STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) PELAKU EKONOMI KREATIF SUBSEKTOR KERAJINAN DAN FESYEN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

(1)

SKRIPSI

Oleh:

Heru Susanto NPM : 20120730170

FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI MUAMALAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

i SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Isllam (S.E.I) Starata Satu

pada Prodi Ekonomi dan Perbankan Islam (Muamalat) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh: Heru Susanto NPM : 20120730170

FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI MUAMALAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

ii

Hal : Persetujuan Kepada Yth.

Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Assalmu’alaiykum wr.wb

Setelah menerima dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka saya berpendapat bahwa skripsi saudara:

Nama : Heru Susanto Nim : 20120730170

Judul : STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) PELAKU EKONOMI KREATIF

SUBSEKTOR KERAJINAN DAN FESYEN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Telah memenuhi syarat untuk diajukan pada ujian akhir tingkat Sarjana pada Fakultas Agama Islam Prodi Muamalat Konsentrasi Ekonomi dan Perbankan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Bersama ini saya sampaikan naskah skripsi tersebut, dengan harapan dapat diterima dan segera dimunaqasyahkan.

Atas perhatiannya diucapkan terimakasih. Wassalamu’alaikum wr.wb

Pembimbing


(4)

iii

(UMKM) PELAKU EKONOMI KREATIF SUBSEKTOR KERAJINAN DAN FESYEN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Nama : Heru Susanto

NPM : 20120730170

Telah dimunaqasahkan di depan Sidang Munaqasah Prodi Muamalat Kosentrasi Ekonomi dan Perbankan Islam Pada tangga 23 Desember 2016 dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima :

Sidang Dewan Munaqosyah

Ketua Sidang : Sutrisno, S.EI., M.SI ( ) Pembimbing : Ahmad Ma’ruf, S.E., M.Si ( ) Penguji : M. Sobar, S.EI.,M.Sc ( )

Yogyakarta, 23 Desember 2016 Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dekan

Dr. Mahli Zainuddin Tago, M.Si. NIK: 19660717199203113014


(5)

iv Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Heru Susanto Nim : 20120730170

Judul : STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) PELAKU EKONOMI KREATIF

SUBSEKTOR KERAJINAN DAN FESYEN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini merupakan karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam datar pustaka. Bila suatu hari nanti di temukan dengan judul yang sama atau dengan isi yang sama saya selaku penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan apabila suatu hari nanti ada yang ingin memperbaiki skripsi ini saya dengan senang hati mendukung.

Yogyakarta, 10 September 2016 Yang membuat pernyataan


(6)

v

(

Nagato

)

Kecerdasan itu penting untuk dimiliki dan digunakan, tapi bukan untuk

dipamerkan

(

Nara Shikamaru

)

Tanpa kerja keras dan kosistensi yang luar biasa, mimpi selamanya

hanya akan sebuah mimpi

(

Rock Lee

)

Kita melihat kebahagiaan itu seperti pelangi

tidak diatas kepala kita, tetapi selalu di atas kepala orang lain

(

Uchiha Sasuke

)

Sesuatu yang terlihat tapi tidak kelihatan, itulah yang disebut

persahabatan

(

Uzumaki Naruto

)

Tanpa impian, kita tidak akan meraih apapun

Tanpa cinta, kita tak akan bisa merasakan apapun

Dan tanpa Allah, kita bukan siapa-siapa

(Heru Susanto)


(7)

vi

Sebuah langkah usai sudah Satu cita telah ku gapai

Namun…

Itu bukan akhir dari perjalanan Melainkan awal dari satu perjuangan

Hari tak akan indah tanpa mentari dan rembulan, begitu juga hidup tak akan indah tanpa harapan serta tujuan. Meski terasa berat, namun manisnya hidup justru akan terasa, apabila semuanya terlalui dengan baik, meski harus memerlukan pengorbanan

Kupersembahkan karya kecilku ini, untuk cahaya hidup, yang senantiasa ada saat suka maupun duka, selalu setia mendampingi, saat-saat kulemah tak berdaya Ayahanda Meskomaidi dan Ibunda tercinta Sugihartini yang selalu memanjatkan

do’a kepada putramu tercinta setiap sujudnya. Terima kasih untuk semuanya

Semoga kelak aku seperti Bapak dan Ibu bahkan lebih Karena impianku adalah menjadi yang dibutuhkan

Oleh seluruh masyarakat Riau Dan impianku membimbing keluargaku

Menjadi keluarga yang sakinah ma’waddah wa’rohmah

Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian yang akan dikejar, untuk sebuah pengharapan, agar hidup jauh lebih bermakna, karena tragedi terbesar

dalam hidup bukanlah kematian tapi hidup tanpa tujuan. Teruslah bermimpi untuk sebuah tujuan, pastinya juga harus diimbangi dengan tindakan nyata, agar mimpi dan

juga angan, tidah hanya menjadi sebuah bayangan semu. Aku belajar, aku tegar dan aku bersabar hingga aku berhasil


(8)

vii

Segala puji senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat yang sempurna, rahmat, hidayah dan kekuatan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir penyusunan skripsi untuk memperoleh gelar sarjana (S1) yaitu Sarjana Ekonomi Islam pada Prodi Ekonomi dan Perbankan Islam fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, keluarga serta sahabat yang telah membawa perubahan bagi peradaban dunia dengan hadirnya adama Islam sebagai peradaban terbesar yang tak lekang oleh zaman, dan telah memberikan contoh suri tauladan bagi seluruh umat.

Merupakan satu tugas dari penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dan alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) PELAKU EKONOMI KREATIF SUBSEKTOR KERAJINAN DAN FESYEN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA”. Untuk itu sebagai ungkapan rasa syukur, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kepada Dr H. Mahli Zaenuddin Tago, M.Si. selaku Ketua Dekan Fakultas Agama Islam.

2. Syarif As’ad, S.EI., M.SI. Selaku Ketua Jurusan Ekonomi & Perbankan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(9)

viii

4. Seluruh dosen Prodi Ekonomi dan Perbankan Islam fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah mencurahkan segala tenaga dan pikiran sehingga penulis dapat mengembangkan cakrawala keilmuan.

5. Segenap staff Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini

6. Kepada Dinas Adminitrasi pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah mengijinkan saya untuk menelitih di Daerah Istimewa Yogyakarta

7. Kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Daerah Istimewa Yogyakarta 8. Dinas Koprasi dan UMKM Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah meluangkan

waktu kepada saya. Terimakasih banyak

9. Adiku Siswanto, Dedi Harianto, Eko Ramadhan dan Nur Santo. Terimakasih atas dukungan dan penyemangat selama ini.

10.Seluruh keluarga besar SMA N 3 Bangko Pusako, dan seluruh Mahasiswa Riau di Daerah Istimewa Yogyakarta yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih telah memberikan dukungan selama ini

11.Terimakasih juga kepada temen-teman selama ini yang telah membantu dan memberikan doa serta semangat Syaramal, Edi Mustofa, Suryadi, Anifudin, Alif Supriadi, Khasan Febriono, Agung Putra laksono, Pahmy Adiyatama dan Rae Ditarois terimakasih banyak. Semoga kita kelak menjadi ayah yang baik dan menjadi pemimpin yang patut di tiru


(10)

ix

Semoga amal baik yang telah kalian berikan mendapat ridha Allah SWT. Saya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan senang hati saya menerima kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini. Saya berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi saya khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 14 September 2016 Penulis

Heru Susanto (20120730170)


(11)

x

HALAMAN JUDUL ... i

NOTA DINAS ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

ABSTRAK ... xvi

ABSTRAK ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 14

C. Tujuan Penelitian ... 14

D. Manfaat Penelitian ... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustak ... 16

B. Kerangka Teori ... 18


(12)

xi

a. Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah ... 25

b. Jenis – Jenis Usaha Mikro Kecil dan Menegah (UMKM) ... 30

c. Pengembangan Usaha Mikro Kecil da Menengah (UMKM) ... 31

3. Pemahaman Umum Subsektor Industri Kerajinan ... 33

a. Defenisi Subsektor Industri Kerajinan ... 33

4. Pemahaman Umum Subsektor Industri Fesyen ... 36

a. Defenisi Subsektor Industri Fesyen ... 36

5. Ekonomi Kreatif ... 39

a. Pengertian Ekonomi Kreatif ... 39

b. Peran Pola Fikir Kreatif ... 41

c. Perkembangan Konsep dan Defenisi Ekonomi Kreatif ... 45

BAB II METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 47

B. Populasi dan Sampel ... 47

1. Populasi ... 47

2. Sampel ... 48

C. Lokasi Penelitian ... 48

D. Suber Data ... 49

1. Data Primer ... 49


(13)

xii

3. Analisis Dokumen ... 51

F. Trigulasi ... 52

G. Metode Analisis... 52

1. Penyajian data ... 52

2. Reduksi Data ... 52

3. Penarikan Kesimpulan ... 53

H. Analisis SWOT ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum UMKM Pelaku Ekonomi Kreatif Subsektor Kerajinan dan Fesyen di Daerah Istimewa Yogyakarta ... 56

B. Analisi SWOT sebagai alat formulasi strategi pengembangan UMKM pelaku ekonomi kreatif Subsektor Kerajinan dan Fesyen di Daerah Istimewa Yogyakarta ... 62

1. Analisis SWOT Industri Kreatif di Bidang Kerajinan ... 62

2. Analisis SWOT Industri Kreatif di Bidang Fesyen... 70

C. Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Mengeah (UMKM) pelaku Ekonomi Kreatif Subsektor Kerajinan dan Fesyen di Daerah Istimewa Yogyakarta ... 78

1. Pengembangan sumberdaya manusia ... 78


(14)

xiii

2. Pemberian Bantuan Berupa Manajemen Permodalan dan Keuangan 3. Perluasan Akses Informasi ... 93 4. Pengembangan jaringan usaha ... 95 BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ... 102 B. Saran ... 104 DAFTAR PUSTAKA


(15)

(16)

xv

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ...16

Tabel 2.2 Evolusi Industri Kreatif ...46

Tabel 3.1 Matrik SWOT ...55

Tabel 4.1 Perkembangan UKM di Daerah Istimewa Yogyakarta ...57

Tabel 4.2 Perkembangan Siup Menurut Golongan Usaha Daerah Istimewa Yogyakarta ...57

Tabel 4.3 Perkembangan Pasar Daerah Istimewa Yogyakarta ...58

Tabel 4.4 Perkembangan Ekspor dan Infor Daerah Istimewa Yogyakarta ...60

Tabel 4.5 Perkembangan Potensi IKM ...61

Tabel 4.6 Matrik faktor eksternal dan internal pelaku ekonomi kreatif subsektor Kerajinan Di Daerah Istimewa Yogyakarta ...66

Tabel 4.7 Matrik faktor eksternal dan internal pelaku ekonomi kreatif subsektor Fesyen di Daerah Istimewa Yogyakarta ...73


(17)

(18)

(19)

(20)

xvi

ABSTRAK

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) PELAKU EKONOMI KREATIF SUBSEKTOR KERAJINAN DAN

FESYEN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Tujuan penelitian ini untuk menetapkan strategi pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) pelaku ekonomi kreatif subsektor kerajinan dan fesyen di Daerah Istimewa Yogyakarta, untuk meningkatkat daya saing mengingat banyanknya orang-orang kreatif yang tersebar hampir di seluruh pelosok di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sehingga apabila pengembangan yang dilakukan oleh Dinas Koprasi dan UMKM dapat berjalan dengan baik. Tentu UMKM pelaku ekonomi kreatif Daerah Istimewa dapat memajukan perekonomian daerah serta dapat mengurangi angka pengangguran bukan tidak mungkin karena Yogyakarta memiliki penduduk yang memiliki jiwa kreatif dan pola pikir kreatif.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini deskriptif kualitatif yang dilaksanakan di beberapa pelaku ekonomi kreatif subsektor kerajinan dan fesyen, Dinas Koperasi dan UMKM. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh langsung dari lapangan dan data skunder di peroleh secara tidak langsung. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara kepada pelaku usaha dan dinas terkait. Teknik analisis data dengan mengunakan analisis SWOT

Kata kunci: Strategi pengembangan usaha mikro kecil dan menengah subsektor kerajinan dan fesyen


(21)

xvii

ABSTRACT

MICRO SMALL AND MEDIUM ENTERPRISES (MSMES) DEVELOPMENT STRATEGY OF CREATIVE ECONOMY AGENTS ON CRAFT AND FASHION

SUBSECTOR IN YOGYAKARTA SPECIAL REGION

This study aims to establish Micro Small and Medium Enterprises (MSMEs) development strategy of creative economy agents on craft and fashion subsector in Yogyakarta Special Region, enhance competitiveness since there are many creative people in almost every place of Yogyakarta Special Region. Therefore, if the development conducted by Cooperative Agency and MSMEs are able to run well, the creative economy agents of SMSEs in Yogyakarta Special Region will be able to improve regional economy as well as reduce the number of unemployment due to the fact that Yogyakarta is populated with people who have creative soul and paradigm.

The method used in this study was qualitative descriptive which was conducted in some creative economy agents of craft and fashion subsectors, Cooperative agency and SMSEs. The data used in this study were primary data gathered from the field and secondary data which gained indirectly. The data were obtained through interview with the businessmen and related agency. The data analysis technique used SWOT analysis.

Keywords: Micro small and medium enterprises (MSMEs) Development strategy on craft and fashion subsector


(22)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada suatu Negara maju dan berkembang tentu pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam melakukan berbagai analisis tentang pembangunan atau pengembangan ekonomi suatu bangsa. Pembangunan ekonomi yang ingin dicapai pada Negara berkembang dan Negara maju harus lebih mengutamakan masyarakat luas dan dapat dinikmati secara berkeadilan. Faktor terpenting dalam membangun ekonomi yang berkelanjutan kedepan adalah dengan sumber daya manusia yang berkualitas dan pemerintahan yang baik (good goverment) dengan memiliki kompetisi dan dapat diandalkan dalam mengelolah sumber daya ekonomi. Kondisi perekonomian dalam sebuah Negara merupakan tolak ukur kesuksesan suatu Negara. Negara dengan pendapatan tinggi maka akan dapat dikatakan sebagai Negara yang maju dibidang perekonomian (Baiquni, 2007: 24)

Pertumbuhan ekonomi sangat penting dalam meningkatkan output dan pendapatan rill perkapita pada suatu Negara. Hal ini memang bukan hanya satu-satunya keinginan masyarakat dan pemerintah terutama di Negara-Negara berkembanga, namun pertumbuhan ekonomi dengan tingkat pertumbuhan output dan pendapatan memang perlu dilakukan. Hal ini berdasarkan sebuah alasan, karena pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai salah suatu syarat yang sangat diperlukan untuk perbaikan masalah-masalah sosial dengan tujuan diharapkan dapat memberikan kesejahteraan kepada seluruh masyarakat


(23)

dan mencapai tujuan-tujuan pembangunanlainya seperti peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, ataupun penyediaan fasilitas dan sasaran-sasaran sosial lainya (Irawan dan Suparmoko, 2002: 05)

Tujuan dari adanya sebuah pembanunan adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta menciptakan inovasi di dalam masyarakat tersebut. oleh karena itu maka dibutuhkan sebuah rumusan strategi dari lembaga eksekutif maupun legislatif untuk menumbuhkan industri dalam Negri sebagai prasyarat meningkatkan pendapatan Negara. Perkembangan industri pada sebuah Negara sangat menompang pertumbuhan ekonomi, sehingga salah satu strategi yang diambil oleh pemerintah adalah sebuah strategi pemerintah sengat membutuhkan dalam menumbuhkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai basik pembangunan ekonomi kerakyatan. UMKM merupakan salah satu bidang usaha yang dapat berkembang dengan konsisten dalam suatu perekonomian Nasional. UMKM menjadi wadah yang baik bagi penciptaan lapangan pekerjaan yang produktif. UMKM merupakan usaha yang bersifat padat karya, tidak membutuhkan persyaratan tertentu seperti tingkat pendidikan, keahlian (keterampilan) pekerja, dan modal usaha relatif sedikit serta teknologi yang digunakan cendrung sederhana. UMKM measih memegang peranan penting dalam perbaikan perekonomian suatu Negara baik ditinjau dari segi jumlah usaha, segi penciptaan lapangan kerja, maupun dari segi pertumbuhan ekonomi Nasional yang di ukur denga Produk Domestik Bruto


(24)

Data Dinas Koperasi dan UMKM pada tahun 2013 memberikan kontribusi terhadap perkembangan ekonomi, hal ini tentu memberikan dampak yang positif jika di lihat dari total nilai yang di peroleh Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesi yang mencapai Rp 9.014,9 Triliun. Tentu peran UMKM memberikan kontribusi sebesar Rp. 5.440,0 Triliun atau 60,34 persen dari total PDB Indonesia. Jumlah populasi UMKM Indonesia pada tahun 2013 mencapai 57,89 juta unit usaha atau 99,99 persen terhadap total unit usaha Indonesia, sementara dengan jumlah tenaga kerja mencapai 114,14 juta orang atau 96,99 persen terhadap seluruh tenaga kerja Indonesia (Kementerian Koperasi. www. depkop.go.id)

Jika dilihat dari pendapatan dan penyerapan tenanga kerja yang ada jelas kontribusi UMKM mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi Nasional. Bahkan peran UMKM dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. UMKM berperan dalam pendistribusian hasil-hail pembangunan. Keberadaan sektor UMKM bukan hanya dianggap sebagai tempat penampungan semata bagi para pekerja yang belum masuk ke sektor formal, akan tetapi juga sebagai motor pertumbuhan aktivitas ekonomi. Selain itu perkembangan jaman yang modren ini tidak terlepas dari kemajuan teknologi. Kemajuan tehnologi membawa paradigma baru dalam sebuah proses produksi. Banyak penemuan tehnologi yang manjanjikan seperti penemuan Internet menbuat dunia menjadi terintegrasi. Alih tehnologi dan kalaborasi antar Negara bukan menjadi hal yang sangat sulit lagi. Perubahan-perubahan dalam proses semangkin lama semangkin cepat, Negara yang sulit beradaptasi akan sulit untuk berkembang. Negara yang unggul dalam pemanfaatan dan pengembangan


(25)

teknologi cendrung berkembang menjadi Negara yang berdaya saing dan mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi. Dalam perkembangan selanjutnya, kemampuan manusia dalam berkreasi dan menciptakan sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada, baik inovasi ide maupun pengetahuan menjadi faktor penting dalam proses produksi kreativitas, inovasi dan penemuan menjadi penting dalam kegiatan ekonomi

Pangestu dan Nirwandar (2014: 4) dalam buku yang berjudul “Pengembangan Industri Kreatif Menuju Visi Ekonomi Kreatif Indonesia 2025” menyebutkan Pada abad ke-18, revolusi industri telah menyebabkan transformasi ekonomi yang awalnya didominasi sektor pertanian berbasis sumber daya manusia dan sumber daya alam menjadi perekonomian yang didominasi industri berbasis barang modal. Pada tahun 1950-an, perekonomian digerakkan oleh pengetahuan sebagai sumber daya utamanya dalam penciptaan nilai tambah. Kemudian pada tahun 1995 terjadi globalisasi industri berbasis kreativitas yang membuat ekonomi kreatif semakin berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi informasi, sehingga disebut sebagai gelombang ke-4 oleh John Howkins

Gambar 1.1 Evolusi Struktur Produksi

Ekonomi kreatif akan menjadi penting di masa depan karena bersumber pada kreativitas yang merupakan sumber daya terbarukan. Dengan demikian, negara-negara yang berlimpah ketersediaan orang kreatifnya tidak memiliki Ekonomi

Pertanian

Ekonomi Industri

Ekonomi Informasi

Ekonomi Kreatif


(26)

batasan pertumbuhan sebagaimana sektor tradisional, terutama yang berbasis sumber daya yang tidak terbarukan. Kreativitas telah dan akan terus mengubah paradigma perekonomian yang biasa berpusat pada keterbatasan (scarcity) menjadi berpusat pada keberlimpahan (abundancy). Orang kreatif dengan ide kreatifnya mampu mengelola tenaga kerja dan memanfaatkan barang modal untuk menghasilkan produk yang bernilai tambah tinggi. Selain itu, ketika orang kreatif berproduksi, hasil dari kegiatan produksi tersebut bukan hanya berupa barang atau jasa akhir (final goods and services) tetapi juga dapat digunakan sebagai input bagi sektor lain (Pangestu dan Nirwandar, 2014: 4-5) Usaha yang berkembang saat ini terbagi menjadi beberapa kategori diantaranya ialah pertanian, perternakan, perikanan, kehutanan, listrik, gas, air bersih, perdagangan, hotel restiran, jasa-jasa swasta dan industri pengolahan yang salah satunya mencangkup industri kreatif. Sektor industri kreatif diyakini mampu bertahan ketika berbagai sektor lain dilanda krisis keuangan global. Saat ini pemerintah mulai melirik industri kreatif sebagai alternatif roda penggerak ekonomi yang akan terus berputar. Berbicara mengenai industri kreatif yang saat ini berkembang di Indonesia meliputi 14 sektor yaitu. Priklanan, arsitektur, pasar, barang seni, kerajinan, desain, fesyen, video, film, foto grafi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, televisi dan radio ( Pangestu, 2008: 4-6)

Dari 14 sektor industri kreatif yang paling mendominan terhadap pertumbuhan ekonomi ialah industri Fesyen, fesyen merupakan salah satu industri kreatif yang potensial di Indonesia. produk fashion merupakan


(27)

penyumbang terbesar ekspor industri kreatif dari hasil penelitian menunjukkan bahwa subsektor industri kreatif dengan kontribusi paling tinggi yaitu fesyen dan kerajinan. Pada tahun 2013, subsektor industri fesyen menyumbang PDB sebesar 65.1 triliun rupiah 42.2 persen, menyerap tenaga kerja sebanyak 3.8 juta orang 47.2 persen, menyumbang ekspor sebesar 76.7 triliun 71.7 persen, dan memiliki jumlah usaha sebanyak 1.1 juta unit 46.5 persen. Selanjutnya, subsektor industri kerajinan menyumbang PDB sebesar 25.4 triliun rupiah 15.1 persen, menyerap tenaga kerja sebanyak 3.1 juta orang 38.2 persen, menyumbang ekspor sebesar 21.7 triliun 20.3 persen, dan memiliki jumlah usaha sebanyak 1 juta unit 45.2 persen (http://www.kemenperin.go.id)

Industri kecil yang mendominasi di Daerah Istimewa Yogyakarta sebagian besar bergerak dibidang kerajinan dan fesyen, hal ini dapat dipahami karena industri kerajinan dan fesyen adalah salah satu pendukung sektor pariwisata. Sedangkan apabila dilihat perkembangan usaha pada industri kecil dan menengah di Daerah Istimewa Yogyakarta dari tahun ke tahun memperlihatkan kondisi yang cenderung meningkat dengan angka pertumbuhan yang selalu positif dari tahun 2015 hampir dari seluruh pelaku usaha mikro kecil dan menengah yang tersebar di seluruh wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta di dominan oleh palaku ekonomi kreatif

Berdasarkan data Desperindakop dapat diketahui bahwa industri kreatif subsektor kerajinan dan fesyen di Daerah Istimewa Yogyakarta memberikan peranan besar dalam penyerapan tenaga kerja. Selama tahun 2015 jumlah tenaga kerja yang terserap oleh industri kreatif sebanyak 152,446 orang atau


(28)

sekitar 80,04 persen dari penyerapan unit usaha. Sedangkan untuk unuit usaha subsektor kerajinan dan fesyen pada tahun 2015 berjumlah 38,024 unit usaha dengan bobot 19,96 persen. Ini mengindikasikan bahwa industri kreatif subsektor kerajinan dan fesyen dapat menjadi salah satu solusi dalam mengatasi pengangguran dan kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam jangka panjang (DisperindaKop DIY 2015)

Hal ini menjadikan Ekonomi kreatif yang semakin berkembang di Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan keunikan tersendiri bagi pembangunan suatu perekonomian, yang dapat mendukung peningkatan nilai tambah dan peningkatan daya saing produk. Peningkatan nilai tambah dan daya saing produk berpotensi meningkatkan ekspor baik di dalam Negri maupun luat Negri, serta menggerakkan perekonomian domestik, dan pada akhirnya tentu akan mendukung pertumbuhan ekonomi dengan kualitas hidup yang lebih baik. Hal ini tentunya dapat dimanfaatkan untuk mendukung peningkatan perdagangan dalam dan luar negeri

Perkembangan industri kreatif di Daerah Istimewa Yogyakarta relatif baik. Perkembangan ini tidak terlepas dari keberadaan Daerah Istimewa Yogyakarta yang berpotensi sebagai wilayah daera yang mempunyai Sumber Daya Alam melimpah dan relatif murah dalam pengembangan industri kreatif. Potensi-potensi suatu wilayah menjadi penting karena industri kreatif merupakan industri yang mengandalkan ketersediaan sumberdaya yang efisien dan adanya kreativitas. Dimana kreativitas merupakan salah satu modal dalam bersaing di pasar nasional dan internasional. Selain kreativitas, industri kreatif


(29)

juga dituntut untuk mampu melakukan efisiensi usaha baik dalam proses produksi maupun dalam aktivitas pemasaran/distribusi

Potensi ekonomi kreatif yang tersebar diseluruh pelosok Daerah Istimewa Yogyakarta memberikan ciri khas pada suatu wilayah. Industri kreatif perlu di kembangkan karena memiliki peran penting dalam pengembangan ekonomi negara dan daerah, industri kreatif dapat memberikan kontribusi di beberapa aspek kehidupan dan tidak bisa hanya di tinjau dari sudut pandang ekonomi semata, tetapi juga juga memberikan dampak positif kepada aspek lainya seperti peningkatan citra identitas suatu wilayah. Upaya-upaya diatas secara garis besar menjadi bagian dari kebijakan pemerintah dalam meningkatkan perekonomian sekaligus kesejahteraan masyarakat. Kebijakan sebagai sebuah alat yang digunakan untuk menciptakan dan mengembangkan sumber daya dalam pencapaian tujuan organisasi, oleh karena itu penerapan kebijakan dapat menentukan hasil yang akan dicapai. Adapun kebijakan yang dimaksud disini adalah kebijakan pemerintah dalam manajemen dan memberdayakan pengembangan UMKM yang lebih berorientasi pada pengembangan strategi secara makro.

Melihat kondisi kekinian tentunya peran seluruh stakeholder dalam implementasi strategi pemberdayaan dan pengembangan tersebut sangat diharapkan. Untuk itulah Pemerintah Negara Indonesia harus dapat memberikan strategi-strategi yang dapat memberikan kesuksesan pada UMKM Indonesia dengan cara memberikan produk peraturan perundang-undangan yang jelas serta memberikan keuntungan untuk UMKM dan negara atau dengan cara


(30)

memberikan pembinaan, bimbingan serta jasa konsultasi yang dapat membantu memcahakan permasalahan yang dihadapi UMKM. Strategi pemerintah dalam pengembangan UMKM dalam jangka panjang bertujuan untuk meningkatkan potensi dan partisipasi aktif UMKM dalam proses pembangunan nasional. Khususnya dalam kegiatan ekonomi dalam rangka mewujudkan pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan. Sasaran dan pembinaan usaha kecil adalah meningkatnya jumlah pengusaha menengah dan terwujudnya usaha yang semakin tangguh dan mandiri. Sehingga pelaku ekonomi tersebut dapat berperan dalam perekonomian nasional.

Industri kreatif perlu di kembangkan di Indonesia karena memiliki peran penting dalam pengembangan ekonomi negara dan daerah, industri kreatif dapat memberikan kontribusi di beberapa aspek kehidupan dan tidak bisa hanya di tinjau dari sudut pandang ekonomi semata, tetapi juga juga memberikan dampak positif kepada aspek lainya seperti peningkatan citra identitas bangsa (Pangestu 2008: 23-24) mengemukakan bahwa industri kreatif memiliki peran sektor industri kreatif, memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan seperti peningkatan lapangan pekerjaan, peningkatan ekspor, dan memiliki sumbangan terhadap PDB, Industri kreatif dapat menciptakan iklim bisnis yang berdapak pada sektor lain, industri kreatif dapat membangun citra dan identitas bangsa seperti turisme, ikon nasional, membangun budaya, warisan budaya, dan nilai-nilai lokal. Ekonomi kreatif dapat berbasis kepada sumber daya yang terbarukan seperti ilmu pengetahuan dan peningkatan


(31)

kreatifitas dan menciptakan inovasi dan kreativitas yang merupakan keunggulan kompetitif suatu bangsa. Terakhir, dapat memberikan dampak sosial yang positif seperti peningkatan kualitas hidup dan toleransi sosial.

Hingga tahun 2013 secara umum kontribusi industri kreatif dalam perekonomian Indonesia terus meningkat. Di tandai dengan nilai pendapatan PDB ekonomi kreatif yang mencapai 215 Triliun rupiah, dan menyerap tenaga kerja sekitar 10,6 persen dari total angkatan kerja Nasional. Hal tersebut di dorong oleh pertumbuhan jumlah usaha di sektor industri kreatif pada priode tersebut sebesar 1 persen sehingga jumlah industri kreatif pada tahun 2013 tercata sebanyak 5,4 juta usaha yang menyerap tenaga kerja sebanyan 12 juta (Pangestu dan Nirwandar, 2014: 17)

Ekonomi kreatif terbukti berpengaruh positif dalam membangun negara-negara di seluruh benuah untuk menggali dan mengembangkan potensi kreativitas yang dimilikinya, dengan caranya masing‐masing sesuai dengan kemampuan yang dimiliki negara tersebut. Thailand dengan Thailand Creative & Design Center (TCDC), Malaysia melalui Malaysia Design & Inovation Centre (MDIC), Singapura melalui Ministry of Information, Communications and the Arts (MICA) dengan konsep Renaisssance City, Media 21 dan Design Singapore-nya, Taiwan dengan Transforming the digital dividen into a digital opportunity, New zealend dengan New zealand trade and enterprise (NZTE), Inggris membangun industri kreatifnya melalui Department of Culture, Media and Sports ( DCMS), dengan kemampuan industri kreatif terbukti dapat mengharumkan citra identitas bangsa ( Pangestu, 2008 : 127-145)


(32)

Saat ini, respon pemerintah Indonesia sendiri diwujudkan melalui Instruksi Presiden No 6 tahun 2009 tentang pengembangan ekonomi kreatif. Pemerintah juga membentuk Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif guna mempersiapkan pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia. Kementerian ini mengawali kerjanya dengan menyusun grand design pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia. Didalam perencanaan pembangunan ekonomi kreatif tersebut, Kemenparekraf mengadopsi sejumlah perspektif dalam diskursus ekonomi kreatif. Dari sekian banyak perspektif yang terdapat didalam diskursus ini, pemerintah cenderung lebih memakai perspektif ekonomi kreatif berbasis sektoral. Dalam Grand Design Indonesia Kreatif 2025, masih sedikit sekali disinggung tentang bagaimana pemerintah kota dan kabupaten di Indonesia harus punya peran yang besar dalam membentuk wilayahnya menjadi kota yang atraktif dan kreatif.

Industri kreatif Indonesi terpusat di beberapa kota, diantaranya Jogja Never Ending Asia, Solo the Spirit of Java, Denpasar, Batam Experience It, Enjoy

Jakarta dan Bandung Emerging Creative City. Branding kota kreatif telah mampu mengangkat karakter kota sebagai daya tarik dan penggerak perekonomian. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki keunggulan dalam sektor ekonomi kreatif dan sektor pariwisata, dimana ekonomi kreatif subsektor kerajinan dan fesyen menjadi salah satu penggerak utama kegiatan ekonomi Yogyakarta. Selain itu, ekonomi kreatif Yogyakarta yang sebagian besar masih berada dalam klasifikasi IKM, juga menjadi salah satu sumber mata pencaharian utama sebagian warga Yogyakarta. “Hal ini menjadi menarik, ketika kita menyadari bahwa persebaran


(33)

ekonomi kreatif di Yogyakarta tidak hanya terkonsentrasi pada satu titik. Tiap sudut wilayah Yogyakarta memiliki potensinya sendiri yang mampu diolah sedemikian rupa dan mengubahnya menjadi suatu komoditi yang memiliki nilai jual,” tegas Irjen Kemenperin. Dengan kata lain, sumber daya manusia kreatif telah tersebar dan mengakar di berbagai daerah di Yogyakarta. Tentunya didukung dengan memiliki ruang kreatif sebagai sarana dan prasarana tumbuh kembangnya industri kreatif di Yogyakarta. (http://www.kemenperin.go.id)

Akan tetapi masih terdapat sejumlah permasalahan yang dihadapi oleh pelaku ekonomi kreatif subsektor kerajinan dan fesyen di Daerah Istimewa Yogyakarta yaitupermasalahan internal dan eksternal. Masalah eksternal yang dihadapi rendahnya produktivitas yang disebabkan oleh kualitas SDM yang dimiliki dalam mengatur atau memanajemen organisasinya, kemampuan dalam menguasai teknilogi dan dalam kemampuas memasarkan produk, terbatasnya kreativitas, kesulitan dalam berbahasa asing. Sedangkan faktor Eksternal yang dihadapi oleh para pelaku pada umumnya, penggunaan bahan baku masih di datangkan dari luar daerah, tingginya biaya yang harus di keluarkan dalam pengurusan perizinan, tingakat bunga yang relatif tinggi hingga proses kredit yang berbelit. Sementara itu kurangya pemahaman tentang Dinas Perindustrian Perdagangan Koprasi dan UMKM yang merupakan badan usaha dengan memiliki struktur kelembagaan seperti struktur organisasi, struktur kekuasaan dan struktur insentif

Dengan adanya permasalahan yang dijelaskan di atas, maka dibutuhkan sebuah langka strategi dalam menyusun pengembangan pelaku ekonomi kreatif


(34)

khususnya kepada subsektor kerajinan dan fesyen perlu mendapat perhatian yang lebih serius baik dari pemerintah atau dinas terkait maupun masyarakat agar dapat berkembang bersama pelaku ekonomi lainya. Langkah strategi pemerintah Yogyakarta ke depan perlu di upayakan lebih kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya UMKM. Pemerintah perlu meningkatkan peranya dalam melakukan pengembangan UMKM berbasis ekonomi kreatif seperti yang telah di jelaskan sebelumnya, bahwa UNKN kreatif memiliki peranan yang penting dalam pengembangan ekonomi Negara dan Daerah mengingat banyaknya orang-orang kreatif yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan demikian UMKM di Yogyakarta dapat memberikan peran terhadap produk-produk luar yang telah memasuki Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tentunya dengan adanya sebuah strategi pemerintah terhadap pengembangan ekonomi kreatif di Yogyakarta dipilih dalam penelitian ini karena di anggap mampu mengembangkan sumber daya manusia dengan berbekal kepada ilmu pengetahuan, kreatifitas, serta inovasi dan mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat, pembentukan citra dan penguatan identitas suatu Daerah

Dari latar belakang sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumya, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat permasalahan mengengenai “STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) PELAKU EKONOMI KREATIF SUBSEKTOR KERAJINAN DAN FESYEN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKRTA”


(35)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan paparan dari latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan beberapa rumusan masalah dalam penelitian ini, di antaranya:

1. Bagaimana gambaran umum UMKM pelaku ekonomi kreatif subsektor kerajinan dan fesyen di Daerah Istimewa yogyakarta?

2. Apa saja kekuatan dan kelemahan serta peluang dan tantangan pada UMKM pelaku ekonomi kreatif subsektor kerajinan dan fesyen di Daerah Istimewa Yogyakarta?

3. Bagaimana rumusan strategi pengembangan UMKM pelaku ekonomi kreatif subsektor kerajinan dan fesyen di Daerah Istimewa Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui gambaran umum UMKM pelaku ekonomi kreatif subsektor kerajinan dan fesyen di Daerah Istimewa Yogyakarta

2. Untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan serta peluang dan tantangan pada UMKM pelaku ekonomi kreatif subsektor kerajinan dan fesyen di Daerah Istimewa Yogyakarta

3. Untuk mengetahui rumusan strategi pengembangan UMKM pelaku ekonomi kreatif subsektor kerajinan dan fesyen di Daerah Istimewa Yogyakarta


(36)

D. Manfaat

Adapun kegunaan manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah, diharapkan dapat berperan penuh serta mendukung dalam pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pelaku ekonomi kreatif di Daerah Istimewa Yogyakarta

2. Bagi peneliti selanjutnya dan pengamat akademik sebagai tambahan informasi dan disiplin ilmu, serta menambah Khanzana ilmu pengetahuan dan dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya dengan bidang yang sama

3. Bagai masyarakat diharapkan dapat memberikan motivasi dan dorongan bagi para Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk tetap berkarya dan memperkaya serta memperluas usahanya, demi terciptanya roda perekonomian masyarakat bawah yang diharapkan


(37)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Dalam pengamatan penulis ada beberapa hasil penelitian yang terkait dengan penelitian ini. Dari beberapa hasil penelitian terdahulu diantaranya yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu

No Nama Metode Hasil

1. Dani Danuar Tri U. (2013), Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Berbasis Ekonomi kreatif Di Kota Semarang

Penelitian tersebut menggunakan metode Kualitatif, dengan Analisis data yang di gunakan Pengumpulan data, Display data, Reduksi data dan Verifikasi data

Para pelaku UMKM berbasis ekonomi kreatif belum mampu memberikan predikat khusus bagi kota Semarang, dimana UMKM Kota Semarang masih terhambat berbagai permasalahan seperti: Masih minimnya permodalan yang terbatas, bahan baku, pemasaran terbatas serta biaya transaksi cukup banyak dan tenaga kerja kurang berpengalaman dalam bidangnya

2. Dias Satri dan Ayu Prameswari (2011),

Strategi Pengembangan Industri Kreatif untuk Meningkatkan Daya Saing Pelaku Ekonomi Lokal

Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut ialah Kualitatif dengan analisis data SWOT

Untuk Produksi dan Bahan baku yang kurang efisien, masih kurangya dukungan seperti lembaga pemerintahan, kurangnya dalam promosi keluar daerah dan masih banyaknya produk-produk bajakan yang membanjiri di Kota Malang


(38)

3. Edy Suandi Hamid dan Sri Susilo (2011),

Strategi pengembangan UMKM di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunkan survei lapangan dengan metode Kualitatif analisis deskriptif

Para pelaku Umkm di Daerah Istimewa Yogyakarta masih di hadapakan berbagai persoalan seperti kesulian dalam memperluas pangsa pasar, terbatasnya permodalan, sulitnya dalam meminjam uang di bank, lemahnya kemampuan SDM serta keterbatasan teknologi yang digunakan

4. Jaka Sriyana (2010) Stategi Pengembangan UKM: Studi Kasus di Kabupaten Bantul

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian statistik deskriptif

Dimana dalam penelitian ini masih banyak kendala yang di hadapi UKM daerah seperti. Maslah kualitas produk, pemasaran usaha. Maka dari itu diperlukan kebijakan pemerintah untuk memberikan peluang sperti. Perbaikan sarana dan prasarana, Akses dari lembaga perbankan dan Perbaikan Iklim ekonomi yang lebih baik

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu secara garis besar terletak pada objek penelitian lakukan di Daerah Istimewa Yogyakarta, dimana Dinas Koprasi dan UMKM serta pelaku ekonomi kreatif sebagai informan penelitian. Selajutnya peneliti menggunakan teknik Puposive Samplling


(39)

B. Kerangka Teori 1. Strategi

a. Pengertian Strategi

Definisi-definisi strategi yang akan di kemukakan oleh para peneliti mempunyai benyak kesamaan, yaitu mengenai Frase “tujuan jangja panjang”, suatu perumusan dalam menentukan pemecahan ,asalah dan kebijakan umum yang di hadapi oranisasi dalam menghadapi leputusan yang menentukan kegagalan dan kesuksesan organisasi serta penekanan pada “pola tujuan dan kerangka kerja”. Berikut akan dipapaprkan oleh para ahli mengenai pengertian strategi. Seperti yang di jelaskan oleh Kuncoro (2005: 1-2) dalam buku yang berjul “Strategi Bagaimana Meraih

Keunggulan Kompetitif” di jelaskan mengenai strategi menurut Itami, strategi merupakan penentuan kerangka kerja dari aktivitas bisnis perusahaan dan memberikan pedoman untuk mengordinasikan aktivitas sehingga perusahaan dapat menyesuaikan dan mempengaruhi lingkungan yang selalu berubah. Strategi mengatakan dengan jelas lingkungan yang diinginkan oleh perusahaan dan jenis organisasi seperti apa yang hendak dijalankan

Sedangkan menurut Andrews, bahwa strategi merupakan pola sasaran, tujuan dan kebijakan/rencana umum untuk meraih tujuan yang telah ditetapkan, yang dinyatakan dengan mendefinisikan apa bisnis yang dijalankan oleh perusahaan, atau yang seharusnya dijalankan oleh perusahaan


(40)

Kuncoro sendiri mendefenisikan strategi adalah pemimpin bisnis perusahaan merealisasikan filosofinya. Selanjutnya bahwa strategi seharunya berkaitan dengan keputusan “besar” yang dihadapi organisasi dalam melakukan bisnis, yakni suatu keputusan yang menentukan kegagalan dan kesuksesan organisasi. Penekanan pada “pola tujuan dan kerangka kerja” menyatakan bahwa strategi berkaitan dengan prilaku yang konsisten, maksudnya ketika suatu strategi telah ditetapkan, maka perusahaan tidak dapat menarik kembali

Berbeda dengan pendapat David (2006: 17) strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi juga dapat diartikan sebagai tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen tingkat atas dan sumber daya perusahaan dalam jumlah yang besar. Selain itu, strategi dapat mempengaruhi kemakmuran perusahaan dalam jangka panjang, khusus untuk lima tahun dan beriorientasi kemasa depan. Strategi memiliki konsekuensi yang multifungsi dan multidimensi serta perlu mempertimbangkan faktor-faktor internal yang dihadapi oleh perusahaan

Menurut Hit, Ireland dan Hoskisson, “ Strategy is an integrated and coordinated set of commitments and actions designed to exploit core

competencies and gain a competitive advantage.” Termonologi strategi pada 20 mulanya berasal dari literatur mengenai perang. Dalam perspektif itu bisnis dimaknai sebagai pertempuran dan pesaing adalah musuh, sedangkan pemerintah berperan membuat dan melaksanakan berbaai aturan (Sampurno 2003: 03)


(41)

Sedangkan menurut Milles dan Snow et,.al dalam Kuncoro (2005: 88-89) mengungkapkan bahwa keberhasilan suatu organisasi dalam menggunakan strategi untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan pesaingnya dapat melalui beberapa strategi diantaranya yaitu:

1) Strategi Prospektor (Prospector) yaitu strategi yang mengutamakan pada keberhasilan organisasi dalam berinovasi, selalu menciptakan produk baru dan kesempatan pasar yang baru

2) Strategi bertahan (Defender) yaitu perusahaan dengan strategi bertahan biasanya mementingkan stabilitas pasar yang menjadi targetnya

3) Strategi Penganalisis (Analyzer) yaitu merupakan strategi analisis dan imitasi. Organisasi yang menggunkan strategi ini akan menganalisis ide bisnis baru sebelum organisasi untuk memasuki bisnis tersebut 4) Strategi reaktor yaitu organisasi yang bereaksi terhadap perubahan

lingkungan dan membuat suatu perubahan hanya apabila terdapat tekanan dari lingkunganya yang memaksa organisasi tersebut untuk berubah


(42)

b. Strategi Pembangunan Ekonomi Daerah

Dua bentuk strategi pembangunan menurut Siagian (2009: 87) yang bisa ditempuh oleh negara-negara sedang berkembang ialah modernisasi pertanian dan industrialisasi yang dikelompokkkan menjadi dua yaitu:

1) Modernisasi pertanian, pemenuhan kebutuhan dalam negri sendiri, terutama bahan pangan dan pertumbuhan, pengembangan agrobisnis yang menghasilkan berbagai komoditi untuk espor

2) Industrialisasi mempercepat pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang pada umumnya menempuh jalur industrialisasi Sedangkan menurut Kuncoro (2005: 64) mengungkapkan bahwa di era otonomi daerah, seharusnya paradigma membangun daerah lebih difokuskan artinya seperti daeralah yang harus punya inisiatifnya, prakarsa, kemandirian dalam menyususn, merencanakan dan melaksanakan pembangunan daerah. Asumsinya daerah lebih tahu tentang masalah dan potensi yang ada di daerahnya masing-masing

Subandi (2011: 122) secara umum strategi pembangunan ekonomi adalah mengembangkan kesempatan kerja bagi penduduk yang ada sekarang dan upaya untuk mencapai stabilitas ekonomi, serta mengembangkan basis ekonomi dan kesempatan kerja yang beragam. Pembangunan ekonomi akan berhasil bila mampu memenuhi kebutuhan dunia usaha. Hal ini untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya fluktuasi ekonomi sektoral yang akan memenuhi kesempatan kerja


(43)

Menurut Lincolin Arsyad et,.al dalam Subandi (2011:122-124) secara garis besar menggambarkan bahwa strategi pembangunan ekonomi daerah dapat dikelompokkan menjadi empat bagian yang memiliki karakter tersendiri seperti:

1) Strategi Pengembangan Fisik (Locality or Physical Development Strategy)

Strategi melalui pengembangan program perbaikan kondisi fisik/lokalitas daerah yang ditunjukkan untuk kepentingan pembangunan industri dan perdagangan, dimana pemerintah daerah akan berpengaruh positif bagi pembangunan dunia usaha di daerah dan secara khusus tujuan dari strategi pembangunan fisik ini adalah untuk menciptakan identitas daerah kota, memperbaiki pesona (amenity base) atau kualitas hidup masyarakat dan memperbaiki daya tarik pusat kota (civic center) dalam upaya memperbaiki dunia usaha daerah

2) Strategi Pembangunan Dunia Usaha (Business Development Strategy) Strategi pembangunan dunia usaha merupakan komponen terpenting dalam pembangunan ekonomi daerah, karena daya tarik, kreatifitas atau daya tahan kegiatan dunia usaha dalah merupakan cara terbaik untuk menciptakan perekonomian daerah yang sehat. Untuk mencapai tujuan pembangunan dunia usaha tersebut di perlukan alat-alat pendukung, antara lain


(44)

a) Penciptaan iklim usaha yang baik bagi dunia usaha, melalui pengaturan dan kebajikan yang memberikan kemudahan bagi dunia usaha dan pada saat yang sama mencegah penurunan kualitas lingkungan

b) Pembuatan informasi terpadu yang dapat memudahkan masyarakat dan dunia usaha untuk berhubungan dengan aparat pemerintah daerah yang berkaitan dengan perijinan dan informasi rencana pembangunan ekonomi daerah

c) Pendirian pusat konsultasi dan pengembangan usaha kecil, karena usaha kecil peranya sangat penting sebagai penyerap tenaga kerja dan sebagai sumber dorongan memejukan kewirausahaan

d) Pembuatan sistem pemasaran bersama untuk menghindari skala yang tidak ekonomis dalam produksi dan meningkatkan daya saing terhadap produk impor

e) Pembuatan lembaga penelitian dan pengambangan. Lembaga ini berperan sebagai kajian tentang pengembangan produk baru, teknologi baru dan pencarian pasar baru

3) Strategi Pembermbangan Sumber Daya Manusia (Human Resource Development Strategy)

Strategi pengembangan sumbedaya menusia merupakan aspek yang paling pentinr dalam proses pembangunan ekonomi. Oleh karena itu pembangunan ekonomi tanpa didasari dengan peningkatan kualitas dan keterampilam sumber daya menusia maka suatu


(45)

daerah atau kota akan menjadi daerah denga perekonomian yang tertinggal. Pengembagan kualitas sumber daya manusia dapat dilakukan denga berbagai cara yaitu:

a) Pelatihan dengan system, customized training, yaitu pelatihan yang dirancang secara khusus untuk memenuhi kebutuhan dan harapan si pemberi kerja

b) Pembuatan bank keahlian (skill banks) sebagai bank informasi yang berisi data tentang keahlian dan latar belakang orang yang menganggur di daerah

c) Pengembangan lembaga pelatihan bagi para penyandang cacat sebagai bentuk pemberdayaan yang kedepan diharapkan penyandang cacat juga mampu bersaing dan berperan, sehingga penyandang cacat tidak merasa selalu di kucilkan

4) Strategi Pengembangan Masyarakat (Community Based Development Strategy)

Strategi pengembangan masyarakat merupakan kegiatan yang di tunjuk untuk memberdayakan (empowerment) suatu kelompok masyarakat tertentu pada suatu daerah dengan memiliki tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menciptakan manfaat sosial yang dimiliki oleh msyarakat


(46)

2. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

a. Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Perdebatan soal definisi atau batasan UMKM masih terus bergulir. Berbagai institusi mempunyai definisi tentang sektor UMKM. Salah satu upaya menyamakan persepsi soal strategi pengembangan sektor UMKM adalah menyamakan definisi dari UMKM, kerena definisi UMKM di Indonesia tidak sama dengan pengertian UMKM di Negara lain. Namu dalam forum global, UMKM di Indonesia sering di setarakan dengan UMKM di berbagai Negara. UMKM di Indonesia kerap dibandingkan dengan UMKM di Negara maju separti Amerika Serikat. Dalam hal ini, Bank dunia menggunakan definisi yang dapat diberlakukan secara global. Sementara pemerintah mendefinisikan UMKM sesuai dengan (undang-undang nomor 20 tahun 2008), yaitu (undang-undang-(undang-undang tentang usaha kecil: 1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang atau perorangan

dan badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini

2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang


(47)

3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil dalam penjualan tahunan sebagaimana di atur dalam undang-undang ini

Berdasarkan kekayaan dan hasil penjualan, menurut undang-undang No 20 Tahun 2008 Pasal 6 yang memiliki kriteria yaitu:

1) Dengan memiliki kekayanan Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)

Kreteria usaha kecil adalah sebagai berikut

1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha 2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua miliyar lima ratus juta rupiah)


(48)

1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 ( lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tenah dan bangunan tempat usaha

2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua miliyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliyar rupiah)

Badan pusat statistik (BPS) memberikan batasn defenisi UKM berdasarkan kualitas tenaga kerja, yaitu untuk industri rumah tangga memiliki jumlah tenaga kerja 1 sampai 4 orang, usaha kecil memiliki jumlah jumlah tenaga kerja 5 sampai dengan 19 orang, sedangkan usaha menengah memiliki tenaga kerja 20 sampai dengan 99 orang (Tambunan, 2002: 49)

Menurut Nurhajati, et.al. (2011) dalam Dani Danuar (2013: 13) menyebutkan defenisi UMKM memiliki beragam variasi yang sesuai menurut karakteristik masing-masing Negara yaitu:

1) World Bank : UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerta ± 30 orang dengan pendapatan pertahun sebesar US$ 3 Juta dan jumlah aset tidak melebihi US$ 3Juta

2) Di Amerika : UKM adalah industri yang tidak dominan di sektornya dan mempunyai pekerjaan kurang dari 500 orang


(49)

3) Di Eropa : UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja 10-40 orang dan pendapatan per tahun 1-2 Juta Euro, atau jika kurang dari 10 orang di kategorikan usaha rumah tangga

4) Di Jepang : UKM adalah industri yang bergerak di bidang manufakturing dan retail / sevice dengan jumlah tenaga kerja 54-300 orang dan modal ¥ 50-54-300 Juta

5) Di Korea Selatan : UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja ≤ 300 orang dan aset ≤US$ 60 Juta

6) Di Beberapa Asia Tenggara : UKM adalah Usaha Dengan Jumlah tenaga kerja !)-15 0rang (Thailand) atau 5-10 orang (Malaysia) atau 10-99 orang (Singapura) dengan modal ± US$ 6 Juta

Bank Insonesia (2011) mengemukakan terdapat beberapa negara yang mendefeniskan UMKM berdasarkan jumlah tenaga kerja diataranya yaitu:

1) El Salvador kurang dari 4 orang untuk usaha kecil dan antara 50-99 0rang untuk usaha menengah

2) Ekuador kurang dari 10 orang untuk usaha mikro

3) Kolombia kurang dari 10 orang untuk usaha mikro, antara 10-50 orang untuk usaha kecil dan 51-200 orang untuk usaha menengah 4) Maroko kuarang dari 200 orang

5) Brazil kurang dari 100 orang

6) Algeria institusi non formal memiliki jumlah karyawan kurang dari 10 orang


(50)

Beberapa negara memiliki standar yang berbeda dan ada pula yang menggunakan kombinasi dari berbagai tolak ukur dalam mendefenisikan UMKM berkaitan dengan dasar hukum. Afrika selatan contohnya menggunakan kombinasi antara jumlah karyawan, pendapatan usaha dan total aset sebagai ukuran dalam kategorisasi usaha. Perlu mendasarkan klasifikasi UMKM berdasarkan jumlah karyawan dan tingkat penjualan pertahun. Costa rica menggunakan sistem poin berdasarkan tenaga kerja, penjualan tahunan dan total aset sebagai dasar klasifikasi usaha. Bolivia mendefenisikan UMKM berdasarkan tenaga kerja, penjualan dan besaran asset. Sedangkan Republik Dominika menggunakan karyawan dan tingkat penjualan pertahun sebagai tolak ukur. Tunisia memiliki klasifikasi yang berbeda di bawah peraturan yang berbeda, namun terdapat konsensus umum yang mendefenisikan UMKM berdasarkan jumlah karyawan

Selain itu, ada beberapa negara yang menggunakan standar ganda dalam mendefenisikan UMKM dengan mempertimbangkan sektor usaha. Afrika Selatan membedakan defenisi UMKM untuk sektor pertambangan, listrik, manufaktur dan konstruksi. Sedangkan Argentina menetapkan bahwa sektor industri, ritel, jasa dan pertanian memiliki batasan tingkat penjualan berbeda dalam klasifikasi usaha seperti Malaysia membedakan defenisi UMKM untuk bidang manufaktur dan jasa, masing-masing berdasarkan jumlah karyawan dan jumlah penjualan tahun (Bank Indonesia 2011)


(51)

b. Jenis-jenis Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Menurut Keputusan presiden No.127 Tahun 2001adapun bidang / jenis usaha terbuka bagi usaha kecil dan menengah di bidang industri dan perdagangan adalah:

1) Industri makanan, minuman dan olahan yang melakukan pengawetan dan proses pengasinan, penggaraman, perebusan, pemanisan, pengasapan, pengeringan dan penggorengan serta fermentasi dengan cara tradisional

2) Industri penyempurnaan benang dari serat buatan menjadi benang bermotif celup, ikat dengan menggunakan alat yang digunakan oleh tangan

3) Industri tekstil meliputi pertenunan, perajutan, pembatikan dan pembordiran yang memiliki ciri dikerjakan dengan ATB atau alat yang digerakan tangan termasuk batik, peci, kopiah, dsb

4) Pengolaan hasil hutan dan kebun golongan non pangan meliputi bahan bangunan atau rumah tangga, bambu, nipah, sirap, arap dan sabut. Selanjutnya bahan industri seperti getah-getahan, kulit kayu, sutra alam, gambir

5) Industri perkakas tangan yang diproses secara manual atau semi mekanik untuk pertukangan dan pemotongan

6) Industri perkakas tangan untuk pertanian yang diperlukan untuk persiapan lahan, proses produksi, pemanenan, pasca panen dan pengelolaan kecuali cangkul dan sekop


(52)

7) Industri barang dari tanah liat baik yang diglasir maupun tidak diglasir untuk keperluan rumah tangga

8) Industri jasa pemeliharaab dan perbaikan yang meliputi otomotif, kapal dibawah 30GT, elektronik dan peralatan rumah tangga yang dikerjakan secara manual atau semi otomatis

9) Industri kerajinan yang memiliki kekayaan khasanah budaya daerah, nilai seni yang menggunakan bahan baku alamiah maupun imitasi dan pedagang dengan skala kecil dan informasi

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa jenis Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang dimaksud adalah industri makanan dan minuman olahan, serta industri kerajinan yang memiiki kekayaan Khasanah Budaya Daerah

c. Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Strategi pemerintah dalam pengembangan Usaha Mikro kecil dam Menengah (UMKM) dalam jangka panjang bertujuan untuk meningkatkan potensi dan partisifasi aktif. UMKM dalam proses pembangunan nasional, khusunya dalam kegiatan ekonomi dalam rangka mewujudkan pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja dan peningkatan-peningkatan pendapatan.

Sasaran dan pembinaan usaha kecil adalah meningkatnya jumlah pengusaha menengah dan terwujudnya usaha yang makin tangguh dan mandiri, sehingga pelaku ekonomi tersebut dapat berperan dalam perekonomian nasional, meningkatnya daya saing pengusaha nasional di


(53)

pasar dunia, serta seimbangnya persebaran investasi antar sector dan antargolongan.

Menurut Sartika, Tiktik dan Rachman (2002: 25) Pandangan umum bahwa UMKM memiliki sifat dan jiwa entrepreneurship atau kewirausahaan adalah kurang tepat. Ada sekelompok UKM yang memiliki sifat

entrepreneurship tetapi ada pula yang tidak menunjukkan sifat tersebut. Dengan menggunakan kriteria entrepreneurship, maka kita dapat membagi UMKM dalam empat bagian yakni sebagai berikut:

1) Livelihood Activities, merupakan Usaha Kecil Menengah yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal

2) Micro Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan

3) Small Dynamic Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor

4) Fast Moving Enterprise, merupakam Usaha Kecil Menengah yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar (UB)


(54)

3. Pemahaman Umum Subsektor Industri Kerajinan a. Defenisi Subsektor Industri Kerajinan

Kerajinan (kriya) seringkali dipahami sebagai sebuah produk yang dihasilkan melalui keterampilan tangan. Namun, kerajinan memiliki dimensi yang lebih luas apabila dilihat dari keahlian dan teknologi yang digunakan untuk membuat suatu produk kerajinan. Kerajinan menekankan pentingnya keahlian dalam membuat produk kerajinan sebagai bentuk ekspresi tradisi dan kearifan lokal dari sebuah daerah. Sementara itu, perkembangan teknologi menawarkan alat bantu pada pengrajin dalam berkarya sehingga pengrajin tidak hanya menggunakan tanganya secara langsung dalam bekerja. Keahlian tradisional dan teknologi inilah yang memberikan keunikan dan nilai tambah bagi sebuah produk kerajinan. Kata kerajinan yaitu ‘kriya dan craft’ yang memiliki akar etimologis yang berbeda, tetapi secara umum memiliki pengertian yang sama yaitu menyangkut pembuatan suatu benda yang menggunakan tangan (Pangestu, 2008: 98)

Industri kreatif subsektor kerajinan adalah kegiatan kreatif yang dimana berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat dan dihasilkan oleh tangan pengrajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya. Alternatif defenisi industri kerajinan berdasarkan simposium internal UNESCO/ITC “Craft and the International Market Trade and Custom Codification” di Manila tahun 1997 yaitu kerajinan adalah industri yang menghasilkan produk-produk baik secara berkeseluruhan dengan tangan atau menggunakan peralatan


(55)

biasa. Peralatan mekanis mungkin juga digunakan sepanjang kontribusi para pengrajin tetap lebih substansial pada komponen produk akhir Pangestu (2008: 98-123) dalam buku yang berjudul “Pengembangan

Industri Kreatif Menuhu Visi Ekonomi Kreatif Indonesia 2025”

mengelompokkan kerajinan tersebut lalu di jabarkan sebagi berikut: 1) Berdasarkan bentuknya, dapat dibedakan menjadi dua dan tiga

dimensi. Ventuk dua dimensi disebut (2D) misalnya seperti: karya ukir, relief, lukisan. Sedangkan bentuk tiga dimensi (3D) misalnya seperti patung dan benda-benda fungsional berupa keris, mebel, busana adat, perhiasan, mainan, kitchenware, glassware dan tableware

2) Berdasarkan pelaku dan skala produksinya dapat dibedakan menjadi mass craft, limited edition craft dan individual craf

a) Handycraft/Mass Craft adalah kerajinan yang diproduksi secara masal. Pelaku dalam kategori ini misalnya perajin (kariyawan) di industri kecil dan menengah (IKM) atau sentra kerajinan

b) Limited Edition Craft adalah kerajinan yang di produksi secara terbatas. Pelaku dalam kategori ini misalnya perajin (kriyawan) yang bekerja di studio/bengkel kerajinan (kriya)

c) Individual Craft adalah keajinan yang diproduksi secara satuan (one of kind) pelaku dalam kategori ini misalnya seniman perajin (artist craftman) di studio


(56)

3) Berdasarkan jenis produknya maka kerajinan dapat dibedakan menjadi art-craft dan craft-design

a) Art-craft (kerajnan/seni) merupakan bentuk kerajinan yang banyak dipengaruhi oleh prinsip-prinsip seni. Salah satu tujuan penciptaanya adalah sebagai wujud ekpresi pribai b) Craft-design (kerajinan/desain) merupakan bentuk kerajinan

(kriya) yang mengaplikasikan prinsip-prinsip desain dan fungsi dalam proses perancangan dan produksinya dengan tujuan utamanya adalah pencapaian nilai komersial atau nilai ekonominya

4) Berdasarkan bahan yang digunakan kerajinan dapat dibuat dari keramik, kertasm gelas, logam, serat, tekstil kayu dan sebagainya 5) Berdasarkan teknik produksinya, produk kerajinan dapat dibuat

dengan teknik pahat (ukir), rakit, pilin, slabing (kramik), tenun dan batik


(57)

4. Pemahaman Umum Subsektor Industri Fesyen a. Defenisi Subsektor Industri Fesyen

Dalam ekonomi kreatif, subsektor mode sama dengan fesyen (fashion). Istilah fashion dalam masyarakat konteporer barat kerap digunakan sebagai sinonim dari istilah “dandanan, gaya dan busana”, namun fahion juga dimaknai lebih dari itu, yaitu sebagai alat komunikasi. Dalam bahasa Indonesia, busana juga dapat dikaitkan dengan fashion sebagai kata kerja yang memiliki arti membusanai diri sendiri dengan “perhatian” pada efeknya. Hal ini berarti fashion lebih dari sekedar membusanai diri, tetapi juga berdandan dan mengenakan perhiasan. Jadi, bisa dikatakan meskipun semua pakaian itu busana, tetapi tidak semua dandanan itu fashionable. Oleh karena itu, fesyen dan pakaian merupakan cara yang paling signifikan yang dapat dipakai dalam mengontruksi, mengalami, dan memahami relasi sosial (Pangestu, 2008: 222-225)

Berdasarkan perkembangan konsep fesyen, maka fesyen dimaknai sebagai:

1) Kombinasi atau perpaduan dari gaya/style yang memiliki kecendrungan berubah dan menampilkan pembaruan

2) Pilihan yang dapat diterima, digemari dan digunakan mayoritas masyarakat

3) Suatu cara untuk dapat diterima oleh masyarakat umum sebagai lambang ekspresi dari identitas tertentu sehingga dapat memberikan rasa percaya diri dalam penampilan begi pemakainya


(58)

4) Tidak hanya selalu tentang cara berpakaian, pencitraan atau merancang busana, akan tetapi juga peran dan makna pakaian dalam tindakan sosial. Gaya dalam pengertian mode adalah ciri atau karakter penampilan dari bahan atau hal lain yang membedakan dari jenis mode lainya, sedangkan desain adalah suatu yang lebih khusus dari gaya terkini

Menurut Pangestu (2008: 225) mendefenisikan berdasarkan jenis proses produksinya, fesyen secara lebih datil dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Industri merupakan salah satu proses pembuatan produk mode secara

industri/pabrikan

2) Tradisional merupakan proses pembuatan produk mode dengan teknik tradisional, secara manual, atau yang biasa disebut handmade/satuan 3) Made to order merupakan jenis proses pembuatan produk mode yang

khusus sesuai pesanan, dari individu atau kelompok, atau dengan kata lain dikerjakan untuk private client, yang hasil produknya dapat dibagi berdasarkan volume, antara lain:

a) Tailor Made, yaitu produk mode yang dalam proses pembuatannya diawali dengan pengukuran dan penyelesaian khusus berdasarkan pesanan per individu

b) High Fashion atau adibusana, yaitu produk mode tailor made, tetapi dibuat dengan teknik pengerjaan yang lebih rumit, menggunakan material berkualitas tinggi, serta proses


(59)

penyelesaian yang lebih mendetail dalam waktu yang lebih lama

c) Uniform atau seragam, yaitu produk mode sejenis yang dibuat dalam jumlah banyak dan berfungsi sebagai seragam dari organisasi atau kelompok tertentu

1) Ready-to-wear, disebut juga siap pakai, yaitu merupakan proses pembuatan produk mode yang dibuat berdasarkan ukuran standar/umum dan hasilnya dipasarkan sebagai produk siap pakai. Produk ready-to-wear ini memiliki spesifikasi tujuan pasar yang berkaitan dengan gaya, selera, serta kelas ekonominya. Produk jenis ini merupakan produk yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat pada umumnya. Berdasarkan volume produksinya, produk siap pakai (ready-to-wear) dapat dikelompokkan sebagai berikut

a) Deluxe atau mewah, yaitu rancangan desainer yang merupakan “designer label ”, dengan jumlah produksi yang

terbatas

b) Mass product atau produk massal, yaitu karya desainer/perusahaan swasta dengan jumlah produksi lebih banyak. Mass product terdiri dari dua jenis yang pertama

Second label, merupakan hasil kreasi desainer dan yang kedua


(60)

5. Ekonomi Kreatif

1) Pengertian Ekonomi Kreatif

Istilah Ekonomi Kreatif pertama kali diperkenalkan oleh tokoh bernama John Howkins, penulis buku "Creative Economy, How People Make Money from Ideas". Jhon Howkins adalah seorang yang multi profesi. Selain sebagai pembuat film dari Inggris ia juga aktif menyuarakan ekonomi kreatif kepada pemerintah Inggris sehingga dia banyak terlibat dalam diskusi-diskusi pembentukan kebijakan ekonomi kreatif dikalangan pemerintahan negara-negara Eropa. Menurut definisi Howkins, Ekonomi Kreatif adalah kegiatan ekonomi dimana input dan outputnya adalah Gagasan. Benar juga, esensi dari kreatifitas adalah gagasan. Bayangkan hanya dengan modal gagasan, seseorang yang kreatif dapat memperoleh penghasilan yang sangat layak. Gagasan seperti apakah yang dimaksud? Yaitu gagasan yang orisinil dan dapat diproteksi oleh HKI. Contohnya adalah penyanyi, bintang film, pencipta lagu, atau periset mikro biologi yang sedang meneliti farietas unggul padi yang belum pernah diciptakan sebelumnya. Sedangkan menurut (Pangestu, 2009:5) Industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreatifitas, keterampilan serta berkat individu untuk menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan memberdayakan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut

Simatupang (2008: 69) juga menjelaskan bahwa industri kreatif adalah industri yang mengandalkan talenta, ketrampilan, dan kreativitas yang merupakan elemen dasar setiap individu. Ekonomi kreatif adalh


(61)

penciptaan nilai tambah yang berbasis ide yang lahir dari kreativitas sumber daya manusia dari orang kreatif dan berbasis kepada pemanfaatan ilmu pengetahuan termasuk earisan budaya dan teknologi

Kreativitas (Creativity) dapat dijabarkan sebagai kapasitas atau daya dan upaya untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang unik dan dapat menciptakan solusi dari suatu masalah atau melakukan sesuatu yang berbeda dari perkembangan (Thinking Outside The Box) yang menggerakkan sektor lain (setelah ada inovasi) dan memperbaiki kualitas hidup. Kreativitas memiliki kaitan yeng erat dengan inovasi dan penemuan (Invention) yaitu kreativitas merupakan faktor yang menggerakkan lahirnya inovasi (Innovation) dalam penciptaan karya kreatif dengan memenfaatkan penemuan (Invention) yang sudah ada (Pangestu dan Nirwandar, 2014:16)

Ekonomi kreatif erat kaitanya dengan industri kreatif, namun ekonomi kreatif memiliki cakupan yang lebih luas dari industri kreatif. Ekonomi kreatif merupakan ekosistem yang memiliki hubungan saling ketergantungan atntara rantai nilai kreatif (Criative Value Chain), lingkungan pengembangan (Nuturance Environment) pasar (Market) dan pengarsipan (Aerchiving). Ekonomi kreatif tidak hanya terkait dengan penciptaan nilai tambah secara ekonomi, tetapi juga penciptaan nilai tambah secara sosial budaya dan lingkungan. Oleh karena itu, ekonomi kreatif selain dapat meningkatkan daya saing juga dapat meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia (Pangestu dan Nirwandar, 2014:24)


(62)

2) Peran Pola Fikir Kreatif

Di masa kini, menjadi kreatif merupakan tuntutan bagi setiap individu supaya dapat bersaing dalam prekonomian yang semakin kompetitif dan terintegrasi. Pemikiran kreatif dan inovasi merupakan modal utama yang menentukan daya saing individu maupun sebuah bangsa, kreatif mampu mengubah sesuatu yang hanya mengutamakan fungsi menjadi sebuah karya yang unik, penuh estetika dan meningkatkan kualitas hidup bagi konsumenya (Pangestu dan Nirwandar, 2014:6) mengungkapkan beberapa faktor yang mendorong pentingnya pola fikir kreatif di masa mendatang:

1) Abundance Teknologi yang semangkin maju dan globalisasi yang memudahkan masyarakat untuk berinterasi dimana telah memberikan masyarakat kemudahan untuk mendapatkan kebutuhanya. Masyarakat mengalami kecukupan sumberdaya pemuas kebutuhan yang dapat diproduksi oleh beberapa negara. Hal ini mengakibatkan setiap industri yang bergerak di produk yang sama harus berusaha untuk membuat sesuatu yang unik sehingga tidak mudah disubstitusi oleh produk lain

2) Asia pertumbuhan penduduk yang semangkin pesat khususnya di Asia telah mengakibatkan biaya produksi lebih murah di Asia tenaga kerja yang berlimpah sehingga para pemilik modal banyak memindahkan usahanya ke Asia karena dengan kualitas yang sama dan upah tanaga kerja yang lebih murah di Asia


(63)

3) Automation ialah tenaga kerja di setiap negara tidak hanya bersaing dengan tenaga kerja di negara lain, tetap juga bersaing dengan teknilogi. Revolusi industri merupakan salah satu contoh kasus yang menuntut individu harus rela kehilangan pekerjanya dan digantikan dengan mesin. Tantangan saat ini adalah apabila pekerjaan kita dapat digantikan oleh komputer, msin, robot atau teknologi lain maka kita tidak akan bisa berkompetisi di masa yang akan datang

Ketiga hal tersebut menjadi tantangan sekaligus peluang bagi individu untuk mempu mengubah pola pikirnya agar dapat menciptakan inovasi yang dibutuhkan oleh pasar. Secara garis besar kemampuan yang dibutuhkan dalam era konseptual adalah:

1) High concept, yaitu kemampuan untuk menciptakan keindahan emosional dan artistik serta kemampuan mengenali pola-pola perubahan dan peluang-peluang dimana kemampuan menghasilkan produk yang mampu menceritakan segala sesuatu dan kemampuan untuk mengombinasi ide-ide menjadi penemuan-penemuan baru dan orisinil

2) High Touch yaitu kemampuan untuk berempati dan memahami cara berinteraksi dalam suatu komunitas serta mampu menemukan kabahagian dari diri sendiri dan menularkanya kepada orang lain dan kemampuan untuk terus berusaha dalam mengejar tujuan dan makna hidup


(64)

Masih menurut Panestu dan Nirwandar untuk memiliki kemampuan tersebut, maka diharapkan memiliki enam pemikiran agar mampu bersaing di masa mendatang:

1) Not just function but also DESIGN dimana dapat didefinisikan sebagai sifat atau ide alami manusia untuk membentuk dan menjadikan lingkungannya menjadi tempat yang mampu memenuhi kebutuhanya dan memberikan makna kepada hidup manusia tanpa meniru era sebelumnya. Desain juga dapat memberikan kita keunikan dalam meningkatkan kualitas hidup dan dapat menciptakan produk yang tidak biasa

2) Not just argument but also STORY kemampuan untuk menciptakan suatu produk yang mampu bercerita dan mampu membuat konsumen terus mengingatnya, Produk-produk yang mampu bercerita tersebut akan dapat memberikan daya imajinasi dan menginspirasi konsumen untuk menjadi kebutuhan manusia dalam meningkatkan kualitas hidupnya

3) Not just focus but also SYMPHONY adalah kemampuan untuk menggambarkan dan menyatukan ide-ide menjadi sesuatu yang bernilai dan bermakna. Simfoni adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dari hal-hal yang kelihatanya tidak berkaitan menjadi sesuatu penemuanyang baru

4) Not just logic but also EMPATHY yang berarti kemampuan untuk membayangkan diri kita kepada posisi orang lain dan merasakan


(65)

apa yang dirasakan oleh orang tersebut. Di saat hampir semua pekerjaan dapat dikerjakan oleh komputer, maka salah satu fungsi yang tidak dapat digantikan oleh komputer dan teknologi adalah empati

5) Not just seriousness but also PLAY kesuksesan dalambekerja datang ketika dimana seseorang menikmati dan mencintai apa yang ia kerjakan. Bekerja pada bidang-bidang yang disukai akan menciptakan produktivitas tinggi dan kualitas hidup

6) Not just accumulationbut also MEANING makna menjadi aspek yang penting dalam pekerjaan dan hidup masyarakat. Bekerja dan beraksi seharusnya tidak sekedar hanya untuk menumpukkan pengalaman, namun juga dapat memberikan kesenagan dan meningkatkan kualitas hidup

Pentingya pola pikir kreatif di masa depan dikemukakan pula oleh Horward gender, et.al. (2006) dalam Pangestu dan Nirwandar (2014:6) yang menyatakan bahwa dimasa mendatang ada lima pola pikir yang dibutuhkan

1) Pola pikir disipliner (the Disciplinary Mind) pola pikir disipliner merupakan pola pikir yang bisa di dapat dari latihan atau sekolah. Pola pikir disipliner hanya berfokus pada apa yang sudah dilatih 2) Pola pikir menyintensi (the Synthesizing Mind) sementara itu poa

pikir menyintensis adalah pola pikir yang mampu untuk memilah informasi yang penting dan yang bukan berasal dari pengetahuan


(66)

yang diperolehnya dan dapat dimanfaatkan untuk diri sendiri atau orang lain

3) Pola pikir kreasi (the Creating Mind) sedangkan pola pikir tidak hanya mampu menyaring informasi dan pengetahuan yang dimilikinya akan tetapi juga mampu menggunakan informasi untuk menciptakan sesuatu

4) Pola pikir penghargaan (the Respectful Mind) di sisi lain pola pikir penghargaan adalah kemampuan untuk menghargai, bersimpati dan memahami perbedaan yang ada di tengah-tengah masyarakat

5) Pola pikir (the Ethical Mind) sedangkan pola pikir etis adalah kemampuan untuk menggabungkan peran dengan baik sebagai individu sebagai pekerja dan sebagai warga negara yang baik dan selalu berusaha menjalankan peranya dengan benar untuk mendatangkan kebaikan bagi lingkungan dan masyarakat

3) Perkembangan Konsep dan Defenisi Ekonomi Kreatif

Ekonomi kreatif memiliki kata kunci yaitu kata kreatif itu sendiri. Bahwa manusia mampu menghasilkan karya kreatif dalam pekerjaanya tentu bukanlah sebuah gagasan baru. Sejak zaman pencerahan hingga era modern dengan industrialisasinya hingga masuk ke era digital masa kini, pemahaman tentang proses kreatif dan peranya dalam kehidupan bermasyarakat terus berkembang (Pangestu dan Nirwandar, 2014:9)

Seni dan budaya manusia telah tumbuh sejak awal peradaban dan perkembangan pesat dalam peran pentingnya di berbagai tonggak peradaban


(67)

manusia di masa lalu. Namun, pembabakan ekonomi kreatif siulas dari zaman modern, yaitu pada era pencerahan (Enlightenment) sebagai asal mula pemikiran dunia modern hingga abad ke-21 sekarang ini. Menurut John Hartley, et.al (2007) dalam Pangestu dan Nirwandar (2014:9) yang memetakan evolusi tersebut dalam empat babak

Tabel 2.2 Evolusi Industri Kreatif ERA PENCERAHAN ERA INDUSTRIALISASI INDUSTRI KREATIF AWAL >1995) INDUSTRI KREATIF BARU (>2005) KONTEKS EKONOMI Perdagangan/ Merkantilisme Industri Kapitalise awal Informasi Kapitalisme global Kreatif Kapitalis global

WUJUD Seni dan Rasionalitas

Industri dan media Pasar global

Budaya dan Ilmu

Pengetahuan NILAI Bakat individu Skala industry HKI Pengguna

Agen Humanisme sipil Industri budaya

Kelompok kreatif dan jasa kreatif

Warga konsumen ORIENTASI Kesehjatraan Kompetisi Kompetisi Pertumbuhan

dan Inovasi INKUBASI Pendidikan Kewirausahaan Branding Karsausaha

(startup) Sumber : John Hatley, et.al (2007) dalam (Pangestu dan Nirwandar, 2014: 9)


(68)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Hal ini dikarenakan metodologi penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah oleh subjek penelitian dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti (Moleong 2002: 6) Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (Sugiyono, 2013: 8)

A. Populasi dan Sampel a. Populasi

Masih menurut Sugiyono populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek obyek dengan mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya. Adapun dalam penelitian ini, populasinya ialah pelaku UMKM yang berada di Kota Yogyakarta


(69)

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut Sugiyono menyebutkan bahwa sampel adalah elemen-elemen dari bagian populasi. Teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling dalam menentukan sampel pada penelitian ini

Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah teknik kuota sampling, yaitu teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan adapun sampel yang ingin saya teliti adalah Dinas Koprasi dan UMKM serta pelaku ekonomi kreatif subsektor Kerajinan dan Fesyen

B. Lokasi Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang di angkat oleh peneliti, maka penelitian ini dilaksanakan di beberapa tempat seperti:

a. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Daerah Istimewa Yogyakarta b. Dinas Koprasi dan UMKM Daerah Istimewa Yogyakarta

c. Kota Yogyakarta d. Kabupaten Seleman e. Kabupaten Kulonprogo f. Kabupaten Bantul


(70)

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data penelitian ini diperoleh. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan menggunakan alat pengukur atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. Data primer ini disebut juga dengan data tangan pertama. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2010: 225)

Sumber data primer dalam kegiatan penelitian yang akan dilakukan ialah:

1) Data diperoleh melalui wawancara serta menganalisis data yang diberikan oleh Dinas Koprasi dan UMKM Daerah Istimewa Yogyakarta

2) Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Data yang diperoleh merupakan data murni yang langsung diperoleh dari pelaku UMKM dengan wawancara secara langsung

3) Lama usaha. Dalam penelitian ini peneliti membatasi lama pelaku usaha pengrajin minimal 5 tahun


(1)

(2)

(3)

PEDOMAN WAWANCARA KEPADA

DINAS KOPRASI DAN UMKM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

1. Sejauh ini, bagaimana melakukan interaksi dengan masyarakat terkait dengan pengembangan UMKM yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta?

2. Sejauh ini bagaimana masyarakat memperoleh Informasi UMKM di Daerah Istimewa Yogyakarta?

3. Strategi apa yang dilakukan oleh Dinas Koprasi dan dan UMKM terkait dengan penyediaan informasi pengembangan UMKM bagi masyarakat? 4. Bagaimana respon masyarakat atas informasi yang disediakan oleh Koprasi

dan UMKM di Daerah Istimewa Yogyakarta?

5. Adakah pusat konsultasi khusus bagi masyarakat pelaku UMKM?

6. Sejauh ini, Strategi apa yang digunakan oleh Dinas Koprasi dan UMKM untuk mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Daerah Istimewa Yogyakarta?

7. Bagaimana perkembangan UMKM yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta? Apakah telah mengalami peningkatan setiap tahunnya? 8. Sejauh ini UMKM di Daerah Istimewa Yogyakarta sudah berapa besar

dalam penyerapan tenaga kerja?


(4)

10.Langkah ke depan yang di ambil oleh Dinas sendiri terkait dengan permasalahan yang di hadapai?

11.Sejauh ini biasanya permasalahan apa saja yang di hadapi pelaku usaha pada umumnya?

12.Dari Dinas sendiri sebagai pelindung terhadap pelaku usaha pernah tidak memberikan bantuan misalnya (Modal, pelatihan, pemasaran dan peralatan)?

13.Kira-kira itu berapa tahun sekali kegiatan-kegiatan pengembangan UMKM di Daerah Istimewa Yogyakarta dilaksanakan?


(5)

PEDOMAN WAWANCARA KEPADA

PELAKU UMKM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

1. Jenis usaha apa saja yang dihasilkan oleh Bapak/ibu? 2. Awal mulai usaha dari tahun brapa?

3. Sejauh ini bagaimana Bapak/ibu dalam perolehan bahan baku?

4. Bagaimana peranan pemerintah dalam pembangunan infrastruktur penunjang? ( misalnya permodalan, pelatihan)

5. Bagaimana keadaan masyarakat sekitar sebelum dan setelah mendapatkan pelatihan dari pemerintah?

6. Apa manfaat yang didapatkan (misalnya: peningkatan pendapatan, penambahan skill atau pengetahuan dll.) setelah mendapatkan pendampingan dari pemerintah?

7. Sejauh ini bagaimana aspek dalam pemasaran produk. Ada tidak kendala yang dihadapi dalam memasarkan produk?

8. Sejauh ini bagaimana cara Bapak/ibu untuk memperoleh informasi terkait dengan pengembangan UMKM yang Bapak/ibu miliki?

9. Bagaimana informasi yang disediakan oleh Dinas Koprasi dan UMKM? apakah sudah sesuai dengan keinginan Bapak/ibu?


(6)

11.Bagaimana menurut Bapak/ibu, atas sarana dan prasana yang disediakan oleh Dinas Koprasi dan UMKM, terkait dengan kantor pelayanan?