4
B. Latar Belakang Masalah
Penulis tertarik mengambil
judul dengan tema “Perlindungan Hukum Terhadap Korban Tindak Pidana yang Dilakukan Melalui Media
Cyber
Dan Teknologi Telekomunikasi
” dikarenakan penulis ingin mengkaji lebih dalam
mengenai perlindungan terhadap korban dari tindak pidana yang dilakukan melalui media
cyber
dan teknologi telekomunikasi, serta ada tidaknya aspek-aspek perlindungan korban terhadap korban dari tindak pidana yang dilakukan melalui
media
cyber
dan teknologi telekomunikasi dalam putusan Pengadilan Negeri, serta seberapa jauh pengaplikasiannya dalam melindungi korban dari tindak pidana
cyber
tersebut.
Indonesia sebagai negara dengan kasus-kasus tindak pidana yang dilakukan melalui internet berdasarkan prosentase jumlah transaksi dan perbuatan pidana yang
terjadi sangat tinngi
3
, hal ini disebabkan oleh dua hal, yang pertama karena computer dan teknologi telekomunikasi merupakan instrumen perbuatan pidana yang potensial,
dan kedua menunjukan betapa perlunya untuk segera membenahi sektor hukum dibidang ini, termasuk memperbaiki ataupun memperkaya hukum positif yang terkait
dengan aktifitas
cyber
. Dewasa ini perkembangan akan teknologi informasi dengan menggunakan
media
cyber
dan teknologi telekomunikasi memang sudah sangat merebak di
3
http:gembong.lecture.ub.ac.idfiles2012091_Pengantar-Keamanan-Jaringan.pdf
5
khalayak umum dan sudah menjadi suatu kebutuhan yang mendasar. Seiring dengan berkembangnya teknologi telekomunikasi yang disambungkan melalui media
cyber
, maka interaksi sosialpun semakin dipermudah, dan melahirkan berbagai koneksi dan
jejaring sosial yang sudah menjadi suatu yang umum bagi pengguna jasa telekomunikasi
internet: An international computer network connecting another network and computers from companies, universities, and etc.
4
. Terdapat berbagai hal yang dapat diakses melalui perangkat telekomunikasi
tersebut, pada saat ini tidak hanya untuk bercakap, berbicara melakukan
massaging,
ataupun
chatting
saja, melainkan sudah merambah di bidang
e-banking
, transaksi
onlinee-trade, e-commerce, e-business, e-retailing,
dan lain sebagainya
.
dengan semakin meningkatnya aktifitas yang dilakukan manusia menggunakan teknologi
telekomunikasi yang disambungkan melalui media
cyber
ini, mampukah hukum mencakup seluruh aspek mengenai teknologi informatika yang di akses meggunakan
media
cyber
. Dari perbuatan-perbuatan yang dilakukan melalui media
cyber
tersebut akan lahir berbagai perbuatan hukum yang banyak menimbulkan peluang seseorang
atau pihak yang tidak bertanggungjawab dengan melakukan perbuatan-perbuatan pidana, dari hal-hal tersebut akan banyak menimbulkan korban
victim
5
. Kriteria untuk dapat disebut sebagai suatu perlindungan bagi korban, sebagai
mana dikemukakan
Arif Gosita
diatas, adakah kriteria-kriteria yang sifatnya umum,
4
OXFORD English Dictionary.
5
Victim, A person harmed by a crime, tort, or other wrong. Black’s Law Dictionary Ninth Edition.
6
yang berlaku bagi semua jenis perbuatan melawan hukum, apakah kriteria tersebut berlaku bagi korban tindak pidana maupun perbuatan melawan hukum, dalam bidang
informasi dan transaksi elektronik yang menggunakan media siber dan dihubungkan dengan jaringan telekomunikasi, belum pernah mendapat perhatian untuk diteliti.
Penulis cermati pada saat ini telah terjadi fenomena dimana peradilan dalam sistem hukum di Indonesia kurang memperhatikan hal-hal mengenai hak-hak yang
harus diperoleh oleh korban dari kejahatan media
cyber
tersebut. Pada fokus mengenai perlindungan hukum terhadap korban perbuatan Pidana yang dilakukan
melalui media
cyber
dan teknologi telekomunikasi. Kebijakan legislasi Indonesia yang mengatur tentang perlindungan korban
kejahatan bersifat perlindungan abstrak atau perlindungan tidak langsung yang dirumuskan dalam kebijakan formulatif. Korban sebagai pihak yang dirugikan dalam
ranah ketentuan hukum relatif terabaikan serta terpinggirkan sehingga perhatian kepada korban semakin jauh dari sistim peradilan di Indonesia. Berdasar fenomena
diatas diharapkan akan ada regulasi ataupun peraturan perundangan yang mengatur membahas mengenai perlindungan hak-hak korban terutama perlindungan dan hak-
hak korban dari tindak pidana yang dilakukan melalui media
cyber
dan teknologi telekomunikasi.
Adapaun teori yang terkait dengan judul pada skripsi ini adalah teori-teori mengenai hukum pidana, tindak pidana, teori
cyber law
dan teori
cyber crime
, teori
7
perlindungan, teori korban. Petama penulis akan memaparkan teori Hukum Pidana menurut para ahli, yang pertama menurut Pompe, menyatakan bahwa Hukum Pidana
adalah keseluruhan aturan atau ketentuan hukum mengenai perbuatan-perbuatan yang dapat dihukum dan aturan pidananya. Selanjutnya menurut Bambang Purnomo,
menyatakan bahwa Hukum Pidana adalah hukum sanksi. Definisi ini diberikan berdasarkan ciri hukum pidana yang membedakan dengan lapangan hukum yang lain,
yaitu bahwa hukum pidana sebenarnya tidak mengadakan norma sendiri melainkan sudah terdapat pada lapangan hukum yang lain, dan sanksi pidana diadakan untuk
menguatkan ditaatinya norma-norma diluar hukum pidana dianggap benar sebelum hukum pidana berkembang dengan pesat. Berikut adalah teori tindak pidana menurut
Teguh Prasetyo, menyatakan bahwa hukum pidana adalah sekumpulan peraturan hukum yang dibuat oleh negara, yang isinya berupa larangan maupun keharusan,
sedang bagi pelanggar terhadap larangan dan keharusan tersebut dikenakan saksi yang dapat dipaksakan oleh negara.
6
Kedua penulis akan memaparkan mengenai teori tindak pidana menurut Teguh Prastyo, adalah suatu perbuatan yang oleh aturan hukum dilarang dan diancam
dengan pidana, dimana pengertian perbuatan disini selain perbuatan yang bersifat
6
Teguh Prasetyo, , Huku Pida a Edisi Re isi , Raja ali Pers, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Hal. 4, hal. 9
8
aktif melakukan sesuatu yang sebenarnya dilarang oleh hukum juga perbuatan yang bersifat pasif tidak berbuat sesuatu yang sebenarnya diharuskan oleh hukum.
7
Ketiga, penulis disini akan memaparkan tentang
cyber law
, menurut Black’s Law Dictionary,
“The field of law dealing with the internet,encompassing cases,
statutes, regulation, and disputes that affect people and businesses interacting through computers
”. “merupakan bagian dari hukum yang berkaitan dengan internet, yang meliputi, kasus, perundang-undangan, peraturan pemerintah, dan perselisihan
yang mempengaruhi orang dan interaksi bisnis yang menggunakan komputer”.
Selanjutnya adalah teori mengenai
cyber crime
,
Collin Barry C. menjelaskan istilah cybercrime sebagai berikut :
“Term “cyber
-
crime” is young and created by combination of two
words: cyber and crime. The
term “cyber” means the cyber
-space terms
“virtual space”, “virtual world” are used more often in literature and
means according to the
definition in “New hacker vocabulary” by Eric S.
Raymond the informational space modeled through computer, in which defined types of objects or symbol images of information exist
–
the place where computer programs work and data is
processed.”
8
Keempat, penulis akan memaparkan mengenai teori korban menurut undang- undang nomor 13 tahun 2006 tentang perlindungan saksi dan korban. Korban adalah
7
Teguh Prasetyo, , Huku Pida a Edisi Re isi , Raja ali Pers, PT. RajaGrafi do Persada, Jakarta.
Hal. 50.
8
Collin Barry C., 1996, The Future of CyberTerrorism, Proceedings of 11th Annual International
Symposium on Criminal Justice Issues. The University of Illinois at Chicago, dikutip dari makalah Vladimir Golubev, cyber-crime and legal problems of usage network the INTERNET.
9
seseorang yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan atau kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak pidana.
Kelima, penulis akan memaparkan mengenai teori perlindungan yang terdapat dalam undang-undang nomor 13 tahun 2006 tentang perlindungan saksi dan korban.
Perlindungan adalah segala upaya pemenuhan hak dan pemberian bantuan untuk memberikan rasa aman kepada saksi dan atau korban yang wajib dilaksanakan oleh
LPSK atau lembaga lainnya sesuai dengan ketentuan undang-undang ini. Dari situlah mampukah hukum ataupun undang-undang yang ada di Indonesia
melindungi hak-hak korban tindak pidana yang disebabkan oleh perbuatan pidana dengan menggunakan media elektronik yang terhubung dengan jaringan
telekomunikasi atau media
cyber
. Dalam karya tulis ini penulis juga akan menyertakan putusan Pengadilan
negeri dengan kasus tindak pidana “Dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan
hukum mengakses komputer dan atau sistem elektronik milik orang lain dengan cara apapun” dengan Nomor Putusan. 19 Pid.Sus 2011 PN.Ska, dengan duduk perkara
sebagai berikut : Bahwa ia terdakwa SUHERMAN alias HERMAN pada Rabu tanggal 18
Februari 2009 sekira antara pukul 10.00 wib sampai dengan pukul 11.00 wib atau setidak - tidaknya pada waktu lain dalam tahun 2009 , bertempat di ruang Ekonomi
Sat Reskrim Poltabes Surakarta yang sekarang berganti nama dengan Polresta Surakarta, di Jalan Adisucipto Nomor 2, Kota Surakarta atau setidak - tidak nya pada
suatu tempat lain yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Surakarta, dengan sengaja dan tanpa hak at au melawan hukum dengan cara apapun
memindahkan atau mentransfer Informasi Elektronik dan atau Dokumen elektronik
10
kepada sistem Elektronik orang lain yang tidak berhak. Melalui perbuatannya itu merugikan UMAR EDRUS AL HABSYI yang berkekudukan sebagai saksi dan
korban, yang karena perbuatan terdakwa, dirugikan berupa hilangnya data yang ada di dalam alamat email saksi, dan menyebabkan kerugian materiil sebesar 5,1 milyar
rupiah, dan setelah diputus oleh hakim terdakwa hanya mendapat pidana penjara selama 10 bulan ditambah masa penahanan, serta denda sebesar satu juta rupiah dan
membayar biaya perkara sebesar lima ribu rupiah.
Disertakan pula kasus tindak pidana “tanpa hak telah mendistribusikan
danatau mentransmisikan danatau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik danatau dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan danatau
pencemaran nama baik ” dengan Nomor Putusan. 232Pid.B2010PN.Kdl. dengan
duduk perkara sebagai berikut : Menyatakan Terdakwa Drs. PRABOWO, MM Bin TJASAN PRAMONO
SAPUTRO telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan Tindak Pidana “
tanpa hak telah mendistribusikan danatau mentransmisikan danatau membuat
dapat diaksesnya informasi elektronik danatau dokumen
elektronik yang memiliki muatan penghinaan danatau
pencemaran nama baik
” sebagaimana diatur dalam Pasal 27 ayat 3 juncto Pasal 45 ayat 1 UU RI No.11 Tahun 2008 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik.
Duduk perkara dalam kasus diatas, Bahwa Terdakwa Drs. PRABOWO, MM Bin TJASAN PRAMONO SAPUTRO pada har i Rabu tangga l 13 Januar i 2010
sekira jam 01.25 Wib serta jam 01. 36 Wib setidak-tidaknya pada waktu-waktu tertentu yang masih dalam tahun 2010 bertempat di rumah Saksi NUR DEWI
ALFIYANA SH.Mkn Binti ADADI masuk Dukuh Telogo layang Rt . 03 Rw. 05 Desa Tegorejo Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal , atau setidak-tidaknya di
suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Kendal,
dengan sengaja dan tanpa hak telah mendistribusikan dan atau
mentransmisikan dan atau membuat dapat diaksesnya informasi
elektronik dan atau dokumen elektronik yang memiliki muatan
penghinaan dan atau pencemaran nama baik ,
yakni pada awalnya antara Terdakwa Drs. PRABOWO, MM Bin TJASAN PRAMONO SAPUTRO dan Saksi NUR DEWI ALFIYANA SH.Mkn Binti ADADI,
berkenalan sejak bulan Okotober 2007 dan berteman selama 2,5 dua setengah tahun kemudian karena kesibukan masing- masing antara Terdakwa dan Saksi NUR DEWI
ALFIYANA memutuskan untuk tidak berhubungan lagi sampai dengan sekarang, selanjutnya pada hari Jumat tanggal 01 Januari 2010 sekira pukul 01.57 Wib karena
11
sudah lama Saksi NUR DEWI ALFIYANA tidak mendapat kabar dari Terdakwa, Saksi NUR DEWI ALFIYANA mencoba mengir imkan pesan singkat yang isinya
ucapan selamat tahun baru ke nomor hand phone 087837909696 milik Terdakwa namun oleh Terdakwa pesan singkat tersebut tidak dibalas, kemudian keesok harinya
Saksi NUR DEWI ALFIYANA mengirim pesan singkat lagi yang isinya menanyakan kapan Terdakwa akan menikah ke nomor hand phone 087837909696 milik Terdakwa
namun oleh Terdakwa pesan singkat tersebut tidak dibalas, lalu pada hari kamis tanggal 07 Januari 2010 sekira pukul 19.00 Wib Saksi NUR DEWI ALFIYANA
kembali mengirim pesan singkat kepada Terdawa namun oleh Terdakwa tetap tidak dibalas, kemudian pada Rabu tanggal 13 Januari 2010 sekira jam 01.25 Wib
Terdakwa dengan menggunakan nomor hand phone 087837909696 mengirim pesan singkat ke nomor 081901359696 milik Saksi NUR DEWI ALFIYANA yang
berbuny
i “
jangan ngaco dan ganggu orang bangsat lonte sekali lonte ya tetap
lonte lah, betapa rendah
martabatmu ha…..kacian deh” setelah menerima pesan
singkat tersebut untuk memastikan siapa pengi rimnya Saksi NUR DEWI ALFIYANA melakukan hubungan telepon kepada Terdakwa ke nomor
087837909696 dan diangkat oleh seorang laki - laki kemudian oleh Saksi NUR DEWI ALFIYANA hubungan telephon tersebut langsung ditutup, tidak lama
kemudian sekira pukul 18.41 Wib Terdakwa dengan menggunakan nomor hand phone 087837909696 kembali mengirim pesan singkat ke nomor 081901359696
yang berbunyi
”
Ya lagi2 diganggu bangsat lonte, dg sikapmu yg seperti itu pasti
km akan SELALU DIRENDAHKAN ORG jadinya km tidak akan laku gitu
nasehat sy te…….Lonte.” atas perbuatan Terdakwa tersebut mengakibatkan perasaan malu dan sakit hati pada diri Saksi NUR DEWI ALFIYANA, selain itu Saksi NUR
DEWI ALAVIYAH merasa nama baiknya diserang atau dirusak oleh Terdakwa. Perbuatan Terdakwa diatur dan diancam pidana menurut Pasal 27 ayat 3
juncto Pasal 45 ayat 1 UU RI No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan TranSaksi elektronik.
Malalui perbuatan terdakwa tersebut saksi sekaligus korban mendapatkan penderitaan secara psikis, yang karenanya nama baik dari saksi sekaligus korban di
lecehkan oleh terdakwa. Berdasar putusan tersebut terdakwa hanya mendapatkan pidana penjara selama tiga bulan dan denda sebesar satu juta rupiah.
Berdasarkan kasus-kasus tindak pidana yang dilakukan melalui media siber dan teknologi telekomunikasi tersebut penulis merasa bahwa ketentuan peraturan
perundangan dan keputusan hakim dinilai masih belum memihak sepenuhnya
12
terhadap korban yang telah menderita kerugian baik materi maupun psikis yang dialami oleh saksi atau korban dari perbuatan terdakwa.
C. Perumusan Masalah