Manajemen Panen dan Transportasi Kelapa Sawit di Sungai Bahaur Estate PT Windu Nabantindo Abadi, Kalimantan Tengah

MANAJEMEN PANEN DAN TRANSPORTASI KELAPA
SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE,
PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH

SYAHRINA RAHMA DHANI
A24100081

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Panen dan
Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, PT
Windu Nabatindo Abadi, Kalimantan Tengah adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2014
Syahrina Rahma Dhani
NIM A24100081

ABSTRAK
SYAHRINA RAHMA DHANI. Manajemen Panen dan Transportasi Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, PT Windu Nabatindo
Abadi, Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh ADE WACHJAR.
Tujuan kegiatan magang di PT Windu Nabatindo Abadi, Bumitama
Gunajaya Agro adalah untuk mempelajari kegiatan pengelolaan kebun kelapa
sawit.Magang dilaksanakan di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Windu
Nabatindo Abadi, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah dari bulan Maret-Juni
2014. Metode pelaksanaan magang terdiri atas aspek teknis dan manajerial dengan
aspek khusus pengamatan manajemen panen dan transportasi. Aspek teknis di
lapangan dilakukan pada saat menjadi karyawan harian lepas selama satu bulan,
aspek manajerial dilakukan saat menjadi pendamping mandor selama satu bulan
dan pendamping asisten selama dua bulan. Hasil pengamatan menunjukkan

kegiatan panen yang dilakukan kurang tepat sehingga menjadikan adanya losses
panen. Losses panen disebabkan oleh kriteria matang panen yang kurang tepat
oleh pemanen, kekurangan tenaga kerja, dan kapasitas pabrik yang kurang.
Pemahaman teknis pemanenan perlu sering disosialisasikan agar dapat menekan
losses yang terjadi pada kegiatan panen.
Kata kunci: kelapa sawit, manajemen panen, kriteria matang panen, losses.

ABSTRACT
SYAHRINA RAHMA DHANI. Harvesting and Transportation Management of
Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Sungai Bahaur Estate, PT Windu Nabatindo
Abadi, Kalimantan Tengah. Supervised by ADE WACHJAR.
The purpose in PT Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro of
the internship bas is learning about the management activity of oil palm
plantation. The internship was conducted at Division 3 of Sungai Bahaur Estate
(SBHE), PT Windu Nabatindo Abadi, Kotawaringin Timur, in Central Borneo
Province from March until June 2014. The method used in internship process
consists of technical and managerial aspects with observation of harvesting and
transportation as the specific aspect. Technical aspects in the field was conducted
at a time when the employee becomes a freelance daily for a month, managerial
aspects done today to become the escort foreman for one month and companion

assistant for two months. The observations indicate that harvest activities do less
precise so as to make the harvest losses. Crop losses caused by the ripe harvest
criteria, less precise by harvesters, shortage of labor, and factory capacity less.
The harvester technical knowledge needed to be socialized so that the yield losses
can be reduced.
Keywords: oil palm, harvesting management, harvesting mature criteria, losses.

MANAJEMEN PANEN DAN TRANSPORTASI KELAPA
SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE,
PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH

SYAHRINA RAHMA DHANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah atas segala karunia-Nya
sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam kegiatan
magang yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 sampai Juli 2014 ini ialah
Manajemen Panen dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di
Sungai Bahaur Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Kalimantan Tengah.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan di
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor. Penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan dan saran-saran sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik.
2. Bapak Dr Ir Supijatno, MSi dan Ibu Dr Ir Endah R Palupi, MSc selaku
dosen penguji yang telah memberikan arahan dan saran-saran sehingga
skripsi ini dapat disempurnakan.

3. Bapak Azwir selaku manajer Kebun Sungai Bahaur Estate beserta staf dan
karyawan yang telah membimbing dan memberikan fasilitas dalam
melaksanakan magang.
4. Seluruh Direksi BGA Group yang telah memberikan kesempatan untuk
melaksanakan magang pada salah satu kebun miliknya.
5. Ayah Abd. Fatah dan Ibu Endang Kosminingsih selaku orang tua yang telah
mendukung dan memberikan semangat selama kegiatan magang dan
pembuatan skripsi.
6. Hupudio Hutomo Widodo, M. Fahmi, Budi Sarjono, Adi Sukmo, Anggita P,
Agung S, Rendi S, Siti Aisyah, Nani Wijayanti dan teman-teman Agronomi
Hortikultura angkatan 47 yang membantu dan memberikan semangat dalam
pembuatan skripsi ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2014
Syahrina Rahma Dhani

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Magang
TINJAUAN PUSTAKA
Panen
Transportasi TBS
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Metode Pelaksanaan
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengamatan Panen
Analisis Data dan Informasi
KEADAAN UMUM
Letak Geografis dan Letak Wilayah Administratif
Keadaan Tanah dan Iklim
Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan
Keadaan Tanaman dan Produksi
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis
Aspek Manajerial
PEMBAHASAN
Persiapan panen
Pelaksanaan panen
Pengawasan panen
Transportasi Panen
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
vi
vi
1
1
2
2

2
5
5
5
5
6
6
7
7
8
8
8
9
9
10
10
29
31
31
34

35
37
38
38
38
38
39

DAFTAR TABEL
1. Jumlah tenaga kerja staf dan non staf di Sungai Bahaur Estate tahun
2014
2. Pedoman aplikasi herbisida untuk tanaman di atas 5 tahun di
Bumitama Gunajaya Agro
3. Rekomendasi pupuk di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate tahun 2014
4. Persentase kehadiran dan absensi tenaga kerja panen di Divisi 3
Sungai Bahaur Estate pada bulan Mei
5. Hasil taksasi produksi harian dan hasil aktual panen di Divisi 3 Sungai
Bahaur Estate
6. Rencana dan realisasi rotasi panen terhadap pencapaian produksi di
Divisi 3 Sungai Bahaur Estate pada bulan Maret hingga Mei 2014

7. Jumlah brondolan yang jatuh di piringan sebelum TBS dipanen
8. Hasil pengamatan kualitas hanca di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate
9. Hasil pengamatan kualitas panen mutu buah di TPH Divisi 3 Sungai
Bahaur Estate
10. Persen total capai basis pemanen di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate
11. Daftar pembagian seksi, basis tandan dan rupiah per tandan di Divisi
3 Sungai Bahaur Estate
12. Contoh perhitungan premi pemanen di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate
13. Lama waktu pengiriman buah dari Divisi 3 Sungai Bahaur Estate ke
PKS Selucing Agro Mill

10
13
16
21
21
22
23
25
25

26
27
28
29

DAFTAR GAMBAR
1. Benefit plant Turnera ulmifolia
2. Tanaman LCC: (a) menutupi pasar pikul, (b) menutupi piringan
3. Pemasangan bendera semprot di Divisi 3 SBHE
4. Penyimpanan untilan pupuk di gudang: (a) susunan untilan pupuk, (b)
papan administrasi untilan pupuk
5. Ukuran cepuk pupuk Dolomit di SBHE
6. Penimbunan pasar pikul di Divisi 3 SBHE
7. Perawatan jalan secara manual di Divisi 3 SBHE
8. Macam-macam buah kelapa sawit: (a) buah partenocarpi, (b) buah
hermafrodit

11
12
12
16
17
18
18
24

DAFTAR LAMPIRAN
1. Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas
2. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor
3. Jurnal harian sebagai pendamping asisten
4. Peta jenis tanah di Sungai Bahaur Estate
5. Keadaan data curah hujan bulanan di Sungai Bahaur Estate tahun
2006-2013
6. Luas areal konsesi dan tata guna lahan di Sungai Bahaur Estate
7. Peta tahun tanam kelapa sawit di Sungai Bahaur Estate
8. Keadaan produksi kelapa sawit di Sungai Bahaur Estate tahun 20092013
9. Strukur organisasi Sungai Bahaur Estate tahun 2014
RIWAYAT HIDUP

43
44
45
47
48
49
50
50
52
53

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Komoditas kelapa sawit memiliki kegunaan baik bagi industri pangan
maupun non pangan. Menurut Pardamean (2008) minyak yang berasal dari kelapa
sawit terdiri atas dua macam, yaitu minyak yang berasal dari daging buah
(mesokarp) yang disebut crude palm oil (CPO) dan minyak yang berasal dari inti
sawit yang disebut palm kernel oil (PKO). Minyak kelapa sawit untuk industri
pangan digunakan sebagai minyak goreng, margarin, dan makanan panggang,
sedangkan untuk industri non pangan digunakan sebagai bahan bakar nabati,
sabun, detergen, kosmetik, dan obat-obatan (Adi 2010). Minyak kelapa sawit
mempunyai daya saing yang cukup kompetitif dibandingkan minyak nabati
lainnya. Beberapa keunggulan kelapa sawit yaitu produktivitas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan minyak nabati lain dan merupakan tanaman tahunan yang
mudah beradaptasi dengan lingkungan dan perubahan agroklimat. Industri kelapa
sawit merupakan kontributor penting dalam produksi di Indonesia, serta
berpotensi menghasilkan perkembangan ekonomi dan sosial yang signifikan di
Indonesia. Permintaan dunia akan kelapa sawit diperkirakan akan semakin
meningkat, sehingga industri kelapa sawit menjadi sarana meraih nafkah dan
perkembangan ekonomi bagi sejumlah besar masyarakat miskin di pedesaan
Indonesia.
Minyak kelapa sawit merupakan produk pertanian terbesar di Indonesia.
Industri minyak kelapa sawit Indonesia mengalami pertumbuhan pesat dalam
beberapa tahun terakhir ini. Perluasaan lahan kelapa sawit terus meningkat dari
tahun ke tahun, pada tahun 2007 luas lahan kelapa sawit tercatat 6 766 836 ha,
kemudian tahun 2012 lahan meningkat menjadi 9 572 715 ha (Ditjenbun 2013).
Areal tanaman kelapa sawit seluas tersebut terbagi atas tiga bentuk pengusahaan,
yaitu 4 137 620 ha diusahakan perkebunan rakyat (PR), 683 227 ha diusahakan
perkebunan besar negara (PBN), dan 4 751 868 ha diusahakan perkebunan besar
swasta (PBS). Perluasan areal kelapa sawit terjadi karena permintaan dunia akan
minyak nabati semakin meningkat dan Indonesia mampu menghasilkan minyak
nabati melalui kelapa sawit dalam bentuk crude palm oil (CPO). Hasil minyak
kelapa sawit Indonesia terus mengalami peningkatan sehingga ekspor CPO juga
semakin meningkat. Pada tahun 2007 Indonesia mampu mengekspor CPO
sebanyak 5 701 286 ton dengan nilai US$ 3 738 652 000, kemudian tahun 2011
volume ekspor CPO Indonesia meningkat menjadi 10 428 085 ton dengan nilai
US$ 10 960 993 000 (Ditjenbun 2013).
Perkebunan kelapa sawit merupakan jenis usaha jangka panjang. Kelapa
sawit yang ditanam pada saat ini baru akan dipanen hasilnya 2‒3 tahun kemudian,
sehingga diperlukan investasi yang dapat menjamin hasil akhir yang maksimal.
Investasi yang dapat menghasilkan produksi kelapa sawit yang maksimal
ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu: faktor lingkungan, faktor genetik, dan
faktor teknik budidaya. Faktor lingkungan meliputi iklim dan kelas kesesuaian
lahan. Faktor genetik meliputi penggunaan bahan tanam/varietas kelapa sawit
yang unggul. Faktor teknik budidaya meliputi pembibitan, pembukaan lahan,
penanaman, perawatan tanaman, hingga pemanenan. Apabila teknik budidaya

2

sampai perawatan terpenuhi dengan baik, maka kemungkinan besar akan
menghasilkan produksi yang maksimal. Faktor akhir penentu keberhasilan
budidaya tanaman adalah pengelolaan pemanenan. Produksi maksimum tanpa
adanya pengelolaan pemanenan yang baik dan benar akan mengakibatkan
kehilangan hasil yang berarti.
Masalah yang sering terjadi di perkebunan kelapa sawit yaitu kehilangan
hasil pada saat proses pemanenan. Brondolan yang tidak dikutip dan gagang
tandan buah segar (TBS) lebih dari 1 cm dapat menyebabkan meningkatnya
kehilangan hasil (Lubis 1992). Pahan (2006) menyatakan bahwa sumber-sumber
kerugian produksi di lapangan sering terjadi dengan memotong buah mentah,
buah masak tidak dipanen, brondolan tidak dikutip, buah atau brondolan dicuri,
serta buah di tempat pengumpulan hasil (TPH) tidak terangkut ke pabrik kelapa
sawit (PKS). Produktivitas kelapa sawit yang tinggi dengan minyak yang
berkualitas dihasilkan dari manajemen panen yang baik, mulai dari persiapan
panen hingga transportasi tandan buah segar (TBS) ke pabrik. Berdasarkan uraian
di atas sangat penting mempelajari aspek manajemen panen dan transportasi
kelapa sawit yang baik untuk menekan kehilangan hasil dan memperoleh hasil
kelapa sawit yang berkualitas.
Tujuan Magang
1.
2.
3.

Adapun tujuan magang sebagai berikut:
Mempelajari proses produksi kelapa sawit mulai dari penanganan pra panen,
panen, dan pasca panen baik dari aspek teknis maupun aspek manajerial.
Meningkatkan keterampilan dalam melakukan proses kerja yang nyata di
lapangan serta menambah pengalaman dan wawasan pengetahuan di bidang
perkebunan kelapa sawit.
Mempelajari pengelolaan panen dan penanganan pasca panen secara
mendalam serta mempelajari permasalahan dan upaya mengatasinya.

TINJAUAN PUSTAKA
Panen
Tujuan akhir dari sistem budidaya adalah produksi. Suatu areal tanaman
sawit dapat disebut sebagai tanaman menghasilkan (TM) dan dapat dipanen
apabila 60% atau lebih dari populasi tandan buah segar (TBS) telah masak,
tanaman berumur kurang lebih 3 tahun, berat janjang mencapai 3 kg atau lebih,
dan penyebaran panen mencapai 1:5, yaitu minimal terdapat 1 tanaman dengan
tandan buah yang matang panen pada setiap 5 pohon (Pardamean 2011). Buah
kelapa sawit mencapai kematangan (siap untuk dipanen) sekitar umur 5‒6 bulan
setelah terjadi penyerbukan (Mangoensoekarjo dan Semangun 2005). Variasi
terhadap jangka waktu kematangan buah dapat terjadi karena pengaruh faktorfaktor iklim. Panen pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong

3

tandan buah masak, memungut berondolan, dan mengangkut TBS ke tempat
pengumpulan hasil (TPH) (Satyawibawa dan Widyastuti 1992).
Pekerjaan memotong buah merupakan pekerjaan utama dalam pemanenan,
karena langsung menjadi sumber pemasukan uang bagi perusahaan melalui
minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit. Pahan (2006) menyatakan bahwa cara
panen yang tepat akan memengaruhi kuantitas produksi (ekstraksi) dan waktu
yang tepat akan memengaruhi kualitas produksi (asam lemak bebas). Saat buah
mulai masak, kandungan minyak dalam daging buah (mesokarp) meningkat
mengakibatkan asam lemak bebas (ALB) dalam buah juga terus meningkat. Buah
dengan ALB yang tinggi menyebabkan minyak membeku pada suhu kamar
sehingga menyulitkan dalam proses transportasi minyak (Sastrosayono 2003).
Teknik pemanenan dapat memengaruhi cepat tidaknya pembentukan ALB
pada TBS yang sedang dipanen. Manajemen panen yang baik dapat menekan
terbentuknya ALB pada saat pemanenan, sehingga perusahaan dapat meraih
produksi semaksimal mungkin. Menurut Pahan (2006) manajemen panen kelapa
sawit dapat menerapkan syarat-syarat dan ketentuan agar tidak menimbulkan
losses yang berlebih yang terdiri atas beberapa aspek, yaitu sumberdaya manusia
(SDM) yang terampil, sarana panen yang memadai, sistem premi yang
menarik, dan organisasi panen yang baik.
Persiapan Panen
Panen TBS perlu dipersiapkan dengan baik. Persiapan panen perlu adanya
jalan, peralatan, dan bahan untuk panen (Naibaho 1998). Jalan merupakan faktor
penunjang dalam pengumpulan produksi mulai dari pohon sampai ke pabrik, jalan
yang diperlukan adalah jalan pikul (pasar pikul) dan jalan pengumpulan hasil
(jalan produksi). Peralatan dan bahan untuk pemotongan buah perlu disiapkan
sesuai dengan umur buah yang akan dipanen. Persiapan panen dapat meliputi
penetapan seksi panen, penetapan luas hanca kerja pemanen, dan penetapan luas
hanca kerja per kemandoran.
Kriteria Matang Panen
Kriteria matang panen adalah pedoman yang digunakan untuk menentukan
apakah buah dinyatakan matang, mentah, atau busuk (Naibaho 1998). Kriteria
matang panen yang didasarkan pada kandungan minyak dalam tandan semaksimal
mungkin dan kandungan asam lemak bebas yang rendah dapat mempermudah
pengolahan dan penyeragaman kualitas tandan. Kriteria umum untuk tandan buah
yang dapat dipanen yaitu apabila ada dua brondolan (buah yang lepas dari
tandannya) untuk tiap kilogram tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau satu
buah brondolan untuk tiap kg tandan yang beratnya lebih dari 10 kg jatuh ke
piringan (Setyamidjaja 2006).
Kerapatan Panen dan Taksasi Panen Harian
Kerapan panen adalah sejumlah angka yang menunjukkan tingkat pohon
matang panen di dalam satu areal (Fauzi et al. 2008). Tujuan penghitungan
kerapatan panen adalah untuk memperkirakan produksi harian. Penentuan
kerapatan panen dilakukan satu hari sebelum pelaksanaan panen di areal yang
akan dipanen. Penentuan kerapatan panen sangat penting dilakukan untuk

4

menentukan jumlah tenaga kerja dan kebutuhan sarana pengangkut hasil panen.
Taksasi panen adalah perhitungan terhadap kemungkinan tiap tanaman, yang
dipanen menghasilkan sejumlah tandan masak dari tiap rotasi. Taksasi panen
dapat dihitung dengan perkalian persentase AKP dengan pokok produktif pada
areal yang akan dipanen dan berat janjang rata-rata (BJR) blok tersebut.
Tenaga Kerja
Kebutuhan
tenaga
kerja
dalam
proses
pemanenan
harus
mempertimbangkan hasil taksasi harian, luas areal, topografi lahan, dan
kemampuan pekerja agar pekerjaan panen dapat berjalan dengan baik. Jumlah
tenaga kerja pemanen yang dibutuhkan dapat dihitung dengan hasil taksasi panen
harian, luas areal tanaman menghasilkan (TM) atau membandingkan potensi hasil
bagi kapasitas panen per orang per hari. Produktivitas tenaga kerja panen
dipengaruhi oleh hasil yang diterima dan lama masa kerja pemanen (Trismiaty et
al. 2008).
Persen Kehilangan Panen
Kehilangan hasil (losses) berpengaruh terhadap produksi. Brondolan tidak
dikutip, buah matang ditinggal di pohon, buah matang ditinggal di kebun, hasil
panen tercecer di jalan, janjang kosong terbawa ke pabrik, TBS tidak terangkut
dalam waktu yang telah ditentukan dan antrian TBS di pabrik termasuk
kehilangan hasil pada saat panen dan pasca panen.
Pelaksanaan Panen
Pelaksanaan panen pada kelapa sawit berdasarkan tinggi tanaman, ada tiga
cara panen yang umum dilakukan oleh perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Tanaman yang memiliki tinggi 2‒5 m digunakan cara panen membungkuk dengan
alat dodos, sedangkan tanaman yang tingginya 5‒10 m dipanen dengan cara
berdiri dan menggunakan alat kapak gancu. Cara egrek digunakan untuk tanaman
yang tingginya lebih dari 10 m dengan alat arit bergagang panjang (Fauzi et.al
2008). Standar pelaksanaan panen pada setiap perusahaan dapat berbeda karena
memiliki standar operasional prosedur (SOP) masing-masing.
Rotasi dan Sistem Panen
Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai
panen berikutnya pada tempat yang sama. Rotasi panen dianggap baik apabila
buah tidak lewat matang, yaitu menggunakan sistem 5/7, artinya dalam satu
minggu terdapat lima hari panen (misalnya Senin-Jumat), dan masing-masing
ancak panen diulang untuk dipanen tujuh hari berikutnya (Satyawibawa dan
Wisyatuti 1992). Fauzi et al. (2008) menyatakan bahwa dikenal dua sistem ancak
panen, yaitu sistem giring dan sistem tetap. Sistem giring yaitu apabila suatu
ancak telah selesai dipanen, pemanen pindah ke ancak berikutnya yang telah
ditunjuk oleh mandor, begitu seterusnya. Sistem tetap yaitu sistem yang baik
diterapkan pada areal perkebunan yang sempit, topografi yang curam, dan dengan
tahun tanam yang berbeda. Pada sistem ini pemanen diberi ancak dengan luas
tertentu tidak berpindah-pindah.

5

Basis dan Premi Panen
Basis panen adalah jumlah minimum TBS yang harus dipanen oleh
pemanen dalam satu hari ditentukan berdasarkan tinggi tanaman, topografi dan
BJR berdasarkan tahun tanamnya. Premi adalah upah yang diberikan kepada
pemanen yang melebihi basis. Tujuan pemberian premi adalah untuk memberikan
penghargaan kepada pekerja apabila hasil kerjanya di atas standar yang
ditentukan, mendorong kenaikan output (janjang HK-1), tetapi tidak dengan biaya
yang lebih tinggi dari biaya standar jam dinas, serta memupuk rasa tanggung
jawab pekerja terhadap tugasnya (Pahan 2006).

Transportasi TBS
Transportasi atau pengangkutan TBS dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu
pengangkutan TBS dari tanaman yang dipanen ke TPH yang menjadi tanggung
jawab pemanen dan pengangkutan TBS dari TPH ke PKS yang menjadi tanggung
jawab krani transport (Mangoensoekarjo dan Semangun 2005). Buah kelapa sawit
(TBS) yang dipotong hari ini harus segera diangkut ke pabrik dan diolah langsung
agar asam lemak bebas (ALB) tidak semakin tinggi. Pengolahan TBS harus sudah
dilaksanakan paling lambat 8 jam setelah panen agar terhindar dari terbentuknya
ALB (Setyamidjaja 2006). Faktor eksternal yang dapat meningkatkan kadar ALB
dalam minyak sawit antara lain pemanenan kelapa sawit yang tidak tepat waktu,
keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah, dan penumpukan
buah yang terlalu lama (Alfiah dan Susanto 2014). Keterlambatan pengangkutan
buah dapat mengakibatkan buah menjadi restan. Buah restan akan memengaruhi
proses pengolahan, kapasitas olah dan mutu produk akhir. Pemilihan alat angkut
yang tepat dan kontur jalan yang mendukung dapat membantu mengatasi masalah
kerusakan buah selama pengangkutan yang dapat menekan peningkatan ALB.
Transportasi di perkebunan kelapa sawit sangat penting sehingga diperlukan
perawatan dan cara perbaikan kendaraan.

METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Windu
Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Group Plantation, Desa Pundu,
Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan
Tengah, mulai bulan Maret hingga Juli 2014.

Metode Pelaksanaan
Kegiatan magang yang dilaksanakan meliputi seluruh kegiatan yang
menyangkut aspek teknis di lapangan dan aspek manajerial. Aspek teknis di
lapangan dilakukan pada saat menjadi karyawan harian lepas (KHL) selama satu

6

bulan. Aspek manajerial dilakukan pada saat menjadi pendamping mandor selama
satu bulan dan pendamping asisten selama dua bulan. Kegiatan teknis yang
dilakukan pada saat menjadi KHL meliputi semua tugas lapangan yang
diperintahkan sesuai dengan kebutuhan kebun yaitu mulai dari kegiatan perawatan
hingga produksi. Kegiatan perawatan yang dilakukan terdiri atas pengendalian
gulma secara manual dan kimia, pemupukan, dan perawatan jalan secara manual.
Kegiatan produksi yang dilakukan terdiri atas pemotongan TBS, pemungut
brondolan (helper) hanca dan TPH serta sensus buah hitam. Kegiatan yang
dilakukan pada saat menjadi pendamping mandor meliputi, membantu
menentukan jumlah karyawan yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan yang akan
dilakukan, melakukan apel pagi, membantu mengawasi karyawan harian,
membantu menghitung kebutuhan pupuk dan herbisida, serta membuat laporan
harian mandor. Kegiatan yang dilakukan pada saat menjadi pendamping asisten
tingkat divisi meliputi membantu penyusunan rencana kerja divisi, melaksanakan
rencana kerja yang telah disusun, mengawasi pelaksanaan pekerjaan yang telah
dijadwalkan, dan mengevaluasi pekerjaan yang telah dilaksanakan. Kegiatan
penulis saat menjadi KHL, pendamping mandor, dan pendamping asisten
tercantum pada jurnal harian (Lampiran 1, 2, dan 3).
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data
primer merupakan data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung di
lapangan, diskusi dan wawancara dengan staf kebun. Data primer meliputi data
kegiatan panen yaitu organisasi panen, kriteria matang panen, angka kerapatan
panen, tenaga kerja, kualitas panen, transportasi panen, penetapan sistem dan
rotasi panen, basis dan premi panen. Data sekunder diperoleh dari laporan
manajemen perusahaan (laporan tahunan, semesteran, dan bulanan) meliputi letak
geografis dan administratif kebun, keadaan tanah dan iklim, luas areal dan tata
guna lahan, kondisi tanaman dan produksi, struktur organisasi dan norma
ketenagakerjaan perusahaan.
Pengamatan Panen
Pengamatan yang dilakukan pada kegiatan magang di perkebunan kelapa
sawit meliputi:
Organisasi panen
Data mengenai organisasi panen diperoleh dari dokumen di kantor divisi
dan kebun serta melakukan wawancara dengan asisten divisi.
Kriteria matang panen
Pengamatan kriteria matang panen dilakukan dengan mengikuti pemanen
contoh untuk mengamati kesesuaian kriteria matang panen yang diterapkan oleh
pemanen dengan standar perusahaan. Pengamatan terhadap kriteria matang panen
dilakukan dengan menghitung jumlah brondolan di piringan sebelum TBS
diturunkan dan disesuaikan dengan standar perusahaan. Jumlah pemanen contoh
adalah 10 orang. Jumlah pokok yang diamati adalah 15 pokok setiap pemanen
dengan tiga kali ulangan.

7

Angka kerapatan panen (AKP)
Pengamatan kerapatan panen dilakukan dengan cara menyensus blok yang
akan dipanen esok hari. Kemudian dalam satu blok diambil 6 jalur pasar pikul
atau dengan mengambil sampel 10% dari populasi pokok setiap blok. Angka
kerapatan panen diperoleh dengan rumus berikut:
Kerapatan panen =
x 100%
Tenaga kerja
Pengamatan dilakukan dengan membandingkan kebutuhan tenaga kerja
yang dibutuhkan sesuai SOP perusahaan dengan fakta di lapangan.
Kualitas panen
Pengamatan kualitas panen terdiri atas pengamatan pada mutu buah dan
mutu hanca. Mutu buah yang dilakukan di TPH dengan mengamati jumlah buah
mentah, kurang matang, matang, lewat matang dan janjang kosong. Pengamatan
mutu buah dilakukan terhadap 8 pemanen dengan setiap pemanen empat TPH.
Pengamatan pada mutu hanca dilakukan di dalam hanca pemanen yang telah
selesai melakukan panen dengan mengamati jumlah buah terpanen, jumlah buah
tinggal, brondolan segar tertinggal, brondolan busuk tertinggal, persentase
kehilangan hasil (losses), dan persentase efisiensi panen. Pengamatan mutu hanca
dilakukan terhadap 8 pemanen dengan setiap pemanen 3 pasar pikul.
Transportasi panen
Pengamatan dilakukan dengan mengamati kapasitas alat pengangkut,
jumlah alat angkut yang diperlukan untuk setiap kali panen, dan waktu tempuh
TBS sampai ke pabrik.
Penetapan sistem dan rotasi panen
Data mengenai penetapan sistem dan rotasi panen diperoleh dari arsip kebun
dan wawancara langsung kepada asisten atau mandor kebun.
Basis dan premi panen
Data mengenai basis dan premi pemanen diperoleh melalui wawancara
dengan pekerja, mandor, atau asisten kebun serta data dari kebun.

Analisis Data dan Informasi
Hasil pengamatan berupa data primer dan data sekunder dengan berbagai
peubah dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif, uji-t student,
persentase (%), dan nilai rata-rata yang digunakan sebagai bahan perbandingan
dengan studi pustaka dan norma-norma baku tentang budidaya kelapa sawit.

KEADAAN UMUM
Bumitama Gunajaya Agro Grup (BGA) merupakan kelompok perusahaan
agribisnis yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan pabrik kelapa
sawit. PT Windu Nabatindo Abadi (WNA) merupakan salah satu perusahaan
BGA yang terletak di Wilayah 4 yang bertempat di Kecamatan Cempaga Hulu,
Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. PT WNA menaungi 3
manajemen kebun kelapa sawit, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai

8

Cempaga Estate (SCME), dan Bangun Koling Estate (BKLE). Bumitama
Gunajaya Agro Wilayah 4 dilengkapi dengan satu pabrik kelapa sawit yang
bernama Selucing Agro Mill (SAGM). Penulis tergabung dalam manajemen
SBHE Divisi 3.
Letak Geografis dan Letak Wilayah Administratif
Sungai Bahaur Estate (SBHE) PT Windu Nabatindo Abadi Bumitama
Gunajaya Agro terletak di Jalan Tjilik Riwut KM 42 Desa Pundu, Kecamatan
Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Secara
geografis SBHE terletak pada lintang 113.01°‒113.07° BT dan 1.80°‒1.86° LS.
Sungai Bahaur Estate sebelah utara dan barat berbatasan dengan Sungai Cempaga
Estate (SCME), sebelah timur berbatasan dengan PT Bisma Darma Kencana, dan
sebelah selatan berbatasan dengan Selucing Agro Estate (SAGE).
Keadaan Tanah dan Iklim
Lahan Sungai Bahaur Estate (SBHE) memiliki bentuk topografi datar
hingga bergelombang. Lahan datar dengan tingkat kemiringan 0‒8% dan lahan
bergelombang dengan tingkat kemiringan 8‒15%. Kondisi tanah secara umum
tergolong bertekstur pasir hingga lempung liat berpasir. Jenis tanah dominan di
kebun SBHE ada 3, yaitu tanah inceptisol 66.6%, tanah kaolin 20.5%, dan tanah
ultisol 12.9%. Peta jenis tanah kebun SBHE dapat dilihat pada Lampiran 4.
Keadaan iklim menurut Schmidth-Ferguson tergolong tipe iklim A (sangat
basah). Curah hujan rata-rata tahunan selama 8 tahun terakhir (2006‒2013) di
SBHE adalah 3 470.90 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan 137.25 hari/tahun
dan rata-rata bulan kering 0.88 serta rata-rata bulan basah 10.75. Data curah hujan
di kebun SBHE pada tahun 2006‒2013 dapat dilihat pada Lampiran 5.
Kelas lahan SBHE termasuk ke dalam lahan kelas S3 dengan faktor
pembatas utama tekstur tanah pasir berlempung. Peningkatan kesuburan tanah di
SBHE terus dilakukan agar pemanfaatan lahan pada kondisi S3 dapat optimal.
Peningkatan kesuburan tanah di SBHE dilakukan dengan penanaman legum cover
crop (LCC), penggunaan pupuk anorganik yang tepat dan efisien serta aplikasi
bahan organik dengan pemupukan janjangan kosong hasil dari limbah PKS.
Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan
PT Windu Nabatindo Abadi (WNA) memiliki areal hak guna usaha (HGU)
seluas 9 589 ha yang terbagi dalam 3 kebun, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE)
3 987.47 ha, Sungai Cempaga Estate (SCME) 3 097 ha dan Bangun Koling Estate
(BKLE) 2 505 ha. Areal SBHE terdiri atas areal diusahakan dan areal mungkin
bisa ditanam. Luas areal dan tata guna lahan SBHE dapat dilihat pada Lampiran 6.
Areal diusahakan terdiri atas areal yang ditanam dan areal prasarana. Areal tanam
dibagi menjadi 5 divisi dengan pembagian luas lahan per divisi sebagai berikut:
Divisi 1 dengan luas 696.16 ha terbagi menjadi 24 blok, Divisi 2 dengan luas
671.39 ha terbagi menjadi 31 blok, Divisi 3 dengan luas 632.86 ha terbagi
menjadi 24 blok, Divisi 4 dengan luas 1142.19 ha terbagi menjadi 32 blok, dan
Divisi 5 dengan luas 844.87 ha terbagi menjadi 30 blok.

9

Keadaan Tanaman dan Produksi
Kelapa sawit yang diusahakan di SBHE berasal dari varietas Marihat yang
dihasilkan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Jarak tanam yang
digunakan yaitu 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan keseluruhan populasi 526 489
tanaman sehingga rata-rata per hektar 136 pohon, tetapi data stand per ha (SPH)
menunjukkan data populasi yang beragam berkisar 120 hingga 150 per hektar. Hal
ini disebabkan oleh SHBE merupakan kebun take over dari PT Surya Barokah
yang kurang terawat. Keadaan kebun yang tidak terawat kemudian BGA
melakukan konsolidasi dan menambah tanaman sisipan pada pokok yang kerdil,
abnormal, tidak produktif dan mati.
Sungai Bahaur Estate terdiri atas kebun inti dan kebun plasma yang
keseluruhannya mengelola tanaman menghasilkan (TM). Kebun inti terletak di
Divisi 4 dan 5 seluas 2 069.1 ha dan kebun plasma terletak di Divisi 1, 2 dan 3
seluas 2 214.4 ha. Tanaman menghasilkan di SBHE memiliki tahun tanam yang
beragam pada setiap Divisi, terdapat 12 tahun tanam yaitu tahun 1998 sampai
dengan 2010 dengan setiap tahun ada penanaman. Peta tahun tanam SBHE dapat
dilihat pada Lampiran 7. Produksi TBS di SBHE 5 tahun terakhir (2009‒2013)
mengalami peningkatan setiap tahunnya, kecuali pada tahun 2013. Peningkatan
produksi disebabkan oleh peningkatan luas areal TM, perawatan yang intensif,
curah hujan yang cukup, dan pemupukan yang efektif. Penurunan produksi pada
tahun 2013 menurut Departemen Riset karena faktor cuaca dan iklim karena
hampir sebagian besar perusahaan sawit Indonesia mengalami penurunan
produksi pada tahun 2013. Produksi TBS SBHE selama 5 tahun dapat dilihat pada
Lampiran 8.
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Sungai Bahaur Estate dipimpin oleh seorang manajer. Manajer memiliki
tugas dan tanggung jawab penuh untuk mengelola seluruh areal kebun baik secara
operasional dan administrasi. Dalam pengelolaan kebun SBHE seorang manajer
dibantu langsung oleh 1 orang asisten kepala (askep), 5 orang asisten divisi, dan 1
orang kepala administrasi estate (kasie). Asisten kepala bertanggung jawab
langsung kepada manajer. Asisten Divisi berada di bawah asisten kepala yang
memiliki tugas dan tanggung jawab mengelola kebun tingkat divisi yang dibantu
oleh mandor dan krani. Mandor divisi terdiri atas mandor 1, mandor panen,
mandor pemupukan, mandor pengendalian gulma secara kimia, dan mandor
perawatan. Krani terdiri atas krani divisi, krani panen dan krani transport.
Kasie bertugas dalam administrasi kebun meliputi perencanaan biaya
kegiatan kebun dan mengatur keuangan kebun. Kasie dalam mengelola
administrasi kebun dibantu oleh accounting (akuntansi), kasir, personalia,
administrasi tanam, mandor gudang dan tim keamanan. Akuntansi bertanggung
jawab langsung kepada kasie. Personalia bertugas dalam bidang ketenagakerjaan
kebun. Administrasi tanam bertugas menginput hasil produksi harian dan realisasi
dari rencana kebun per divisi. Struktur organisasi SBHE dapat dilihat pada
Lampiran 9.
Tenaga kerja di BGA terdiri atas karyawan staf dan non staf. Tenaga kerja
staf di SBHE terdiri atas 8 orang yaitu orang 1 manajer, 1 orang askep, 1 orang

10

kasie, dan 5 orang asisten divisi. Karyawan non staf terdiri atas karyawan bulanan,
karyawan harian tetap (KHT), dan karyawan harian lepas (KHL). Jumlah tenaga
kerja SBHE sebanyak 636 per minggu ke 4 bulan Juni 2014. Jumlah karyawan
bulanan 53 orang, KHT berjumlah 396 orang dan KHL berjumlah 179 orang.
Rasio pekerja per ha di SBHE adalah 0.15 HK ha-1. Dalam kegiatan operasional
sehari-hari khususnya tenaga pemanen, dengan ITK 0.15 HK ha-1 kurang efisien.
Komposisi jumlah tenaga kerja SBHE dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah tenaga kerja staf dan non staf di Sungai Bahaur Estate
tahun 2014
No
1

Status karyawan
Staf
Non staf
2
Karyawan bulanan
3
Karyawan harian tetap (KHT)
4
Karyawan harian lepas (KHL)
Total tenaga kerja
Sumber: Data kebun SBHE (2014)

Jumlah (orang)
8
53
396
179
636

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Pengendalian Gulma
Gulma adalah tumbuhan yang dapat menimbulkan kerugian baik bagi
tanaman budidaya maupun manusia yang mengelola usahataninya. Pengendalian
gulma merupakan kegiatan pemberantasan tumbuhan liar atau pengganggu
tanaman utama. Tahapan pengendalian gulma di perkebunan dimulai dengan
identifikasi gulma, pemilihan cara pengendalian, dan implementasinya.
Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa terdapat semua jenis
golongan gulma di kebun SBHE, tetapi gulma yang paling dominan yaitu dari
golongan daun lebar. Gulma yang dominan di piringan yaitu Asystasia intrusa,
dan kentosan. Jenis gulma yang dominan pada areal gawangan mati yaitu
Asystasia intrusa, Mikania micrantha, Croton hirtus, Neprolepis biserata,
Melastoma malabathricum, Centotheca lappacea, dan Stenochlaena palustris
(pakis udang). Gulma golongan teki banyak ditemukan di parit-parit, seperti
Cyperus rotundus, Cyperus kilingia, dan Cyperus compressus.
Gulma dapat menjadi tanaman bermanfaat (benefit plant) bagi perkebunan
kelapa sawit. Benefit plant bermanfaat dalam menekan pertumbuhan gulma dan
tempat berkembangnya musuh alami bagi hama dan penyakit. Contoh tanaman
bermanfaat ini adalah Axonopus compressus, Vetiveria zizanioides, Nephrolepis
bisserata, Turnera ulmifolia. Benefit plant yang tumbuh di batang kelapa sawit
yaitu Neprolepis biserata dan Cyclosorus aridus. Benefit plant pada batang kelapa
sawit dipertahankan keberadaannya karena bermanfaat sebagai pengendalian
gulma secara biologis yaitu mengurangi tingkat serangan ulat api. Benefit plant
yang bermanfaat untuk pengendalian ulat api yang sengaja ditanam pada setiap

11

blok yaitu Turnera ulmifolia (Gambar 1). Gulma yang berada di gawangan mati
hanya dibabad dempes, kecuali gulma berkayu karena berfungsi untuk melindungi
tanah dari erosi. Pengendalian gulma di SBHE dilakukan pada areal piringan,
pasar pikul, gawangan mati, dan TPH. Kegiatan pengendalian gulma dilakukan
secara manual dan kimiawi. Konsep pengendalian gulma yang diterapkan
perusahaan adalah pengelolaan gulma terpadu dengan memberdayakan seluruh
komponen pengendalian, meliputi: kultur teknis dan tindakan preventif, biologis,
manual atau mekanis, dan kimiawi.

Gambar 1. Benefit plant Turnera ulmifolia
Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma secara manual
dilakukan pada areal piringan dan gawangan mati. Pengendalian gulma di
piringan meliputi garuk piringan, tarik goloran (kacangan yang melilit daun
kelapa sawit), dan dongkel anak kayu, sedangkan pengendalian gulma manual di
gawangan mati dilakukan dengan cara babat dempes dan dongkel anak kayu.
Pengendalian gulma secara manual lebih efektif dilakukan pada kondisi gulma
yang berat. Rotasi pengendalian gulma di piringan dan gawangan adalah 3 kali
dalam setahun.
Pengendalian gulma secara manual di SBHE dikoordinir oleh seorang
mandor perawatan. Prestasi kerja karyawan ditentukan pada kondisi gulma yang
akan dibabat. Standar prestasi kerja pengendalian gulma secara manual, untuk
babat gawangan mati dan tarik goloran yaitu 0.5 ha HK-1. Alat yang digunakan
untuk pengendalian gulma secara manual yaitu parang, cados dan arit. Prestasi
kerja karyawan adalah 1 ha HK-1 dan prestasi kerja penulis 0.5 ha HK-1 kegiatan
pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan baik.
Penanaman tanaman penutup tanah atau LCC merupakan salah satu cara
pengendalian gulma secara biologi. Tanaman penutup tanah yang digunakan di
Divisi 3 SBHE yaitu Mucuna bracteata (MB). Mucuna bracteata memiliki
kelebihan pertumbuhan yang cepat sehingga manfaatnya dapat dengan cepat
dimanfaatkan yaitu untuk menekan pertumbuhan gulma dan melindungi tanah dari
erosi. Mucuna bracteata dengan pertumbuhan yang cepat dapat beralih fungsi
menjadi gulma dominan di areal tertentu. Berdasarkan pengamatan penulis, MB
yang menjadi gulma dominan di Divisi 3 SBHE terdapat di Blok A11, B07, B08,
B09 dan D08. Blok-blok tersebut pengendalian gulma yang dilakukan kurang
efektif. Blok A11 terdapat MB yang menutupi pasar pikul dan piringan (Gambar
2) yang menyebabkan pemanen malas mengutip brondolan hingga bersih.

12

(a)
(b)
Gambar 2. Tanaman LCC: (a) menutupi pasar pikul, (b) menutupi piringan
Pengendalian gulma secara kimiawi. Pengendalian gulma secara kimiawi
dilakukan dengan menggunakan herbisida. Herbisida yang digunakan berupa
kontak dan sistemik. Herbisida kontak bekerja secara efektif dengan mematikan
jaringan tumbuhan yang hanya terkena larutan, sedangkan herbisida sistemik
bekerja secara efektif dengan ditranslokasi ke dalam jaringan tumbuhan sehingga
mematikan jaringan sasarannya, seperti daun, tunas, titik tumbuh sampai
perakarannya. Pengendalian gulma secara kimia dilakukan pada gulma yang
berada di piringan, pasar pikul, TPH, dan gawangan. Bahan aktif herbisida kontak
yang digunakan di SBHE yaitu metil metsulfuron dan paraquat, sedangkan bahan
aktif herbisida sistemik yaitu glifosat.
Metode pengendalian gulma secara kimiawi di BGA disebut BGA spraying
system (BSS). BGA spraying system terdiri atas 2 tim yaitu BSS Tim Unit
Semprot (TUS) dan BSS Divisi, tetapi yang tersedia pada Divisi 3 SBHE hanya
BSS Divisi. BGA spraying system adalah sistem penyemprotan yang dilakukan
dengan menggunakan sistem hanca giring dari blok ke blok, yang bertujuan untuk
meningkatkan prestasi kerja karyawan baik dari segi luas areal maupun dari
kualitas hasil semprot. Tim BSS Divisi melakukan penyemprotan herbisida
dengan menggunakan knapsack sprayer merk Solo dan micron herby. Prestasi
kerja tim BSS Divisi 3 SBHE adalah 2‒3 ha HK-1 untuk pengaplikasian dengan
knapsack sprayer dan 6 ha HK-1 untuk pengaplikasian dengan micron herby tetapi
dapat berubah tergantung dari kerapatan gulma. Aplikasi penyemprotan pada blok
dimulai dengan pemberian tanda dengan bendera bernomor oleh tim semprot.
Pemasangan bendera pada hanca yang sedang dilakukan aplikasi penyemprotan
dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Pemasangan bendera semprot di Divisi 3 SBHE

13

Divisi 3 SBHE memiliki tanaman kelapa sawit dengan umur di atas 5 tahun.
Pedoman aplikasi herbisida untuk tanaman dengan umur di atas 5 tahun tercantum
pada Tabel 2.
Tabel 2. Pedoman aplikasi herbisida untuk tanaman di atas 5 tahun di
Bumitama Gunajaya Agro
Sasaran semprot
Lokasi
Piringan
dan jalan
pikul

Gawangan

Bahan

Gulma
dominan

Nama
herbisida

Rumput+LCC
+Mikania

Glifosat +
Floroksipir

Rumput +
Anak kayu

Paraquat +
Metil
metsulfuron

Rumput

Dosis (cc
atau g ha-1
rot.)
250+62.5

Alat semprot

Kalibrasi vol.
Semprot
Vol.
KonsenLar.
trasi
(l-1 ha-1) (%)
5 s/d 10 2.50 +
0.625

Jenis alat

Nozzle

MHS

Kuning

375+18.75

Knapsack
sprayer

Polijet
biru

75 s/d
100

0.375 +
0.0187

Glifosat

250

Knapsack
sprayer

VLV
100

15 s/d
25

1.00

Daun lebar

Floroksipir

62.5

Knapsack
sprayer

VLV
100

15 s/d
25

0.25

Lalang

Glifosat

375

MHS

Kuning

5 s/d 10

3.75

Pakis+Krisan+
Anak kayu

Paraquat +
Metil
metsulfuron

375+18.75

Knapsack
sprayer

Polijet
biru

75 s/d
100

0.375 +
0.0187

Anak sawit
(kentosan)

Paraquat +
Metil
metsulfuron
Paraquat +
Metil
metsulfuron

375+25

Knapsack
sprayer

Polijet
biru

75 s/d
100

0.375 +
0.025

375+18.75

Knapsack
sprayer

Polijet
biru

150 s/d
200

0.2 +
0.015

Paraquat +
Metil
metsulfuron

375+25

Knapsack
sprayer

Polijet
biru

150 s/d
200

0.2 +
0.015

Pakis+Krisan+
Anak kayu
Anak Kayu

Sumber: SOP perusahaan Bumitama Gunajaya Agro
Penyemprotan piringan, pasar pikul, dan TPH adalah kegiatan pengendalian
gulma secara kimiawi yang dilakukan secara bersamaan. Knapsack sprayer
memiliki kapasitas 13 liter kap-1 serta dilengkapi dengan pengatur tekanan
sehingga tekanan dapat konstan. Nozzle yang digunakan untuk knapsack sprayer
adalah nozzle jenis VLV (Very Low Volume) seperti VLV 100 dan 200. Tim BSS
Divisi 3 SBHE menggunakan nozzle VLV 100. Alat pelindung diri (APD) wajib
digunakan pada saat melakukan kegiatan semprot. Alat pelindung diri semprot
diantaranya: apron, topi, kaca mata, sarung tangan, masker, dan sepatu boot. Tim
semprot Divisi 3 SBHE tidak menggunakan APD kaca mata dengan alasan
mengganggu saat aplikasi penyemprotan karena kaca mata mengeluarkan embun.
Pengisian kep dengan larutan herbisida dilakukan sendiri oleh pekerja semprot,
tidak ada petugas tersendiri untuk membuat larutan herbisida. Masalah yang
ditemukan penulis adalah air untuk pengisian knapsack diambil dari sungai yang
mengalir di sekitar blok yang disemprot. Hal ini dapat menyebabkan adanya
kontaminasi air sungai dengan larutan herbisida.

14

Leaf sampling unit (LSU)
Kegiatan Leaf sampling unit (LSU) merupakan kegiatan pengambilan
contoh daun untuk dianalisis di laboratorium yang digunakan untuk dasar
rekomendasi pemupukan. Kegiatan LSU merupakan program dari Departemen
Riset untuk penentuan dosis pupuk 1 tahun yang akan datang. Pengambilan
sampel daun LSU dilakukan dengan cara tim. Penentuan jumlah sampel tanaman
yang diambil adalah 10% dari total tanaman dalam setiap satu blok. Daun yang
dijadikan sampel diambil dari pelepah ke-17. Pelepah ke-17 memiliki penyerapan
unsur hara paling tinggi sehingga dapat menggambarkan status hara pada tanaman
tersebut dibandingkan dengan pelepah lainnya. Metode pengambilan LSU yaitu
dengan menurunkan pelepah ke-17 dengan egrek/dodos kemudian sampel daun
yang diambil adalah anak daun yang di tengah, masing-masing diambil 3 lembar
dari kiri dan kanan pelepah. Pengukuran panjang pelepah, panjang dan lebar
petiol, lingkar batang, tinggi tanaman, dan jumlah anak daun digunakan untuk
data pendukung analisis daun.
Pengambilan sampel daun dilakukan oleh 2 tim dalam 1 divisi. Setiap tim
terdiri atas 3 orang (1 laki-laki dan 2 perempuan) dengan tugas masing-masing 1
orang laki-laki bertugas memotong pelepah ke-17 dan bertugas memberi tanda
LSU di tanaman, 1 orang perempuan mengambil daun dari pelepah dan
memasukkan ke dalam plastik, dan 1 orang perempuan melakukan pengukuran
dan mencatat dalam form yang ditentukan. Alat yang digunakan adalah egrek,
dodos, parang, gunting penunasan, clip board, kantong plastik transparan, cat dan
kuas, label, dan alat tulis. Hasil pengambilan LSU harus segera diserahkan ke
kantor kebun, kemudian dikirim ke Departemen Riset pada hari yang sama.
Norma kerja untuk tim LSU per hari kerja adalah 1 blok tim-1. Beberapa ketentuan
pengambilan daun LSU oleh perusahaan yaitu:
1.
Pengambilan sampel LSU tidak boleh dilakukan pada saat hujan karena
unsur hara tidak seimbang yang disebabkan oleh pencucian air hujan.
2.
Tanaman sampel yang diambil adalah tanaman ke-3 dari CR apabila jumlah
tanaman tersisa 9 dari tanaman sampel sebelumnya.
3.
Tanaman sisipan tidak boleh dijadikan sebagai tanaman sampel, tanaman
sampel digeser sampai ditemukan tanaman bukan sisipan.
4.
Apabila pelepah ke-17 terserang hama penyakit tanaman (HPT), pelepah
diganti pelepah ke-9.
5.
Jumlah tanaman sampel yang diambil per blok adalah 10% dari luas areal
blok.
6.
Apabila tanaman terlalu tinggi (tidak dapat dicapai egrek), tanaman sampel
yang diambil adalah tanaman yang terletak sebelum tanaman tersebut.
7.
Penentuan pelepah 1 harus dilakukan dengan mengelilingi tanaman dan
dianjurkan agar tidak ragu-ragu dalam penentuan pelepah 1.
8.
Apabila tanaman dipisahkan oleh sungai (tidak mungkin dilalui), dilakukan
pergeseran tanaman ke samping.
9.
Pergeseran tanaman yang dilakukan adalah 10 tanaman setelah tanaman
sampel sebelumnya.

15

Pemupukan
Pemupukan adalah salah satu kegiatan penting dalam budidaya kelapa sawit
yang memiliki pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produksi. Prinsip utama
dari pemupukan yaitu setiap dosis dari jenis pupuk yang diterima oleh setiap
pokok tanaman harus sesuai dengan dosis yang telah ditentukan dalam buku
rekomendasi pemupukan. Rekomendasi pupuk diformulasikan berdasarkan
beberapa faktor seperti produksi TBS aktual, proyeksi produksi TBS, umur
tanaman, status nutrisi tanaman, analisis daun, observasi lapangan, sejarah
pemupukan, kesuburan tanah (soil sampling unit), data curah hujan dan hasil
percobaan (SOP perusahaan). Rekomendasi pupuk disusun oleh Departemen Riset
setiap tahunnya, berdasarkan masing-masing tanaman per blok per tahun tanam.
Skema dari kegiatan pemupukan diawali dengan rekomendasi pemupukan
kemudian dilakukan reservasi dan penyimpanan pupuk, penguntilan, pelangsiran,
pengeceran, dan penaburan pupuk.
Sistem pemupukan di BGA disebut BMS (BGA Manuring System) yaitu
sistem pemupukan yang dilakukan oleh kelompok kecil pemupuk (KKP) yang
terdiri atas 3 orang tenaga kerja, 1 orang tenaga pengecer dan 2 orang tenaga
penabur. Sistem pemupukan BMS dilakukan dari blok ke blok dengan sistem
hanca giring. Tujuan pemupukan BMS agar pekerjaan lebih terkonsentrasi dengan
sasaran mutu yang lebih baik, produktivitas yang lebih tinggi, dan pengawasan
yang lebih terjangkau. Kebun Sungai Bahaur memiliki tim BMS di 2 rayon yaitu
Rayon A dan Rayon B. Rayon A terdiri atas tim pemupuk dari Divisi 1 dan Divisi
3 dengan areal pemupukan meliputi Divisi 1, 2, dan 3 dengan gudang pupuk
berada di Divisi 1. Rayon B terdiri atas tim pemupuk Divisi 4 dan 5 dengan
tanggung jawab areal pemupukan Divisi 4 dan 5 dengan gudang pupuk berada di
Divisi 4. Kegiatan pemupukan Rayon A masih menggunakan sistem non BMS,
yaitu tidak ada tenaga khusus pengecer. Kegiatan pemupukan terdiri atas
penguntilan, pelangsiran, pengeceran, dan penaburan.
Jenis dan dosis pupuk. Pupuk yang diaplikasikan di perkebunan SBHE
terdiri atas pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik yang
diaplikasikan di SBHE yaitu janjangan kosong sedangkan pupuk anorganik yang
digunakan umumnya terdiri atas pupuk makro dan mikro. Aplikasi pemupukan di
SBHE umumnya bergantung pada pupuk yang tersedia, sehingga tidak semua
sesuai jadwal. Beberapa jenis pupuk dilakukan aplikasi 2 kali dalam 1 tahun, yaitu
tahap I bulan Januari-Juli dan tahap II bulan September-Desember. Jenis pupuk
yang diaplikasikan dua kali dalam satu tahun yaitu: pupuk Urea, muriate of potash
(MOP) dan high grade fertilizer borate (HGFB). Rekomendasi pemupukan
tanaman menghasilkan (TM) di Divisi 3 di SBHE tahun 2014 dapat dilihat pada
Tabel 3. Secara umum kaidah pemupukan meliputi 5 T yaitu tepat dosis, tepat
aplikasi, tepat waktu, tepat jenis, dan tepat cara sedangkan pemupukan di BGA
memiliki kaidah 6 T yaitu tepat dosis, tepat aplikasi, tepat waktu, tepat sasaran,
tepat administrasi, dan tepat aman.

16

Tabel 3. Rekomendasi pupuk di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate tahun 2014
Tahun
tanam
1998

Tahap

Urea
(kg/pokok)

RP
(kg/pokok)

MOP
(kg/pokok)

Kieserit
(kg/pokok)

I
1.25
2
1.5
1.25
II
1
1.5
2000
I
1.25
2
1.5
1.25
II
1
1.5
2002
I
1.25
2
1.5
1.25
II
1
1.5
2003
I
1.25
2
1.5
1.25
II
1
1.5
2008
I
1.25
2
1.5
1.25
II
1
1.5
Keterangan : Tahap I = Januari-Juli, Tahap II = September-Desember
Sumber
: Data kebun SBHE

HGFD
(kg/pokok)
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1

Penguntilan pupuk. Penguntilan pupuk adalah kegiatan pengemasan ulang
pupuk yang berada dalam karung ukuran 25‒50 kg ke karung untilan sesuai dosis
per jenis pupuk dengan setiap untilan pupuk untuk 8 pohon. Kegiatan penguntilan
dilakukan di gudang pupuk. Dalam penguntilan pupuk harus diperhatikan
beberapa hal yaitu: didahulukan penguntilan pupuk stok lama, pupuk yang
menggumpal dihancurkan dan dihaluskan, dan untilan pupuk disusun dalam
tumpukan yang rapi dan teratur menjadi 10 susunan, serta untilan dipisahkan
sesuai per blok aplikasi. Standar kerja penguntil adalah 2 000 kg HK-1.
Penyimpanan pupuk untilan sesuai blok yang akan diaplikasikan dapat dilihat
pada Gambar 4.

(a)
(b)
Gambar 4. Penyimpanan untilan pupuk di gudang