Pengaruh Waktu Tebang Terhadap Kekuatan Lentur Bambu Andong (Gigantochloa Pseudoarundinaceae (Steudel) Widjaja).

PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN DAN AKTIVITAS HARIAN
ORANGUTAN KALIMANTAN (Pongo pygmaeus) DI PUSAT
PRIMATA SCHMUTZER

HESTILIA ANGGRAINI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan
Kesejahteraan dan Aktivitas Harian Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) di
Pusat Primata Schmutzer adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2015
Hestilia Anggraini
NIM E34100136

ABSTRAK
HESTILIA ANGGRAINI. Pengelolaan Kesejahteraan dan Aktivitas Harian
Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) di Pusat Primata Schmutzer.
Dibimbing oleh LIN NURIAH GINOGA dan BURHANUDDIN MASYUD.
Orangutan kalimantan merupakan salah satu jenis primata besar yang
dilindungi di Indonesia. Pusat Primata Schmutzer (PPS), Taman Margasatwa
Ragunan adalah salah satu lembaga konservasi yang melakukan pelestarian
orangutan kalimantan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
pengelolaan kesejahteraan orangutan kalimantan, menilai tingkat kesejahteraan
orangutan kalimantan, mengkaji persepsi pengunjung terhadap kesejahteraan
orangutan kalimantan dan mengkaji aktivitas harian orangutan kalimantan di PPS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan kesejahteraan orangutan
kalimantan difokuskan pada pengelolaan kandang, pakan dan kesehatan. Tingkat
kesejahteraan orangutan kalimantan di PPS termasuk dalam klasifikasi baik.

Persepsi pengunjung terhadap pengelolaan kesejahteraan orangutan kalimantan di
PPS sudah sejahtera. Aktivitas harian yang sering dilakukan oleh individu dewasa
dan remaja adalah aktivitas istirahat dan aktivitas yang sering dilakukan individu
anak adalah bermain.
Kata kunci: kesejahteraan satwa, orangutan kalimantan, Pusat Primata Schmutzer

ABSTRACT
HESTILIA ANGGRAINI. Borneo orangutan (Pongo pygmaeus) Welfare
Management and Daily Behavior in Schmutzer Primate Center. Supervised by
LIN NURIAH GINOGA and BURHANUDDIN MASYUD.
Borneo Orangutan is one of protected large primate in Indonesia. Schmutzer
Primate Center (PPS), Ragunan Zoo is one of conservation institute which
preserve borneo orangutan. This research purposes are to identify the borneo
orangutan welfare management, to asses the welfare rate, to study visitor
perception toward the borneo orangutan welfare, and to study its daily behavior
in PPS. The research result showed that the borneo orangutan welfare
management focused on its cage, food, and health management. Borneo orangutan
welfare rate in PPS was classified into „good‟. Visitors perception toward the
borneo orangutan welfare management in PSS was already well-maintained.
Dominating daily behavior of adult and adolescent was rest activity, whereas it

was playing activity for juvenile.
Keywords: animal welfare, borneo orangutan, Schmutzer Primate Center

PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN DAN AKTIVITAS HARIAN
ORANGUTAN KALIMANTAN (Pongo pygmaeus) DI PUSAT
PRIMATA SCHMUTZER

HESTILIA ANGGRAINI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


Judul Skripsi : Pengelolaan Kesejahteraan dan Aktivitas Harian Orangutan
Kalimantan (Pongo pygmaeus) di Pusat Primata Schmutzer
Nama
: Hestilia Anggraini
NIM
: E34100136

Disetujui oleh

Ir Lin Nuriah Ginoga, MSi
Pembimbing I

Dr Ir Burhanuddin Masyud, MS
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

Judul Skripsi: Pengelolaan Kesejahteraan dan Aktivitas Harian Orangutan
Kalimantan

(Pongo pygmaeus) di Pusat Primata Schmutzer

Nama

: Hestilia Anggraini

NIM

: E34100136

Disetujui oleh

4�


-��
(

Ir Lin Nuriah Ginoga. MSi
Pembimbing I

Tanggal Lulus:

0 9 APR 201l.

Dr Ir Burhanuddin Masud, MS
Pembimbing II

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus sampai
September 2014 ini ialah Pengelolaan Kesejahteraan dan Aktivitas Harian
Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) di Pusat Primata Schmutzer.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Ir Lin Nuriah Ginoga MSi dan
Bapak Dr Ir Burhanuddin Masyud MS selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan saran dan arahan, serta dosen dan staf Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata yang telah banyak membantu. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Ir Marsawitri Gumay selaku Kepala
BLUD Taman Margasatwa Ragunan, Ibu drh Isminarti Aida selaku Kepala Seksi
Kesejahteraan dan Peragaan Satwa dan Bapak Haerul Azhar yang telah
memberikan izin serta mas Wawan, mas Made dan mas Dedi selaku perawat
satwa yang telah mendampingi selama proses penelitian. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada kedua orangtua dan seluruh keluarga atas doa dan kasih
sayangnya. Terima kasih kepada teman-teman Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata 47 atas semangatnya.
Kritik dan saran sangat diharapkan guna menyempurnakan karya ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, April 2015
Hestilia Anggraini

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vii

DAFTAR GAMBAR

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian


2

METODE

2

Lokasi dan Waktu

2

Alat dan Bahan

2

Jenis dan Metode Pengumpulan Data

2

Analisis Data


4

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Deskripsi Orangutan Kalimantan di PPS

5

Pengelolaan Kesejahteraan Orangutan Kalimantan di PPS

7

Tingkat Kesejahteraan Orangutan Kalimantan di PPS

16

Persepsi Pengunjung terhadap Kesejahteraan Orangutan Kalimantan


17

Aktivitas Harian Orangutan Kalimantan di PPS

19

SIMPULAN DAN SARAN

25

Simpulan

25

Saran

25

DAFTAR PUSTAKA

26

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Jenis dan metode pengambilan data
Klasifikasi dan jumlah pengunjung sebagai responden
Parameter kesejahteraan satwa
Klasifikasi penilaian kesejahteraan satwa
Umur orangutan kalimantan di PPS
Jenis, jumlah dan waktu pemberian pakan orangutan kalimantan di PPS
Jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh orangutan di kandang
enclosure di PPS
Jenis, gejala dan pengobatan terhadap orangutan yang sakit di PPS
Jenis, jumlah, ukuran, bahan pembuatan kandang dan perlengkapan
kandang orangutan kalimantan di PPS
Jenis pengkayaan kandang di PPS
Capaian implementasi kesejahteraan orangutan kalimantan di PPS
Persepsi pengunjung terhadap pengelolaan kesejahteraan orangutan
kalimantan di PPS

3
4
4
5
6
8
9
10
11
14
16
18

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Pakan orangutan kalimantan di PPS
Tempat minum orangutan di PPS
Kandang orangutan kalimantan di PPS
Kandang peraga sentral orangutan kalimantan di PPS
Kandang peraga enclosure orangutan kalimantan di PPS
Gua yang digunakan sebagai shelter di PPS
Pembersihan kandang orangutan di PPS
Pengkayaan kandang orangutan kalimantan di PPS
Latar Pendidikan dan pekerjaan pengunjung
Objek pengamatan aktivitas harian orangutan kalimantan
Persentase frekuensi aktivitas harian orangutan kalimantan

7
10
12
12
13
13
14
15
18
19
20

Grafik pola aktivitas individu anak orangutan di PPS
Grafik pola aktivitas individu remaja orangutan di PPS
Grafik pola aktivitas individu dewasa orangutan di PPS

20
21
22

Aktivitas istirahat orangutan
Aktivitas bermain orangutan
Aktivitas menelisik diri orangutan

23
24
25

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus) merupakan salah satu jenis
primata besar yang terdapat di Pulau Kalimantan dan merupakan salah satu jenis
satwa endemik Indonesia. Populasi orangutan dari tahun ke tahun terus
mengalami penurunan. Penurunan populasi ini antara lain disebabkan oleh
perburuan liar yang dilakukan terhadap orangutan yang dimanfaatkan sebagai
hewan peliharaan. Menurunnya populasi orangutan juga disebabkan oleh tekanan
dari penduduk di sekitar hutan dan konversi hutan menjadi lahan pertanian dan
perkebunan (Meijaard dan Rijksen 2001).
Orangutan kalimantan dilindungi oleh Pemerintah Indonesia melalui PP No
7 tahun 1999. Orangutan juga telah terdaftar dalam Appendix I CITES
(Convention on International Trade in Endangered Spesies of Wild Fauna and
Flora) (CITES 2013). International Union for the Conservation of Nature and
Natural Resource (IUCN) juga telah memasukkan orangutan kalimantan ke dalam
satwa dengan status endangered yaitu spesies yang mengalami kepunahan tinggi
di habitat alaminya di masa yang akan datang (IUCN 2013).
Langkah yang dapat diambil untuk menghindari kepunahan orangutan
kalimantan adalah dengan melakukan upaya konservasi. Upaya ini dapat
dilakukan di habitat alaminya (in situ) maupun di luar habitat alaminya (ex situ).
Kebun Binatang Ragunan atau disebut juga dengan Taman Margasatwa Ragunan
(TMR) merupakan salah satu lembaga konservasi yang melakukan upaya
konservasi satwa secara ex situ terhadap orangutan. Taman Margasatwa Ragunan
memiliki tempat khusus untuk menampung koleksi primatanya yang dikenal
dengan Pusat Primata Schmutzer, dan salah satu koleksinya adalah orangutan
kalimantan.
Prinsip yang harus dipenuhi oleh setiap lembaga konservasi yang
melakukan konservasi ex situ satwa adalah prinsip kesejahteraan satwa (animal
welfare). Prinsip kesejahteraan satwa merupakan indikator tentang gambaran
praktek pengelolaan yang dilakukan suatu lembaga konservasi. Dalam
pengelolaan satwa ex situ, aktivitas satwa juga perlu diperhatikan, karena dengan
mengetahui pola perilaku satwa khususnya di dalam kandang kita dapat
menentukan bagaimana pengelolaan yang tepat sesuai pola aktivitasnya.
Berdasarkan pemikiran tersebut penelitian mengenai pengelolaan kesejahteraan
dan aktivitas harian orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus) di Pusat Primata
Schmutzer, Taman Margasatwa Ragunan menjadi penting untuk dilakukan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengidentifikasi pengelolaan kesejahteraan orangutan kalimantan di Pusat
Primata Schmutzer.
2. Menilai tingkat kesejahteraan orangutan kalimantan di Pusat Primata
Schmutzer.

2
3. Mengkaji persepsi pengunjung mengenai kesejahteraan orangutan kalimantan
di Pusat Primata Schmutzer.
4. Mengkaji aktivitas harian orangutan kalimantan di Pusat Primata Schmutzer.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai data dasar untuk
menjadi pertimbangan dalam melakukan perbaikan dan pengembangan
pengelolaan orangutan kalimantan oleh pihak pengelola dalam memenuhi prinsip
pengelolaan kesejahteraan orangutan kalimantan di TMR.

METODE

Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Pusat Primata Schmutzer (PPS), Taman
Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan. Pusat Primata Schmutzer ini didirikan oleh
Nyonya Schmutzer seorang pencinta satwa dan Yayasan Gibbon Foundation.
Satwa yang terdapat di PPS berasal dari sitaan, pemberian sukarela dan dari hasil
reproduksi satwa di PPS. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan
September 2014.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah pH meter, kamera, termometer dry wet,
panduan wawancara, alat tulis menulis dan meteran. Adapun bahan yang
digunakan yaitu tallysheet. Objek penelitian yaitu orangutan kalimantan.
Jenis dan Metode Pengambilan Data
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan. Data
primer yang dikumpulkan meliputi pengelolaan kesejahteraan orangutan
kalimantan, persepsi pengunjung dan aktivitas hariannya di PPS. Data sekunder
merupakan data yang digunakan sebagai penunjang data primer, meliputi kondisi
umum dan fasilitas penunjang di lokasi pengamatan.
Metode pengambilan data pengelolaan kesejahteraan orangutan kalimantan,
persepsi pengunjung dan aktivitas hariannya dilakukan dengan tiga cara yaitu
pengamatan, pengukuran dan wawancara (Tabel 1). Pengamatan di lapangan
meliputi pengamatan pengelolaan kesejahteraan orangutan kalimantan dan
aktivitas hariannya. Pengamatan pengelolaan kesejahteraan orangutan kalimantan
meliputi lima aspek kesejahteraan satwa, pengamatan dilakukan pada pagi hari
sampai sore hari dimulai pukul 08.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB. Pengamatan
dilakukan dengan mengikuti langsung dengan mencatat serta mendokumentasikan
aspek-aspek pengelolaan orangutan kalimantan di Pusat Primata Schmutzer,
Taman Margasatwa Ragunan. Penilaian kesejahteraan orangutan kalimantan
dilakukan dengan merata-ratakan penilaian oleh peneliti dan pengelola.

3
Pengamatan aktivitas harian orangutan kalimantan di dalam kandang
dilakukan dengan metode focal animal sampling (Martin dan Bateson 1988).
Pengamatan dilakukan terhadap tiga individu yang terdiri dari anak, remaja dan
dewasa. Pengamatan dilakukan dari pukul 08.00-16.00 WIB dengan interval
waktu 10 menit selama 14 hari.
Pengukuran yang dilakukan yaitu pengukuran kondisi air minum dilakukan
dengan menggunakan pH meter. Pengukuran suhu dan kelembaban dilakukan
dengan menggunakan termometer dry wet pada ketinggian 1,5 meter di atas
permukaan tanah (Suyanti et al. 2008), dilakukan tiga kali yaitu pagi hari pukul
08.00 WIB, siang hari pukul 12.00WIB dan sore hari pukul 16.00 WIB selama
penelitian. Pengukuran dimensi kandang dengan mengukur panjang dan lebar
kandang. Pengukuran jumlah pakan dilakukan dengan cara menimbang pakan
yang diberikan kepada satwa.
Wawancara mendalam dilakukan kepada pengelola atau staff, dokter hewan,
animal keeper dan pengunjung secara terbuka dan tidak kaku dengan berpedoman
pada daftar pertanyaan.
Tabel 1 Jenis dan metode pengambilan data
No
Jenis Data
Metode Pengambilan Data
Pengamatan Pengukuran Wawancara
1
Pengelolaan kesejahteraan
orangutan kalimantan
A. Aspek bebas dari rasa lapar



dan haus
B. Aspek bebas dari rasa tidak



nyaman
C. Aspek bebas dari rasa sakit,


luka dan penyakit
D. Aspek bebas berperilaku alami



E. Aspek bebas dari rasa takut


dan menderita
2
Persepsi pengunjung

3
Aktivitas harian orangutan

kalimantan
Wawancara pengunjung dilakukan dengan pemilihan responden
menggunakan teknik Stratified Random Sampling. Stratified Random Sampling
merupakan pengelompokan populasi berdasarkan strata umur yang selanjutnya
sampel diambil secara acak (Rianse dan Abdi 2009). Pemilihan responden dalam
penelitian ini dikelompokkan berdasarkan strata umur yang mengacu kepada
Wibowo (1987) yaitu remaja, dewasa muda, dewasa dan tua (Tabel 2).
Wawancara terhadap pengunjung dilakukan untuk mengetahui persepsi
pengunjung terhadap tingkat kesejahteraan orangutan kalimantan yang ada di PPS
serta fasilitas dan pelayanan yang diberikan. Penilaian terhadap kesejahteraan
orangutan oleh pengunjung dilihat dari ketersediaan pakan di dalam kandang dan
luas kandang, sedangkan untuk fasilitas dan pelayanan dilihat dari sarana dan
prasarana yang ada di PPS serta pelayanan yang diberikan kepada pengunjung.

4
Tabel 2 Klasifikasi dan jumlah pengunjung sebagai responden
Klasifikasi
Umur (tahun)
Jumlah (orang)
Remaja
13-19
25
Dewasa muda
20-24
25
Dewasa
25-50
25
Tua
>50
25
Jumlah
100
Analisis Data
Analisis data pengelolaan kesejahteraan satwa
Data kesejahteraan satwa di PPS yang terkumpul diolah dengan
menggunakan metode penilaian yang mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal
PHKA No.6 Tahun 2011 tentang Pedoman Penilaian Lembaga Konservasi yaitu
dengan memberikan nilai pada setiap variabel. Nilai untuk setiap variabel adalah
1= buruk (tidak ada ketetapan pengelola), 2= kurang (ada ketetapan namun tidak
sesuai), 3= cukup (ada ketetapan, sesuai, namun tidak dijalankan), 4= baik (ada
ketetapan, sesuai, namun baru sebagian yang dijalankan) dan 5= memuaskan (ada
ketetapan, sesuai, sudah dijalankan). Penilaian dilakukan berdasarkan rataan dari
penilaian oleh peneliti dan pengelola, dengan lima penilaian kesejahteraan satwa
yang memiliki berbagai kriteria. Total nilai dari setiap parameter dimasukkan ke
dalam kolom skoring (Tabel 3).
Penentuan bobot komponen dilakukan berdasarkan tingkat kepentingannya,
dalam hal ini komponen bebas dari rasa lapar dan haus memiliki bobot yang
paling tinggi (bobot 30) karena pakan merupakan faktor pembatas bagi
kelangsungan hidup satwa karena menurut Thohari (1987) makanan merupakan
pemegang peranan penting dalam suatu usaha penangkaran atau konservasi exsitu.
Bobot untuk komponen bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit serta bebas dari
rasa tidak nyaman diberikan bobot yang sama (bobot 20) begitu pula untuk bobot
komponen bebas berperilaku alami dan bebas dari rasa takut dan menderita juga
diberi bobot yang sama (bobot 15), karena komponen-komponen tersebut
memiliki kesepadanan makna dengan kepentingan yang sama (Tabel 3).

No
1
2
3
4
5

Tabel 3 Parameter kesejahteraan satwa
Komponen
Bobot
Skoring
Bebas dari rasa lapar dan haus
Bebas dari rasa sakit, luka dan
penyakit
Bebas dari rasa tidak nyaman
Bebas berprilaku alami
Bebas dari rasa takut dan menderita
Total

30
20

1-5
1-5

Nilai
terbobot
30 – 150
20 – 100

20
15
15
100

1-5
1-5
1-5

20 – 100
15 – 75
15 – 75

Untuk menghitung nilai terbobot digunakan rumus:
Nilai terbobot = bobot x skoring

5
Nilai kesejahteraan satwa dihitung dengan menggunakan rumus:

Skor penilaian dimasukkan ke dalam klasifikasi penilaian kesejahteraan
satwa dengan empat kategori klasifikasi nilai kesejahteraan satwa yaitu kurang,
cukup, baik dan sangat baik sesuai Peraturan Direktur Jendral PHKA No.6 Tahun
2011 (Tabel 4).

No
1
2
3
4

Tabel 4 Klasifikasi penilaian kesejateraan satwa
Klasifikasi penilaian
Skor
Sangat baik
80,00-100
Baik
70,00-79,99
Cukup
60,00-69,99
Kurang
< 60

Analisis data persepsi pengunjung
Data hasil wawancara mengenai persepsi pengunjung mengenai
kesejahteraan orangutan kalimantan di PPS disajikan dalam bentuk persentase dan
dianalisis secara deskriptif.
Analisis data aktivitas harian
Data hasil pengamatan aktivitas harian di dalam kandang dianalisis secara
deskriptif. Untuk mempermudah interpretasi hasil data olahan disajikan dalam
bentuk gambar atau grafik. Perhitungan nilai persentase frekuensi perilaku
mengacu kepada Sudjana (1992) dengan menggunakan rumus:

HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Orangutan Kalimantan di Pusat Primata Schmutzer
Orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus) yang terdapat di Taman
Margasatwa Ragunan berjumlah 39 individu, terdiri dari 20 individu jantan, 18
individu betina dan 1 individu belum diketahui jenis kelaminnya. Khusus di Pusat
Primata Schmutzer, jumlah orangutan kalimantan yang dikoleksi berjumlah
sembilan individu, dengan rincian empat betina dewasa, dua betina remaja, dua
jantan anakan dan satu betina anakan.
Orangutan kalimantan di Pusat Primata Schmutzer (PPS) berasal dari hasil
sitaan dan hasil reproduksi di dalam kandang PPS dengan orangutan kalimantan
di luar PPS. Umur orangutan kalimantan di Pusat Primata Schmutzer, Taman
Margasatwa Ragunan berkisar antara 4 – 19 tahun (Tabel 5).

6

N
o
1

Nama

2

Voni

3

Billy

4

Mada

5

Pingki

6

Olief

7

Bejo

8

Ayu

9

Deo

Inah

Tabel 5 Umur orangutan kalimantan di PPS
Jenis
Kelas umur
Keterangan
Kelamin*
(Tahun)*
Betina
12 - 35
Diterima di PPS tanggal 26
dewasa
Juni 2000 pada saat umur 5
tahun saat ini berumur 19
tahun
Betina
12 - 35
Diterima di PPS tanggal 20
dewasa
Mei 2000 pada saat umur 5
tahun saat ini berumur 19
tahun
Betina
12 - 35
Diterima di PPS tanggal 3
dewasa
Maret 2001 saat umur 4 tahun
saat ini berumur 17 tahun
Betina
12 - 35
Diterima di PPS tanggal 12
dewasa
Mei 2005 pada saat umur 9
tahun saat ini berumur 19
tahun
Betina remaja
7 - 12
Diterima di PPS tanggal 19
Maret 2005 pada saat umur 1.5
tahun saat ini berumur 10.5
tahun
Betina remaja
7 - 12
Hasil reproduksi Billy dengan
Gombloh, lahir tahun 2007,
saat ini berumur 7 tahun
Jantan
4-7
Hasil reproduksi Mada dengan
anakan
Zidane, lahir tahun 2009 saat
ini berumur 5 tahun
Betina
4-7
Hasil reproduksi Voni dengan
anakan
Zidane, lahir tahun 2010 saat
ini berumur 4 tahun
Jantan
4-7
Hasil dari reproduksi Inah
anakan
dengan Zidane, lahir tahun
2010 saat ini berumur 4 tahun

*Sumber : Galdikas (1984)

Orangutan jantan dewasa yaitu Zidane dan Gombloh tidak ditempatkan di
kandang PPS namun ditempatkan di luar kandang PPS. Penggabungan orangutan
jantan dewasa dengan orangutan betina dilakukan di kandang PPS saat orangutan
betina di kandang PPS sudah siap kawin. Orangutan betina siap kawin pertama
berumur antara 12-15 tahun dan orangutan jantan siap kawin pertama berumur
antara 10-15 tahun (Maple 1980). Periode berpasangan orangutan terjadi pada
bulan Maret hingga Desember, sementara masa kehamilan orangutan yaitu 8-9
bulan dengan jarak kelahiran pertama dengan kelahiran berikutnya yaitu 7-8 tahun
(Galdikas 1984).

7
Pengelolaan Kesejahteraan Orangutan Kalimantan
Aspek bebas dari rasa lapar dan haus
Aspek bebas dari rasa lapar dan haus dipenuhi dengan mencukupi
kebutuhan pakan dan air. Pemenuhan aspek pakan dapat dilihat dari jenis dan
jumlah pakan yang diberikan. Jenis dan jumlah pakan yang diberikan tergantung
banyaknya pakan yang dikirim dari gudang pakan pusat. Jika pakan yang dikirim
dalam jumlah banyak maka pakan yang diberikan juga dalam jumlah yang
banyak, begitupun sebaliknya. Pakan orangutan kalimantan di PPS dikirim dari
gudang pakan pusat untuk kebutuhan makan dua hari, sehingga pakan yang
diberikan selalu dalam kondisi segar. Pakan yang diberikan dibedakan menjadi
dua kategori yaitu pakan utama dan pakan tambahan (Gambar 1).
a

b

Gambar 1 Pakan orangutan kalimantan di PPS a. Pakan utama b. Pakan
tambahan
Pemberian pakan orangutan dilakukan oleh perawat satwa (animal keeper)
dengan cara mencampur buah dan sayuran, untuk buah yang berukuran besar
seperti melon dan pepaya akan dipotong menjadi beberapa bagian dan untuk buah
kelapa langsung diberikan kepada orangutan, karena orangutan mampu membuka
buah kelapa dengan menggunakan gigi dan tangannya.
Jenis dan jumlah pakan yang diberikan yang terdapat pada tabel 6 untuk
memenuhi kebutuhan tiga individu orangutan kalimantan yaitu anak, remaja dan
dewasa. Berdasarkan asumsi untuk bahan kebutuhan pakan harian suatu jenis
satwa adalah 10% dari bobot badannya, maka kebutuhan pakan untuk anak
orangutan kalimantan dengan asumsi berat badan 10 kg adalah sebanyak 1 kg,
untuk individu remaja dengan asumsi berat badan 20 kg adalah 2 kg dan untuk
individu dewasa dengan asumsi berat badan 30 kg adalah 3 kg. Ini berarti bahwa
jumlah pakan yang diberikan oleh pengelola yaitu antara 6 kg sampai 8 kg per
hari dapat dipandang sudah memenuhi kebutuhan minimum pakan orangutan
kalimantan. Asumsi bobot badan orangutan kalimantan mengacu kepada Galdikas
(1984).
Jenis pakan utama yang diberikan kepada orangutan di PPS sudah sesuai
dengan pakan orangutan di alamnya yaitu dengan pemberian jenis buah-buahan
dalam jumlah yang lebih banyak. Menurut Sinaga (1992) jenis makanan yang
dimakan oleh orangutan di alam adalah buah-buahan, bunga, kulit kayu, daun
muda, rayap dan jamur. Pakan tambahan diberikan tergantung kepada jenis yang
tersedia. Pemberian pakan tambahan berupa roti tawar, telur rebus dan susu asam
dimaksudkan untuk meningkatkan dan menjaga daya tahan tubuh orangutan,
namun dalam praktek pemberiannya perlu diperhatikan lagi karena jenis pakan

8
tersebut kurang sesuai karena orangutan di alam tidak mengkonsumsi jenis pakan
tersebut.
Tabel 6 Jenis, jumlah dan waktu pemberian pakan orangutan kalimantan di PPS
N Kategori
Jenis Pakan
Nama Ilmiah
Jumlah
Waktu
o
Pakan
Pakan
Pemberian
1 Pakan
Ubi
Ipomoea batata
1000 gr
08.00 WIB
utama
dan 16.00
WIB
Jagung
Zea mays
1000 gr
Pepaya
Carica papaya
500 gr
Tomat
Solanum
500 gr
lycopersicum
Markisa
Passiflora edulis
250 gr
Semangka
Citrulus vulgaris
250 gr
Belimbing
Averhoa bilimbi
250 gr
Bengkuang
Pachyrrhizus erosusi 250 gr
Jambu biji
Eugenia malaccensis 250 gr
Ketimun
Cucumis sativus
250 gr
Pear
Pyrus communis
250 gr
Terong
Solanum
250 gr
molongenae
Melon
Cucumis melo
250 gr
Jeruk
Citrus sp.
250 gr
Sirsak
Annona muricata
200 gr
Nanas
Ananas comosus
200 gr
Apel
Pyrus malus
200 gr
Wortel
Daucus carota
200 gr
Brokoli
Brassica oleracea
100 gr
Kangkung
Ipomoea reptana
100 gr
Letuce
Lactuca sativa
100 gr
Kacang
Vigna sinensis
100 gr
panjang
Paprika
Capsicum annuum
100 gr
Pakcoy
Brassica rapa
100 gr
Pisang
Musa paradisiaca
1-2 sisir
2

Pakan
tambahan

Kacang tanah

Arachis hypogaea

250 gr

Kuaci
Anggur
Lengkeng
Kurma
Buah kelapa
Roti tawar
Madu
Susu asam
Telur rebus

Helianthus annus
Vitis vinera
Dimocarpus longan

250 gr
250 gr
250 gr
100 gr
1 buah
± 100 gr
± 100 ml
± 65 ml
1-2 butir

Cocos nucifera

13.00 WIB

ocarpus
an

os
fera
vinera

9
Orangutan kalimantan yang dilepaskan di kandang enclosure juga
memanfaatkan tumbuhan yang ada di dalam kandang enclosure (Tabel 7). Pakan
orangutan di alam diantaranya yaitu buah bandang (Borassodendron bomeensis),
mata pelanduk (Baccaurea stipulata), terap (Arthocarpus anisophyllus), kapul
(Baccaurea macrocapd), banitan (Polyalthia sumatrand), kempas (Kompassia
spp), Monocarpia euneura, Diospyros sp, orangutan juga memakan bunga lae
(Durio aaitifolius), umbut rotan, umbut Zingiberaceae serta kulit kayu (Kuncoro
et al. 2008). Gironniera nervosa (siluk), Xanthophyllum rufum (minyak berok),
Tetrameristra glabra (punak), Chaetocarpus castanocarpus (Galdikas 1984).
Orangutan di alam juga memakan simpur (Dilenia reticulata), rambutan, jambu,
nangka, manggis, petai, ficus dan durian. Ficus merupakan sumber pakan alami
orangutan yang sangat penting Zuraida (2004).
Tabel 7 Jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh orangutan di kandang enclosure
di PPS
No Nama tumbuhan
Nama ilmiah
Manfaat
1 Glodokan tiang
Polyathea longifolia Makanan dan kulit buah
dipakai untuk membuat
sarang
2 Merbau
Instia bijuga
Untuk membuat sarang
3 Ketapang
Terminalia catappa Buahnya dimakan
4 Angsana
Pterocarpus indicus Kulit kayu dipakai untuk
membuat sarang
5 Kelapa
Cocos nucifera
Buahnya dimakan
6 Lamtoro
Leucaena
Hampir semua dari bagian
leucocephala
pohon ini dimanfaatkan oleh
orangutan
7 Belimbing
Averhoa bilimbi
Buahnya dimakan
8 Srikaya
Annona squamosa
Buahnya dimakan
9 Ficus
Ficus spp
Buah
Dirjen PHKA (2011) menyebutkan bahwa syarat pakan bagi satwa
diantaranya adalah pakan harus bersih, segar, dan bebas dari kontaminasi, cocok
dan sesuai selera satwa, tidak menimbulkan gangguan metabolisme, pakan harus
dalam jumlah yang cukup, mutu baik, seimbang dan bervariasi.
Air juga menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi satwa, karena
digunakan untuk minum. Air yang diberikan atau disediakan di PPS adalah air
tanah dengan tempat minum yang sudah permanen (water nipple) di kandang
sentral dan kolam di kandang enclosure (Gambar 2). Hasil pengukuran kualitas air
minum diketahui air yang digunakan memiliki pH 6, berarti kualitas air yang
diminum cukup bagus, karena menurut Gambiro (2012) nilai pH air normal
adalah 6.00-8.00. Orangutan di alam minum air dari sungai, genangan rawa dan
lubang-lubang di dalam pohon (Galdikas 1984).

10
a

b

Gambar 2 Tempat minum orangutan kalimantan di PPS a. Water nipple b. Kolam
Aspek bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit
Hasil pengamatan diketahui tidak ada tanda-tanda orangutan kalimantan
yang sedang sakit. Pengecekan kesehatan dilakukan oleh perawat satwa setiap hari
sebelum orangutan dikeluarkan ke dalam kandang peraga. Pengecekan dilakukan
dengan melihat kotoran dan sisa makanan orangutan. Pemeriksaan kesehatan oleh
dokter hewan dilakukan berdasarkan laporan perawat satwa. FAWC (2009)
menyatakan bahwa bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit adalah pencegahan,
pengobatan dan perawatan cepat terhadap sakit, luka dan penyakit satwa. Hasil
wawancara dengan perawat satwa, diketahui bahwa penyakit yang pernah diderita
oleh orangutan kalimantan adalah diare, jamur dan infeksi saluran pernafasan
(batuk dan pilek). Berikut adalah jenis, gejala, dan pengobatan yang dilakukan
dalam mengobati penyakit tersebut (Tabel 8).
Tabel 8 Jenis, gejala dan pengobatan terhadap orangutan kalimantan yang sakit di
PPS
No
Jenis penyakit
Gejala
Pengobatan
1
Diare
Satwa tidak nafsu makan
Pemberian antibiotik dan
dan kotoranya berupa cairan obat anti diare yaitu
Mebendazole
2
Infeksi saluran
satwa selalu tidur, badan
Pemberian antibiotik dan
pernafasan
panas, nafsu makan
obat flu seperti yang
(batuk dan
berkurang, gerak lambat,
diberikan kepada
pilek)
keluar cairan dari hidung
manusia
dan batuk
3
Jamur
Adanya bintik-bintik putih
Pemberian obat anti
seperti koreng
jamur (Ceteme)
Sebagai tindakan pencegahan penyakit sekaligus untuk meningkatkan daya
tahan tubuh orangutan diberi vitamin dan obat. Vitamin yang diberikan yaitu B
complex, becombion, vitamin C dan scott’s emulsion yang diberikan satu bulan
sekali. Pemberian obat cacing untuk pencegahan dan pengobatan dilakukan tiga
bulan sekali. Menurut McArdle (1972) dalam Trisaputra (2009) pencegahan
penyakit dapat dilakukan melalui penanganan aspek pengandangan dan pemberian
makanan yang baik.
Fasilitas medis yang terdapat di lokasi penelitian adalah laboratorium
parasit, ambulance, laboratorium darah, rontgen, USG, ruang operasi, mesin
anastesi, dan gudang obat yang terjaga kebersihannya.

11
Aspek bebas dari rasa tidak nyaman
Aspek bebas dari rasa tidak nyaman dapat diketahui dengan melihat kondisi
suhu, kelembaban, bentuk shelter/cover, bahan pembuat kandang dan kebersihan
kandang. Aspek bebas dari rasa tidak nyaman yaitu dengan memperhatikan
lingkungan yang sesuai termasuk tempat tinggal dan tempat istirahat yang nyaman
bagi satwa (FAWC 2009). Kondisi suhu dan kelembaban kandang merupakan
salah satu aspek penting yang terkait rasa nyaman satwa. Hasil pengukuran suhu
dan kelembaban kandang diketahui suhu rata-rata kandang orangutan kalimantan
adalah 30.5 0C. Suhu kandang pada pagi hari adalah 27.9 0C, siang hari 32 0C dan
sore hari 31.8 0C. Kelembaban rata-rata kandang orangutan adalah 50%-70%.
Suhu dan kelembaban orangutan kalimantan di PPS juga berbeda dengan suhu
dan kelembaban orangutan kalimantan di alam. Menurut Rahman (2010) suhu di
alam berkisar antara 24 0C – 27 0C, dan kelembabannya berkisar antara 95%-86%.
Suhu dan kelembaban ini sangat berpengaruh terhadap aktivitas orangutan
di dalam kandang, karena pada saat suhu panas orangutan cenderung diam atau
tidak banyak melakukan aktivitas. Menurut Yani et al. (2007) faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi suhu di dalam kandang diantaranya adalah radiasi sinar
matahari yang masuk ke dalam kandang, produksi panas oleh tubuh satwa dan
kondisi konstruksi kandang.
Kandang orangutan kalimantan di PPS terdiri dari dua jenis kandang yaitu
kandang tidur dan kandang peraga. Kandang peraga terdiri dari dua jenis kandang
yaitu kandang sentral dan kandang enclosure (Tabel 9).
Tabel 9 Jenis, jumlah, ukuran, bahan pembuatan kandang
kandang orangutan kalimantan di PPS
Jenis
Jumlah
Ukuran
Bahan
kandang
kandang
kandang
pembuatan
kandang
Kandang
5
3.3 m x 2.8 m Besi, semen,
tidur
x2m
marmer
Kandang
peraga
a. Kandang
2
21.5 m x 5 m Kaca, besi,
sentral
tanah, kawat
ornamen
pembatas
kandang
b. Kandang
enclosure

2

1 ha

Kaca, besi,
ornamen
pembatas
kandang

dan perlengkapan
Perlengkapan
di dalam
kandang
-

Ban, tali,
pohon buatan
goa, water
nipple, electric
fence
Kolam minum,
vegetasi pohon,
tali, ban, bola,
pohon buatan,
electric fence

Kandang tidur orangutan kalimantan (Gambar 3) digunakan untuk tempat
tidur orangutan di malam hari. Kandang tidur terletak di dalam ruangan yang di
khususkan untuk kandang tidur. Kandang tidur berjumlah lima unit, masingmasing memiliki ukuran 3.3 x 2.8 x 2 meter. Kandang ini ditempati oleh 1-3

12
individu orangutan; kandang yang diisi oleh lebih dari satu individu adalah induk
dengan anaknya. Kandang tidur tidak memiliki perlengkapan di dalam kandang.
Kandang tidur yang satu dengan yang lainnya dan kandang tidur dengan kandang
enclosure dibatasi oleh pintu sorong.
b

a

Gambar 3 Kandang orangutan kalimantan di PPS a. Kandang tidur b. Sketsa
kandang tidur
Kandang peraga orangutan di PPS dibagi menjadi dua unit yaitu kandang
sentral dan kandang enclosure. Kandang sentral berfungsi untuk peragaan satwa
(Gambar 4) memiliki ukuran 21.5x5m. Kandang sentral biasanya ditempati oleh
2-3 individu orangutan. Kandang enclosure (Gambar 5) juga berfungsi untuk
peragaan orangutan tapi bedanya kandang enclosure didisain seperti habitat alami
orangutan di alam. Kandang enclosure memiliki luas 1 ha dan bisa ditempati lebih
dari 3 individu orangutan. Pelepasan orangutan di kandang sentral dengan
kandang enclosure dilakukan secara bergantian untuk mengurangi kebosanan
orangutan di dalam kandang sentral. Kedua kandang peraga ini berbentuk terbuka
sehingga sirkulasi udara dan sinar matahari cukup baik.
a

b

Gambar 4 Kandang peraga sentral orangutan kalimantan di PPS a. Kandang
sentral b. Sketsa kandang sentral
Kandang peraga orangutan kalimantan di PPS sudah memenuhi syarat
minimum kandang, sedangkan untuk kandang tidur belum semuanya memenuhi
syarat minimum kandang. Dirjen PHKA (2011) menyatakan bahwa syarat
kandang dalam pengelolaan dan perawatan satwa diantaranya luas kandang harus
cukup untuk satwa bergerak secara bebas, harus ada enhrichment, kontruksi
kandang harus kuat sehingga tidak membahayakan satwa, terdapat tempat untuk
berlindung satwa, ketersediaan udara yang segar dan ketersediaan kualitas air.
Luas kandang peraga dan kandang tidur yang terdapat di Pusat Primata
Schmutzer Ragunan sudah mencukupi kebutuhan satwa untuk bergerak. Menurut

13
Commission on Life Sciences National Research Council (1996) untuk kelompok
kera yang memiliki berat badan lebih dari 35 kg membutuhkan minimal luas
kandang 1.35 m2 untuk satu individu satwa.
a

b

Gambar 5 Kandang peraga enclosure orangutan kalimantan di PPS a. Kandang
enclosure b. Sketsa kandang enclosure
Kandang peraga juga dilengkapi dengan shelter. Untuk kandang sentral,
disediakan shelter berbentuk gua sedangkan untuk kandang enclosure shelter
yang digunakan oleh orangutan adalah vegetasi yang ada di dalam kandang.
Shelter berfungsi untuk tempat berlindung orangutan dari sinar matahari dan
cuaca yang buruk. Orangutan di alam memanfaatkan vegetasi yang ada untuk
tempat berlindungnya. Menurut Nowak (1999) orangutan di alam memanfaatkan
ranting yang berdaun lebat di atas kepala atau lehernya untuk menghindari dari
cuaca terik. Gambar shelter orangutan dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Gua yang digunakan sebagai shelter di PPS
Pembersihan kandang (Gambar 7) dilakukan setiap hari. Kandang tidur
dibersihkan pada pagi hari setelah orangutan dikeluarkan ke kandang peraga.
Kandang tidur dibersihkan dengan penyiraman air yang diberi desnfektan yakni
untuk membersihkan kandang dari sisa pakan dan kotoran. Kandang sentral
dibersihkan setiap sore hari setelah orangutan dimasukkan ke kandang tidur.
Pembersihan kandang sentral dilakukan dengan cara menyapu sisa pakan, dan
menyiram dengan air untuk menghilangkan debu tanah dan juga untuk menjaga
kelembaban di dalam kandang agar tidak terlalu kering. Adapun kandang
enclosure dibersihkan sebulan sekali dengan cara pemotongan rumput dan ranting
pohon, serta pembersihan kolam. Menurut Sajuthi (1984) pembersihan kandang
minimal dilakukan satu kali dalam sehari.
Setio dan Takandjandji (2007) mengatakan bahwa tindakan yang
dibutuhkan untuk menjaga kebersihan kandang adalah:

14
a. Mengeruk, menyikat dan menyapu kotoran yang melekat pada bagian-bagian
kandang untuk dibuang pada tempat pembuangan yang telah disiapkan.
b. Menyemprot atau menyiram dengan air pada bagian kandang yang telah
dibersihkan secara rutin.
c. Menyemprot kandang dengan desinfektan secara reguler satu bulan sekali.

Gambar 7 Pembersihan kandang orangutan di PPS
Aspek bebas berperilaku alami
Bebas berperilaku alami merupakan kebebasan satwa untuk berperilaku
seperti di habitat alaminya (Ecclestone 2009). Perilaku orangutan di habitat
alaminya dilihat dari orangutan yang termasuk satwa arboreal, aktivitas bergerak,
bermain dan membuat sarang. Untuk mendukung orangutan berperilaku seperti di
habitat alaminya maka di dalam kandang diperlukan sarana dan prasarana yang
sesuai, yang lazim disebut dengan pengkayaan kandang (enrichment). Jenis
pengkayaan kandang yang terdapat di PPS berupa tali, ban, vegetasi pohon bola
dan pohon artifisial (Tabel 10 ; Gambar 8).
Tabel 10 Jenis pengkayaan kandang orangutan di PPS
No
Jenis Kandang
Pengkayaan (enrichment)
1 Kandang tidur
2 Kandang sentral
Tali, ban, pohon artifisial
3 Kandang enclosure Tali, ban, pohon artifisial, vegetasi pohon, bola
Pengkayaan kandang orangutan di PPS sudah sesuai dengan kebutuhan
orangutan. Menurut COP (2013) pengkayaan kandang harus cukup kuat dan tahan
lama untuk digunakan sehari-hari oleh orangutan. Pemberian pengkayaan berupa
pohon artifisial dan vegetasi pohon sudah mendukung orangutan melakukan
perilaku alaminya sebagai satwa arboreal. MacKinnon (1974) menyatakan
orangutan merupakan satwa arboreal, yakni satwa yang segala aktivitasnya
dilakukan di atas pohon. Artinya pemberian enrichment yang memungkinkan
orangutan melakukan aktivitas arboreal menjadi syarat penting dengan memenuhi
prinsip kesejahteraan bebas berperilaku alami. Pemberian tali dan ban sebagai
salah satu enrichment dimaksudkan untuk mendukung kebiasaan bergerak dan
bermain orangutan.

15
a

b

Gambar 8 Pengkayaan kandang orangutan kalimantan di PPS : a. Pohon
artifisial b. Ban
Orangutan kalimantan di PPS juga diketahui mampu membuat sarang di
pohon yang terdapat di kandang enclosure. Berdasarkan wawancara dengan
perawat satwa orangutan kalimantan di PPS diketahui telah beberapa kali
melakukan aktivitas pembuatan sarang, dengan memanfaatkan vegetasi yang ada
di dalam kandang enclosure seperti cabang pohon yang kuat, ranting-ranting
pohon dan daun muda. Pembuatan sarang merupakan aktivitas alami yang
dilakukan oleh orangutan liar. Hasil wawancara dengan perawat satwa juga
diketahui bahwa pembuatan sarang oleh orangutan di PPS dilakukan pada siang
hari. Kuncoro (2004) menyatakan bahwa sebagian besar pembuatan sarang oleh
orangutan rehabilitan di hutan lindung Pegunungan Meratus tidak dilakukan pada
malam hari. Berbeda dengan penelitian Galdikas (1984) bahwa pembuatan sarang
baru selalu dilakukan pada malam hari.
Orangutan kalimantan di PPS menggunakan satu sarang lebih dari satu kali
dan mereka hanya memperbaiki sarang yang telah digunakan sebelumnya.
Aktivitas ini juga dilakukan oleh orangutan kalimantan di alam, karena menurut
Muin (2007) orangutan liar membangun sarang baru setiap hari, namun kadang
juga ditemukan orangutan liar menggunakan sarang lamanya dengan cara
merekontruksi sarang tersebut. Hal ini juga disampaikan oleh Kuncoro (2004)
bahwa sebagian orangutan membuat sarang baru bila akan beristirahat dan
sebagian lainnya memilih menggunakan sarang yang lama atau memperbaiki
sarang yang rusak atau kurang kokoh sebagai tempat istirahat.
Aspek bebas dari rasa takut dan menderita
Mencegah dari rasa takut dan menderita merupakan konsep akhir
kesejahteraan satwa. Hasil wawancara dengan perawat satwa diketahui bahwa
pengelolaan yang dilakukan pada aspek bebas dari rasa takut dan menderita antara
lain penanganan satwa yang baru datang dan penanganan satwa yang stress.
Penanganan satwa yang baru datang, diawali dengan pemeriksaan kondisi
kesehatan oleh dokter hewan sebelum di masukkan ke dalam kandang. Satwa
yang dinyatakan sehat akan dimasukkan ke dalam kandang bersama dengan
sejenisnya sedangkan satwa yang tidak sehat akan di masukkan ke dalam kandang
karantina.
Ciri-ciri orangutan yang takut berdasarkan hasil wawancara adalah
orangutan akan menghindar atau bersembunyi jika dirinya merasa terancam.
Untuk anak biasanya akan bersembunyi dibelakang induknya dan orangutan tidak
mau masuk ke dalam kandang. Rasa takut ini biasanya akan muncul saat melihat
orang baru dari jarak dekat. Perlakuan oleh perawat satwa adalah dengan

16
melakukan pendekatan dengan orangutan. Menurut Jones (1997) rasa takut
merupakan emosi dasar yang dapat dijumpai pada satwa sebagai respon dari
lingkungan fisik dan sosialnya. Selanjutnya dikatakan bahwa rasa takut pada
satwa dalam kondisi tertentu dapat membahayakan mental, pertumbuhan dan
reproduksi satwa itu sendiri.
Ciri-ciri orangutan yang mengalami stress dilihat dari rambutnya, karena
biasanya orangutan yang mengalami stress rambutnya akan berdiri, konsumsi
terhadap makanan berkurang dan orangutan akan memukul-mukul kandangnya.
Penanganan yang dilakukan yaitu dengan memisahkan kandang orangutan yang
stress dengan yang lainnya, juga orangutan tersebut tidak dikeluarkan ke kandang
peraga. Jones (1997) menyatakan bahwa pengelolaan dalam menghadapi satwa
stress dapat dilakukan dengan pengadaan area pakan, shelter yang sesuai dan
stimulus lainnya yang membuat satwa nyaman.
Kondisi orangutan di PPS saat penelitian tidak ada yang mengalami rasa
takut dan menderita. Orangutan di PPS juga telah mampu beradaptasi dengan baik
ditandai dengan kemampuan menghasilkan keturunan. Masyud (2002)
menyatakan bahwa suatu penangkaran dinilai berhasil jika dapat
mengembangbiakan satwa yang ditangkarkan. Hal ini dapat menjadi ciri bahwa
satwa tersebut telah dikelola dengan baik dan mampu beradaptasi baik dengan
lingkungannya.
Tingkat Kesejahteraan Orangutan Kalimantan di Pusat Primata Schmutzer
Peraturan Direktur Jendral Pelestarian Hutan dan Konservasi Alam
No.P.9/IV-SET/2011 pada pasal 1 menyebutkan bahwa kesejahteraan satwa
adalah keberlangsungan hidup satwa yang perlu diperhatikan oleh pengelola agar
satwa hidup sehat, cukup pakan, dapat mengekpresikan perilaku secara normal
serta tumbuh dan berkembangbiak dengan baik dalam lingkungan yang aman dan
nyaman.
Hasil pengamatan lapang dan wawancara yang dilakukan dengan pengelola
menunjukkan capaian implementasi kesejahteraan orangutan kalimantan di Pusat
Primata Schmutzer yang mengacu kepada lima prinsip kesejahteraan satwa
dengan skor penilaian sebesar 73.4 (Tabel 11)
Tabel 11 Capaian implementasi kesejahteraan orangutan kalimantan di PPS
No
Komponen
Bobot Skoring
Nilai
Terbobot
1 Bebas dari rasa lapar dan haus
30
3.4
102
2 Bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit
20
3.9
78
3 Bebas dari rasa tidak nyaman
20
3.6
72
4 Bebas berperilaku alami
15
3.9
59
5 Bebas dari rasa takut dan menderita
15
3.75
56
Total
367
Skor penilaian
73.4
Klasifikasi
Baik
Hasil dari capaian implementasi kesejahteraan orangutan kalimantan di
Pusat Primata Schmutzer, Taman Margasatwa Ragunan pada Tabel 11

17
menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan orangutan kalimantan di PPS termasuk
dalam klasifikasi baik (73.4). Secara umum, klasifikasi ini memiliki arti bahwa
kesejahteraan orangutan kalimantan di PPS diperhatikan oleh pengelola. Penilaian
terhadap orangutan sebelumnya telah dilakukan oleh COP (Centre for Orangutan
Protection) pada tahun 2009 terhadap lima kebun binatang terbesar di Indonesia
yang salah satunya adalah kebun binatang ragunan yang dilakukan dengan
menempatkan orangutan di kandang berjeruji dan kandang terbuka, dan hasilnya
menunjukkan bahwa orangutan di kandang terbuka kondisinya lebih baik dari
pada orangutan yang ditempatkan di kandang yang berjeruji (COP 2011).
Beradasarkan hasil analisis yang dilakukan terdapat beberapa yang perlu
ditambahkan maupun diperbaiki yang sebaiknya dilakukan dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan orangutan kalimantan di PPS.
Aspek bebas dari rasa haus dan lapar dalam praktik pengelolaannya sudah
baik hal ini ditandai dengan pemberian pakan yang sesuai dengan pakan
orangutan di alamnya yaitu buah-buahan dan sayuran. Menurut Napier dan Napier
(1985) pakan orangutan dapat berubah-ubah tergantung ketersediaan pakan di
alamnya, ketika musim buah orangutan akan mengosumsi buah 100% tetapi saat
tidak musim buah orangutan akan memakan dedaunan, kulit kayu dan serangga.
Praktik pengelolaan yang perlu di perbaiki pada aspek ini yaitu pendistribusian
pakan ke seluruh areal kandang agar orangutan terdorong untuk mencarinya
sendiri, selain itu ketersediaan tempat pakan diseluruh areal kandang juga perlu
untuk ditambahkan agar pakan yang diberikan tidak terkontaminasi.
Aspek bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit sudah baik yang ditandai
dengan adanya pemberian vitamin, pemeriksaan kondisi fisik dan kesehatan
orangutan oleh perawat satwa setiap hari. Praktik pengelolaan yang sudah baik
pada aspek bebas dari rasa tidak nyaman yaitu ketersediaan ventilasi yang cukup
dan kondisi kandang yang sudah sesuai dengan kebutuhan orangutan. Aspek
bebas berperilaku alami dalam praktik pengelolaannya sudah cukup baik, praktik
pengelolaan yang sudah baik yaitu kondisi kandang dan pengkayaan kandang
sudah sesuai dengan kebutuhan orangutan dalam melakukan aktivitasnya.
Praktik pengelolaan bebas dari rasa takut dan menderita sudah cukup baik,
praktik ini dapat dilihat dengan tidak adanya orangutan yang mengalami rasa takut
dan stress. Ecclestone (2009) menyatakan bahwa bebas dari rasa takut dan
menderita adalah jaminan kondisi dan perlakuan satwa yang baik untuk
menghindari satwa dari ancaman takut dan stress. Praktik pengelolaan yang perlu
ditambah pada aspek ini yaitu perlunya ketersediaan kandang khusus untuk
orangutan yang sedang bunting.
Persepsi Pengunjung terhadap Kesejahteraan Orangutan Kalimantan di
Pusat Primata Schmutzer
Karakteristik pengunjung
Pengunjung Pusat Primata Schmutzer Taman Margasatwa Ragunan paling
banyak berasal dari daerah di sekitar Jakarta yaitu 52%, sedangkan yang berasal
dari luar Jakarta sekitar 48%. Menurut Widyaningrum (2010) daerah tempat
tinggal atau domisili pengunjung dan aksesibilitas menuju lokasi wisata menjadi
faktor yang menentukan keramaian maupun frekuensi kunjungan wisata. Hal
tersebut juga dikatakan oleh Rahayu (2005) bahwa aksesibilitas yang dapat dilihat

18
dari kondisi jalan dan kemudahan mendapatkan transportasi umum akan
memberikan arti bagi pengunjung sehingga akan menumbuhkan keinginan untuk
berkunjung kembali. Jenis kelamin pengunjung yang paling banyak datang ke
Pusat Primata Schmutzer, Taman Margasatwa Ragunan adalah perempuan yaitu
sebanyak 57%.
Latar belakang pendidikan pengunjung yang datang ke Pusat Primata
Schmutzer paling banyak adalah sarjana yaitu sebanyak 52 % (Gambar 10a).
Persentase pekerjaan pengunjung paling banyak adalah karyawan kantor yaitu
sebanyak 40% (Gambar 10b).
SD

SMP

SMA
4%

D3

S1

S2

wiraswasta

pns

ibu rumah tangga karyawan

10%
11%

mahasiswa

pelajar

11%

17%
11%
13%

52%

20%
8%

40%

a

3%

b

Gambar 10 Latar pendidikan dan pekerjaan pengunjung a. Latar pendidikan
b. Pekerjaan
Persepsi pengunjung
Persepi pengunjung Pusat Primata Schmutzer terhadap kesejahteraan
orangutan kalimantan, fasilitas dan pelayan TMR dapat dilihat pada Tabel 12.
Persepsi adalah pengindraan terhadap kesan yang ditimbulkan dari lingkungan
(Effendy 1984).
Tabel 12 Persepsi pengunjung terhadap pengelolaan orangutan kalimantan di PPS
Persepsi
Kelas Umur (%)
Rata-rata
(%)
Remaja
Dewasa
Dewasa Tua
muda
Kondisi kesejahteraan
orangutan kalimantan
a. Sejahtera
32
56
48
68
51
b. Kurang sejahtera
68
44
52
32
49
Fasilitas dan pelayanan
a. Memuaskan
40
64
68
80
63
b. Kurang memuaskan
60
36
32
20
37
Hasil penilaian pengunjung terhadap kondisi kesejahteraan orangutan
kalimantan dilihat dari ukuran tubuh, makanan dan kondisi kandang menunjukkan
bahwa 51% pengunjung mengatakan bahwa orangutan kalimantan di PPS sudah
sejahtera dan 49% pengunjung mengatakan orangutan kalimantan masih kurang
sejahtera. Alasan pengunjung mengatakan orangutan kalimantan sudah sejahtera

19
karena orangutan kalimantan bertubuh gemuk, makanannya melimpah dan
sebagian kandang di PPS sudah seperti di alamnya.
Hasil rataan persentase dari pengunjung berdasarkan kelompok umur
terhadap penilaian fasilitas dan pelayanan TMR menunjukkan 63% pengunjung
mengatakan fasilitas dan pelayanan sudah memuaskan, tetapi ada beberapa hal
yang perlu diperbaiki seperti perbaikan papan interpretasi yang sudah ada.
Aktivitas Harian Orangutan Kalimantan di Pusat Primata Shmutzer
Individu orangutan kalimantan yang diamati yaitu anak, remaja dan
dewasa (Gambar 11). Individu anak yang diamati memiliki ciri-ciri seperti
ukuruan tubuh lebih kecil dari individu lainnya dan memiliki sedikit rambut
berdiri di atas kepala. Ciri-ciri individu remaja yang diamati yaitu memiliki
rambut yang banyak dibagian kepala dan bagian dada berwarna coklat terang.
Individu dewasa yang diamati memiliki ciri-ciri seperti bagian dada dan hampir
seluruh tubuh berwarna coklat kehitaman dengan sedikit rambut. Menurut
Galdikas (1984) ciri-ciri individu anak berdasarkan sifat morfologinya yaitu wajah
masih lebih putih dari pada individu yang lebih tua dan bercak-bercak putihnya
semakin hilang. Ciri-ciri individu remaja berdasarkan sifat morfologinya wajah
tetap putih dari pada individu yang lebih dewasa, ukuran tubuhnya lebih kecil dari
individu dewasa. Ciri-ciri individu betina dewasa secara morfologi yaitu wajah
sangat gelap, kadang-kadang berjanggut dan puting susu membesar.
a

b

c

Gambar 11 Objek pengamatan aktivitas harian orangutan kalimantan anak (a)
remaja (b) dan dewasa (c)
Hasil pengamatan aktivitas terhadap individu anak, remaja dan dewasa
orangutan kalimantan (Gambar 12) dapat dilihat bahwa aktivitas yang dominan
dilakukan oleh individu anak adalah bermain yaitu 35.84% dari seluruh total
aktivitasnya. Saczawa (2005) menyatakan bahwa semakin bertambahnya usia
anak orangutan maka anak orangutan lebih banyak bermain dan bergerak.
Aktivitas dominan yang dilakukan oleh individu remaja dan dewasa adala istirahat
yaitu 54.06% dan 49.71%. Aktivitas ini berbeda dengan orangutan liar yang lebih
banyak melakukan aktivitas makan. Santosa et al.(2011) menyatakan bahwa ratarata proporsi waktu untuk makan orangutan di hutan Mentoko Taman Nasional
Kutai, Kalimantan