-gagasan terhadap suatu obyek sehingga menghasilkan suatu kecenderungan untuk bertindak pada suatu obyek. Sikap adalah kecenderungan individu menanggapi secara positif atau negatif terhadap obyek sikap ditinjau dari dimensi kognisi, afeksi dan konatif.

1. Komponen kognitif merupakan aspek sikap yang berkenaan dengan penilaian individu terhadap obyek atau subyek. Informasi yang masuk ke dalam otak manusia, melalui proses analisis, sintesis, dan evaluasi akan menghasilkan nilai baru yang akan diakomodasi atau diasimilasikan dengan pengetahuan yang telah ada di dalam otak manusia. Mann, L (1969) menjelaskan bahwa komponen konitif berisi persepsi, kepercayaan, dan sterotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif ini dapat disamakan dengan opini, terutama apabila menyangkut masalah isyu atau problem yang kontraversional.

2. Komponen afektif merupakan nilai - nilai baru yang diyakini benar, baik, indah, dan sebagainya, pada akhirnya akan mempengaruhi emosi atau


(26)

16

komponen afektif dari sikap individu. Oleh karena itu, komponen afektif dapat dikatakan sebagai perasaan (emosi) individu terhadap obyek atau subyek, yang sejalan dengan hasil penilaiannya. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar makin mendalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang.

3. Sedang komponen konatif kecenderungan bertindak berkenaan dengan keinginan individu untuk melakukan perbuatan sesuai dengan keyakinan dan keinginannya. Sikap seseorang terhadap suatu objek dapat positif atau negatif (Gerungan, 2000). Kecenderungan berperilaku secara konsisten, selaras dengan kepercayaan dan perasaan ini membentuk sikap individu. Seandainya sikap tidak konsisten dengan perilaku, mungkin ada faktor dari luar diri manusia yang membuat sikap dan perilaku tidak konsisten. Faktor tersebut adalah sistem nilai eksternal yang berada di masyarakat, diantaranya norma, politik, budaya, dan sebagainya.

Sikap individu sangat erat kaitannya dengan perilaku mereka. Jika faktor sikap telah mempengaruhi ataupun menumbuhkan sikap seseorang, maka antara sikap dan perilaku adalah konsisten, sebagaimana yang dikemukan oleh Krech dan Ballacy, Morgan King, dan Howard. Sikap seseorang memang seharusnya konsisten dengan perilaku. Seandainya sikap tidak konsisten dengan perilaku, mungkin ada faktor dari luar diri manusia yang membuat sikap dan perilaku tidak konsisten. Faktor tersebut adalah sistem nilai eksternal yang berada di masyarakat, diantaranya norma, politik, budaya, lingkungan dan sebagainya. Faktor-faktor


(27)

17

yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, orang lain yang dianggap penting, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama ( Azwar, 1998).

Pengalaman pribadi. Dasar pembentukan sikap: pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Sikap mudah terbentuk jika melibatkan faktor emosional. Suatu sikap yang dilandasi oleh emosi yang fungsinya sebagai semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisime pertahanan ego, bersifat sementara ataupun menetap (Azwar, 1998). Mardikanto (1996) menyatakan bahwa pengalaman dalam melakukan kegiatan bertani tercermin dari kebiasaan-kebiasaan yang mereka (petani) terapkan dalam kegiatan bertani dan merupakan hasil belajar dari pengalamannya.

Apa yang kita alami akan membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat menjadi pembentuk sikap pengalaman pribadi harus melalui kesan yang kuat ( Azwar, 1991).

Pengaruh orang lain yang dianggap penting (Significant Others). Orang lain yang dianggap penting yaitu orang-orang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah laku dan opini kita, orang yang tidak ingin dikecewakan, dan yang berarti khusus. Misalnya: orangtua, pacar, suami/isteri, teman dekat, guru, pemimpin. Umumnya individu tersebut akan memiliki sikap yang searah (konformis) dengan orang yang dianggap penting (Azwar, 1998).

Media massa. Media massa berupa media cetak dan elektronik dalam penyampaian pesan, media massa membawa pesan-pesan sugestif yang dapat


(28)

18

mempengaruhi opini kita. Jika pesan sugestif yang disampaikan cukup kuat, maka akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal hingga membentuk sikap tertentu.

Pengaruh kebudayaan. Kebudayaan dimana seseorang hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan sikap. Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap seseorang terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakat, karena kebudayaan pulalah yang menjadi anggota kelompok masyarakat, hanya kepribadian individu yang telah mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap.

Pengaruh faktor emosional. Sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyaluran atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap sementara dan segera berlalu akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang tahan lama.

Lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya merupakan hal penting yang mendasari pengertian dan konsep moral dalam diri seseorang. Pemahan akan sesuatu baik dan buruk, garis pemisah antara boleh dan tidak boleh dilakukan diperoleh dari pendidikan formal dan non formal. (Azwar, 1995)

Penelitian terhadap sikap petani yang dilakukan oleh Wibisono Darmawan yang berjudul Sikap petani terhadap program PUAP di Kota Salatiga. Faktor pembentuk sikap seperti faktor pengalaman pribadi, pendidikan formal tergolong


(29)

19

sedang. Sedangkan pendidikan non formal tergolong tinggi dan pengaruh orang lain yang dianggap penting tergolong rendah. Sikap petani terhadap program PAUP di Kota Salatiga tergolong baik. Hail ini dikarenakan petani di Kota Salatiga sangalah menerima program PUAP. Hubungan antara faktor pembentuk sikap dengan sikap petani terhadap program PUAP adanya hubungan yang signifikan antara variabel pemnbentuk sikap seperti pengalaman pribadi, pengaruh orang yang dianggap penting dan media masa, hasil ini diperoleh dengan metode analisis uji hipotesis.

C. Kerangka Berpikir

Permodalan, pasar, teknologi dan organisasi tani adalah hal yang sangat penting dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas suatu usaha, seperti halnya pada pengembangan usaha tani. Jika permodalan, pasar, teknologi dan organisasi tani sangatlah lemah akan menjadikan masalah dalam pengembangan usaha tani. Pemerintah mengadakan program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan dalam rangka menangani masalah tersebuat. Program PUAP terfokus dalam mengembangkan usaha agribisnis dan memperkuat kelembagan pertanian di pedesaan. Sebelum program PUAP bisa dilakukan perlu diketahui kecenderungan sikap petani terhadap program tersebut. Sikap petani terbentuk adanya interaksi sosial yang dialaminya. Interaksi sosial yang dilakukan petani tersebut akan bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap obyek psikologi yang dihadapi. Salah satunya yaitu Program Pengembangan Agribisnis Pertanian (PUAP), petani akan memberikan respon evaluatif artinya petani akan memberikan reaksi sebagai sikap yang timbul karena proses evaluasi dalam


(30)

20

dirinya dan memberikan kesimpulan dari rangsangan dalam bentuk nilai baik atau buruk, positif atau negatif. Sikap petani terhadap PUAP diukur berdasarkan 3 komponen sikap terhadap program PUAP, yaitu : kognitif (pengetahuan), afeksi (perasaan/emosi) dan konatif (tindakan) terhadap keseluruhan kegiatan program PUAP (sosialisasi program PUAP, pembentukan pengurus LKM dan PMT, penyusunan RUK, peninjauan usaha, pendampingan administrasi/pembukuan, monitoring kegiatan usaha, dan evaluasi kegiatan usaha).

Pembentuk sikap petani terhadap program PUAP dipengaruhi oleh variabel pembentuk sikap yaitu peran PPL, peran orang lain yang dianggap penting (peran

opinion leader), intensitas penggunaan media, pengalaman petani terhadap program lain, dan keaktifan petani dalam kelompok tani. Dasar pembentukan sikap petani salah satunya dipengaruhi oleh faktor pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Sikap petani mudah terbentuk jika melibatkan faktor emosional mereka. Dapat bersifat sementara ataupun menetap (persisten/tahan lama). Prasangka petani terhadap program sejenis PUAP sebelumnya baik kesan baik atau buruk akan meninggalkan kesan pengalaman pribadi mereka dengan program PUAP.

Orang lain yang dianggap penting akan menjadi faktor yang mempengaruhi sikap petani terhadap program PUAP, yaitu: orang-orang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah laku dan opini para petani, orang yang tidak ingin dikecewakan, dan yang berarti khusus. Pengaruh orang lain yang dianggap penting menjadikan sisi positif bagi para petani karena pada dasarnya mereka bersikan persuasif. Petani akan lebih menerima program PUAP itu sendiri.


(31)

21

Intensitas penggunaan media yaitu banyaknya petani mengakses media berupa media cetak dan elektronik dalam penyampaian pesan, media membawa pesan-pesan sugestif yang dapat mempengaruhi opini kita. Intensitas penggunaan media akan menjadi pengaruh penting bagi petani dalam pembentukan sikap mereka terhadap program PUAP. Jika pesan sugestif yang disampaikan cukup kuat, maka akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal hingga membentuk sikap tertentu.

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir Hubungan Faktor Pembentuk Sikap dengan Sikap Petani Terhadap Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan

Program Usaha Agribisnis Pedesaan

Karakteristik petani penerima dana PUAP : -Usia -Tingkat pendidikaan -Jumlah tanggungan Keluarga - Pendapatan Faktor-faktor eksternal:

1. Peran PPL 2. Peran Opinion

Leaders 3. Intensitas penggunaan media SIKAP -Sikap kognitif - Sikap afektif - Sikap konatif Faktor-faktor internal:

1. Keikutsertaan petani dalam kelompok tani 2. Pengalaman petani

terhadap program lain

Sikap petani terhadap program PUAP) :

1. Sosialisasi program PUAP 2. Pembentukan LKM

(Lembaga Keuangan Mikro) dan PMT (Penyelia Mitra Tani)

3. Penyusunan RUK 4. Peninjauan Usaha 5. Pendampingan

administrasi/pembukuan 6. Monitoring kegiatan usaha 7. Evaluasi kegiatan usaha Program Usaha


(32)

22

III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar

Penelitian ini menggunakan metode dasar deskriptif. Metode ini digunakan untuk menjelaskan tentang fakto-faktor yang mempengaruhi sikap petani terhadap program PUAP, dinilai dari data dan informasi yang diperoleh dari petani Gapoktan Makaryowono di Desa Tlogowero Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung yang berisi profil petani penerima dana PUAP, sikap petani terhadap program PUAP dan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap secara internal dan eksternal.

B. Pemilihan Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Makaryowono Desa Tlogowero Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung dengan subyek penelitian adalah petani yang mendapatkan bantuan PNPM-mandiri program PUAP tahun 2011. Pemilihan lokasi dengan pertimbangan karena Gapoktan Makaryowono merupakan Gapoktan percontohan program PUAP tahun 2011-2016 dikarenakan pada tahun 2009 Gapoktan Makaryowono mendapatkan dana PUAP periode pertama dan mengalami keberhasilan. Namun, setelah pelaksanaan PUAP 2011 telah berjalan 4 tahun terjadi penyimpangan yaitu kredit macet. Padahal pada periode pertama pemberian dana PUAP 2009 Gapoktan Makaryowono tidak mengalami kendala dan berjalan baik. Mulai dari sosialisasi program, fasilitasi yang dilakukan oleh PPL, Gapoktan, PMT dan usaha petanipun berjalan lancar.


(33)

23 C. Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang dilakukan yaitu dengan melakukan teknik pengambilan sample secara acak dengan mempertimbangakn unsur populasi (Proportional Random Sampling), seluruh unit yang ada dipopulasi akan diambil dengan cara undian. Pada penelitian ini dari jumlah total anggota Gapoktan Makaryowono 139 orang, yang terdiri dari 5 kelompok tani yaitu Kelompok Tani Makaryowono 1 beranggota 40 orang, Kelompok Tani Ketan Sewon beranggota 20 orang, Kelompok Wanita Tani Putri Mandiri beranggota 30 orang, Kelompok Tani Makaryowono 2 beranggota 34 orang dan Kelompok Tani Surya Tani Organik beranggota 15 orang. Setiap kelompok tani akan diambil 25% jumlah anggota yang akan dijadikan responden. Jumlah seluruh responden yang akan diambil adalah 36 responden. Penjelasan lebih lengkap dapat dilihat dibagan dibawah ini.

Gambar 1. Bagan Pengambilan Sampel Gapoktan Makaryowono 36 Orang Anggota

GAPOKTAN

GAPOKTAN MAKARYOWONO DESA TLOGOWERO KECAMATAN BANSARI

KABUPATEN TEMANGGUNG

Kelompok Tani Makaryowono 1

40 anggota

Kelompok Tani Ketan Sewon

20 anggota

Kelompok Tani Surya Tani Organik

15 anggota Kelompok

Wanita Tani Putri Mandiri

30 anggota

Kelompok Tani Makaryowono 2

34 anggota


(34)

24 D. Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan sekunder. 1. Data primer diperoleh langsung dari petani penerima dana PUAP 2011 di

Gapoktan Makaryowono sebagai responden dengan cara memberikan kuisioner yang telah disiapkan.

2. Data sekunder diperoleh dari dokumen yang berhubungan dengan program PUAP dan publikasi dari berbagai lembaga pemerintah seperti Badan Penyuluh Pertanian, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan (BP4K), Badan Penyuluh Pertanian Kecamatan Bansari Kantor Kecamatan Bansari, Kantor Desa Tlogowero, dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Temanggung.

A. Asumsi dan Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada pelaksanaan program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan pada tanggal 16 Februari 2011 yang mendapat sumber dana Dana BLM Nomor : 09/PEMENTAN/OT.140/2/2011 yang mengikutsertakan petani.

B. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Petani adalah seseorang yang bekerja diusaha cocok tanaman tembakau dan holtikultura yang menjadi anggota Gapoktan Makaryowono dan mendapatkan dana program PUAP tahun 2011.

2. Usia adalah lamanya hidup petani Gapoktan Makaryowono dari lahir sampai penelitian dilakukan diukur dengan satuan tahun.

3. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh petani Gapoktan Makaryowono dan diukur sesuai pendidikan


(35)

25

terakhir dengan kategori tidak sekolah, lulus SD, lulus SMP, lulus SMA, lulusan Diploma dan lulusan S1.

4. Pendapatan adalah nilai yang diperoleh oleh petani anggota Gapoktan Makaryowono setelah melakukan kegiatan usahatani dan non usahatani, dinyatakan dalam satuan rupiah.

5. Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya jumlah anggota keluarga petani Gapoktan Makaryowono yang masih menjadi tanggung jawab kepala keluarga dinyatakan dalam banyaknya jumlah anggota keluarga dalam satuan orang.

6. Sikap petani terhadap program pengembangan usaha agribisnis pedesaan merupakan kecenderungan yang diberikan oleh petani Gapoktan Makaryowono terhadap seluruh kegiatan program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan yang dapat dilihat dari tiga pembentuk sikap yaitu sikap kognitif, sikap afektif dan sikap konatif. Sikap petani dapat diukur menggunakan skala Lieker dengan pernyataan positif dan negatif.

7. Sikap kognitif merupakan kecenderungan pengetahuan petani Gapoktan Makaryowono tentang keseluruhan kegiatan program PUAP yang terdiri dari beberapa indikator yaitu 1) pengetahuan petani tentang sosialisasi program PUAP, 2) pengetahuan petani tentang pembentukan LKM dan PMT, 3) pengetahuan petani tentang penyusunan RUK, 4) pengetahuan petani tentang peninjauan usaha, 5) pengetahuan petani tentang pendampingan administrasi/ pembukuan kredit modal, 6) pengetahuan petani tentang monitoring kegiatan usaha, dan 7) pengetahuan petani


(36)

26

tentang evaluasi kegiatan usaha. Diukur dengan menggunakan skor (1) tidak tahu, Skor (2) kurang tahu, skor (3) cukup tahu dan skor (4) tahu persis. 8. Sikap afektif merupakan kecenderungan perasaan (emosi) yang diberikan

oleh petani Gapoktan Makaryowono tentang keseluruhan program PUAP yang terdiri dari beberapa indikator yaitu 1) tanggapan petani tentang sosialisasi program PUAP, 2) tanggapan petani tentang pembentukan LKM dan PMT, 3) tanggapan petani tentang penyusunan RUK, 4) tanggapan petani tentang peninjauan usaha, 5) tanggapan petani tentang pendampingan administrasi/ pembukuan kredit modal, 6) tanggapan petani tentang montoring kegiatan usaha dan 7) tanggapan petani tentang evaluasi kegiatan usaha. Diukur dengan skor (1) sangat tidak setuju, skor (2) tidak setuju, skor (3) kurang setuju dan skor (4) setuju.

9. Sikap konatif merupakan kecenderungan tindakan dari hasil tanggapan petani gapoktan Makaryowono terhadap program PUAP yang diukur dengan mendukung atau tidak terhadap keseluruhan kegiatan. PUAP yang terdiri dari beberapa indikator yaitu 1) tindakan petani tentang sosialisasi program PUAP, 2) tindakan petani tentang pembentukan LKM dan PMT, 3) tindakan petani tentang penyusunan RUK, 4) tindakan petani tentang peninjauan usaha, 5) tindakan petani tentang pendampingan administrasi/ pembukuan kredit modal, 6) tindakan petani tentang montoring kegiatan usaha dan 7) tindakan petani tentang evaluasi kegiatan usaha. Diukur dengan menggunakan skor (1) tidak terlibat, skor (2) kurang terlibat, skor (3) cukup terlibat dan skor (4) terlibat.


(37)

27

10. Sosialisasi program PUAP merupakan penyebarluasan program PUAP mulai dari pengetahuan petani tentang program, tujuan program, kegiatan dan hasil program yang diukur dengan pernyataan petani Gapoktan Makaryowono terhadap sosialisasi program PUAP.

11. Pembentukan pengurus LKM dan PMT merupakan pembentukan pengurus lembaga keuangan masyarakat yang nantinya mengelola perkreditan dana PUAP oleh petani Gapoktan Makaryowono yang diukur dengan pernyataan petani terhadap pembentukan pengurus LKM dan PMT.

12. Penyusunan RUK merupakan penyusunan usaha kelompok yang terdiri dari beberapa rencana usaha pribadi yang telah diusulkan petani Gapoktan Makaryowono yang diukur dengan pernyataan petani.

13. Peninjauan usaha merupakan peninjauan usaha yang dilakukan oleh LKM dan PMT sesuai dengan RUK yang dibuat petani Gapoktan Makaryowono, diukur dengan pernyataan petani.

14. Pendampingan administrasi/pembukuan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh penyuluh pendamping dan PMT dalam rangka pendampingan pembukuan kegiatan perkreditan dana PUAP yang diperoleh petani Gapoktan Makryowono, diukur dengan pernyataan petani.

15. Monitoring kegiatan usaha merupakan pemantauan kegiatan usaha yang dilakukan petani Gapoktan Makaryowono sesuai RUK setelah mendapatkan dana PUAP yang dilakukan setiap 6 bulan sekali.


(38)

28

16. Evaluasi kegiatan usaha merupakan suatu proses dalam menyediakan informasi untuk mengetahui informasi tentang kegiatan usaha petani sesuai RUK sejauh mana kegiatan telah tercapai dengan dana PUAP.

17. Peran PPL (penyuluh petani lapangan) adalah keikutsertaan penyuluh petanian untuk mendukung petani Gapoktan Makaryowono sebagai fasilitator agar petani mendapat informasi, memotivasi petani dalam segala kegiatan, pendampingan dalam memecahkan masalah, dan pendamping dalam pengambilan keputusan. Diukur dengan seberapa sering ppl memberikan fasilitator mengenai PUAP selama petani ikut serta dalam program PUAP, diukur dengan skor (1) tidak pernah, skor (2)kadang-kadang (1 kali/bulan) , skor (3) cukup sering (2 kali/bulan) dan skor (4) sering (≥3 kali/bulan)

18. Peran opinion leaders adalah keikutsertaan ketua gapoktan, lurah, dukuh, ketua RT, carik dalam mendapatkan informasi, keikutsertaan dalam menangani masalah secara langsung, memberikan pendapat dalam penyelesaian masalah, dan pengambilan keputusan. Diukur dengan banyaknya opinion leaders yang berperan dalam pengambilan keputusan. Diukur dengan sekor (1) tidak ada, skor (2)1 orang, skor (3) 2 orang, dan skor (4) ≥ 3 orang .

19. Intensitas penggunaan media merupakan banyaknya petani Gapoktan Makaryowono mengakses media yang digunakan oleh petani untuk memperoleh informasi mengenai program PUAP yaitu televisi, radio, internet, dan koran yang dapat diukur dengan banyaknya penggunaan media


(39)

29

oleh petani. Skor (1) tidak ada, skor (2) 1-2 media, skor (3) 3-4 media dan skor (4) ≥5 media.

20. Keaktifan petani dalam kegiatan kelompok tani adalah keikutsertaan petani yang bergabung dalam kelompok tani yang mengikuti berbagai kegiatan yaitu: pertemuan bulanan, pengolahan hasil pertanian, pemasaran hasil pertanian dan pengelolaan demplot pupuk . Diukur dengan skor (1) tidak pernah (tidak pernah hadir dalam pertemuan rutin dan kegiatan kelompok), skor (2) kadang-kadang (hadir pertemuan rutin tetapi diwakili keluarga), skor (3) cukup sering (hadir dalam pertemuan rutin seperti pembayaran iuran tetapi tidak mengikuti kegiatan kelompok). Skor(4) sering (selalu hadir pertemuan rutin dan kegiatan kelompok).

21. Pengalaman pribadi merupakan pengalaman petani terhadap program lain yang pernah petani ikuti. Diukur dari ikut dan tidaknya petani Skor (1) tidak ikut, skor (2) kadang-kadang (1-2 program) , skor (3) cukup sering (3-4 program), skor (4) ikut (≥ 5 program)

C. Teknik Analisis Data

Analisis deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui karakteristik petani yang dapat menggambarkan petani dalam kelompok tani. Kemudian data yang didapat dianalisis dengan menggunakan metode editing, coding, dan tabulasi. Mengetahui sikap petani terhadap program PUAP dapat menggunakan skala Likert. Menurut Muller (1986) mengukur sikap seseorang adalah mencoba untuk menempatkan posisinya pada suatu kontinum afektif berkisar dari sangat positif hingga sangat negatif terhadap suatu obyek sikap.


(40)

30

Penskalaan Likert, kuantifikasi dilakukan dengan mencatat penguatan respon dan pernyataan kepercayaan positif dan negatif tentang obyek sikap.

Skor tiap-tiap variabel yang diteliti dikategorikan menjadi 4 skor untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi sikap petani dan dijelaskan secara deskriptif. Kategori pengukurannya dengan menggunakan rumus lebar intervel, yaitu :

Lebar Interval (I) = Jumlah skor tertinggi – jumlah skor terendah

Jumlah kelas (K)

Lebar Interval skor sikap = 21-7 = 14 = 7

3 3

Pengukuran kategori sikap kognitif petani tentang program PUAP a. Kategori sikap rendah :7 – 11,7

b. Kategori sikap sedang : 11,8- 16,5

c. Kategori sikap tinggi : 16,6 - 21

Kemudian untuk mengetahui hubungan antara faktor pembentuk dengan sikap petani terhadap program PUAP dapat diketahui menggunakan rumus koefisien korelasi rank spearman tingkat kepercayaan 95% (α =0,05).


(41)

31

Berdasarkan perhitungan nilai koefisien korelasi yang nantinya didapat melalui analisis diatas diperkirakan kekuatan hubungan korelasi. Berikut adalah tabel interpretasi terhadap nilai r hasil analisis korelasi (Hasan, 2004):

Tabel 1. Interpretasi Terhadap Nilai r Hasil Analisis Korelasi Interval nilai r Interpretasi

KK = 1,000 0,91 < r <1,00

0,71 < r ≤ 0,90 0,41 < r ≤ 0,70 0,21 < r ≤ 0,40 0,00 < r ≤ 0,20

KK = 0,00

Sempurna

Hubungan kuat sekali atau tinggi Hubungan kuat atau tinggi Hubungan cukup berarti Hubungan lemah tapi pasti Rendah sekali atau lemah sekali Tidak ada


(42)

32

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kabupaten Temanggung 1. Letak Geografis

Seca a geog af Kabupaten Temanggung te leta anta a 0° 23’– 0°46’30” buju t mu an 7° 4’ – 7°32’35” LS. Kabupaten Temanggung memiliki luas wilayah 87.065 Ha dengan bentang barat ke timur sepanjang 43 Km dan bentang utara ke selatan sepanjang 34 Km, mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah utara : berbatasan dengan Kabupaten Kendal dan Kabupaten Semarang Sebelah selatan : berbatasan dengan Kabupaten Magelang

Sebelah barat : berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo

Sebelah timur : berbatasan dengan Kabupaten Semarang dan Kabupaten Magelang

Wilayah Kabupaten Temanggung sebagian besar merupakan dataran dengan ketinggian antara 500 m – 1.450 m di atas permukaan laut. Keadaan tanah sekitar 50% dataran tinggi dan 50% dataran rendah. Daerah Kabupaten Temanggung pada umumnya berhawa dingin dimana udara pegunungan berkisar antar 20°C sampai dengan 30°C. Daerah berhawa sejuk terutama di daerah Kecamatan Tretep, Bulu (lereng Gunung Sumbing), Tembarak, Ngadirejo, dan Candiroto. Selain itu, Kabupaten Temanggung dibagi menjadi 20 kecamatan yang ditunjukkan pada Tabel 2.


(43)

33

Tabel 1. Luas Wilayah Seluruh Kecamatan Di Kabupaten Temanggung

No Kecamatan Luas Wilayah (ha) Presentase (%)

1. Parakan 2.223 2,85

2. Kledung 3.221 3,08

3. Bansari 2.254 1,99

4. Bulu 4.304 6,62

5. Temanggung 3.339 6,58

6. Tlogomulyo 2.484 7,34

7. Tembarak 2.684 9,00

8. Selopampang 1.729 4,02

9. Kranggan 5.761 6,12

10. Pringsurat 5.728 3,37

11. Kaloran 6.392 7,71

12. Kandangan 7.836 6,88

13. Kedu 3.496 7,91

14. Ngadirejo 5.331 3,86

15. Jumo 2.932 5,05

16. Gemawang 6.711 2,85

17. Candiroto 5.994 3,08

18. Bejen 6.884 1,99

19. Tretep 3.365 6,62

20. Wonoboyo 4.398 6,58

Jumlah 87.065 100,00

Sumber : BPS Kab. Temanggung tahun 2014

2. Aspek Demografi a. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk merupakan faktor penting dalam pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Temanggung karena penduduk memiliki peran sebagai pelaksana di dalam pembangunan. Penduduk yang besar akan menjadi potensi Sumber Daya Manusia yang baik jika dilakukan pembinaan, sehingga memiliki kuantitas dan kualitas yang mendukung pembangunan daerah. Jumlah penduduk Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada Tabel 3.


(44)

34

Tabel 2. Jumlah Penduduk Kabupaten Temanggung Tahun 2005-2014

Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah

2014 370.398 368.517 738.915

2013 366.897 365.014 731.911

2012 363.364 361.446 724.810

2011 359.664 357.808 717.472

2010 355.883 354.096 709.979

2009 347.976 366.435 714.411

2008 354.404 353.303 707.707

2007 360.364 340.481 700.845

2006 350.749 344.200 694.949

2005 356.001 361.485 717.486

Sumber : BPS Kab. Temanggung tahun 2014

Jumlah penduduk Kabupaten Temanggung pada tahun 2005 adalah 717.486 jiwa yang terdiri dari 356.001 laki-laki dan 361.485 perempuan. Sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2014 terjadi peningkatan jumlah penduduk sebanyak 34.095 jiwa. Dilihat dari Tabel 3 setiap tahunnya jumlah laki-laki lebih banyak daripada jumlah perempuan.

b. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk menunjukkan tingkat konsentrasi masyarakat pada suatu wilayah tertentu. Pada tahun 2014 jumlah penduduk di Kabupaten Temanggung mencapai 738.915 jiwa yang menempati wilayah seluas 871 km2 dan tersebar di 20 Kecamatan. Tingkat kepadatan penduduk pada tahun 2014 yaitu 849 jiwa/km2. Kecamatan yang memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi yaitu di Kecamatan Temanggung dengan 2.389 jiwa/km2, sedangkan tingkat kepadatan terendah di Kecamatan Bejen dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 284 jiwa/ km2.


(45)

35

Tabel 3. Distribusi dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Di Kabupaten Temanggung Tahun 2014

Kecamatan Luas (Km2) Jumlah Penduduk Distribusi Penduduk (%) Kepadatan Penduduk Per Km2

1. Parakan 22,23 5. 030 6,91 2 .96

2. Kledung 32,21 24.608 3,33 764

3. Bansari 22,53 22.090 2,99 980

4. Bulu 43,04 46.380 6,28 1.078

5.Temanggung 33,39 79.756 10,79 2.389

6.Tlogomulyo 24,84 22.367 3,03 900

7. Tembarak 26,84 29.022 3,93 1.081

8.Selopampang 17,29 18.357 2,48 1.062

9. Kranggan 57,61 45.610 6,17 792

10. Pringsurat 57,27 48.701 6,59 850

11. Kaloran 63,92 40.612 5,50 635

12. Kandangan 78,36 48.079 6,51 614

13. Kedu 34,96 56.139 7,60 1.606

14. Ngadirejo 53,31 52.007 7,04 976

15. Jumo 29,32 28.336 3,83 966

16. Gemawang 67,11 31.834 4,31 474

17. Candiroto 59,94 30.299 4,10 505

18. Bejen 68,84 19.570 2,65 284

19. Tretep 33,65 19.689 2,66 585

20. Wonoboyo 43,98 24.429 3,31 555

Jumlah 2014 871 738.915 849

2013 871 731.911 841

2012 871 724.810 832

2011 871 717.472 824

2010 871 709.979 815

Sumber : BPS Kab. Temanggung tahun 2014

c. Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Usaha

Penduduk menurut mata pencaharian menunjukkan bahwa karakteristik mata pencaharian atau usaha yang digeluti oleh sebagian penduduk Kabupaten Temanggung. Jumlah penduduk menurut lapangan usaha berdasarkan usia diatas 10 tahun dapat dilihat pada Tabel 5.


(46)

36

Tabel 4. Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Di Kabupaten Temanggung Tahun 2014

No Lapangan Usaha Jumlah Presentase (%)

1 Pertanian 236.198 58,23

2 Industri 28.141 6,94

3 Bangunan 18.799 4,63

4 Perdagangan 57.880 14,27

5 Pengangkutan 11.000 2,71

6 Jasa-jasa 47.855 11,79

7 Lain-lain 5.757 1,42

Jumlah 405.630 100,00

Sumber : BPS Kab. Temanggung tahun 2014

Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2014 total penduduk berumur 10 tahun ke atas yang bekerja sebanyak 405.630 jiwa dengan didominasi lapangan usaha dibidang pertanian sejumlah 236.198 jiwa.

B. Gambaran Umum Desa Tlogowero 1. Letak Geografis

Secara geografis Desa Tlogowero terletak antara koordinat bujur : 110.05228 dan koordinat lintang : -7.298561. Desa Tlogowero memiliki luas wilayah 103 ha. Desa Tlogowero mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Balesari

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Tuksari Sebelah Barat : berbatasan dengan Hutan

Sebelah Timur : berbatasan dengan Desa Kalirejo

Desa Tlogowero merupakan desa bersuhu dingin yaitu 25°C dan terletak 2.300 m diatas permukaan laut dengan jarak ke ibu kota kabupaten/kota 18,00 Km. Memiliki tekstur tanah debuan 25 ha merupakan tanah perkebunan yang digunakan masyarakat untuk bercocok tanam.


(47)

37 2. Aspek Demografi

a. Jumlah Penduduk Menurut Umur

Jumlah penduduk menurut umur menunjukkan komposisi penduduk dilihat dari usia belum produktif (0-14 tahun), usia produktif (15-64 tahun) dan tidak produktif (65 tahun ke atas). Jumlah penduduk Desa Tlogowero menurut umur dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Umur

No Umur (tahun) Jumlah Presentase (%)

1 0-4 1 0,098

2 5-9 64 6,299

3 10-14 80 7,874

4 15-19 90 8,858

5 20-24 75 7,382

6 25-29 76 7,480

7 30-34 74 7,283

8 35-39 94 9,251

9 40-44 95 9,350

10 45-49 86 8,464

11 50-54 60 5,905

12 55-59 71 6,988

13 60-64 52 5,11

14 ≥ 65 98 9,645

Total 1.016 100,00

Pada Tabel 6 terlihat bahwa di Desa Tlogowero penduduk yang berusia anta a ≥ 65 tahun me upa an elompo pen u u engan jumlah te be a , ya tu sebesar 98 jiwa. Kelompok umur 0 - 4 tahun merupakan kelompok dengan jumlah penduduk terkecil dengan jumlah 1 jiwa. Selain itu, dari tabel 6 dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk di Temanggung berada dalam usia tidak produktif. Berdasarkan data diatas dapat diketahui Angka Beban Tanggungan (ABT) yang merupakan perbandingan antara jumlah penduduk yang tidak produktif dengan jumlah penduduk produktif dalam 100 jiwa penduduk, yang berarti bahwa setiap


(48)

38

100 jiwa penduduk usia produktif harus menanggung sejumlah penduduk non produktif.

ABT = ∑ Pen u u non P o u t f x 100 ∑ Pen u u produktif

ABT = 243 x 100 = 31,44 773

Angka ini menunjukkan bahwa 100 penduduk usia produktif di Desa Tlogowero harus menanggung antara 31 orang usia non produktif. Semakin besar rasio antara jumlah kelompok non produktif dan jumlah kelompok produktif maka akan semakin besar beban tanggungan bagi kelompok yang produktif terhadap kelompok non produktif. Hal ini dapat berpengaruh terhadap proses pembangunan

b. Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Usaha

Penduduk menurut mata pencaharian menunjukkan bahwa karakteristik mata pencaharian atau usaha yang digeluti oleh sebagian penduduk Desa Tlogowero. Jumlah penduduk menurut lapangan usaha berdasarkan usia 0 tahun sampai umur di atas 65 tahun dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Usaha

No Jenis pekerjaan Jumlah Presentase (%)

1 Belum/Tidak Bekerja 168 16,54

2 Pelajar/Mahasiswa 134 13,19

3 Pedagang 16 1,57

4 PNS 64 6,30

5 Wiraswasta 12 1,18

6 Karyawan Swasta 196 19,29

7 Perangkat Desa 5 0,49

8 Ibu Rumah Tangga 52 5,12

9 Pensiunan 35 3,44

10 Petani 309 30,41

11 Buruh Tani 25 2,46


(49)

39

Berdasarkan Tabel 7 diatas penduduk Desa Tlogowero menurut lapangan usaha terbesar yaitu 30% sebagai petani sejumlah 309 orang, luasnya lahan perkebunan menjadikan penduduk Desa Tlogowero memanfaatkan potensi wilayah Desa Tlogowero dengan bercocok tanaman holtikultura dan tanaman perkebunan. Jumlah terkecil menurut lapangan usaha adalah sebagai perangkat desa sejumlah 5 orang.

c. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Distribusi penduduk Desa Tlogowero menurut tingkat pendidikan yang berhasil di tamatkan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase

1 Tidak/Belum Sekolah 155 15,26

2 Belum Tamat SD 407 40,06

3 Tamat SD/Sederajat 266 26,18

4 SLTP/Sederajat 123 12,11

5 SLTA/Sederajat 50 4,92

6 Diploma 3 9 0,88

7 S1 6 0,59

Total 1.016 100,00

Dilihat pada Tabel 8 bahwa penduduk Desa Tlogowero sebagaian besar belum tamat SD sejumla 407 jiwa, banyaknya penduduk Desa Tlogowero tidak dapat melanjutkan sekolah atau menyelesaikan sekolah karena faktor biaya. Jarak tempuh ke sekolah yang jauh dan tidak adanya transportasi umum membuat masyarakat memilih tidak bersekolah, masyarakat lebih memilih membantu oreang tua atau bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tamatan S1 hanya 6 jiwa. Maka rata-rata penduduk Desa Tlogowero belum tamat SD.


(50)

40 C. Keadaan Gapoktan Makaryowono

Gapoktan Makaryowono berkedudukan di Desa Tlogowero Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung Jawa Tengah berdiri pada tanggal 24 Desember 2007. Arti dan nama Makaryowono adalah :

Makaryo : Bekerja

Wono : Lahan Sawah/Tegalan

Jadi arti dari Gapoktan Makaryowono adalah mendirikan kelompok yang sama-sama bekerja di lahan pertanian dengan tujuan untuk mencapai kemakmuran.

Gapoktan Makaryowono merupakan Gapoktan pertama di Kabupaten Temanggung dan menjadi Desa Percontohan di Kabupaten Temanggung karena dianggap berhasil dari segi budidaya tanaman organik dan pemasaran hasil pertaniannya. Berdirinya Gapoktan Makaryowono atas dedikasi Bapak Suwadi Broto yang merupakan pelopor adanya tanaman holtikuktura di Desa Tlogowero. Keberhasilan sektor pertanian yang dicapai Desa Tlogowero membuat Dinas Pertanian memutuskan untuk menggabungkan seluruh kelompok tani yang ada di Desa Tlogowero menjadi gabungan kelompok tani dengan tujuan agar semakin kookohnya organisasi pertanian di Desa Tlogowero akan berimbas dengan kemajuan sektor petaniannya.

Setelah berjalan satu tahun Gapoktan Makaryowono membentuk LKM (lembaga keuangan masyarakat) yang nantinya bertugas menangani keuangan Gapoktan Makaryowono baik pemasukan atau pengeluaran yang dinamai Koperasi Taniku. Gapoktan Makaryowono terdiri dari 5 kelompok tani yaitu


(51)

41

Makaryowono 1, Makaryowono 2, Ketan Sewon, Surya Tani Organik dan Kelompok wanita tani Putri Mandiri. Pada tahun 2015 ditambah 2 gapoktan lagi yaitu Sari Tani dan Barokah.

Kelancaran suatu organisasi perlu adanya re-organisasi agar tidak terjadi kekuasaan sepihak. Berikut merupakan struktur organisasi Gapoktan Makaryowono masa jabatan 2012-2016.

Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi Pengurus Gapoktan Makaryowono Masa Jabatan 2012-2017 SEKRETARIS ASMORO HADI KETUA M JOHN PEMBINA; PPL DESA TLOGOWERO BENDAHARA NUR ROHMAD SAPRODI DAVID SUSANTO ALSINTAN M IMRON DISTRIBUSI-PEMASARAN ARIF SUTOMO

LKM OPERASI TANIKU TOTOK SULISTYO PENGAWAS

SUWADI BROTO C PELINDUNG;KADES TLOGOWERO HORTIKULTURA SUWALNO WALOYO UMD PETERNAKAN R FATUROHMAN PERIKANAN RAME SETIYONO PERKEBUNAN A SHOLIHIN UNIT USAHA

UNIT PRODUKSI

OLAHAN PANGAN


(52)

42

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Petani

Karakteristik responden pada penelitian ini meliputi usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan pendapatan. Petani yang menjadi objek penelitian adalah petani yang tergabung dalam Gapoktan Makaryowono dan mendapatkan dana PUAP tahun 2011.

1. Usia

Petani penerima dana PUAP 2011 yang menjadi responden merupakan petani diusia produktif. Usia responden dalam pengambilan kredit PUAP sangat berpengaruh, karena apabila usia petani masih produktif maka untuk melakukan usahatani petani masih mampu menjalankan usaha taninya dengan baik. Usia produktif dalam menjalankan usahatani, maka petani akan memiliki kemampuan dalam pengembalian kredit kepada Gapoktan, sebab apabila petani tersebut tidak produktif maka dikhawatirkan petani tidak maksimal dalam berusahatani.

Tabel 1. Karakteristik Petani Berdasarkan Usia

No Usia (tahun) ∑ Jiwa (orang) Presentase (%)

1 25-34 5 13,89

2 35-44 10 27,78

3 45-54 12 33,33

4 55-64 7 19,44

5 ≥65 tahun 2 5,56

Jumlah 36 100,00

Sebagian besar petani merupakan petani dalam usia produktif yang berarti pada usia tersebut petani dapat bekerja dan memaksimalkan usaha taninya melalui hal-hal baru atau teknologi yang ada saat ini. Berbeda dengan usia yang


(53)

43

tidak produktif lagi, petani akan mengalami kemunduran penglihatan, pendengaran, daya tangkap atau penalaran serta kemampuan fisiknya yang akan berpengaruh terhadap kegiatan usahatani.

2. Tingkat Pendidikan

Pada dasarnya pendidikan sangat berpengaruh dalam peningkatan pendapatan, karena semakin tinggi pendidikan seseorang maka kesejahteraan seseorang tersebut semakin baik.

Tabel 2. Karakteristik Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Pendidikan ∑ Jiwa (orang) Presentase (%)

1 Tidak sekolah 4 11,11

2 SD 17 47,22

3 SMP 11 30,56

4 SMA 3 8,33

5 Sarjana 1 2,78

Jumlah 36 100,00

Pada penelitian ini petani penerima dana PUAP 50% mempunyai latar pendidikan lulusan SD. Besarnya petani yang mengambil kredit PUAP dengan tingkat pendidikan Sekolah Dasar diakibatkan adanya kemudahan yang diberikan oleh Gapoktan kepada petani dimana tingkat pendidikan tidak terlalu menjadi tolak ukur dalam pemberian dana PUAP.

3. Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga merupakan salah satu pertimbangan bagi petani dalam pengambilan keputusan untuk mengambil kredit PUAP. Semakin banyak tanggungan petani maka kemampuan dalam melakukan kredit semakin kecil.


(54)

44

Tabel 3. Karakteristik Petani Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga No Anggota keluarga ∑ Jiwa (orang) Persentase (%)

1 Belum berkeluarga 1 2,78

2 1 14 38,89

3 2 10 27,78

4 ≥ 3 11 30,56

Jumlah 36 100,00

Berdasarkan Tabel 11 petani yang memiliki tanggungan keluarga 1 orang sejumlah 14 orang. Sebagian besar petani yang memiliki tanggungan keluarga merupakan petani berusia lanjut dan pasangan baru, sedangkan petani yang memiliki tanggungan lebih dari 3 sejumlah 11 orang. Semakin banyak tanggungan keluarga maka semakin besar beban kepala rumah tangga.

4. Pendapatan

Pendapatan responden meliputi pendapatan yang diterima rata-rata tiap bulan. Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa petani penerima dana PUAP memilki pendapat rata-rata Rp 510.00.00 – Rp 1.000.000 sejumlah 70% pendapatan Rp 1.000.000 – Rp. 2.000.000 sejumlah 20% dan petani yang memiliki pendapatan dibawah Rp 500.000 jumlahnya sedikit yaitu 11%

Tabel 4. Karakteristik Petani Berdasarkan Pendapatan

No Pendapatan usahatani ∑ Jiwa (orang) Persentase (%)

1 ≤ Rp 500.000 4 11,11

2 Rp510.000-Rp 1.000.000 25 69,44

3 Rp. 1.110.000 - Rp. 2.000.000 7 19,44

Jumlah 36 100,00

Semakin banyak pendapatan yang diperoleh oleh petani maka kaitannya dalam pembayaran kredit usaha tani program PUAP dapat berjalan dengan lancar. Petani responden penerima dana PUAP sebagian besar memiliki pendapatan yang


(55)

45

cukup. Sebanyak 70% petani memiliki pen apatan a an Rp. 5 0.000 Rp. 1.000.000. Kecilnya pendapatan yang diterima oleh petani diakibatkan karena sebagian besar merupakan petani holtikultura, harga sayuran yang tidak menentu membuat petani tidak dapat menentukan pendapatan mereka. Sayuran yang mereka tanam dapat terjual dengan harga tinggi maka pendapatan yang diterima tinggi begitu sebaliknya. Petani mengumpulkan sayurannya di tengkula sehingga harga yang dipatok tidak menentu.

B. Sikap Petani terhadap Program PUAP

Sikap petani terhadap program pengembangan usaha agribisnis pedesaan merupakan kecenderungan yang diberikan oleh petani Gapoktan Makaryowono terhadap seluruh kegiatan program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan yang dapat dilihat dari tiga pembentuk sikap yaitu sikap kognitif, sikap afektif dan sikap konatif.

1. Sikap Kognitif

Komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan, pengetahuan petani tentang yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Sikap kognitif merupakan kecenderungan pengetahuan petani tentang petani Gapoktan Makaryowono tentang keseluruhan kegiatan program PUAP yang terdiri dari beberapa indikator yaitu pengetahuan petani tentang petani tentang sosialisasi program PUAP, pengetahuan petani tentang petani tentang pembentukan LKM dan PMT, pengetahuan petani tentang petani tentang penyusunan RUK, pengetahuan petani tentang petani tentang peninjauan usaha, pengetahuan petani tentang petani tentang pendampingan administrasi/ pembukuan kredit modal, pengetahuan petani


(56)

46

tentang petani tentang monitoring kegiatan usaha, dan pengetahuan petani tentang petani tentang evaluasi kegiatan usaha. Sikap kognitif dapat diketahu melalui pertanyaan yang nantinya dikelola menggunakan skor dan kemudian dikelompokkan dalam beberapa kategori untuk setiap indikator, kategori sikap kognitif setiap indikator adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Tabel Indikator Sikap Kognitif

Pengukuran Kategori Indikator sikap kognitif

1 – 1,99 Rendah

2 – 2,99 3 – 3,99

Sedang Tinggi

Sikap kognitif petani terhadap program PUAP merupakan hasil dari penge tahuan petani tentang keseluruhan kegiatan program PUAP. Penilaian dilakukan terhadap 36 orang petani penerima dana PUAP yang ada di Gapoktan Makaryowono Desa Bansari Kabupaten Temanggung. Hasil skor yang diperoleh diambil rata-rata setiap kegiatannya dan termasuk dalam kategori pengetahuan petani tentang petani yaitu tidak tahu, kurang tahu, cukup tahu dan tahu. Distribusi sikap kognitif petani terhadap program PUAP dapat dilihat pada Tabel 14.


(57)

47

Tabel 6. Distribusi Sikap Kognitif Petani Terhadap Program PUAP

Skor pada masing-masing sikap kognitif, yakni skor 1 tidak tahu, skor 2 kurang tahu, skor 3 cukup tahu, dan skor 4 tahu persis. Pemberian skor dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam menganalisis pengetahuan petani, semakin Sikap

Kognitif

Kriteria Skor

Jumlah Anggota Presentase (%) Rata-rata skor Kategori 1.Sosialisasi PUAP

Tidak tahu 1 0 0

3,7 Tinggi Kurang tahu 2 0 0

Cukup tahu 3 11 30,56 Tahu persis 4 25 69,44 2.Pembentuka

n LKM dan PMT

Tidak tahu 1 0 0

3 Tinggi Kurang tahu 2 14 38,89

Cukup tahu 3 8 22,22 Tahu persis 4 14 38,89 3.Penyusunan

RUK

Tidak tahu 1 0 0

2,7 Sedang Kurang tahu 2 15 41,67

Cukup tahu 3 16 44,44 Tahu persis 4 5 13,89 4.Peninjauan

usaha

Tidak tahu 1 0 0

2,8 Sedang Kurang tahu 2 12 33,33

Cukup tahu 3 20 55,56 Tahu persis 4 4 11,11 5.Pendamping

an

administrasi/ pembukuan kredit modal

Tidak tahu 1 0 0

2,7 Sedang Kurang tahu 2 14 38,89

Cukup tahu 3 18 50 Tahu persis 4 36 11,11 6.Monitoring

kegiatan usaha

Tidak tahu 1 0 0

2,7 Sedang Kurang tahu 2 15 41,67

Cukup tahu 3 17 47,22 Tahu persis 4 4 11,11 7.Evaluasi

kegiatan usaha

Tidak tahu 1 0 0

3,4 Tinggi Kurang tahu 2 2 5,56

Cukup tahu 3 15 41,67 Tahu persis 4 19 52,78 Jumlah rata-rata skor sikap

kognitif

Kategori skor sikap kognitif


(1)

119

sebelumnya, karena petani yang pernah mengikuti program sebelumnya seperti PFI3P mereka mengetahui sistem pembayaran atau pendampingan administrasi yang dilakukan. Program sebelumnya merupakan kredit modal alat dan pembayaran kredit modal melalui LKM dan PMT. Secara tidak langsung sistem perkreditan program PUAP sama dengan program sebelumnya.

Berdasarkan Tabel 34 dapat dilihat terdapat hubungan yang tidak signifikan antara tindakan petani terhadap monitoring kegiatan usaha program PUAP dengan pengalaman pribadi petani menunjukkan hasil dengan nilai signifikansi 0,063 pada tingkat taraf kepercayaan 0,05. Nilai koefisien korelasi yang diperoleh yaitu 0,313 artinya hubungan tindakan petani terhadap monitoring kegiatan usaha program PUAP dengan pengalaman pribadi petani yang memiliki arah hubungan positif yang termasuk dalam kategori hubungan lemah tapi pasti. Petani yang pernah mengikuti program serupa PUAP yaitu program PFI3P mendapatkan pengalaman kegiatan monitoring. Petani yang mengikuti program tersebut akan mengetahui tahapan kegiatan monitoring meskipun kegiatan monitoring pada program PFI3P tidak seluruh kegiatan sama dengan program PUAP, karena program PFI3P merupakan program bantuan peralatan pertanian. Jadi, petani merasa terbantu dengan kegiatan monitoring dengan adanya program sebelumnya meskipun tidak 100% terbantu.

Berdasarkan Tabel 34 dapat dilihat terdapat hubungan yang tidak signifikan antara tindakan petani terhadap evaluasi kegiatan program PUAP dengan pengalaman pribadi petani dengan nilai signifikansi 0,453 pada tingkat taraf kepercayaan 0,05. Nilai koefisien korelasi yang diperoleh 0,129 artinya hubungan


(2)

120

antara tindakan petani terhadap evaluasi kegiatan program PUAP dengan pengalaman pribadi petani yang memiliki arah hubungan positif yang termasuk dalam kategori hubungan lemah sekali. Pengalaman petani terhadap program sebelumnya tidak seluruh program PUAP yang diikuti petani terdapat kegiatan evaluasi dan tidak seluruh petani mengikuti program srupa PUAP maka tindakan petani terhadap evaluasi program PUAP tidak berkaitan. Hanya petani yang memiliki pengalaman lebih tentang evaluasi program yang memahami evaluasi program.


(3)

1

VI. PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Karakteristik petani penerima dana PUAP di Gapoktan Makaryowono Desa Tlogowero Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung dapat dilihat dari usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan pendapatan. Usia petani penerima dana PUAP di Gapoktan Makaryowono Desa Tlogowero Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung sebgaian besar berusia produktif antara 45-54 tahun. Tingkat pendidikan sebagian petani memiliki tingkat pendidikan SD sejumlah 47,22 %. Jumlah tanggungan keluarga petani 40 % , responden memiliki tanggungan keluarga 1 orang. Pendapatan petani 70 % dalam kategori Rp510.000-Rp 1.000.000.

2. Sikap kognitif petani terhadap program PUAP termasuk dalam kategori tinggi yaitu mengetahui seluruh kegitan program PUAP. Sikap afektif petani terhadap progra PUAP termasuk dalam kategori tinggi yaitu menyetujui seluruh kegiatan program PUAP. Sikap konatif petani terhadap program PUAP termasuk dalam kategori sedang yaitu sebagian petani mengikuti kegiatan program PUAP

3. Hubungan faktor – faktor yang mempengaruhi sikap petani terhadap program PUAP yaitu :


(4)

2

a. Hubungan faktor - faktor yang mempengaruhi sikap petani dengan sikap kognitif terdapat hubungan yang signifikan yaitu keaktifan dalam kelompok tani.

b. Hubungan faktor - faktor yang mempengaruhi sikap petani dengan sikap afektif tidak dapat analisis karena tidak adanya variasi data.


(5)

3

c. Hubungan faktor - faktor yang mempengaruhi sikap petani dengan sikap konatif terdapa hubungan yang signifikan yaitu intensitas penggunaan media dan keaktifan dalam kelompok tani

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sikap petani terhadap progam PUAP di Gapoktan Makaryowono Desa Tlogowero Kabupaten Temanggung, dapat diajukan saran sebagai berikut : 1. Program PUAP termasuk dalam program PNPM mandiri program ini

bersifat pemberdayaan masyarakan. Oleh karena itu, peran PPL sebagai pengawas dan pembina program PUAP harus ditingkatkan untuk memberikan bantuan petani apabila terdapat kendala dalam menjalankan program PUAP tersebut.

2. Perlu melibatkan pemuda didalam pengembangan teknologi seperti diadakannya internet desa demi kemajuan kelompok tani di Desa Tlogowero Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung.

3. Perlu adanya transparansi atau keterbukaan tentang seluruh kegiatan program PUAP agar seluruh petani penerima dana PUAP dapat mengetahui, menyetujui dan menguikuti program PUAP dengan baik.


(6)

1

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Modul Training of Trainers (TOT) Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP). Pusat Pengembangan Pelatihan Pertanian, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Departemen Pertanian. Jakarta.

Anonimus. 2009. Modul Konsep Dasar dan Organisasi Unit Pengelolaan Keuangan Mikro (UPKM) Gapoktan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP). Departemen Pertanian. Jakarta.

Azwar, Syarifudin. 1995. Sikap Manusia Teori dan pengukuranya. Edisi 2: Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta.

Azwar, Syaifudin. 2002. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Fatma, Pastaliza. 2012. Evalusi Program Pengembangan Agribisnis di Kabupaten Solok. Menulis artikel untuk jurnal ilmiah. Program Pascasarjana Universitas Andalas.

Gerungan. 2000. Psikologi sosial. Refika Aditama, Bandung.

Iqbal, M. Dan T. Sudaryanto. 2008. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) dalam Prespektif Kebijakan Pembangunan Pertanian. Analisis Kebijakan Pertanian, Volume 6 No. 2, Juni 2008: 155-173.

Mann, L. 1969. Social Psychology. John Wiley and Son Australia PTY LTD, Sidney.

Mardikanto, T. 2006. Sistem Penyuluhan Pertanian. Lembaga pengembangan Pendidikan, Surakarta

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Pusat Bahasa Depdiknas, Bandung. Sunanjaya, W, Sumawa, N. 2009. Identifikasi dan Peluang Pengembangan Potensi

Desa. Apresiasi Inovasi Teknologi Pertanian Mendukung PUAP 2009. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali, Denpasar.

Walgito, Bimo .2005. Pengantar Psikologi Umum. Penerbit Andi Offset, Yogyakarta

Wibisono, Darmawan. 2011. Sikap petani terhadap program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan. [Skripsi]. (Surakarta : Universitas Sebelas Maret Surakarta. Fakultas Pertanian).


Dokumen yang terkait

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS GABUNGAN KELOMPOK TANI (GAPOKTAN) DALAM PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DI KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

1 5 1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI TEMBAKAU FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI TEMBAKAU (Studi kasus di Desa Tlahap, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung Tahun 2010).

0 4 16

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI JERUK DI DESA LAMBAR, KECAMATAN TIGA PANAH, KABUPATEN KARO.

0 2 27

PENDAHULUAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN DANA PUAP TERHADAP PETANI DI KABUPATEN BOYOLALI ( Studi Kasus Gapoktan KAB.Boyolali ).

0 0 6

“ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN DANA PUAP TERHADAP PETANI DI KABUPATEN BOYOLALI” ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN DANA PUAP TERHADAP PETANI DI KABUPATEN BOYOLALI ( Studi Kasus Gapoktan KAB.Boyolali ).

0 0 13

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi padi di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang AWAL

0 1 15

Cover Proseding FH UB

0 0 1

SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PETANI KARET YANG DIKELOLA OLEH PT. JA. WATTIE (STUDI KASUS DI DESA PEGADINGAN, KECAMATAN CIPARI KABUPATEN CILACAP) | Karya Tulis Ilmiah

5 21 88

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen Terhadap Teh di Kabupaten Klaten

2 2 80

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Pada Petani Padi Sawah Gapoktan Bumi Kencono Desa Sritejo Kencono Kecamatan Kotagajah Kabupaten Lampung Tengah)

0 2 143