Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Hatantiring Estate PT Teguh Sempurna Kalimantan Tengah

MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DI HATANTIRING ESTATE
PT. TEGUH SEMPURNA KALIMANTAN TENGAH

ANTONIO C SITUMORANG

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Panen
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.) di Hatantiring Estate PT Teguh Sempurna,
Kalimantan Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Antonio C Situmorang
NIM A24100060

iv

ABSTRAK
ANTONIO C SITUMORANG. Manjemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) di Hatantiring Estate PT Teguh Sempurna, Kalimantan Tengah. Dibimbing
oleh SOFYAN ZAMAN dan AHMAD JUNAEDI.
Kegiatan magang memberikan ilmu dan keterampilan dalam budidaya
kelapa sawit baik secara teknis maupun manajerial. Kegiatan magang
dilaksanakan mulai bulan Februari hingga Juni 2014 di Hatantiring Estate PT
Teguh Sempurna, Kalimantan Tengah. Aspek pemanenan mencakup rotasi panen,

taksasi produksi, sistem panen, pengawasan terhadap kehilangan hasil (losses),
dan produktivitas. Pengamatan diuji dengan analisis uji t student dan analisis uji
LSD. Berdasarkan analisis uji t diketahui bahwa rotasi panen terlambat akan
menambah persentase brondolan sehingga peluang kehilangan hasil juga akan
meningkat. Berdasarkan uji LSD pada pemeriksaan losses pertama dan kedua
menunjukkan hasil yang nyata begitu juga pada pemeriksaan kedua dan ketiga.
Hal ini menunjukkan bahwa arahan dan pengawasan mampu meningkatkan
kesadaran karyawan panen dalam menekan losses. Peningkatan produksi juga
dapat dicapai dengan melakukan sistem panen yang lebih efektif dan efisien.
Sistem panen DOL C1R2 (pemanen pembrondol, dan pendorong) dinilai lebih
efektif dan efisien dari pada sistem panen DOL C1R1 (pemanen dan pembrondol)
karena output pemanen mengalami peningkatan. Hal ini berpengaruh terhadap
bertambahnya pendapatan karyawan dan pengurangan jumlah karyawan.
Kata kunci : kelapa sawit, manajemen panen
ABSTRACK
ANTONIO C SITUMORANG. Harvesting Management of Oil Palm (Elaeis
guineensis Jacq.) in Hatantiring Estate PT Teguh Sempurna, Central Kalimantan.
Supervised by SOFYAN ZAMAN and AHMAD JUNAEDI.
Internship program provides knowledge and skills in aspects of cultivating
of oil palm, both technical and managerial. This internship activities were started

from February 2014 to June 2014 in Hatantiring estate PT. Teguh Sempurna,
Central Kalimantan. Harvesting aspects include harvest rotation, estimating
production, harvesting systems, supervision of yield losses, and productivity.
Observations were tested with statistical data analysis such as t-student test and
analysis LSD. Based on t-student test, the delay of harvest rotation will increase
the percentage of LF so that the opportunities of losses will also in crase. Result of
LSD test on the first and second test showed significant results as well as the
second and third test.This shows that the briefing and supervision are able to raise
awareness of the employees to pressing harvest losses. Increased production can
also be achieved by harvesting system that is more effective and efficient. DOL
C1R2 (cutter, picker and frondstecker) harvesting system more effective and
efficient than the DOL C1R1 (cutter and picker) harvesting system because the
output of harvester had increased. This contributes to the increased revenue and a
reduction in number of employee.
Keywords: harvest management, oil palm

MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DI HATANTIRING ESTATE
PT. TEGUH SEMPURNA KALIMANTAN TENGAH


ANTONIO C SITUMORANG

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

vi

Judul Skripsi : Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di
Hatantiring Estate PT Teguh Sempurna Kalimantan Tengah
Nama
: Antonio C Situmorang

NIM
: A24100060

Disetujui oleh

Ir Sofyan Zaman, MP
Pembimbing I

Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, M.Sc. Agr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

viii


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Hatantiring
Estate PT Teguh Sempurna, Kalimantan Tengah.
Penulis telah melakukan kegiatan magang sebagai salah satu pilihan tugas
akhir dalam menyelesaikan program studi Agronomi dan Hortikultura. Kegiatan
magang ini bertujuan untuk mempelajari manajemen panen dan pengelolaan
perkebunan kelapa sawit.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir Sofyan Zaman, MP dan Dr Ir
Ahmad Junaedi, MSi sebagai pembimbing, dan Dr Ir Supijatno, Msi atas masukan
dalam perbaikan skripsi saya. Terima kasih kepada Hatantiring Estate PT Teguh
Sempurna Kalimantan Tengah MINAMAS Plantation terkhusus Bapak Haryo
Bachtiar selaku Manajer Kebun, Bapak Dhimas Sektiaji selaku Asisten Divisi III,
Bapak Thomas Toralolo selaku Asisten Divisi I, Bapak Zulfikar Umri selaku
Senior Asisten sekaligus Asisten Divisi II, dan semua karyawan Hatantiring
Estate atas bantuannya dalam pengambilan data. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Bapak, Ibu, seluruh keluarga dan teman-teman AGH 47 yang
telah memberikan dukungan dan masukannya untuk penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dalam

penyusunannya, namun penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat dan
diterima.

Bogor, Agustus 2014

Antonio C Situmorang

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Magang

2

METODE

2

Tempat dan Waktu

2


Metode Pelaksanaan

2

Analisis Data Informasi

3

KEADAAN UMUM

4

Letak Geografis Kebun

4

Keadaan Iklim dan Tanah

4


Areal Konsensi dan Tata Guna Lahan

5

Keadaan Tanaman dan Produksi

5

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

5

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis

6
6

Aspek Manajerial


19

HASIL dan PEMBAHASAN

21

Manajemen Panen

21

Rotasi Panen

22

Taksasi Produksi

24

Kehilangan Hasil

25

Sistem Panen C1R1 dan C1R2

26

Produktivitas

28

SIMPULAN dan SARAN

29

Simpulan

29

Saran

30

DAFTAR PUSTAKA

30

LAMPIRAN

31

vii

x

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Jenis tanah Hatantiring Estate
Jumlah tenaga kerja Hatantiring Estate
SOP penunasan kelapa sawit di Hatantiring Estate
Kriteria matang tandan buah segar di Hatantiring Estate
Luas seksi panen Hatantiring Estate
Pengamatan rotasi panen 10 hari dan rotasi panen 20 hari
Jadwal pemeriksaan hancak oleh staff dan supervisi
Pengamatan bobot brondolan pada rotasi panen 10 hari
Pengamatan bobot brondolan pada rotasi panen 20 hari
Perbandingan bobot brondolan pada dua rotasi panen
Produksi berdasarkan taksasi dan realisasi
Pengaruh persentase pokok sampel terhadap persentase selisih produksi
Hasil uji normalitas kehilangan hasil (losses)
Uji beda ANOVA kehilangan hasil
Uji lanjut LSD kehilangan hasil (losses)
Deskripsi rata-rata statistik pada uji LSD
Perbandingan output dan ha cover pemanen pada sistem panen berbeda
Produksi pada tahun tanam 2007 dan 1998

4
6
11
14
15
16
18
23
23
24
24
25
25
26
26
26
27
28

DAFTAR GAMBAR
1 Alat perlengkapan diri (APD) tim BSS
2 Pengendalian secara kimia atau chemist
3 Alat perlengkapan diri (APD) tim BMS
4 Penaburan pupuk di pinggir pelepah
5 Metode penaburan pupuk kelapa sawit
6 Penunasan kelapa sawit
7 Kegiatan panen
8 Alat panen

7
8
8
9
9
12
17
19

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Produksi 5 tahun terakhir kebun atantiring Estate
Basis dan premi lebih borong
Jurnal harian sebagai karyawan
Jurnal harian sebagai supervisi (mandor)
Jurnal harian sebagai pendamping asisten
Data curah hujan 5 tahun terakhir kebun Hatantiring Estate
Pembagian luas areal tanam kebun Hatantiring Estate
Struktur organisasi kebun Hatantiring Estate
Peta areal statement Hatantiring Estate

31
32
33
34
35
37
38
39
40

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan tanaman tahunan penghasil minyak nabati yang
terdiri dari tiga varietas, yaitu varietas Dura (D), Psifera (P) dan Tenera (T).
Varietas Dura memiliki inti besar dan bijinya tidak dikelilingi sabut dengan
ekstraksi minyak sekitar 17-18% sedangkan Psifera tidak memiliki cangkang
dengan inti kecil dan varietas Tenera adalah hasil persilangan antara Dura dan
Psifera, memiliki cangkang tipis dengan cincin serat dikeliling biji serta ekstraksi
minyak sekitar 22-25%, sehingga varietas Tenera ini sangat baik jika
dibudidayakan untuk komersial (Pahan 2006).
Hasil olahan kelapa sawit berupa minyak sawit mentah (CPO atau Crude
Palm Oil) dan minyak inti sawit (PKO atau Palm Kernel Oil). Kelapa sawit di
Indonesia terus berkembang dari tahun ke tahun. Berdasarkan data dari Direktorat
Jenderal Perkebunan (2013) dapat dilihat bahwa pada tahun 2012 luas areal kebun
kelapa sawit adalah 9.10 juta ha dengan produksi 23.5 juta ton dan mengalami
peningkatan pada tahun 2013 hingga 9.15 juta ha dengan produksi 24.4 juta ton.
Peningkatan luas areal dan produksi kelapa sawit ini menunjukkan bahwa kelapa
sawit merupakan tanaman komoditas perkebunan yang cukup penting di Indonesia
dan masih memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Ditambah lagi
dengan permintaan terhadap hasil olahan kelapa sawit baik di dalam maupun di
luar negeri dari tahun ke tahun terus meningkat. Hal ini merupakan peluang besar
bagi Indonesia sebagai negara tropis dengan lahan yang masih relatif luas untuk
memenuhi permintaan hasil olahan kelapa sawit tersebut. Peningkatan
produktivitas kelapa sawit adalah cara yang tepat dilakukan untuk memenuhi
permintaan hasil olahan kelapa sawit. Peningkatan produktivitas tersebut dapat
dicapai dengan melakukan manajemen pemanenan yang baik.
Panen merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah dengan
kematangan yang sesuai. Setelah proses pemotongan tandan buah yang matang,
hasil panen tersebut diantarkan ke pabrik sebanyak-banyaknya dengan cara dan
waktu yang tepat (pusingan potong buah dan transport). Cara yang tepat akan
mempengaruhi kuantitas produksi (ekstraksi) dan waktu yang tepat akan
mempengaruhi kualitas produksi (asam lemak bebas atau ALB) (Pahan 2006).
Keberhasilan pemanenan akan menunjang pencapaian produktivitas
tanaman, sebaliknya kegagalan akan menghambat pencapaian produktivitas
tanaman kelapa sawit. Pemeliharaan yang sudah baku dan potensi tinggi tidak
akan ada artinya jika pemanenan tidak optimal (Pusat Penelitian Kelapa Sawit
2007).
Manajemen panen dilaksanakan seoptimal mungkin dengan melakukan
tindakan sebagai berikut : (a) pelaksanaan ketentuan panen seperti sistem panen,
rotasi panen, kriteria matang panen dan persentase brondolan, (b) pelaksanaan
angkutan panen sesegera mungkin ke pabrik dan (c) pelaksanaan pengolahan
secepat mungkin (Astra Agro Niaga 1996).

2
Tujuan Magang
Tujuan umum dari kegiatan magang adalah untuk memperoleh pengalaman
dan keterampilan kerja dalam pengelolaan kebun kelapa sawit baik teknis maupun
manajerial dan juga meningkatkan pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa
sawit. Selain tujuan umum kegiatan magang ini juga mempunyai tujuan khusus
yaitu mempelajari dan memahami manajemen panen tanaman kelapa sawit.

METODE
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan di Hatantiring Estate PT Teguh Sempurna,
Kecamatan Batu Ampar Kalimantan Tengah, yang dilakukan selama empat bulan
dimulai dari bulan Februari 2014 hingga Mei 2014.

Metode Pelaksanaan
Kegiatan magang dilaksanakan di Hatantiring Estate PT Teguh Sempurna
Kalimantan Tengah, yang dilakukan selama empat bulan dimulai dari bulan
Februari 2014 hingga Mei 2014. Kegiatan magang meliputi kegiatan teknis di
lapangan dan kegiatan manajerial. Pada bulan pertama dan kedua dilakukan
kegiatan teknis di lapangan yaitu sebagai KHL (karyawan harian lepas) pada
bulan pertama (Lampiran 1) dan pendamping mandor pada bulan kedua
(Lampiran 2) lalu pada bulan ketiga dan keempat dilakukan kegiatan manajerial
yaitu sebagai Asisten Divisi (Lampiran 3). Kegiatan teknis di lapangan sebagai
KHL dilakukan dengan melakukan semua tugas lapangan yang terdiri dari
pembukaan dan persiapan lahan, persiapan dan penanaman bahan tanam,
pemeliharaan tanaman dan pemanenan. Selain melakukan kegiatan tersebut
penulis juga mengisi jurnal harian yang diketahui pembimbing lapangan dan
mencatat prestasi kerja yang diperoleh mahasiswa dan karyawan setiap kali
mengikuti kegiatan yang akan dibandingkan dengan norma kerja yang berlaku di
perusahaan tempat magang.
Pada bulan kedua akan dilakukan kegiatan sebagai pendamping mandor.
Kegiatan yang dilakukan menyangkut kegiatan manajerial yang bertugas
membuat perencanaan dari setiap kegiatan yang akan dilakukan, menentukan
jumlah karyawan yang diperlukan beserta keperluan biaya operasional dari setiap
kegiatan, mengawasi karyawan harian di setiap kegiatan, membuat analisis
pekerjaan, mengawasi karyawan yang bekerja dan membantu pembuatan laporan
harian, bulanan, mingguan, dan bulanan mandor. Memasuki bulan ketiga dan
keempat kegiatan manajerial akan dilakukan sebagai Asisten Divisi yang bertugas
membantu untuk menyusun rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP),
mempelajari kegiatan manajerial di tingkat divisi kebun, pengelolaan, pengawasan
karyawan, membuat jurnal harian, dan membantu pembuatan laporan Asisten
Divisi.

3
Pengumpulan data pada kegiatan magang ini dilakukan dengan
menggunakan metode langsung (data primer) dan metode tidak langsung (data
sekunder). Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan langsung
pada saat pelaksanaan magang di lapangan. Berikut pengamatan data primer:
Rotasi Panen. Pengamatan rotasi panen dilakukan dengan cara
membandingkan persentase bobot brondolan pada saat rotasi panen normal dan
rotasi panen terlambat. Pengamatan dilakukan pada blok yang sama.
Taksasi Produksi. Pengamatan taksasi produksi dilakukan dengan cara
membandingkan hasil taksasi dan produksi yang sebenarnya. Jumlah pokok
sampel yang ditetapkan adalah 100 pokok secara zigzag kemudian menentukan
persentase kematangan buah dengan cara menghitung buah masak disetiap pokok
sampel yang telah ditentukan.
Kehilangan Hasil (Losses). Pengamatan kehilangan hasil dilakukan dengan
mengamati brondolan yang tidak terkutip di dalam blok. Pengamatan dilakukan
dengan tiga kali pemeriksaan. Pemeriksaan pertama dilakukan tanpa ada arahan
kepada karyawan panen, pemeriksaan kedua dilakukan dengan memberikan
arahan kepada karyawan panen saat apel pagi, dan pemeriksaan ketiga dilakukan
dengan memberikan arahan dan pemberian hadiah kepada karyawan yang
mendapatkan persentasi losses terendah.
Sistem Panen. Sistem panen yang diterapkan di Hatantiring Estate adalah
sistem panen Division of Lobour (DOL) dengan dua metode yaitu DOL C1R1
(Cutter dan Picker) dan DOL C1R2 (Cutter, Picker dan Frondstecker).
Pengamatan yang dilakukan adalah membandingkan sistem panen yang lebih
efektif dan efisen pada sistem panen DOL C1R1 dan DOL C1R2.
Produktivitas. Pengamatan produktivitas dilakukan dengan cara
menghitung jumlah produksi pada tahun tanam yang berbeda. Tahun tanam yang
akan diuji adalah tahun tanam 1998 dan tahun tanam 2007.
Data sekunder diperoleh dari kebun, berupa arsip perusahaan meliputi:
(1) data kondisi kebun antara lain: areal, jenis lahan, topografi lahan, data curah
hujan sepuluh tahun terakhir, dan data premi panen, (2) data kondisi tanaman
antara lain asal bahan tanaman, populasi tanaman, umur tanaman, produksi dan
produktivitas lima tahun terakhir, (3) standar kebun meliputi: penanaman,
pemeliharaan, pemanenan, dan tenaga kerja, (4) organisasi dan manajemen
seperti: struktur organisasi, jumlah dan status karyawan, dan (5) sarana atau
prasarana kebun.

Analisis Data dan Informasi
Seluruh data yang diperoleh pada saat magang akan dianalisis menggunakan
analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisa deskriptif dilakukan dengan
melihat nilai rata-rata yang digunakan sebagai bahan perbandingan dengan
pustaka serta norma-norma baku budidaya kelapa sawit dan standar operasional
perusahaan. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan analisis statistik
uji t-student yaitu membandingkan suatu data yang diperoleh penulis dengan data
yang sudah ada pada tahun-tahun sebelumnya.

4

KEADAAN UMUM
Letak Geografis Kebun
Hatantiring Estate merupakan unit kebun yang tergabung dalam PT. Teguh
Sempurna. Berlokasi didesa Sahabu dan Kawan Batu, Kecamatan Seruyan Tengah
dan Mentaya Hulu Kabupaten Seruyan dan Kotawaringin Timur Propinsi
Kalimantan Tengah. Secara geografis terletak pada 2° 12' 33" LU - 2° 05' 28" LS
dan 112° 14' 17" BT - 112° 27' 40" BT dengan batas-batas sebagai berikut:
Sebelah Timur : PT. TSA (Pemantang Estate)
Sebelah Barat : PT. Sinar Mas (Katayang Estate)
Sebelah Utara : PT. Kridatama Lancar (Sukamandang Estate)
Sebelah Selatan : PT. Sinar Mas (Sulin Estate)
Sejak 1 April 2001 PT. Teguh Sempurna diambil alih manajemen Guthrie
Berhard dibawah naungan Minamas Plantation dan pada tahun 2007 Minamas
Plantation diambil alih lagi oleh Sime Darby Group salah satu perusahaan multi
nasional di Kuala Lumpur Malaysia. Pengelolaan perkebunan di unit lokasi PT.
Teguh Sempurna dikenal dengan Stretegic Operating Unit (SOU), yang terdiri
dari empat unit kebun, yaitu: Pemantang Estate, Kawan Batu Estate, Hatantiring
Estate dan Batang Garing Estate dan satu unit pabrik kelapa sawit, yaitu
Pemantang Factory. Secara administrasi Hatantiring Estate terletak di Kecamatan
Mentaya Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Akses
menuju Hatantiring Estate dapat ditempuh dari Ibukota Kabupaten Kotawaringin
Timur Sampit, berjarak ± 150 km, dari Ibukota Propinsi Kalimantan TengahPalangkaraya berjarak ± 330 km dan dari Kantor Perwakilan Minamas Plantation
Jalan Ahmad Yani KM. 22.6 Banjarbaru - Kalimantan Selatan berjarak ± 640 km.

Keadaan Iklim dan Tanah
Curah hujan di Hatantiring Estate tergolong tinggi. Berdasarkan data pada
tahun 2009-2013 rata-rata curah hujan dan hari hujan berturut-turut adalah 2708
mm tahun-1 dan 135 hari tahun-1 dengan rata-rata bulan basah (BB) terjadi
sepanjang bulan tanpa bulan kering (BK) dapat dilihat pada Lampiran 4.
Secara geologis keadaan tanah di Hatantiring Estate termasuk dalam ordo
ultisol dan entisol yang terbagi atas 4 seri tanah. Sebaran dari masing-masing seri
tanahnya dituangkan dalam bentuk satuan peta tanah (SPT). Adapun seri tanah
yang dimaksud ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis tanah Hatantiring Estate
SPT

Ordo Tanah

SPT1
SPT2
SPT3
SPT4
Total

Ultisol
Ultisol
Entisol
Ultisol

Seri Tanah
MM-06 Arenic Hapludults
MM-08 Typic Plinthudults
MM-12 Typic Hydraquents
MM-28 Grossarenic Kandiudults

Luas
Ha
634
1097
1528
337
3596

%
17.63
30.51
42.49
9.37
100.00

5
Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan
Areal konsesi lahan di Hatantiring Estate adalah 3811 ha sedangkan luas
areal yang ditanam adalah 3421 ha dengan tahun tanam 1997, 1998, 1999, 2000,
2004, 2005, 2006, 2007 dan 2013 yang terbagi atas 3 divisi yaitu Divisi I dengan
luas 1091 ha, Divisi II sebesar 1176 ha dan Divisi III sebesar 1154 ha dapat
dilihat pada Lampiran 5.

Keadaan Tanaman dan Produksi
Tanaman kelapa sawit di Hatantiring Estate mulai ditanam sejak tahun 1997
hingga tahun 2007. Bibit yang ditanam berasal dari pusat penelitian kelapa sawit
(PPKS)/marihat dengan varietas Tenera (Pisifera x Dura). Pola tanam yang
digunakan di Hatantiring Estate adalah segitiga sama sisi dengan jarak tanam
9.2mx9.2mx9.2m. Populasi pohon per ha pada setiap divisi berbeda-beda, seperti
pada Divisi I populasinya 133 pokok ha-1, pada Divisi II 134 pokok ha-1 dan pada
Divisi III 135 pokok ha-1 (Lampiran 6). Produksi Tandan Buah Segar (TBS) lima
tahun terakhir dapat dillihat pada Lampiran 7.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Sistem ketenagakerjaan di Hatantiring Estate dibagi atas staff dan non staff
(Lampiran 8). Staff terdiri dari Manajer, Senior asisten, Kasie (kepala seksi) dan
Asisten Divisi sedangkan tenaga kerja non staff terdiri dari karyawan tetap (SKU)
dan buruh harian lepas (BHL). Hatantiring Estate dipimpin oleh satu orang
Manajer yang memiliki hak penuh untuk mengambil keputusan dalam kebun.
Manajer dibantu oleh beberapa staff kebun dengan berbagai jabatan yaitu Senior
Asisten, Asisten Divisi dan Kasie. Senior Asisten mengkoordinasikan setiap
Asisten Divisi dengan semua kegiatan di kebun dan bertanggung jawab atas traksi
(bengkel dan alat berat). Senior Asisten mempunyai wewenang dalam mengambil
keputusan dan menjadi penanggung jawab sementara apabila Manajer tidak
berada di kebun atau cuti, sedangkan Asisten Divisi merupakan pimpinan tertinggi
di satu divisi yang dibantu oleh beberapa supervisi yaitu satu orang Mandor I, tiga
orang mandor panen dengan masing-masing krani panen, satu orang Mandor
transport, satu orang Mandor pupuk, satu orang Mandor semprot (chemist) dan
satu orang Mandor janjang kosong dan solid.
Bagian adminsitrasi dipimpin oleh Kasie yang mempunyai wewenang
penuh dalam mengatur pengeluaran dan pemasukan biaya perkebunan. Kasie
dibantu oleh karyawan dengan berbagai jabatan juga yaitu Admin tanaman,
Mantri tanaman, Kasir, Pembukuan, Pembelian, Karyawan kantor perwakilan,
Operator ratel, Guru dan Mantri kesehatan.
Luas Hatantiring Estate adalah 3429 ha dan standar ketetapan indeks tenaga
kerja (ITK) 0.125. Berdasarkan ITK tersebut diketahui jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan adalah 428 karyawan, namun pada kenyataanya jumlah tenaga kerja di
Hatantiring Estate adalah 414 karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa Hatantiring
Estate masih kekurangan tenaga kerja sebanyak 14 karyawan (Tabel 2).

6

Uraian
Staff :

Tabel 2 Jumlah tenaga kerja Hatantiring Estate
Total (Orang)
1
1
1
2

Manajer
Senior asisten
KTU
Asisten Divisi

5

Total
Non staff :
Karyawan kantor besar
Administrasi kebun/divisi
Supervisi kebun
Guru
Modim
Traksi
Keamanan (satpam)

9
6
25
2
1
20
8
102
102

Tenaga Cutter
Tenaga Picker
Tenaga Perawatan
Tenaga emplasmen
Tenaga BSS
Tenaga BMS
Tenaga pengangkut TBS
Tenaga JJK dan Solid

35
10
33
23
18
20
414

Total
Sumber : Kantor besar Hatantiring Estate

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma yang dilakukan di Hatantiring Estate adalah
pengendalian secara kimia (chemist). Pengendalian tersebut fokus pada gawangan
(inclusif pasar pikul), piringan dan tempat pengumpulan hasil (TPH). Alat
semprot yang digunakan adalah Inter by Goizper dengan kapasitas 15 liter. Jenis
herbisida yang digunakan adalah herbisida sistemik dengan merk dagang Prima
up dan Kenlon masing-masing mengandung bahan aktif glifosat 480 SL dan
Triklopit butoksi etil ester yang berbentuk cairan dengan warna kuning dan putih
sedangkan untuk herbisida selektif yang digunakan merupakan Meta Prima
berbentuk bubuk yang mengandung bahan aktif metil metsulfuron 20 persen.
Sistem penyemprotan dilakukan dengan cara blok per blok oleh tim block
spraying system (BSS) Divisi III.

7
Pengendalian gulma dilakukan dengan rotasi 3 bulan sekali dengan norma
prestasi kerja 2 ha HK-1 untuk penyemprotan gulma di piringan dan di gawangan.
Sistem premi yang ditetapkan untuk tim BSS adalah premi harian dan premi
kerajinan. Premi harian yang didapat adalah Rp 5000 HK-1 per hari dan untuk
premi kerajinan sebesar Rp 30 000 per 20 hari bekerja dalam satu bulannya. Tim
BSS juga mendapatkan satu gelas susu dan satu butir telur per 3 hari yang
diberikan dalam kondisi sudah direbus. Tim BSS dipimpin oleh 1 orang mandor
semprot dengan 14 karyawan wanita, 13 diantaranya bertindak sebagai
penyemprot dan 1 orang sebagai pencampur herbisida dan mengisi ke masingmasing alat semprot. Setiap petugas semprot wajib memakai alat pelindung diri
(APD) berupa celana dan baju lengan panjang, helm safety, sarung tangan, sepatu
boots, masker dan pelindung mata (Gambar 1). Penyemprotan dilakukan dimulai
dari collection road sampai tembus collection road berikutnya dengan membawa
bendera merah dan bendera kuning. Bendera merah sebagai tanda bahwa hancak
tersebut sedang diaplikasi semprot sedangkan bendera kuning sebagai tanda batas
akhir penyemprotan. Penyemprotan dilakukan di piringan dan gawangan mati
(Gambar 2).

Gambar 1 Alat perlengkapan diri (APD) Tim BSS
Penyemprotan Gulma di Piringan. Jenis herbisida yang digunakan yaitu
campuran antara prima up dan meta prima. Prima up digunakan dengan
konsentrasi 120 ml per 15 l air dengan dosis 360 ml ha-1 sedangkan meta prima
dengan konsentrasi 6 g per 15 l air dengan dosis 18 g ha-1. Herbisida ini berfungsi
untuk mengendalikan gulma rumput seperti Ottochloa nodosa (Rumput kawatan)
dan gulma berdaun lebar seperti Clidimia hirta (Bulu babi), Ageratum conyzoides
(Babandotan) dan Mikania micrantha (Sembung rambat). Berdasarkan
pengamatan penulis karyawan mampu mencapai 4 ha HK-1. Penulis juga ikut
langsung dalam melakukan penyemprotan dengan prestasi 2.5 ha HK-1.
Penyemprotan Gulma di Gawangan (Inclusif Pasar Pikul). Jenis
herbisida yang digunakan adalah kenlon dengan konsentrasi 50 ml per 15 l air
dengan dosis 300 ml ha-1. Herbisida ini berfungsi untuk mengendalikan gulma
seperti Dicranopteris linearis (Pakis kawat), Diplazium asperum (Pakis sayur),
Cyclosorus aridus (Pakis udang), Cromolaena odorata (Putihan), Melastoma
malabatricum (Senduduk), Lantana camara (Tembelekan). Berdasarkan
pengamatan penulis karyawan mampu mencapai 4.2 ha HK-1. Penulis juga ikut
langsung dalam melakukan penyemprotan dengan prestasi kerja 3 ha HK-1

8

(a)
(b)
Gambar 2 Pengendalian secara kimia atau chemist: (a) Penyemprotan di
gawangan; (b) Penyemprotan di piringan
Pemupukan
Pemupukan adalah upaya menambahkan unsur hara ke tanaman sesuai dosis
yang dibutuhkan. Pemupukan sangat diperlukan bagi tanaman baik pada fase
vegetatif maupun generatif. Pupuk berperan penting dalam menentukan tingkat
pertumbuhan dan produksi kelapa sawit. Sistem pemupukan di Hatantiring Estate
disebut BMS (Block Manuring System) dengan prinsip dasar pemupukan
dilakukan di setiap pokok dengan dosis yang sama, terdapat juga rumah BMS
sebagai tempat karyawan membersihkan diri disaat hendak berangkat kerja
maupun sepulang kerja dan juga tempat mempersiapkan alat perlengkapan diri
(APD) seperti: sepatu boots, baju lengan panjang, celana panjang, sarung tangan,
ember, topi, masker, ember tempat pupuk dan alat takar pupuk (Gambar 3).
Pemupukan dikoordinir oleh tim Divisi I yang terdiri dari 23 karyawan penabur
dan 1 mandor pupuk.

Gambar 3 Alat perlengkapan diri (APD) Tim BMS
Pengangkutan dan Pelangsiran Pupuk. Pengangkutan pupuk dilakukan di
gudang besar tempat penyimpanan pupuk. Teknis pengambilan pupuk dimulai
dari penentuan jumlah pupuk yang akan diambil oleh Mandor pupuk dan
diketahui oleh Asisten koordinator pupuk. Setelah jumlah pupuk ditentukan maka
Mandor pupuk akan membuat bon nota yang telah ditandatangani oleh Manajer
sebagai bukti pengambilan pupuk. Kegiatan pengangkutan pupuk dilakukan di
pagi hari dalam kondisi cerah, tidak dianjurkan pemupukan dilakukan pada saat
hujan karena pupuk tersebut dapat tercuci dan mengeras.
Pengangkutan pupuk dilakukan oleh 4 orang kenek yang diawasi oleh
pembantu Mandor pupuk. Jumlah pupuk yang diangkut ditetapkan oleh Mandor

9
pupuk berdasarkan perhitungan dosis perpokok dan jumlah karyawan penabur
pupuk, setelah itu pupuk akan dibawa ke kebun dan dilangsir sesuai dengan ancak
yang akan dipupuk. Kemudian mandor panen akan memberi nama disetiap goni
pupuk sesuai dengan nama penabur agar tidak terjadi kesalahpahaman antar
penabur pupuk.
Penaburan Pupuk. Pengaplikasian pupuk dilakukan dengan cara menabur
pupuk di pinggir pelepah (Gambar 4) mulai dari collection road menuju pasar
tengah. Sistim penaburan pupuk di pinggir pelepah dilakukan karena akar pokok
kelapa sawit berada pada pinggir piringan bukan di dalam piringan.

Gambar 4 Penaburan pupuk di pinggir pelepah
Pada Gambar 5 dapat dilihat sistem penaburan pupuk, yaitu: pada gambar
(a) menyerupai angka “11” karena pokok kelapa sawit berada di pinggir parit /
sungai, pada gambar (b) dilakukan penaburan pupuk membentuk huruf “U” dan
pada gambar (c) dilakukan penaburan menyerupai huruf ”L” karena berbatasan
langsung dengan collection road dan main road.
Standar oprasional prosedur (SOP) prestasi kerja karyawan adalah 550 kg
HK-1 dalam 7 jam kerja, namun pada kenyataannya karyawan mampu mencapai
prestasi kerja 900 kg HK-1 dalam 7 jam kerja. Penulis ikut bekerja langsung
sebagai penabur pupuk dengan prestasi kerja 400 kg HK-1 dalam 7 jam kerja.
Sistem premi yang diterapkan di Hatantiring Estate adalah premi lebih borong
seharga Rp 80 kg-1.

(a)
(b)
(c)
Gambar 5 Metode penaburan pupuk kelapa sawit : (a) menyerupai angka 11;
(b) Huruf U; (c) huruf L
Pengolahan limbah
Di dalam pengolahan TBS di PKS ikut dihasilkan bahan sampingan (byproducts) dalam bentuk limbah padatan yaitu janjang kosong (JJK) dan solid
basah (WDS) serta limbah cair (POME atau palm oil mill effluent). Ketiga jenis

10
by-products ini diproduksi setiap hari di PKS dalam jumlah yang cukup besar
(JJK + 23% TBS, WDS + 4% dan POME + 50% TBS).
Janjang Kosong (JJK). Janjang kosong (JJK) merupakan tandan tanpa
brondolan yang dihasilkan dari olahan TBS sebanyak 23%. Janjang kosong dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk organik bagi tanaman, dalam 1 ton janjang kosong
mengandung 5 kg Nitrogen, 1 kg P2O5, 16 kg KCl, dan 4 kg Mg selain
mengandung unsur hara juga berguna sebagai mulching bagi tanah berpasir,
mampu menyimpan air bagi tanaman yang memiliki beberapa bulan kering dan
mampu menekan pertumbuhan gulma sekaligus merangsang tumbuhan
Neprolepis sp. Janjang kosong harus segera diaplikasikan karena dalam 1 minggu
akan kehilangan banyak hara terutama kalium (tercuci) sehingga mengurangi
kegunaan sebagai pupuk.
Aplikasi janjang kosong dilakukan pada lahan marjinal. Seperti lahan
berpasir, lahan yang mengandung latrit, lahan yang banyak ditumbuhi pakis kawat
dan lahan yang tidak ditumbuhi rumput-rumput lunak. Berdasarkan dari produksi,
dilakukan juga pengaplikasian pada blok-blok tertentu yang mempunyai produksi
rendah. Aplikasi janjang kosong diterapkan pada blok O002, O001, P004, Q004,
U008 dan V004. Secara teknis pengeceran janjang kosong dilakukan oleh
karyawan dengan menggunakan kereta sorong di gawangan mati atau antar pokok
yang disusun satu lapis dengan dosis 275 kg pohon-1 tahun-1. Aplikasi janjang
kosong yang disusun lebih dari satu lapis akan menyebabkan kondisi lembab
sehingga menjadi tempat bertelurnya kumbang tanduk (Orictes rhinoceros).
Decanter Solid. Decanter solid merupakan limbah padat yang dihasilkan
sebanyak 4% dari total TBS yang diolah pabrik kelapa sawit (PKS). Decanter
solid ada dua jenis yaitu basah dan kering yang dapat dimanfaatkan sebagai
penambah unsur hara bagi tanaman. Unsur hara yang terkandung pada 1 ton
decanter solid basah (setara dengan 0.35 ton decanter solid kering) adalah 17 kg
Nitrogen, 3 kg P2O5, 8 kg KCl dan 5 kg Mg.
Decanter solid basah harus segera diaplikasi karena akan terurai dalam
kurun waktu 6 minggu saja (tidak tahan lama). Pengaplikasiannya dilakukan di
gawang mati atau antar pokok dengan dosis 200 kg pohon-1 tahun-1 dan dosis
decanter solid kering 70 kg pohon-1 tahun-1.
Palm Oil Mill Effluent (POME). POME Merupakan limbah cair yang
dihasilkan dari olahan TBS sebanyak 50%. Efluen yang diaplikasi mempunyai
BOD 2000 – 3500 ppm. Sistem aplikasi lahan yang digunakan adalah flat bed
dengan rotasi aplikasi 3 – 4 kali per tahun. Limbah cair yang akan diaplikasikan
dipompakan melalui pipa-pipa dan dialirkan ke flat bed kemudian efluen akan
mengalir antar flat bed secara gravitasi.
flat bed dibuat di gawangan mati berbentuk persegi panjang dengan ukuran
panjang 3.2 m, lebar 2.4 m dan kedalaman efektif 0.4 m. setiap flat bed mampu
menampung 1.5 ton limbah efluen. Dosis aplikasi efluen adalah 750 ton-1 ha-1
tahun-1 dengan rotasi 3 kali setahun. Jumlah flat bed diapalikasi adalah 22 281 flat
bed yang tersebar pada blok T22, T21, T20, T19, T18, T17, T16, U18, U17, U16,
U15, U14, U13, U12. Aplikasi efluen diawasi secara ketat untuk mencegah
terjadinya limpasan efluen dari blok aplikasi ke parit/sungai. Aplikasi efluen tidak
dilakukan disaat hujan. Perawatan (pembersihan gulma dan penggalian akibat
pendangkalan) flat bed dilakukan setiap hari oleh satu orang karyawan dengan
prestasi 4980 flat bed / 100 hari = 50 flat bed hari-1 HK-1.

11
Penunasan
Penunasan (prunning) atau manajemen tajuk (canopy management) yaitu
kegiatan memelihara pelepah daun produktif dengan cara mengurangi pelepah
kurang produktif namun tidak menyebabkan kemampuan fotosintesis terganggu
sehingga pertumbuhan vegetatif dan generatif menjadi optimal. Tujuan penunasan
adalah menghindari tersangkutnya brondolan, memperlancar proses penyerbukan
alami, melakukan pembersihan sehingga terciptanya lingkungan yang tidak sesuai
dengan hama dan penyakit, mempermudah melihat buah matang saat sensus
produksi dan mempermudah proses pemanenan.
Jenis penunasan ada empat yaitu tunas pasir, tunas selektif¸ tunas periodik
dan tunas progresif (Tabel 3). Tunas pasir merupakan penunasan yang dilakukan
pada TBM atau 6 bulan setelah tanam dimana penunasan ini dilakukan sebelum
panen pertama dengan membuang pelepah tua dan pelepah kering. Pemotongan
pelepah dilakukan merapat kepangkal yang menggunakan dodos kecil dengan
mata yang berukuran 7-8 cm. Setelah tanaman berumur 3-4 tahun (TM) maka
dilakukan tunas selektif dengan tujuan untuk mempersiapkan pokok yang siap
dipanen. Penunasan selektif dilakukan jika dalam satu blok telah terdapat 40 %
yang memiliki tandan ± 90 cm dari permukaan tanah (diukur dari permukaan
tanah kepangkal tandan tertua). Tunas yang dilakukan adalah songgo 3 atau tiga
pelepah dibawah tandan tertua dengan mempertahankan 48-56 pelepah dan pada
tanaman menghasilkan (TM) yang berumur 4-6 tahun dilakukan penunasan
periodik dan progresif yaitu mempertahankan 48-56 pelepah (Gambar 6)
sedangkan umur lebih dari 6 tahun pelepah yang dipertahankan adalah 40-48
(songgo 2).
Penunasan yang dilakukan di Hatantiring Estate adalah penunasan progresif
(progressif prunning) artinya penunasan dilakukan bersamaan dengan panen oleh
pemanen dengan rotasi tiga kali satu tahun. Pemanen harus menyelesaikan
tunasan sesuai dengan seksi panen yang terdiri dari enam seksi yaitu seksi A, B, C,
D, E dan F kemudian dibayarkan pada akhir bulan per satu setengah seksi dengan
hitungan Rp 250 pokok-1. Agar pelaksanaan berjalan dengan lancar terdapat papan
monitoring tunasan yang dibuat mandor panen kemudian mantri tanaman akan
memeriksa tunasan sesuai dengan data yang dilaporkan.
Tabel 3 SOP Penunasan kelapa sawit di Hatantiring Estate
Umur tanaman
(Tahun)
5-7

8-14

>14

Penjelasan
Jumlah 48 – 64 pelepah/pokok atau 6 – 8 spiral pelepah harus
dipertahankan setelah tunasan/panen. Jumlah pelepah ini akan
mengalami penurunan menjadi ± 48 pelepah/pokok mengikuti
pertambahan umur tanaman.
Jumlah 40 – 48 pelepah/pokok atau 5 – 6 spiral pelepah harus
dipertahankan selepas tunasan/panen. Jumlah pelepah ini akan
mengalami penurunan menjadi ± 40 pelepah/pokok mengikuti
pertambahan umur tanaman.
Tidak kurang dari 40 pelepah/pokok atau 5 spiral pelepah harus
dipertahankan selepas tunasan/panen.

Sumber : Vademecum Minamas

12

(a)
(b)
Gambar 6 Penunasan kelapa sawit : (a) Tunas pada tanaman umur 6 Tahun; (b)
Mempertahankan jumlah pelepah 48-56
Konservasi Air dan Tanah
Konservasi air dan tanah merupakan hal yang mutlak dilakukan untuk
menjaga kelangsungan hidup tanaman. Pada perkebunan kelapa sawit air adalah
kebutuhan paling utama karena kelapa sawit menyerap air cukup tinggi yaitu
mencapai 115 mm bulan-1. Kelapa sawit tidak dapat hidup dalam 3 bulan kering
berturut-turut sehingga diperlukan perlakuan khusus seperti Water management,
Pembuatan silt pit, Road side pit, Water gate, U-shape frontstacking, dan
pengembangan Neprolephis sp. Selain itu pembuatan teras kontur juga dilakukan
untuk mencegah terjadinya erosi pada lahan dengan sudut kemiringan lebih dari
40%.
Water Management. Water management (parit) merupakan sistem
pengolahan air yang pada dasarnya dilakukan di areal gambut dan areal rendahan.
Areal gambut merupakan areal yang memiliki kadar air tinggi sehingga sangat
diperlukan pembuatan parit untuk menjaga tersedianya air saat bulan kering tetapi
tidak menggenangi tanaman saat bulan basah. Ada tiga jenis pembuatan parit di
Hatantiring Estate, yaitu: parit 1x1, parit 2x2 dan parit 4x4 dengan total parit
masing-masing yang telah dibuat adalah 311 738 parit, 61 473 parit dan 17 101
parit.
Pembuatan Silt Pit. Pembuatan silt pit merupakan salah satu cara yang
dilakukan untuk mencegah terjadinya erosi. Selain dapat menanggulangi erosi, silt
pit juga berguna untuk menyimpan unsur-unsur hara dari pupuk yang sempat
tercuci dan akan tertutup dengan sendirinya dengan kandungan unsur hara yang
tinggi sehingga menambah kesuburan tanah. Pembuatan silt pit dilakukan dengan
pola 4:1, pada setiap 4 pohon dalam 1 baris terdapat 1 buah silt pit sesuai arah
kemiringan yang terdapat di setiap blok. Ukuran silt pit yang dibuat adalah 60cm
x 60m x 4m.
Road Side Pit. Road side pit pada prinsipnya mempunyai fungsi yang sama
dengan silt pit yaitu sebagai tempat menampung air namun road side pit
mempunyai fungsi lain yaitu sebagai sarana untuk membantu proses pengurangan
air yang ada di jalan yang dapat merusak jalan tersebut. Road side pit dibuat pada
blok-blok yang mempunyai tinggi permukaan relatif sama dengan permukaan
jalan dibuat menjorok kedalam blok dari pinggir jalan sepanjang 4 m dengan jarak
interval 60 m pada kondisi jalan yang miring.

13
Water Gate. Water gate merupakan sistem pengolahan air dengan cara
membuat bendungan pada parit dengan aliran air secara berlebih. Water gate
biasanya dilakukan pada areal yang mengalami aliran air setiap hari. Ada tiga
jenis bendungan di kebun Hatantiring Estate, yaitu: bendungan beton, kayu dan
karung goni yang diisi tanah. Bendungan akan dibuat mencapai 50cm dari pokok
kelapa sawit karena akar tanaman berada pada kedalaman 50cm.
U Shaped Frond Stacking. U Shaped Frond Stacking yaitu penyusunan
pelepah yang telah dipotong karena aktivitas panen atau tunas secara sistematik
dengan membentuk latre U di antar pokok dan gawangan mati, dengan
mengelilingi piringan pokok kelapa sawit. Lebih baik penyusunan dilakukan
overlapping satu sama lain (cross wise frond stacking) untuk memaksimalkan
kemampuan menahan surface run-off. Pangkal pelepah di arahkan ke gawangan
mati dan ujung pelepah mengarah pasar rintis untuk menghindari resiko
kecelakaan bagi pekerja. U Shaped Front Stacking bertujuan untuk menurunkan
tingkat aliran air permukaan (genangan air), mencegah hara dan humus hilang
terbawa air (kehilangan pupuk karena hujan), blok terlihat lebih rapi akibat
peletakan pelepah yang jelas sehingga memudahkan dalam menentukan gawangan
mati dan hidup, sebagai pupuk organik bagi tanah.
Pengembangan Neprolephis sp. Neprolephis sp. ditanam di luar piringan,
pasar rintis, parit dan rendahan dengan total luas 2732 ha. Penanaman Neprolephis
sp. dilakukan oleh picker dengan gerakan 15 menit sebelum kerja yaitu mencabut
Neprolephis sp. dari pohon pada saat masa tunggu untuk mengutip brondolan atau
menunggu pemanen potong buah sampai pasar tengah dan dibuang digawangan
mati atau di luar piringan. Selain sistem gerakan 15 menit sebelum kerja,
pertumbuhan Neprolephis sp. juga dirangsang oleh aplikasi janjang kosong.
Manfaat dari Neprolephis sp. adalah menciptakan cover crop/penutup tanah untuk
mencegah erosi tanah, mempertahankan kelembaban tanah, menekan
pertumbuhan anak kayu dan gulma, dan mengurangi losses brodolan tinggal
dipokok karena dilakukan pencabutan neprolephis sp. pada pokok.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit tanaman merupakan masalah yang selalu muncul dalam
pertumbuhan suatu tanaman. Pada perkebunan kelapa sawit banyak hama yang
mampu menurunkan produktivitas maka untuk menanggulangi masalah ini,
dilakukan perkembangbiakan predator alami bagi hama tersebut.
Benefical Plant. Benefical plant merupakan penanaman beberapa jenis
tanaman sebagai tempat berkembangbiaknya predator alami bagi hama. di
Hatantiring Estate perkembangbiakan predator alami dilakukan dengan menanam
Antigonon leptopus, Casia cobanensis dan Turnera subulata. Penanaman
beneficial plant diterapkan dengan ratio 20 persen Antigonon leptopus, 60 persen
Casia cobanensis dan 20 persen Turnera subulata yang dilakukan disepanjang
pinggir Colletion road dan Main road.
Pemasangan BOB (Barn Owl box). Pemasangan BOB merupakan
pemasangan rumah burung hantu di dalam blok. Burung hantu berguna untuk
mengendalikan hama tikus dengan cara memangsa tikus tersebut. Pemasangan
BOB dilakukan dengan ratio 36 : 1 artinya pada setiap 36 ha terdapat 1 BOB.
Hatantiring Estate dengan luas TM 3429 ha memiliki 93 BOB.

14
Pemanenan
Panen merupakan pengambilan buah yang telah memenuhi kriteria matang
buah pada pokok dan pengutipan brondolan. Pemanenan merupakan kegiatan
yang paling utama dalam oprasional perkebunan kelapa sawit. Menurut Lubis dan
Widanarko (2011) panen merupakan titik awal dari produksi dan terkait dengan
teknis budidaya, khususnya pemeliharaan. Panen juga merupakan salah satu
kegiatan yang menentukan kuantitas dan kualitas produksi (Sunarko 2010). Hasil
panen berupa TBS produksinya berbentuk minyak kelapa sawit (MKS) dan inti
kelapa sawit (IKS) yang merupakan bahan industri dan kegunaannya sangat luas.
Keberhasilan panen tergantung pada kegiatan budidaya serta ketersediaan
sarana untuk kegiatan transportasi, pengolahan, organisasi, ketenagakerjaan dan
faktor penunjang lainnya. Oleh sebab itu, proses pemanenan harus dilakukan
dengan sebaik-baiknya agar tercapai sesuai dengan target yang ditetapkan.
Kriteria Matang TBS. Kriteria matang harus memperhatikan jumlah buah
matang panen dalam suatu areal kebun. Menurut Naibaho (1998) suatu areal
tanaman belum menghasilkan (TBM) dapat berubah menjadi tanaman
menghasilkan (TM) dan mulai dilakukan panen apabila 60 persen buah atau lebih
telah matang panen. Berdasarkan pemahaman kriteria matang panen tersebut
kesalahan pemanenan dalam suatu perkebuanan dapat diperkecil sehingga
produksi yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik.
Kriteria Matang TBS dapat diketahui berdasarkan jumlah brondolan yang
jatuh disekitar piringan atau di pokok. Menurut Sastrosayono (2003) buah yang
brondol dapat terjadi pada saat buah mulai masak, sehingga kandungan minyak
dalam daging buah (mesokarp) meningkat cepat. Hal ini disebabkan adanya
proses konservasi karbohidrat menjadi lemak dalam buah.
Standar kematangan buah disetiap perkebunan berbeda-beda, menurut
Setyamidjaja (2006) kriteria matang panen yang dijadikan patokan perkebunan
kelapa sawit adalah bila sudah ada dua brondolan (buah yang lepas dari
tandannya) untuk tiap kilogram tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau satu
buah brondolan untuk tiap kg tandan yang beratnya lebih dari 10 kg. Berbeda
dengan Hatantiring Estate yang telah menetapkan MRS (Minimum Ripe Standard)
yaitu dalam satu tandan buah matang ditemukan 5 butir tandan-1 piringan-1
brondolan yang jatuh dengan estimasi akan rontok menjadi 10 butir atau lebih
dalam perjalanan menuju PKS (Tabel 4).
Tabel 4 Kriteria matang tandan buah segar di Hatantiring Estate
Kriteria Matang TBS
Mentah (Unripe)
Kurang matang (Under Ripe)
Matang (Ripe)
Buah busuk (Empty Bunch)

Brodolan/TBS
0-4
5-9
>10
>95 %

Toleransi (%)
0
95
0

Sumber : Kantor Divisi III, Hatantiring Estate (2014)

Seksi Panen. Seksi panen merupakan suatu luasan tertentu yang terdiri dari
beberapa blok dimana pada satu seksi panen harus diselesaikan dalam satu hari.
Penetapan seksi panen dilakukan pada tanaman menghasilkan (TM) dan membagi
hanca panen kepada setiap pemanen sehingga mempermudah pekerjaan panen dan
pengontrolan oleh Asisten dan Supervisi. Divisi III Hatantiring Estate

15
menggunakan 6 seksi panen yaitu seksi A, seksi B, seksi C, seksi D, seksi E dan
seksi F. Kegiatan seksi panen dikerjakan mulai dari hari senin sampai sabtu.
Berdasarkan Tabel 5 Luas masing masing seksi panen di Divisi III dapat dilihat
perbedaan antara luas seksi yang telah ditentukan dengan realisasi luas seksi.
Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh potensi produksi (ton ha-1) per blok, jumlah
dan sebaran pokok produktif, kondisi topografi dan posisi blok terhadap blok yang
lain.
Divisi III Hatantiring Estate memiliki luas areal TM 1154 ha. Perhitungan
dalam menentukan seksi panen adalah sebagai berikut :
A. Luas rata rata per seksi =
ha
B. Luas rata rata per 5 jam kerja =
C. Penambahan luas areal =
D. Luas rata rata seksi panen hari biasa = 192.3 ha + 9.16 ha = 201.46 ha
E. Luas rata rata seksi panen hari jum’at = 137.36 ha+ 9.16 ha = 146.52 ha
Tabel 5 Luas seksi panen Hatantiring Estate
Seksi

Hari

Rata rata luas (ha)

Luas Aktual (ha)

A
B
C
D

Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jum'at
Sabtu

201.46
201.46
201.46
201.46
146.52
201.46

174

E
F

196
196
130
268
190

Sumber : Kantor Divisi III, Hatantiring Estate (2014)

Rotasi Panen (interval/umur pusingan). Rotasi panen merupakan faktor
pembatas dalam menentukan produksi TBS, kualitas/mutu buah, mutu transport,
pengolahan TBS di PKS, serta biaya eksploitasi. Rotasi panen berkaitan dengan
pembagian seksi panen. Rotasi panenyang normal adalah antara 6 hari sampai 9
hari, jika rotasi panen lebih dari 9 hari maka rotasi panen tersebut terlambat begitu
juga sebaliknya jika rotasi panen kurang dari 6 hari maka rotasi panen tersebut
terlalu cepat.
Pelaksanaan panen di Hatantiring Estate dilakukan dengan membagi enam
seksi panen, sehingga rotasi panennya adalah 6/7 (dalam satu minggu dilakukan
panen enam hari). Berdasarkan pengamatan penulis rotasi panen di Divisi III
Hatantiring Estate tidak konstan yaitu mencapai 20/7 (dibutuhkan waktu 20 hari
untuk mencapai panen pada blok pertama) hal ini terjadi karena kurangnya tenaga
kerja, curah hujan yang tinggi dan panen pada saat buah banyak (peak crop).
Penulis melakukan pengamatan jumlah brondolan yang dihasilkan per ha pada
rotasi panen 9 hari dan rotasi panen 20 hari (Tabel 6).

16
Tabel 6 Pengamatan rotasi panen 10 hari dan rotasi panen 20 hari
Field
S001
S002
R001
R002
V001
V002
V003

Luas
Field
(ha)
63
60
18
101
75
69
72

Rotasi panen 10 hari
Panen Brondolan Brondolan
(ha)
(kg)
(kg ha-1)
40
1506
38
60
2413
40
8
394
49
66
3831
58
37
1892
51
39
1839
47
66
2827
43

Rotasi panen 20 hari
Panen Brondolan Brondolan
(ha)
(kg ha-1)
(kg ha-1)
42
15 063
359
50
15 708
314
7
2091
299
33
11 364
344
40
13 265
332
34
12 304
362
25
9051
362

Sumber : Pengamatan Maret 2014 dan April 2014

AKP (Angka Kerapatan Panen). AKP merupakan langkah pertama yang
dilakukan untuk menentukan taksasi produksi. Kegiatan taksasi produksi
dilakukan oleh mandor panen pada saat siang hari atau sore hari pada blok yang
akan dipanen esok harinya. Tahapan dari taksasi produksi adalah menetapkan
AKP pada blok yang akan dipanen esok harinya dengan cara mengambil sampel
100 pohon per blok secara zigzag, kemudian mengamati jumlah TBS yang siap
panen pada setiap pohon. Berikut cara perhitungan nilai AKP :
Jumlah pokok sampel = 100
Jumlah tandan buah matang = 25
AKP =
=
= 25%
AKP 25 persen didapat pada satu blok yang artinya dalam 4 pokok panen
terdapat 1 TBS. Berdasarkan AKP tersebut dapat ditentukan estimasi tonase
produksi sehingga dapat ditentukan jumlah armada yang akan digunakan untuk
esok harinya. Berikut cara perhitungan estimasi produksi dan jumlah armada yang
dibutuhkan :
AKP : 25%
Jumlah pokok produktif : 4050 pokok
BJR : 18 kg tandan-1
Kemampuan rata-rata armada pengangkut tandan buah : 7000 kg
Produksi = AKP x Pokok produktif
= 25% x 4050
= 1012 janjang
Tonase kebun = janjang x BJR
= 1012 x 18 kg tandan-1
= 18 225 kg
Jumlah armada yang dibutuhkan = 18 255 kg / 7000kg
= 2.6 truk = 3 truk
Jumlah Tenaga Pemanen. Kegiatan pemanenan membutuhkan tenaga
yang efisien yaitu jumlah pemanen yang tidak berlebihan dan tidak kekurangan.
Jumlah karyawan panen di Hatantiring Estate dalam satu divisi adalah 80 orang,
terdiri atas 72 orang pemanen tetap dan 10 persen cadangan yaitu sekitar 8 orang.
Penetapan cadangan 10 persen dari total seluruh jumlah pemanen dilakukan untuk

17
mengantisipasi adanya karyawan panen berhalangan hadir, sehingga produksi
kebun tidak menurun. Hatantiring Estate juga menetapkan sistem kelompok kecil
pemanen (KKP) yang terdiri atas 3 orang pemanen, dimana setiap kelompok
pemanen dapat menyelesaikan hancak teman dalam satu kelompok yang
berhalangan hadir. Sistem KKP dilakukan jika cadangan pemanen sudah terpakai
semuanya. Seluruh tenaga pemanen tersebut di bagi kedalam 3 mandoran yaitu 24
orang per mandoran dengan 12 orang cutter dan 12 orang picker.
Pelaksanaan Panen. Panen yang dilakukan di Hatantiring Estate
menggunakan sistim DOL (Divison of Labour) dimana ada pemanen (cutter) dan
pembrondol (picker) dengan diawasi oleh mandor panen yang masing-masing
mengatur 12 pemanen. Pemanen bekerja sebagai pemotong buah ripe dan
memotong pelepah sengkleh/kering dengan menggunakan egrek untuk pokok
yang tinggi dan dodos untuk pokok yang masih rendah, kemudian pemanen
menyusun pelepah sengkleh tersebut membentuk huruf “U” disekitar pokok. Pada
pemotongan gagang panjang (long stak) harus sesuai ketentuan yang berlaku yaitu
maksimal 5 cm dari pangkal gagangnya. Proses pemotongan long stak dilakukan
di piringan tidak di TPH. Buah yang telah dipotong dibawa ke TPH dan diberi
nomor pemanen dan kode kebun pada gagang buah.
Pembrondol bertugas mengutip langsung brondolan (hand picking) di
piringan (in ci

Dokumen yang terkait

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 10 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat

3 83 102

Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)pada Berbagai Perbandingan Media Tanam Sludge dan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) di Pre Nursery

4 102 53

Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit ( Elaeis Guineensis Jacq.) Dengan Menggunakan Media Sekam Padi dan Frekuensi Penyiraman di Main Nursery

10 98 74

Pengaruh Pemberian Limbah Kalapa sawit (Sludge) dan Pupuk Majemuk NPK Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guinsensis Jacq) di Pembibitan Awal

0 25 95

Studi Sebaran Akar Tanaman Kelapa Sawit(Elaeis guineensis Jacq.) Pada Lahan Gambut Di Perkebunan PT. Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu

6 87 123

Studi Karakteristik Ganoderma Boninense Pat. Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) Di Lahan Gambut

9 86 83

Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Main Nursery Terhadap Komposisi Media Tanam dan Pemberian Pupuk Posfat

6 92 114

Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Kebun Tanah Raja Perbaungan PT. Perkebunan Nusantara III

6 91 53

Model pendugaan cadangan karbon pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat.

6 77 76

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Sungai Bahaur Estate Pt Bumitama Gunajaya Agro Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah

0 12 56