TINGKAT PEMAHAMAN PARA KARYAWAN ASURANSI UMUM BUMI PUTERA MUDA 1967 CABANG BANDAR LAMPUNG ATAS PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN (PPH) PASAL 21
ABSTRAK
TINGKAT PEMAHAMAN PARA KARYAWAN ASURANSI UMUM
BUMI PUTERA MUDA 1967 CABANG BANDAR LAMPUNG ATAS
PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN (PPH) PASAL 21
Oleh
ELIZA PRATIWI
Asuransi Umum Bumi Putera Muda 1967 Cabang Bandar Lampung merupakan
perusahaan asuransi tertua yang ada di Indonesia. Hal ini tidak lepas dari kerja
keras para agen asuransi. Asuransi Umum Bumi Putera Muda 1967 Cabang
Bandar Lampung merupakan suatu lembaga yang menjalankan usaha yang dibagi
kedalam enam kelompok yaitu: Asuransi Kebakaran, Asuransi Kendaraan
Bermotor, Asuransi Kecelakaan Diri, Asuransi Kesehatan, Asuransi Aneka,
Asuransi Surety Bond. Berdasarkan hal ini diharapkan dengan mengadakan
perjanjian asuransi, maka akan memberikan perlindungan proteksi baik bagi diri
sendiri maupun keluarga terutama bagi anak-anaknya yang masih membutuhkan
biaya pendidikan. Dengan kewajiban membayar premi dengan cara bayar bulanan,
setengah tahunan, tahunan, tunggal dan sekaligus.
Permasalahan yang timbul di laporan akhir ini adalah apakah tingkat pemahaman
karyawan PT Asuransi Umum Bumi Putera Muda tentang pemotongan PPh Pasal
21 atas gaji yang mereka terima sudah mencapai angka baik atau belum.
Dalam penulisan laporan ini, penulis menggunakan metode studi kepustakaan,
studi lapangan, dan analisa lapangan, dimana penulis melakukan pengamatan
langsung di kantor Asuransi Umum Bumi Putera Muda 1967 Cabang Bandar
Lampung, untuk mendapatkan informasi yang diperlukan.
Berdasarkan hasil kuisioner yang penulis bagikan kepada 12 orang pegawai tetap
pada PT. Asuransi Umum Bumi Putera Muda 1967 Kantor Cabang Bandar
Lampung dapat disimpulkan bahwa tingkat pemahaman karyawan atas
pemotongan PPh Pasal 21 sangat rendah, yaitu sebesar 15,48% karyawan yang
memahami, sedangkan 52,38% karyawan yang tidak memahami tentang
pemotongan PPh Pasal 21 tersebut dan sisanya adalah yang memilih netral.
TINGKAT PEMAHAMAN PARA KARYAWAN ASURANSI UMUM
BUMI PUTERA MUDA 1967 CABANG BANDAR LAMPUNG ATAS
PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN (PPH) PASAL 21
Oleh
Eliza Pratiwi
Laporan Akhir
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
AHLI MADYA (A.Md)
Pada
Program Studi DIII Perpajakan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 3 September 1993 di Bandar Lampung dan
merupakan anak ke 3 dari ayahanda H. Garde Agus Taufik dan ibunda Zakiyah.
Pendidikan taman kanak-kanak (TK) Pertiwi di Bandar Lampung diselesaikan
dari tahun 1998 sampai tahun 1999, Pendidikan Sekolah Dasar di selesaikan oleh
penulis dari tahun 1999 sampai tahun 2005 di Sekolah Dasar Negri 2 Rawa Laut
Teladan Bandar Lampung. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di selesaikan
dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 di SMP Kartika II-2 (PERSIT) Bandar
Lampung, dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 penulis menyelesaikan
pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 5 Bandar Lampung. Dan
pada tahun 2011 penulis diterima di Universitas Lampung (UNILA) pada Fakultas
Ekonomi Program Studi DIII Perpajakan.
Pada tanggal 4 Februari 2014 sampai dengan tanggal 4 April 2014, penulis
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Asuransi Umum Bumi
Putera Muda 1967 Cabang Bandar Lampung.
MOTO
Janganlah larut dalam suatu kesedihan karena masih ada hari esok yang
menyongsong dengan sejuta kebahagiaan.
PERSEMBAHAN
Penulis mempersembahkan laporan ini kepada :
1.
Kedua orang tua yang paling aku sayangi papa Garde dan mama kiyah.
2.
Kedua kakak ku Sofia Zahara dan Dwi Asmaniar.
3.
Adik-adik ku Annisa Fahira dan Gradenia Afriza. Dan juga untuk M. Adji
Mulia Putra Jaya, sahabat – sahabat seperjuangan ku Desty Faradita, Ike
Muharani, Bunga Arsela, Desi Nopita Sari, Lilia Rahmalia, Yanny Octaviany
serta teman – teman D3 Perpajakan angkatan 2011 Indah Tiara, Citra, Tami,
Hannylia, Dira, Dona Maria, Cindy, Indah Nurma, Ellen, Dwi, Ayu, Gita,
Edo, Happy, Garda, Nando, Galuh, Hadi, David, Fajar, Awan, Jibon, Heru,
Bani, Dodi, Frans, Doki, dan Andre yang telah memberikan support dalam
menyelesaikan laporan akhir ini.
4.
Almamater tercinta yang telah mendidik dan mendewasakanku.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ v
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi
MOTTO .......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
1.2 Permasalahan ............................................................................. 5
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................... 5
1.4 Metode Penulisan ........................................................................ 6
1.5 Sistematika Penulisan ................................................................ 6
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pajak............................................................................................ 8
2.1.1 Pengertian Pajak ................................................................ 8
2.1.2 Fungsi Pajak ..................................................................... 9
2.1.3 Jenis – Jenis Pajak ............................................................. 9
1.1.3 Sistem Pemungutan Pajak ................................................. 10
1.1.4 Tarif Pajak ......................................................................... 12
2.2 Penghasilan ................................................................................. 14
2.3 Pajak Penghasilan Pasal 21 ......................................................... 14
2.4 Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi Wajib Pajak yang
Memiliki NPWP ......................................................................... 18
2.5 Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi Wajib Pajak yang
Tidak Memiliki NPWP ............................................................... 20
BAB III METODE PENULISAN
3.1 Sumber Data ............................................................................... 19
3.2 Metode Pengumpulan Data ......................................................... 19
3.3 Gambaran Umum Perusahaan .................................................... 23
BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Identitas Responden .................................................................... 32
4.1.1. Usia Responden ............................................................... 32
4.1.2. Jenis Kelamin Responden ................................................. 32
4.1.3. Jabatan Responden ............................................................ 32
4.2 Kualitas Pengetahuan ................................................................... 33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 43
5.2 Saran ........................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Usia Responden................................................................................ 32
Tabel 2. Jenis Kelamin Responden ................................................................ 33
Tabel 3. Jabatan Responden ........................................................................... 33
Tabel 4. Pengetahuan karyawan terhadap pengertian NPWP ........................ 35
Tabel 5. Pengetahuan karyawan terhadap tujuan NPWP. .............................. 35
Tabel 6. Pengetahuan karyawan yang mengerti tentang keuntungan
memiliki NPWP............................................................................... 36
Tabel 7. Pengetahuan karyawan tentang sejak kapan NPWP diberlakukan .. 36
Tabel 8. Pengetahuan karyawan yang mengerti tentang PPh Pasal 21 .......... 37
Tabel 9. Pengetahuan karyawan tentang tujuan diadakannya PPh Pasal 21 .. 37
Tabel 10. Pegetahuan karyawan tentang berapakah jumlah pemotongan
PPh Pasal 21 atas gaji yang mereka terima. .................................... 38
Tabel 11. Pengetahuan karyawan tentang syarat pemotongan PPh Pasal 21
atas gaji yang mereka terima .......................................................... 38
Tabel 12. Pengetahuan karyawan tentang cara pemotongan PPh Pasal 21
atas gaji yang mereka terima ........................................................... 39
Tabel 13. Pengetahuan karyawan tentang berapa persenkah pemotongan
PPh Pasal 21 bagi karyawan yang memiliki NPWP ....................... 39
Tabel 14. Pengetahuan karyawan tentang berapa persenkah pemotongan
PPh Pasal 21 bagi karyawan yang tidak memiliki NPWP .............. 40
Tabel 15. Pengetahuan karyawan tentang pengertian Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP). ........................................................................ 41
Tabel 16. Pengetahuan karyawan tentang pengaruh PTKP terhadap
Pemotongan PPh Pasal 21. .............................................................. 41
Tabel 17. rata-rata hasil kuisioner .................................................................... 42
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Struktur Organisasi PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967
Cabang Lampung............................................................................. 21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan dalam jangka waktu tertentu yang secara umum bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, baik kesejahteraan material maupun
spiritual secara keseluruhan dan merata dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Hal ini dapat terealisasi apabila masyarakat berperan aktif dalam mewujudkannya.
Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut salah satunya yaitu melalui
pembayaran pajak secara aktif kepada negara melalui instansi-instansi yang
ditunjuk oleh pemerintah Republik Indonesia. Meskipun masih banyak sektor lain
seperti minyak dan gas bumi, serta bantuan luar negri.
Hal ini bisa dibuktikan saat negara kita dilanda krisis berkepanjangan sampai saat
inipun masih diragukan apakah negara kita bisa menumbuhkan keadaan
perekonomian, sektorpajak masih tetap memiliki nilai besar bahkan mengalami
kenaikan serta menembus sampai pada prosentase terbesar dari sektor non migas
sementara sektor non migas cenderung mengalami penurunan dan juga bantuan
luar negri yang bunganya bisa membesar seiring fluktuasi mata uang dolar
terhadap rupiah.
2
Diharapkan pemasukan dari pajak terus dinaikkan salah satunya dengan
mengadakan kebijakan-kebijakan baru seperti ekstensifikasi dan intensifikasi
obyek pajak baru sedangkan intensifikasi perpajakan dilaksanakan dengan
berorientasi pada peningkatan kepatuhan dan kesadaran wajib pajak, suatu misal
dengan cara pengadaan penyuluhan langsung pada masyarakat. Dengan
banyaknya perusahan baru yang muncul ataupun yang sudah lama serta instansiinstansi pemerintah diharapkan pemasukan dari pajak penghasilan yang
digunakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional nantinya.
Menurut Waluyo (2001) secara umum dapat dikatakan pajak adalah suatu
pungutan iuran wajib dari masyarakat kepada negara yang diatur berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan hasilnya akan digunakan
untuk
membiayai
pengeluaran-pengeluaran
negara
dalam
melaksanakan
pembangunan nasional, serta mempunyai fungsi sebagai sumber keuangan negara
(budgetair) dan fungsi yang lebih luas lagi yaitu fungsi mengatur (reguleren).
Pendapat dari sektor perpajakan bukanlah monopoli pekerjaan yang dilakukan
oleh pemerintah saja, melainkan melibatkan banyak pihak dan aspek. Pembahasan
perpajakan tidak lepas dari masalah bagaimana menghitung, memotong, menyetor
dan melaporkan pajak.
Dalam melakukan perhitungan pajak, sangat penting untuk mengatahui lebih
dahulu keadaan, perbuatan dan peristiwa-peristiwa yang melibatkan objek, subjek,
dan tarif pajak, yang merupakan tiga aspek terkait yang tidak terpisahkan. Wajib
3
pajak tidak mungkin melakukan perhitungan pajak jika satu unsur dari ketiga
unsur diatas tidak dilibatkan.
Kendati demikian, masalah perhitungan, pemotongan, penyetoran dan pelaporan
pajak tidak hanya terdiri dari tiga aspek terkait diatas, tetapi lebih dari itu.
Keberadaan ketiga aspek diatas harus diperkuat dengan peraturan-peraturan yang
mendasarinya. Seperti harus ada pembatasan yang mengenai apa yang dikenakan
pajak, siapa yang harus dipotong pajak, siapa yang memotong pajak, berapa besar
pajak yang akan dikenakan, keadaan bagaimana yang dapat menimbulkan adanya
utang pajak dan hapusnya utang pajak, sanksi apa bagi para pelanggar pajak dan
semua peraturan yang mendasari hubungan hukum antara pemerintah dan
masyarakat pajak.
Selanjutnya dasar hukum penggunaan pajak penghasilan pasal 21 Undang-undang
no 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 10 tahun 1994, Kemudian diubah terakhir dengan
Undang-undang Nomor 17 tahun 2000.
Undang-undang pajak penghasilan telah menetapkan sistem pemungutan pajak
penghasilan secara self assesment, dimana wajib pajak diberi kepercayaan dan
tanggung jawab penuh dari pemerintah untuk menghitung, membayar, dan
melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang. Dengan sistem ini pemerintah
berharap agar pelaksanaan pemungutan pajak penghasilan dapat berjalan dengan
lebih mudah dan lancar.
4
PT Asuransi Umum Bumi Putera Muda 1967 Cabang Bandar Lampung
mempunyai
kewajiban
melakukan
perhitungan
dan
pemotongan
pajak
penghasilan pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap karena bertindak sebagai
pemberi kerja. Karyawan PT Asuransi Umum Bumi Putera Muda 1967 Cabang
Bandar Lampung menerima penghasilan berupa gaji pokok, tunjangan pajak
penghasilan,tunjangan cuti dan bonus.
Atas penghasilan yang diterima oleh pegawai tetap PT Asuransi Umum Bumi
Putera Muda 1967 cabang Bandar Lampung maka bendaharawan PT Asuransi
Umum Bumi Putera Muda 1967 cabang Bandar Lampung wajib melakukan
perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan pasal 21 atas penghasilan kena
pajak yang sesuai dengan Undang-undang No.36 tahun 2009 pasal 212 tentang
pajak penghasilan.
Karena sangatlah penting bagi karyawan untuk mengetahui tentang tata cara
perhitungan pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas gaji yang mereka
terima agar mereka dapat mengetahui dan menghitung sendiri jumlah atau hasil
atas pajak yang harus dipotong dari gaji mereka.
Dengan latar belakang diatas maka penulis ingin mengetahui apakah tingkat
pengetahuan para karyawan tetap PT Asuransi Umum Bumi Putera Muda tentang
pemotongan pajak penghasilan (pph) pasal 21 sudah mencapai angka yang baik
atau belum.
Berkenaan dengan hal tersebut berhubungan dengan pajak, maka penulis tertarik
untuk menulis laporan akhir dengan judul :
5
“Tingkat Pemahaman Para Karyawan Asuransi Umum Bumi Putera Muda
1967 Cabang Bandar Lampung Atas Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh)
Pasal 21”.
1.2 Permasalahan
Karyawan PT Asuransi Umum Bumi Putera Muda 1967 setiap bulannya akan
menerima gaji dimana gaji yang diterima oleh setiap karyawan jumlahnya
bervariasi. Gaji para karyawan tersebut tidak semuanya dapat di kenakan pajak
penghasilan, tergantung dari jumlah gaji yang diterima dan tergantung dari status
mereka. Akan tetapi masih sangat banyak para karyawan yang kurang mengerti
tentang pemotongan PPh Pasal 21 atas gaji yang mereka terima, itu di sebabkan
karena kurangnya para karyawan yang mengikuti seminar – seminar tentang
pajak, dan kurang nya aplikasi – aplikasi tentang pajak yang memadai di
perusahaan tersebut, juga kurangnya kemauan para karyawan untuk mencari tahu
tentang perpajakan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang terjadi
adalah apakah tingkat pemahaman karyawan PT. Asuransi Umum Bumi Putera
Muda tentang pemotongan PPh Pasal 21 atas gaji yang mereka terima sudah
mencapai angka baik atau belum?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah
6
1.
Untuk mengetahui tingkat pemahaman para karyawan PT Asuransi Umum
Bumi Putera Muda 1967 yang mengerti tentang pemotongan PPh pasal 21
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan adalah
1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada progaram studi
D3 Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.
2. Untuk menambah wawasan penulis mengenai aturan dan hal – hal yang
berkaitan dengan perpajakan.
3. Sebagai sumbangan pemikiran bagi perusahaan untuk mengambil
kebijakan perpajakan di masa yang akan datang.
4. Sebagai laporan akhir dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang telah
dilaksanakan tanggal 4 februari sampai dengan 3 april 2014.
1.5 Metode Penulisan
1.
Studi Kepustakaan
Dengan membaca dan mempelajari bahan juga data yang berhubungan
dengan penulisan dan buku-buku perpajakan
2.
Studi Lapangan
Dalam penulisan ini penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan selama
dua bulan terhitung sejak tanggal 04 februari 2014 sampai dengan 03 april
2014 di PT Asuransi Umum Bumi Putera Muda 1967 cabang Bandar
Lampung.
3.
Analisa Lapangan
Dengan cara membuat kuisioner mengenai pengetahuan karyawan tentang
Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 dan menganalisisnya.
7
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari Laporan Akhir ini terdiri dari 4 (empat), yaitu :
BAB I. PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalah, alasan memilih tema, metode penulisan,
dan sistematika penulisan
BAB II. LANDASAN TEORI
Berisi uraian tentang landasan teori atau konsepsi yang digunakan untuk
pembahasan serta deskripsi mengenai data dan fakta yang dijumpai selama
Praktek Kerja Lapangan yang relevan dan berhubungan erat dengan judul dan
pokok bahasan laporan.
BAB III. METODE PENULISAN
Bab III berisi uraian tentang sumber data, metode pengumpulan data, dan
gambaran umum perusahaan (sejarah, visi-misi, struktur organisasi)
BAB IV. PEMBAHASAN
Bab ini berisi analisis/evaluasi terhadap data dan fakta yang dikemukakan dalam
Bab III, yang minimal mencakup: Penetapan rencana operasional kegiatan,
Identifikasi karakteristik kegiatan yang menjadi sasaran dengan teori, Analisis
kelemahan dan keunggulannya, Pengajuan solusi alternatif.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
Bab V minimal berisi kesimpulan yang dapat ditarik dari analisis/evaluasi di Bab
IV dan saran-saran yang diajukan sesuai dengan kesimpulan-kesimpulan tersebut.
8
DAFTAR PUSAKA
LAMPIRAN
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pajak
2.1.1
Pengertian Pajak
Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan
tentang pajak, diantaranya pengertian pajak menurut Santoso (1991)
“ Pajak merupakan iuran kepada negara (yang dipaksakan) yang terutang oleh
yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat
prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang
menyelenggarakan pemerintahan.”
Dalam definisi diatas lebih memfokuskan pada fungsi anggaran dan pajak,
sedangkan pajak masih mempunyai fungsi yang lainnya yaitu fungsi mengatur.
Apabila memperhatikan coraknya, dalam memberikan batasan pengertian pajak
dapat dibedakan dari berbagai macam ragamnya, yaitu dari segi ekonomi, segi
hukum, segi sosiologi, dan lain sebagainya. Hal ini juga akan mewarnai titik berat
yang diletakkannya, sebagai contoh : segi penghasilan dan segi daya beli, namun
kebanyakan lebih bercorak pada ekonomi.
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada
pengertian pajak antara lain :
9
1.
Pajak dapat dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaan
yang dapat dipaksakan.
2.
Pajak dipungut oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun daerah.
3.
Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi
secara langsung oleh pemerintah.
4.
Pajak diguakan untuk membiayai rumah tangga negara, yaknipengeuaran
yang bermanfaat bagi masyarakat.
2.1.2
Fungsi Pajak
Dari ciri-ciri tersebut terlihat adanya dua fungsi pajak menurut Ilyas (2000) yaitu:
1.
Fungsi Penerimaan
Pajak berfungsi sebagai sumber dana pembiayaan pengeluaran pemerintah.
2.
Fungsi Mengatur
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksaakan kebijakan di
bidang sosial dan ekonomi.
2.1.3
Jenis – Jenis Pajak
Menurut Mardiasmo (2001) Pembagian pajak dapat dibedakan menurut golongan,
sifat dan pemungutannya
1. Menurut Golongan
a.
Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat
dilimpahkan kepada pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung
Wajib Pajak yang bersangkutan.
b.
Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat
dilimpahkan kepada pihak lain.
10
2. Menurut Sifatnya
a.
Pajak subyektif adalah pajak yang berpangkal pada subyeknya yang
selanjutnya dicari syarat objektifnya.
Contoh : Pajak Penghasilan
b.
Pajak obyektif adalah pajak yang berdasarkan obyeknya tanpa
memperhatikan diri Wajib Pajak.
Contoh : pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah (PPnBM).
3. Menurut Pemungutannya
a.
Pajak Pusat adalah Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.
Contoh : Pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan
atas barang mewah, pajak bumi dan bangunan, dan bea materai.
b.
Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
Contoh : Pajak Reklame, dan Pajak Hiburan.
2.1.3
Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak yang menurut Waluyo (2001) terdiri dari 3 (tiga)
macam, yaitu :
1. Self Assesment System
Yaitu sistm pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak
untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang, sistem pemungutan
ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
11
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang pada wajib
pajak sendiri.
b. Wajib pajak aktif, mulai menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri
pajak yang terutang.
c. Fiskus tidak ikut campur, karena indonesia adalah Negara yang menganut
self assesment system.
Beberapa keuntungan penggunaan self assesment system, yaitu :
a. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak dengan
memberikan kepercayaan penuh kepada wajib pajak untuk menghitung
dan menetapkan sendiri jumlah pajaknya akan mendorong tingkat
kesadaran masyarakat.
b. Mengandung unsur keadilan, bahwa besar dan kecilnya pajak yang
ditentukan sendiri oleh wajib pajak tentunya akan mendekati rasa keadilan.
Sebab hanya wajib pajak yang mengetahui kemampuannya untuk
membayar pajak dan bukan ditentukan oleh petugas pajak yang tidak
mengetahui pasti besarnya penghasilan kena pajak yang terutang.
c. Dapat dihindarkan campur tangan petugas pajak dalam jumlah pajak yang
terutang, karena petugas pajak berperan sebagai pengawas undang-undang
perpajakan dan bukan sebagai penentu jumlah pajak yang terutang.
2. Official Assesment System
Yaitu suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah
(fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
Sistem pemungutan ini memilik ciri-ciri sebagai berikut :
12
A. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang pada fiskus.
B. Wajib pajak bersifat pasif.
C. Hutang pajak timbul setelah di keluarkan Surat Ketetapan Pajak (SKP)
oleh fiskus.
3. With Holding System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk
meentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
Sistem pemungutan ini memiliki ciri-ciri wewenang menentukan besarnya
pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak lain selain fiskus, dan wajib
pajak.
2.1.4
Tarif Pajak
Menurut pasal 17 struktur tarif yang berhubungan dengan pola persentase, tarif
pajak dikenai 4 macam tarif menurut Waluyo (2001) :
1.
Tarif pajak proporsional/sebanding.
Tarif pajak proporsional yaitu tarif berupa persentase tetap terhadap jumlah
berapapun yang menjadi dasar pengenaan pajak.
2.
Tarif Pajak Progresif
Tarif Pajak Progresif adalah tarif pajak yang persentasenya menjadi lebih
besarapabila jumlah yang menjadi dasar pengenaan semakin besar.
3.
Tarif Pajak Degresif
Tarif Pajak Degresif adalah tarif pajak yang semakin menurun apabila jumlah
yang menjadi dasar pengenaan pajak semakin besar.
13
4.
Tarif Pajak Tetap
Tarif Pajak Tetap adalah tarif berupa jumlah yang tetap (sama besarnya)
terhadap berapapun jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak. Oleh karena
itu besarnya pajak yang terutang tetap.
Tarif PTKP pada tahun 2013
Status wajib pajak
1. Untuk diri WP orang pribadi
2. Tambahan untuk WP dengan
status kawin
3. Tambahn untuk istri yang
bekerja
4. Tambahan untuk setiap anggota
keluarga dalam garis keturunan
dan juga anak angkat menjadi
tanggungan sepenuhnya. (Max. 3
orang)
Besarnya ptkp setahun
Rp. 23.400.000
Rp. 2.025.000
Rp. 23.400.000
Rp. 2.025.000
2.2 Penghasilan
Definisi Penghasilan
Menurut Boediono (2001) Definisi Penghasilan yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak baik yang berasal
dari indonesia maupun luar indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan
dalam bentuk apapun.
2.3 Pajak Penghasilan Pasal 21
Definisi Pajak Penghasilan Pasal 21
14
Menurut Waluyo (2001) Pajak penghasilan pasal 21 adalah pajak atas penghasilan
berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama
apapun yang diterima oleh wajib pajak dalam negri sehubungan dengan pekerjaan
atau jabatan jasa, dan kegiatan.
Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21
Yang bertidak sebagai pemotong pajak penghasilan pasal 21 adalah :
a.
Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi atau badan.
b.
Bendaharawan pemerintah baik Pusat atau Daerah.
c.
Perusahaan, badan, dan bentuk usaha tetap (BUT)
d.
organisasi sosial politik, dan organisasi lainnya, serta organisasi Internasional
yang telah dientukan berdasarkan keputusan Mentri Keuangan.
Subyek Pajak Penghsailan Pasal 21
Menurut Judiseno (1997) Subyek Pajak Penghasilan Pasal 21 Pejabat Negara
adalah :
a.
Presiden dan Wakil Presiden
b.
Ketua, Wakil Ketua, dan anggota MPR, DPR, Propinsi dan DPRD
Kabupaten/kota
c.
Ketua dn Wakil Ketua BPK
d.
Ketua, Wakil Ketua, dan Hakim MA
e.
Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung
f.
Mentri dan Mentri Negara
g.
Jaksa Agung
h.
Gubernur dan Wakil Gubernur Kepala Daerah Propinsi
15
i.
Bupati dan Wakil Bupati Kepala Daerah Kabupaten
j.
Walikota dan Wakil Walikota
k.
Pegawai Negri Sipil (PNS) yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah
sebagimana diatur oleh undang-undang No. 8 tahun 1974
l.
Pegawai adalah setiap orang pribadi yang melakukan pekerjaan berdasarkan
perjanjian atau kesepakatan kerja baik tertulis maupun tidak tertulis, termasuk
yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negri atau BUMN atau BUMD
m. Pegawai dengan status Wajib Pajak Luar Negri adalah orang pribadi yang
tidak bertempat tinggal di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka
waktu 12 bulan yang menerima atau memperoleh gaji, honorarium, dan
imbalan lain sehubungan denganpekerjaan atau jasa
n.
Pegawai Tetap
o.
Tenaga lepas (seniman, olahraga, penceramah, pemberi jasa, petugas dinas
luar asuransi dll)
p.
Penerimaan Pensiun, manta pegawai, termasuk orang pribadi atau ahli
warisnya yang menerima tabungan hari tua
q.
Penerimaan Honorarium
r.
Penerima Upah
s.
Tenaga Ahli
t.
Orang pribadi lainnya yang menerima upah atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengaan pekerjaan, jasa, dan kegiatan dari pemotong pajak.
Yang Bukan Subyek Pajak Penghasilan Pasal 21, adalah :
a. Pejabat perwakilan diplomasi atau konsultan pajak lainnya dari negara dan
orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja dan bertempat
tinggal bersama mereka dengan syarat :
16
1. Bukan Warga Negara Indonesia
2. jabatan atau pekerjaan nya tersebut serta negara yang bersangkutan dan
memberikan perlakuan timbal balik.
b. Pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan oleh keputusan
mentri keungan sepanjang bukan warga negara Indonesia dan tidak
menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh pengahasilan di
Indonesia.
Objek Pajak Penghasilan Pasal 21
Yang merupakan Objek Pajak Penghasilan Pasal 21, adalah :
a. Penghasilan teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah honorarium,
premi bulanan, uang lembur, uang ganti rugi, tunjangan istri, tunjangan anak,
tunjangan jabatan, tunjangan transport, tunjangan pajak, premi asuransi yang
dibayar pemberi kerja dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun.
b. Penghasiln tidak teratur berupa jasa produksi, tunjangan cuti, tunjangan hari
raya, bonus, premi tahunan, dan penghasilan
c. Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan
d. Uang tebusan pension, uang pesangon, uang tabungan hari tua, dan
pembayaran lainnya yang sejenis
e. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan, komisi, beasiswa, dan
pembayaran lain, sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan
f. Gaji dan tunjangan lainnya yang terkait gaji.
Yang Bukan Objek Pajak Penghasilan Pasal 21, adalah :
17
a.
Pembayaran
asuransi
dan
perusahaan
asuransi
kesehatan,
asuransi
kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa
b.
Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pedirinya telah
disahkan oleh Mentri Keuangan dan Iuran Jaminan Hari Tua kepada badan
penyelenggara yang dibayar oleh pemberi kerja
c.
Pajak yang ditanggung oleh pemberi kerja
d.
Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau amil
zakat yang dibentuk oleh pemerintah dan para penerima zakat yang berhak
e.
Warisan
f.
Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam keturunan satu
garis lurus
2.4 Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi Wajib Pajak yang Memiliki
NPWP
Menurut Waluyo (2001) Tarif pajak yang digunakan sebagai tarif pemotongan
atas penghasilan yang terutang Pajak Penghasilan Pasal 21 yaitu tarif pajak
sebagaimana diatur dalam Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan,
kecuali di tetapkan lain dengan Peraturan Pemerintah. Besarnya tarif Pajak
Penghasilan Pasal 21 yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) menjadi lebih tinggi 20% (dua puluh persen)
daripada tarif yang ditetapkan terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukkan
NPWP. Kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dapat dibuktikan
dengan cara menunjukkan kartu NPWP.
Contoh :
18
Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp 75.000.000,00. Pajak yang harus dipotong
Wajib Pajak yang memiliki NPWP :
5% x Rp 50.000.000,00
Rp 2.500.000,00
15% x Rp 25.000.000,00
Rp 3.750.000,00
Jumlah
Rp 6.250.000,00
Tarif pasal 17 ayat (1) huruf “a” Undang-Undang Pajak Penghasilan diterapkan
atas Jumlah penghasilan bruto untuk setiap pembayaran imbalan kepada bukan
pegawai yang tidak bersifat berkesinambungan dan Jumlah penghasilan bruto
untuk setiap kali pembayaran yang bersifat utuh dan tidak dipecah yang diterima
oleh peserta kegiatan.
Dengan dasar itulah tarif Pasal 17 (1) huruf “a” Undang-Undang Pajak
Penghasilan inilah berdasarkan jumlah kumulatif dari Penghasilan Kena Pajak
sebesar jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP, yang diterima atau diperoleh
bukan pegawai yang memenuhi ketentuan (penerima penghasilan bukan pegawai
dapat memperoleh pengurangan berupa PTKP sepanjang yang bersangkutan telah
memiliki NPWP dan hanya memperoleh penghasilan dari hubungan kerja dengan
pemotong PPh Pasal 21 serta tidak memperoleh penghasilan lainnya) yang
dihitung setiap bulan; Penghitungan 50% (lima puluh persen) dari jumlah
penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh tenaga ahli yang melakukan
pekerjaan bebas (pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai
dan aktuaris); Jumlah penghasilan bruto untuk setiap pembayaran imbalan kepada
bukan pegawai yang bersifat berkesinambungan yang tidak memenuhi ketentuan
bukan pegawai; Jumlah penghasilan bruto berupa honorarium atau imbalan yang
19
bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau
dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap pada perusahaan
yang sama; Jumlah penghasilan bruto berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi,
bonus atau imbalan lain yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh
mantan pegawai; Jumlah penghasilan bruto berupa penarikan dana pensiun oleh
peserta program pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun
yang pendiriannya telah disahkan oleh Mentri Keuangan.
2.5 Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi Wajib Pajak yang Tidak Memiliki
NPWP
Terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
diatur tersendiri dalam menghitung besarnya PPh Pasal 21 Terutang. Aturan yang
dimaksud meliputi :
1.
Bagi penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 yang tidak memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak, dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 dengan tarif
lebih tinggi 20% (dua puluh persen) dari pada tarif yang diterapkan terhadap
Wajib Pajak yang memilik Nomor Pokok Wajib Pajak.
2.
Jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong sebagaimana dimaksud sebesar
120% (seratus du puluh persen) dari jumlah PPh Pasal 21 yang seharusnya
dipotong dalam hal yang bersangkutan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.
3.
Pemotongan PPh Pasal 21 hanya berlaku untuk pemotongan PPh Pasal 21
yang bersifat tidak final.
4.
Dalam hal pegawai tetap sebagai penerima penghasilan yang telah dipotong
PPh Pasal 21 dengan tarif yang lebih tinggi mendaftarkan diri untuk
20
memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dalam tahun kalender yang
bersangkutan paling lama sebelum pemotongan PPh Pasal 21 untuk masa
pajak Desember, PPh Pasal 21 yang telah dipotong atas selisih pengenaan
tarif sebesar 20% (dua puluh persen) lebih tinggi tersebut diperhitungkan
dengan PPh Pasal 21 yang terutang untuk bulan-bulan selanjutnya setelah
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.
Contoh :
Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp 75.000.000,00. Pajak yang harus dipotong
Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP :
5% x 120% x 50.000.000,00
Rp 3.000.000,00
15% x 120% x 25.000.000,00
Rp 4.500.000,00
Jumlah
Rp 7.500.000,00
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Sumber Data
Sumber data yang diperoleh oleh penulis adalah melalui data primer yaitu data
yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama).
Dan data primer itu adalah data yang diperoleh penulis dari responden melalui
kuisioner dan wawancara.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk
mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan
penggunaannya melalui kuisioner, wawancara, pengamatan, tes, dokumentasi dan
sebagainya.
Didalam Laporan Akhir ini penulis memilih mengumpulkan data menggunakan
tehnik kuisioner tertutup dan wawancara.
1.
Kuisioner
kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang
dijadikan responden untuk dijawabnya.
22
Meskipun terlihat mudah, teknik pengumpulan data melalui kuisioner cukup sulit
dilakukan jika respondennya cukup besar dan tersebar di berbagai wilayah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan kuisioner menurut
Sugiyono (2007) terkait dengan prinsip penulisan kuisioner, prinsip pengukuran
dan penampilan fisik.
Prinsip Penulisan Kuisioner menyangkut beberapa faktor antara lain :
1.
Isi dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan ditujukan untuk
mengukur maka harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban.
2.
Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan responden.
Tidak mungkin menggunakan bahasa yang penuh istilah-istilah bahasa
Inggris pada responden yang tidak mengerti bahasa Inggris, dsb.
3.
Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau terturup. Jika terbuka
artinya jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika pernyataan
tertutup maka responden hanya diminta untuk memilih jawaban yang
disediakan.
Dipandang dari cara menjawab, maka dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1) Kuesioner terbuka,
kuesioner yang memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab
dengan kalimatnya sendiri.
2) Kuesioner tertutup.
Kusioner yang sudah menyediakan jawabannya sehingga responden tinggal
memilih jawabannya yang ia anggap sesuai.
23
Dipandang dari jawaban yang diberikan yaitu,
1) Kuesioner langsung, yaitu jika responden menjawab tentang dirinya
2) Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden menjawab tentang orang lain
Dipandang dari bentuk pertanyaan yaitu,
1) Kuesioner pilihan ganda, ini berarti sama dengan kuesioner tertutup karena
responden hanya menjawab berdasarkan pilihan jawaban yang tersedia.
2) Kuesioner isian, ini berarti sama dengan kuesioner terbuka, karena responden
menjawab dengan kalimatnya sendiri.
3) Check list, merupakan daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda
cek pada kolom yang sesuai
4) Rating scale, yaitu pertanyaan yang diikuti oleh kolom-kolom yang
menunjukkan tingkatan, missal dari sangat setuju sampai ke sangat tidak
setuju.
Keuntungan penggunaan kuesioner adalah:
a.
Tidak memerlukan hadirnya peneliti
b.
Dapat dibuat anonym sehingga responden dapat menjawab dengan bebas dan
jujur serta tidak ada beban / tekanan
c.
Dapat dibuat standar sehingga semua responden diberikan pertanyaan yang
persis sama.
Kelemahan penggunaan kuesioner adalah:
a.
Responden sering tidak teliti dalam menjawab, sehingga ada pertanyaan yang
terlewati ( tidak terjawab).
24
b.
Walaupun dibuat anonym, kadang kadang dengan sengaja responden
memberikan jawaban yang tidak jujur.
c.
Tingkat pengembalian kuesioner yang rendah, terutama jika dikirim lewat
pos.
d.
Waktu pengembalian yang sangat bervariasi, yaitu ada yang cepat tapi juga
banyak yang terlambat sehingga menggangu atau memperlambat jadwal
penyelesaian penelitian.
Kuesioner yang disampaikan ke responden sebaiknya diberi surat pengantar. Hal
ini akan memberikan kesan bahwa responden dihargai dan sangat diharapkan
partisipasinya.
Hal yang harus ada dalam surat pengantar adalah:
1.
Alamat reponden lengkap dengan jabatannya (jika ada)
2.
Tujuan mengadakan penelitian dan pentingnya penelitian tersebut
3.
Pentingnya responden dalam penelitian ini
4.
Waktu pengisian kuesioner (misal diharapkan kuesioner dikembalikan paling
lambat 2 minggu sejak kuesioner diterima).
5.
Jika digunakan jasa pos sebaiknya disediakan amplom yang telah ditulis
lengkap alamat peneliti dan sudah diberi perangko
6.
Ucapan terima kasih kepada responden
7.
Nama jelas pengirim dan tanda tangan pengirim
25
2.
Wawancara
Menurut Uma (2007) Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data
maupun peneliti terhadap narasumber atau sumber data.
Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan sebagai studi
pendahuluan karena tidak mungkin menggunakan wawancara pada 1000
responden, sedangkan pada sampel kecil teknik wawancara dapat diterapkan
sebagai teknik pengumpul data (umumnya penelitian kualitatif)
Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.
1. Wawancara terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa
informasi yang ingin digali dari responden sehingga daftar pertanyaannya
sudah dibuat secara sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu
tape recorder, kamera photo, dan material lain yang dapat membantu
kelancaran wawancara.
2. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan
diajukan secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang
ingin digali dari responden.
3.3 Gambaran Umum Perusahaan
1.
Sejarah
PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 didirikan atas ide pengurus AJB
Bumiputera 1912 sebagai induk perusahaan yang diwakili oleh Drs. H.I.K.
26
Suprakto dan Mohammad S. Hasyim, MA sesuai dengan akte No. 7 tanggal 8
Desember 1967 dari Notaris Raden Soerojo Wongsowidjojo, SH yang
berkedudukan di Jakarta dan diumumkan dalam tambahan Berita Negara
Republik Indonesia No. 15 tanggal 20 Februari 1970. PT. Asuransi Umum
Bumiputera Muda1967 memperoleh ijin operasional dari Direktorat Lembaga
Keuangan, Direktorat Jenderal Moneter Dalam Negeri, Departeman Keuangan
Republik Indonesia melalui surat No. KEP.350/DJM/111.3/7/1973 tanggal 24 Juli
1973 dan diperpanjang sesuai Keputusan Menteri Keuangan Tahun 1986.
BUMIDA menuju cita-cita Menjadi Perusahaan Asuransi Umum yang
Memberikan Nilai Lebih bagi Stakeholder.
Kegiatan Usaha
Kegiatan Usaha PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 dibagi kedalam
enam kelompok yaitu :
a. Asuransi Kebakaran
Jenis asuransi dalam kelompok ini adalah asuransi yang menjamin resiko
kerusakan akibat kebakaran atas obyek pertagungan berupa bangunan,
perabotan, mesin, dan stock barang
b. Asuransi Kendaraan Bermotor
Jenis asuransi dalam kelompok ini adalah asuransi yang menjamin resiko
kehilangan dan kerusakan pada obyek pertyanggungan baik kendaraan
bermotor roda dua atau roda empat
c. Asuransi Kecelakaan Diri
Jenis asuransi dalam kelompok ini adalah asuransi yang menjamin resiko
meninggal dunia atau cacat dan sakit yang disebabkan oleh suatu kecelakaan.
27
d. Asuransi Kesehatan
Jenis asuransi dalam kelompok ini adalah asuransi yang menjamin atas resiko
sakit atau kecelakaan yang menyebabkan seseorang harus dirawat oleh dokter
di rumah sakit atau klinik.
e. Asuransi Aneka
Jenis asuransi dalam kelompok ini adalah asuransi yang terdiri dari berbagai
macam resiko seperti : asuransi hole in one, asuransi public liability, asuransi
uang, asuransi dokter liability dan bidan liability
f. Asuransi Surety Bond
Surety bond merupakan fasilitas jaminan yang disediakan pemerintah sebagai
alternative dari garansi bank yang dapat digunakan untuk menjamin : Tender –
tender dan jaminan lain dalam pelaksanaan proyek pembangunan yang
dibiayai oleh APBN/APBD, bantuan luar negeri dan proyek-proyek milik
pemerintah yang dikelola oleh BUMN serta proyek – proyek swasta
2.
Visi-Misi
Visi perusahaan Menjadi Perusahaan Asuransi Umum yang Memberikan Nilai
Lebih bagi Stakeholder sedangkan Misi yang diemban menghasilkan bisnis
berkualitas dengan :
Menciptakan sumberdaya manusia yang unggul, mengintegrasikan system dan
teknologi informasi, melakukan inovasi terus-menerus, mengembangkan jaringan
layanan yang luas dan mengoptimalkan BUMIPUTERA group.
28
3.
Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan suatu mekanisme untuk mencapai tujuan
perusahaan. Agar mekanisme itu dapat berjalan lancar maka harus ditentukan
struktur organisasi yang dibutuhkan guna mencapai tujuan tersebut dan perlu
adanya pembagian kerja yang jelas sehingga terhindar dari tumpang tindih
pelaksanaan tugas dan weweang. Oleh karena itu pimpinan harus dapat memilih
dan mununjuk orang yang tepat untuk menjalankan atau melaksanakan tugas dan
wewenang sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
perusahaan. Berikut ini adalah bentuk struktur organisasi yang dibuat oleh PT.
Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Cabang Lampung (Gambar3.3) dan
sekaligus hubungan organisasi, peran dan rincian tugas dari masing-masing
bagian dalam struktur tersebut.
Gambar 1
Struktur Organisasi
PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Cabang Lampung
Kepala
Cabang
Kasie
Teknik
Staf
Klaim
Staf
Klaim
Kasie
Pemasaran
Kasie
Keuanga
n
Staf
Polis
Account
ing
Kasir
Resepsi
onis
Staf
Pemasar
an
Account
Officer
Account
Officer
Liability
Agen
Korpora
si
Supervis
or Retail
Supervis
or
Sinergi
Agen
Korpora
si
Marketi
ng
Marketi
ng
Marketi
ng
Sumber : PT. Asuransi Umum Bumi Putera Muda 1967
27
Marketi
ng
28
1. Kepala Cabang
a.
Hubungan Organisasi :
Bertanggung jawab kepada direktur utama dan membawahi langsung
a)
Kepala seksi Pemasaran
b) Kepala seksi Keuangan dan Umum
c)
b.
Kepala Seksi Tehnik
Peran : Perwakilan dari managemen di kantor cabang untuk
memimpin proses opersional dan mengatur strategi suatu kantor untuk
mencapai target – target yang telah ditetapkan oleh kantor pusat, yang
terdiri dari tercapainya target produksi, target surplus underwriting,
minimalisasi outstanding premi, efisiansi biaya dan terbentuknya
organisasi pemasaran dan dinas dalam yang produktif.
c.
Rincian tugas :
a)
Menyusun starategi opersional di kantor cabang dimulai dari
pembuatan
program
kerja
dan
anggaran,
rencana
operasional/action plan, beban dan target kerja dari setiap yang
berada dibawahnya.
b) Mengarahkan, mengkoordinir dan mensupervisi kepala seksi, staf
dan mitra kerja untuk melaksanakan program kerja dan mencapai
target kerja yang telah ditentukan.
c)
Melaksanakan program kerja yang telah dibuat yaitu mencapai
target produksi, target surplus underwriting, minimlaisasi
outstanding premi, dan mengendalikan biaya secara konsisten
29
d) Menganalisa dan mengevaluasi laporan-laporan yang berkaitan
dengan bidang pemasaran, tehnik, keuangan, personalia dan
umum serta mencarikan solusi dari permasalahan yang timbul
2. Kepala Seksi Tehnik
a.
Hubungan organisasi :
Bertanggung jawab kepada Kepala Cabang dan membawahi langsung:
a)
Staf MT
b) Staf Administrasi Klaim dan Polis
b.
Peran : Membantu kepala cabang untuk merumuskan, melaksanakan
kebijakan atau strategi cabang di bidang tehnik yaitu mencapai hasil
underwriting sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
c.
Rincian tugas
a)
Menyusun startegi operasional dibidang tehnik di cabang untuk
mencapai target yang ditetapkan
b) Melakukan analisa resiko dan survey atas prospek dan klaim yang
masuk ke cabang sesuai dengan kebijakan underwriting
c)
Membuat laporan-laporan secara akurat dan tepat
d) Meningkatkan kualitas SDM dibidang tehnik cabang melalui
pendidikan dan pelatihan.
e)
Memberikan masukan kepada kepala cabang atas perkembangan
bidang tehnik cabang
3. Kepala Seksi Pemasaran
a.
Hubungan organisasi :
Bertanggung jawab kepada Kepala Cabang dan membawahi langsung:
30
a)
Staf MT
b) Staf Administrasi
b.
Peran : Membantu kepala cabang untuk merumuskan, melaksanakan
kebijakan atau strategi cabang dibidang pemasaran yaitu mencapai
hasil hasil produksi sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
c.
Rincian Tugas
a) Menyusun startegi operasional dibidang pemasaran di cabang
untuk mencapai target yang ditetapkan
b) Melakukan pemenuhan struktur organisasi dibidang pemasaran
seperti agen, supervisor dan account officer
c) Meningkatkan kualitas SDM di bidang pemasaran cabang melalui
pendidikan dan pelatihan
d) Memberikan masukan kepada kepala cabang atas perkembangan
di bidang pemasaran.
4. Kepala Seksi Keuangan, Personalia dan Umum
a.
Hubungan organisasi
Bertanggung jawab kepada kepala cabang dan membawahi langsung :
a)
Staf MT
b) Staf administrasi/kasir
b.
Peran : Membantu kepala cabang untuk merumuskan, melaksanakan
kebijakan atau startegi cabang dibidang keuangan, personalia dan
umum sesuai dengan target yang ditetapkan.
31
c.
Rincian Tugas
a)
Menyusun strategi operasional dibidang keuangan, personalia dan
umumdi cabang untuk mencapai target yang ditetapkan
b) Membuat laporan - laporan keuangan, personalia dan umum
secara akurat dan tepat
c)
Meningkatkan kualitas SDM dibidang keuangan, personalia dan
umum cabang melalui pendidikan dan pelatihan
d) Memberikan masukan kepada kepala cabang atas perkembangan
dibidang keuangan, personalia dan umum.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kuisioner yang penulis bagikan kepada 12 orang pegawai tetap
pada PT. Asuransi Umum Bumi Putera Muda 1967 Kantor Cabang Bandar
Lampung dapat disimpulkan bahwa tingkat pemahaman karyawan atas
pemotongan PPh Pasal 21 sangat rendah, yaitu sebesar 15,48% karyawan yang
memahami, sedangkan 52,38% karyawan yang tidak memahami tentang
pemotongan PPh Pasal 21 tersebut dan sisanya adalah yang memilih netral.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas bahwa tingkat pemahaman karyawan PT. Asuransi
Umum Bumi Putera Muda 1967 tentang pemotongan PPh Pasal 21 masih kurang
baik, oleh karena itu sebaiknya dilakukan penyuluhan tentang pajak dan
mengikuti seminar mengenai pajak khususnya tentang pemotongan PPh Pasal 21
agar para karyawan mengerti dan mengetahui berapa besar pemotongan PPh Pasal
21 atas gaji yang mereka terima.
DAFTAR PUSTAKA
Brotodiharjo, R, Santoso (1991). Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Bandung : PT
Eresco.
Dr. Mardiasmo, MBA., Akt (2001). Perpajakan. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Dr. Waluyo, M.Sc.,Akt (2001). Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat.
Wirawan B. Ilyas (2000). Hukum Pajak. Bandung : Salemba Empat.
Boediono, B (2001). Perpajakan Indonesia. Jakarta : Media Jakarta.
Rimzky, K Judiseno (1997). Pajak dan Strategi Bisnis. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.
TINGKAT PEMAHAMAN PARA KARYAWAN ASURANSI UMUM
BUMI PUTERA MUDA 1967 CABANG BANDAR LAMPUNG ATAS
PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN (PPH) PASAL 21
Oleh
ELIZA PRATIWI
Asuransi Umum Bumi Putera Muda 1967 Cabang Bandar Lampung merupakan
perusahaan asuransi tertua yang ada di Indonesia. Hal ini tidak lepas dari kerja
keras para agen asuransi. Asuransi Umum Bumi Putera Muda 1967 Cabang
Bandar Lampung merupakan suatu lembaga yang menjalankan usaha yang dibagi
kedalam enam kelompok yaitu: Asuransi Kebakaran, Asuransi Kendaraan
Bermotor, Asuransi Kecelakaan Diri, Asuransi Kesehatan, Asuransi Aneka,
Asuransi Surety Bond. Berdasarkan hal ini diharapkan dengan mengadakan
perjanjian asuransi, maka akan memberikan perlindungan proteksi baik bagi diri
sendiri maupun keluarga terutama bagi anak-anaknya yang masih membutuhkan
biaya pendidikan. Dengan kewajiban membayar premi dengan cara bayar bulanan,
setengah tahunan, tahunan, tunggal dan sekaligus.
Permasalahan yang timbul di laporan akhir ini adalah apakah tingkat pemahaman
karyawan PT Asuransi Umum Bumi Putera Muda tentang pemotongan PPh Pasal
21 atas gaji yang mereka terima sudah mencapai angka baik atau belum.
Dalam penulisan laporan ini, penulis menggunakan metode studi kepustakaan,
studi lapangan, dan analisa lapangan, dimana penulis melakukan pengamatan
langsung di kantor Asuransi Umum Bumi Putera Muda 1967 Cabang Bandar
Lampung, untuk mendapatkan informasi yang diperlukan.
Berdasarkan hasil kuisioner yang penulis bagikan kepada 12 orang pegawai tetap
pada PT. Asuransi Umum Bumi Putera Muda 1967 Kantor Cabang Bandar
Lampung dapat disimpulkan bahwa tingkat pemahaman karyawan atas
pemotongan PPh Pasal 21 sangat rendah, yaitu sebesar 15,48% karyawan yang
memahami, sedangkan 52,38% karyawan yang tidak memahami tentang
pemotongan PPh Pasal 21 tersebut dan sisanya adalah yang memilih netral.
TINGKAT PEMAHAMAN PARA KARYAWAN ASURANSI UMUM
BUMI PUTERA MUDA 1967 CABANG BANDAR LAMPUNG ATAS
PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN (PPH) PASAL 21
Oleh
Eliza Pratiwi
Laporan Akhir
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
AHLI MADYA (A.Md)
Pada
Program Studi DIII Perpajakan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 3 September 1993 di Bandar Lampung dan
merupakan anak ke 3 dari ayahanda H. Garde Agus Taufik dan ibunda Zakiyah.
Pendidikan taman kanak-kanak (TK) Pertiwi di Bandar Lampung diselesaikan
dari tahun 1998 sampai tahun 1999, Pendidikan Sekolah Dasar di selesaikan oleh
penulis dari tahun 1999 sampai tahun 2005 di Sekolah Dasar Negri 2 Rawa Laut
Teladan Bandar Lampung. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di selesaikan
dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 di SMP Kartika II-2 (PERSIT) Bandar
Lampung, dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 penulis menyelesaikan
pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 5 Bandar Lampung. Dan
pada tahun 2011 penulis diterima di Universitas Lampung (UNILA) pada Fakultas
Ekonomi Program Studi DIII Perpajakan.
Pada tanggal 4 Februari 2014 sampai dengan tanggal 4 April 2014, penulis
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Asuransi Umum Bumi
Putera Muda 1967 Cabang Bandar Lampung.
MOTO
Janganlah larut dalam suatu kesedihan karena masih ada hari esok yang
menyongsong dengan sejuta kebahagiaan.
PERSEMBAHAN
Penulis mempersembahkan laporan ini kepada :
1.
Kedua orang tua yang paling aku sayangi papa Garde dan mama kiyah.
2.
Kedua kakak ku Sofia Zahara dan Dwi Asmaniar.
3.
Adik-adik ku Annisa Fahira dan Gradenia Afriza. Dan juga untuk M. Adji
Mulia Putra Jaya, sahabat – sahabat seperjuangan ku Desty Faradita, Ike
Muharani, Bunga Arsela, Desi Nopita Sari, Lilia Rahmalia, Yanny Octaviany
serta teman – teman D3 Perpajakan angkatan 2011 Indah Tiara, Citra, Tami,
Hannylia, Dira, Dona Maria, Cindy, Indah Nurma, Ellen, Dwi, Ayu, Gita,
Edo, Happy, Garda, Nando, Galuh, Hadi, David, Fajar, Awan, Jibon, Heru,
Bani, Dodi, Frans, Doki, dan Andre yang telah memberikan support dalam
menyelesaikan laporan akhir ini.
4.
Almamater tercinta yang telah mendidik dan mendewasakanku.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ v
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi
MOTTO .......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
1.2 Permasalahan ............................................................................. 5
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................... 5
1.4 Metode Penulisan ........................................................................ 6
1.5 Sistematika Penulisan ................................................................ 6
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pajak............................................................................................ 8
2.1.1 Pengertian Pajak ................................................................ 8
2.1.2 Fungsi Pajak ..................................................................... 9
2.1.3 Jenis – Jenis Pajak ............................................................. 9
1.1.3 Sistem Pemungutan Pajak ................................................. 10
1.1.4 Tarif Pajak ......................................................................... 12
2.2 Penghasilan ................................................................................. 14
2.3 Pajak Penghasilan Pasal 21 ......................................................... 14
2.4 Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi Wajib Pajak yang
Memiliki NPWP ......................................................................... 18
2.5 Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi Wajib Pajak yang
Tidak Memiliki NPWP ............................................................... 20
BAB III METODE PENULISAN
3.1 Sumber Data ............................................................................... 19
3.2 Metode Pengumpulan Data ......................................................... 19
3.3 Gambaran Umum Perusahaan .................................................... 23
BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Identitas Responden .................................................................... 32
4.1.1. Usia Responden ............................................................... 32
4.1.2. Jenis Kelamin Responden ................................................. 32
4.1.3. Jabatan Responden ............................................................ 32
4.2 Kualitas Pengetahuan ................................................................... 33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 43
5.2 Saran ........................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Usia Responden................................................................................ 32
Tabel 2. Jenis Kelamin Responden ................................................................ 33
Tabel 3. Jabatan Responden ........................................................................... 33
Tabel 4. Pengetahuan karyawan terhadap pengertian NPWP ........................ 35
Tabel 5. Pengetahuan karyawan terhadap tujuan NPWP. .............................. 35
Tabel 6. Pengetahuan karyawan yang mengerti tentang keuntungan
memiliki NPWP............................................................................... 36
Tabel 7. Pengetahuan karyawan tentang sejak kapan NPWP diberlakukan .. 36
Tabel 8. Pengetahuan karyawan yang mengerti tentang PPh Pasal 21 .......... 37
Tabel 9. Pengetahuan karyawan tentang tujuan diadakannya PPh Pasal 21 .. 37
Tabel 10. Pegetahuan karyawan tentang berapakah jumlah pemotongan
PPh Pasal 21 atas gaji yang mereka terima. .................................... 38
Tabel 11. Pengetahuan karyawan tentang syarat pemotongan PPh Pasal 21
atas gaji yang mereka terima .......................................................... 38
Tabel 12. Pengetahuan karyawan tentang cara pemotongan PPh Pasal 21
atas gaji yang mereka terima ........................................................... 39
Tabel 13. Pengetahuan karyawan tentang berapa persenkah pemotongan
PPh Pasal 21 bagi karyawan yang memiliki NPWP ....................... 39
Tabel 14. Pengetahuan karyawan tentang berapa persenkah pemotongan
PPh Pasal 21 bagi karyawan yang tidak memiliki NPWP .............. 40
Tabel 15. Pengetahuan karyawan tentang pengertian Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP). ........................................................................ 41
Tabel 16. Pengetahuan karyawan tentang pengaruh PTKP terhadap
Pemotongan PPh Pasal 21. .............................................................. 41
Tabel 17. rata-rata hasil kuisioner .................................................................... 42
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Struktur Organisasi PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967
Cabang Lampung............................................................................. 21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan dalam jangka waktu tertentu yang secara umum bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, baik kesejahteraan material maupun
spiritual secara keseluruhan dan merata dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Hal ini dapat terealisasi apabila masyarakat berperan aktif dalam mewujudkannya.
Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut salah satunya yaitu melalui
pembayaran pajak secara aktif kepada negara melalui instansi-instansi yang
ditunjuk oleh pemerintah Republik Indonesia. Meskipun masih banyak sektor lain
seperti minyak dan gas bumi, serta bantuan luar negri.
Hal ini bisa dibuktikan saat negara kita dilanda krisis berkepanjangan sampai saat
inipun masih diragukan apakah negara kita bisa menumbuhkan keadaan
perekonomian, sektorpajak masih tetap memiliki nilai besar bahkan mengalami
kenaikan serta menembus sampai pada prosentase terbesar dari sektor non migas
sementara sektor non migas cenderung mengalami penurunan dan juga bantuan
luar negri yang bunganya bisa membesar seiring fluktuasi mata uang dolar
terhadap rupiah.
2
Diharapkan pemasukan dari pajak terus dinaikkan salah satunya dengan
mengadakan kebijakan-kebijakan baru seperti ekstensifikasi dan intensifikasi
obyek pajak baru sedangkan intensifikasi perpajakan dilaksanakan dengan
berorientasi pada peningkatan kepatuhan dan kesadaran wajib pajak, suatu misal
dengan cara pengadaan penyuluhan langsung pada masyarakat. Dengan
banyaknya perusahan baru yang muncul ataupun yang sudah lama serta instansiinstansi pemerintah diharapkan pemasukan dari pajak penghasilan yang
digunakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional nantinya.
Menurut Waluyo (2001) secara umum dapat dikatakan pajak adalah suatu
pungutan iuran wajib dari masyarakat kepada negara yang diatur berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan hasilnya akan digunakan
untuk
membiayai
pengeluaran-pengeluaran
negara
dalam
melaksanakan
pembangunan nasional, serta mempunyai fungsi sebagai sumber keuangan negara
(budgetair) dan fungsi yang lebih luas lagi yaitu fungsi mengatur (reguleren).
Pendapat dari sektor perpajakan bukanlah monopoli pekerjaan yang dilakukan
oleh pemerintah saja, melainkan melibatkan banyak pihak dan aspek. Pembahasan
perpajakan tidak lepas dari masalah bagaimana menghitung, memotong, menyetor
dan melaporkan pajak.
Dalam melakukan perhitungan pajak, sangat penting untuk mengatahui lebih
dahulu keadaan, perbuatan dan peristiwa-peristiwa yang melibatkan objek, subjek,
dan tarif pajak, yang merupakan tiga aspek terkait yang tidak terpisahkan. Wajib
3
pajak tidak mungkin melakukan perhitungan pajak jika satu unsur dari ketiga
unsur diatas tidak dilibatkan.
Kendati demikian, masalah perhitungan, pemotongan, penyetoran dan pelaporan
pajak tidak hanya terdiri dari tiga aspek terkait diatas, tetapi lebih dari itu.
Keberadaan ketiga aspek diatas harus diperkuat dengan peraturan-peraturan yang
mendasarinya. Seperti harus ada pembatasan yang mengenai apa yang dikenakan
pajak, siapa yang harus dipotong pajak, siapa yang memotong pajak, berapa besar
pajak yang akan dikenakan, keadaan bagaimana yang dapat menimbulkan adanya
utang pajak dan hapusnya utang pajak, sanksi apa bagi para pelanggar pajak dan
semua peraturan yang mendasari hubungan hukum antara pemerintah dan
masyarakat pajak.
Selanjutnya dasar hukum penggunaan pajak penghasilan pasal 21 Undang-undang
no 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 10 tahun 1994, Kemudian diubah terakhir dengan
Undang-undang Nomor 17 tahun 2000.
Undang-undang pajak penghasilan telah menetapkan sistem pemungutan pajak
penghasilan secara self assesment, dimana wajib pajak diberi kepercayaan dan
tanggung jawab penuh dari pemerintah untuk menghitung, membayar, dan
melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang. Dengan sistem ini pemerintah
berharap agar pelaksanaan pemungutan pajak penghasilan dapat berjalan dengan
lebih mudah dan lancar.
4
PT Asuransi Umum Bumi Putera Muda 1967 Cabang Bandar Lampung
mempunyai
kewajiban
melakukan
perhitungan
dan
pemotongan
pajak
penghasilan pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap karena bertindak sebagai
pemberi kerja. Karyawan PT Asuransi Umum Bumi Putera Muda 1967 Cabang
Bandar Lampung menerima penghasilan berupa gaji pokok, tunjangan pajak
penghasilan,tunjangan cuti dan bonus.
Atas penghasilan yang diterima oleh pegawai tetap PT Asuransi Umum Bumi
Putera Muda 1967 cabang Bandar Lampung maka bendaharawan PT Asuransi
Umum Bumi Putera Muda 1967 cabang Bandar Lampung wajib melakukan
perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan pasal 21 atas penghasilan kena
pajak yang sesuai dengan Undang-undang No.36 tahun 2009 pasal 212 tentang
pajak penghasilan.
Karena sangatlah penting bagi karyawan untuk mengetahui tentang tata cara
perhitungan pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas gaji yang mereka
terima agar mereka dapat mengetahui dan menghitung sendiri jumlah atau hasil
atas pajak yang harus dipotong dari gaji mereka.
Dengan latar belakang diatas maka penulis ingin mengetahui apakah tingkat
pengetahuan para karyawan tetap PT Asuransi Umum Bumi Putera Muda tentang
pemotongan pajak penghasilan (pph) pasal 21 sudah mencapai angka yang baik
atau belum.
Berkenaan dengan hal tersebut berhubungan dengan pajak, maka penulis tertarik
untuk menulis laporan akhir dengan judul :
5
“Tingkat Pemahaman Para Karyawan Asuransi Umum Bumi Putera Muda
1967 Cabang Bandar Lampung Atas Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh)
Pasal 21”.
1.2 Permasalahan
Karyawan PT Asuransi Umum Bumi Putera Muda 1967 setiap bulannya akan
menerima gaji dimana gaji yang diterima oleh setiap karyawan jumlahnya
bervariasi. Gaji para karyawan tersebut tidak semuanya dapat di kenakan pajak
penghasilan, tergantung dari jumlah gaji yang diterima dan tergantung dari status
mereka. Akan tetapi masih sangat banyak para karyawan yang kurang mengerti
tentang pemotongan PPh Pasal 21 atas gaji yang mereka terima, itu di sebabkan
karena kurangnya para karyawan yang mengikuti seminar – seminar tentang
pajak, dan kurang nya aplikasi – aplikasi tentang pajak yang memadai di
perusahaan tersebut, juga kurangnya kemauan para karyawan untuk mencari tahu
tentang perpajakan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang terjadi
adalah apakah tingkat pemahaman karyawan PT. Asuransi Umum Bumi Putera
Muda tentang pemotongan PPh Pasal 21 atas gaji yang mereka terima sudah
mencapai angka baik atau belum?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah
6
1.
Untuk mengetahui tingkat pemahaman para karyawan PT Asuransi Umum
Bumi Putera Muda 1967 yang mengerti tentang pemotongan PPh pasal 21
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan adalah
1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada progaram studi
D3 Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.
2. Untuk menambah wawasan penulis mengenai aturan dan hal – hal yang
berkaitan dengan perpajakan.
3. Sebagai sumbangan pemikiran bagi perusahaan untuk mengambil
kebijakan perpajakan di masa yang akan datang.
4. Sebagai laporan akhir dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang telah
dilaksanakan tanggal 4 februari sampai dengan 3 april 2014.
1.5 Metode Penulisan
1.
Studi Kepustakaan
Dengan membaca dan mempelajari bahan juga data yang berhubungan
dengan penulisan dan buku-buku perpajakan
2.
Studi Lapangan
Dalam penulisan ini penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan selama
dua bulan terhitung sejak tanggal 04 februari 2014 sampai dengan 03 april
2014 di PT Asuransi Umum Bumi Putera Muda 1967 cabang Bandar
Lampung.
3.
Analisa Lapangan
Dengan cara membuat kuisioner mengenai pengetahuan karyawan tentang
Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 dan menganalisisnya.
7
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari Laporan Akhir ini terdiri dari 4 (empat), yaitu :
BAB I. PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalah, alasan memilih tema, metode penulisan,
dan sistematika penulisan
BAB II. LANDASAN TEORI
Berisi uraian tentang landasan teori atau konsepsi yang digunakan untuk
pembahasan serta deskripsi mengenai data dan fakta yang dijumpai selama
Praktek Kerja Lapangan yang relevan dan berhubungan erat dengan judul dan
pokok bahasan laporan.
BAB III. METODE PENULISAN
Bab III berisi uraian tentang sumber data, metode pengumpulan data, dan
gambaran umum perusahaan (sejarah, visi-misi, struktur organisasi)
BAB IV. PEMBAHASAN
Bab ini berisi analisis/evaluasi terhadap data dan fakta yang dikemukakan dalam
Bab III, yang minimal mencakup: Penetapan rencana operasional kegiatan,
Identifikasi karakteristik kegiatan yang menjadi sasaran dengan teori, Analisis
kelemahan dan keunggulannya, Pengajuan solusi alternatif.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
Bab V minimal berisi kesimpulan yang dapat ditarik dari analisis/evaluasi di Bab
IV dan saran-saran yang diajukan sesuai dengan kesimpulan-kesimpulan tersebut.
8
DAFTAR PUSAKA
LAMPIRAN
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pajak
2.1.1
Pengertian Pajak
Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan
tentang pajak, diantaranya pengertian pajak menurut Santoso (1991)
“ Pajak merupakan iuran kepada negara (yang dipaksakan) yang terutang oleh
yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat
prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang
menyelenggarakan pemerintahan.”
Dalam definisi diatas lebih memfokuskan pada fungsi anggaran dan pajak,
sedangkan pajak masih mempunyai fungsi yang lainnya yaitu fungsi mengatur.
Apabila memperhatikan coraknya, dalam memberikan batasan pengertian pajak
dapat dibedakan dari berbagai macam ragamnya, yaitu dari segi ekonomi, segi
hukum, segi sosiologi, dan lain sebagainya. Hal ini juga akan mewarnai titik berat
yang diletakkannya, sebagai contoh : segi penghasilan dan segi daya beli, namun
kebanyakan lebih bercorak pada ekonomi.
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada
pengertian pajak antara lain :
9
1.
Pajak dapat dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaan
yang dapat dipaksakan.
2.
Pajak dipungut oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun daerah.
3.
Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi
secara langsung oleh pemerintah.
4.
Pajak diguakan untuk membiayai rumah tangga negara, yaknipengeuaran
yang bermanfaat bagi masyarakat.
2.1.2
Fungsi Pajak
Dari ciri-ciri tersebut terlihat adanya dua fungsi pajak menurut Ilyas (2000) yaitu:
1.
Fungsi Penerimaan
Pajak berfungsi sebagai sumber dana pembiayaan pengeluaran pemerintah.
2.
Fungsi Mengatur
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksaakan kebijakan di
bidang sosial dan ekonomi.
2.1.3
Jenis – Jenis Pajak
Menurut Mardiasmo (2001) Pembagian pajak dapat dibedakan menurut golongan,
sifat dan pemungutannya
1. Menurut Golongan
a.
Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat
dilimpahkan kepada pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung
Wajib Pajak yang bersangkutan.
b.
Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat
dilimpahkan kepada pihak lain.
10
2. Menurut Sifatnya
a.
Pajak subyektif adalah pajak yang berpangkal pada subyeknya yang
selanjutnya dicari syarat objektifnya.
Contoh : Pajak Penghasilan
b.
Pajak obyektif adalah pajak yang berdasarkan obyeknya tanpa
memperhatikan diri Wajib Pajak.
Contoh : pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah (PPnBM).
3. Menurut Pemungutannya
a.
Pajak Pusat adalah Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.
Contoh : Pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan
atas barang mewah, pajak bumi dan bangunan, dan bea materai.
b.
Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
Contoh : Pajak Reklame, dan Pajak Hiburan.
2.1.3
Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak yang menurut Waluyo (2001) terdiri dari 3 (tiga)
macam, yaitu :
1. Self Assesment System
Yaitu sistm pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak
untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang, sistem pemungutan
ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
11
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang pada wajib
pajak sendiri.
b. Wajib pajak aktif, mulai menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri
pajak yang terutang.
c. Fiskus tidak ikut campur, karena indonesia adalah Negara yang menganut
self assesment system.
Beberapa keuntungan penggunaan self assesment system, yaitu :
a. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak dengan
memberikan kepercayaan penuh kepada wajib pajak untuk menghitung
dan menetapkan sendiri jumlah pajaknya akan mendorong tingkat
kesadaran masyarakat.
b. Mengandung unsur keadilan, bahwa besar dan kecilnya pajak yang
ditentukan sendiri oleh wajib pajak tentunya akan mendekati rasa keadilan.
Sebab hanya wajib pajak yang mengetahui kemampuannya untuk
membayar pajak dan bukan ditentukan oleh petugas pajak yang tidak
mengetahui pasti besarnya penghasilan kena pajak yang terutang.
c. Dapat dihindarkan campur tangan petugas pajak dalam jumlah pajak yang
terutang, karena petugas pajak berperan sebagai pengawas undang-undang
perpajakan dan bukan sebagai penentu jumlah pajak yang terutang.
2. Official Assesment System
Yaitu suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah
(fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
Sistem pemungutan ini memilik ciri-ciri sebagai berikut :
12
A. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang pada fiskus.
B. Wajib pajak bersifat pasif.
C. Hutang pajak timbul setelah di keluarkan Surat Ketetapan Pajak (SKP)
oleh fiskus.
3. With Holding System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk
meentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
Sistem pemungutan ini memiliki ciri-ciri wewenang menentukan besarnya
pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak lain selain fiskus, dan wajib
pajak.
2.1.4
Tarif Pajak
Menurut pasal 17 struktur tarif yang berhubungan dengan pola persentase, tarif
pajak dikenai 4 macam tarif menurut Waluyo (2001) :
1.
Tarif pajak proporsional/sebanding.
Tarif pajak proporsional yaitu tarif berupa persentase tetap terhadap jumlah
berapapun yang menjadi dasar pengenaan pajak.
2.
Tarif Pajak Progresif
Tarif Pajak Progresif adalah tarif pajak yang persentasenya menjadi lebih
besarapabila jumlah yang menjadi dasar pengenaan semakin besar.
3.
Tarif Pajak Degresif
Tarif Pajak Degresif adalah tarif pajak yang semakin menurun apabila jumlah
yang menjadi dasar pengenaan pajak semakin besar.
13
4.
Tarif Pajak Tetap
Tarif Pajak Tetap adalah tarif berupa jumlah yang tetap (sama besarnya)
terhadap berapapun jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak. Oleh karena
itu besarnya pajak yang terutang tetap.
Tarif PTKP pada tahun 2013
Status wajib pajak
1. Untuk diri WP orang pribadi
2. Tambahan untuk WP dengan
status kawin
3. Tambahn untuk istri yang
bekerja
4. Tambahan untuk setiap anggota
keluarga dalam garis keturunan
dan juga anak angkat menjadi
tanggungan sepenuhnya. (Max. 3
orang)
Besarnya ptkp setahun
Rp. 23.400.000
Rp. 2.025.000
Rp. 23.400.000
Rp. 2.025.000
2.2 Penghasilan
Definisi Penghasilan
Menurut Boediono (2001) Definisi Penghasilan yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak baik yang berasal
dari indonesia maupun luar indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan
dalam bentuk apapun.
2.3 Pajak Penghasilan Pasal 21
Definisi Pajak Penghasilan Pasal 21
14
Menurut Waluyo (2001) Pajak penghasilan pasal 21 adalah pajak atas penghasilan
berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama
apapun yang diterima oleh wajib pajak dalam negri sehubungan dengan pekerjaan
atau jabatan jasa, dan kegiatan.
Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21
Yang bertidak sebagai pemotong pajak penghasilan pasal 21 adalah :
a.
Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi atau badan.
b.
Bendaharawan pemerintah baik Pusat atau Daerah.
c.
Perusahaan, badan, dan bentuk usaha tetap (BUT)
d.
organisasi sosial politik, dan organisasi lainnya, serta organisasi Internasional
yang telah dientukan berdasarkan keputusan Mentri Keuangan.
Subyek Pajak Penghsailan Pasal 21
Menurut Judiseno (1997) Subyek Pajak Penghasilan Pasal 21 Pejabat Negara
adalah :
a.
Presiden dan Wakil Presiden
b.
Ketua, Wakil Ketua, dan anggota MPR, DPR, Propinsi dan DPRD
Kabupaten/kota
c.
Ketua dn Wakil Ketua BPK
d.
Ketua, Wakil Ketua, dan Hakim MA
e.
Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung
f.
Mentri dan Mentri Negara
g.
Jaksa Agung
h.
Gubernur dan Wakil Gubernur Kepala Daerah Propinsi
15
i.
Bupati dan Wakil Bupati Kepala Daerah Kabupaten
j.
Walikota dan Wakil Walikota
k.
Pegawai Negri Sipil (PNS) yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah
sebagimana diatur oleh undang-undang No. 8 tahun 1974
l.
Pegawai adalah setiap orang pribadi yang melakukan pekerjaan berdasarkan
perjanjian atau kesepakatan kerja baik tertulis maupun tidak tertulis, termasuk
yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negri atau BUMN atau BUMD
m. Pegawai dengan status Wajib Pajak Luar Negri adalah orang pribadi yang
tidak bertempat tinggal di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka
waktu 12 bulan yang menerima atau memperoleh gaji, honorarium, dan
imbalan lain sehubungan denganpekerjaan atau jasa
n.
Pegawai Tetap
o.
Tenaga lepas (seniman, olahraga, penceramah, pemberi jasa, petugas dinas
luar asuransi dll)
p.
Penerimaan Pensiun, manta pegawai, termasuk orang pribadi atau ahli
warisnya yang menerima tabungan hari tua
q.
Penerimaan Honorarium
r.
Penerima Upah
s.
Tenaga Ahli
t.
Orang pribadi lainnya yang menerima upah atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengaan pekerjaan, jasa, dan kegiatan dari pemotong pajak.
Yang Bukan Subyek Pajak Penghasilan Pasal 21, adalah :
a. Pejabat perwakilan diplomasi atau konsultan pajak lainnya dari negara dan
orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja dan bertempat
tinggal bersama mereka dengan syarat :
16
1. Bukan Warga Negara Indonesia
2. jabatan atau pekerjaan nya tersebut serta negara yang bersangkutan dan
memberikan perlakuan timbal balik.
b. Pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan oleh keputusan
mentri keungan sepanjang bukan warga negara Indonesia dan tidak
menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh pengahasilan di
Indonesia.
Objek Pajak Penghasilan Pasal 21
Yang merupakan Objek Pajak Penghasilan Pasal 21, adalah :
a. Penghasilan teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah honorarium,
premi bulanan, uang lembur, uang ganti rugi, tunjangan istri, tunjangan anak,
tunjangan jabatan, tunjangan transport, tunjangan pajak, premi asuransi yang
dibayar pemberi kerja dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun.
b. Penghasiln tidak teratur berupa jasa produksi, tunjangan cuti, tunjangan hari
raya, bonus, premi tahunan, dan penghasilan
c. Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan
d. Uang tebusan pension, uang pesangon, uang tabungan hari tua, dan
pembayaran lainnya yang sejenis
e. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan, komisi, beasiswa, dan
pembayaran lain, sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan
f. Gaji dan tunjangan lainnya yang terkait gaji.
Yang Bukan Objek Pajak Penghasilan Pasal 21, adalah :
17
a.
Pembayaran
asuransi
dan
perusahaan
asuransi
kesehatan,
asuransi
kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa
b.
Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pedirinya telah
disahkan oleh Mentri Keuangan dan Iuran Jaminan Hari Tua kepada badan
penyelenggara yang dibayar oleh pemberi kerja
c.
Pajak yang ditanggung oleh pemberi kerja
d.
Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau amil
zakat yang dibentuk oleh pemerintah dan para penerima zakat yang berhak
e.
Warisan
f.
Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam keturunan satu
garis lurus
2.4 Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi Wajib Pajak yang Memiliki
NPWP
Menurut Waluyo (2001) Tarif pajak yang digunakan sebagai tarif pemotongan
atas penghasilan yang terutang Pajak Penghasilan Pasal 21 yaitu tarif pajak
sebagaimana diatur dalam Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan,
kecuali di tetapkan lain dengan Peraturan Pemerintah. Besarnya tarif Pajak
Penghasilan Pasal 21 yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) menjadi lebih tinggi 20% (dua puluh persen)
daripada tarif yang ditetapkan terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukkan
NPWP. Kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dapat dibuktikan
dengan cara menunjukkan kartu NPWP.
Contoh :
18
Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp 75.000.000,00. Pajak yang harus dipotong
Wajib Pajak yang memiliki NPWP :
5% x Rp 50.000.000,00
Rp 2.500.000,00
15% x Rp 25.000.000,00
Rp 3.750.000,00
Jumlah
Rp 6.250.000,00
Tarif pasal 17 ayat (1) huruf “a” Undang-Undang Pajak Penghasilan diterapkan
atas Jumlah penghasilan bruto untuk setiap pembayaran imbalan kepada bukan
pegawai yang tidak bersifat berkesinambungan dan Jumlah penghasilan bruto
untuk setiap kali pembayaran yang bersifat utuh dan tidak dipecah yang diterima
oleh peserta kegiatan.
Dengan dasar itulah tarif Pasal 17 (1) huruf “a” Undang-Undang Pajak
Penghasilan inilah berdasarkan jumlah kumulatif dari Penghasilan Kena Pajak
sebesar jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP, yang diterima atau diperoleh
bukan pegawai yang memenuhi ketentuan (penerima penghasilan bukan pegawai
dapat memperoleh pengurangan berupa PTKP sepanjang yang bersangkutan telah
memiliki NPWP dan hanya memperoleh penghasilan dari hubungan kerja dengan
pemotong PPh Pasal 21 serta tidak memperoleh penghasilan lainnya) yang
dihitung setiap bulan; Penghitungan 50% (lima puluh persen) dari jumlah
penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh tenaga ahli yang melakukan
pekerjaan bebas (pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai
dan aktuaris); Jumlah penghasilan bruto untuk setiap pembayaran imbalan kepada
bukan pegawai yang bersifat berkesinambungan yang tidak memenuhi ketentuan
bukan pegawai; Jumlah penghasilan bruto berupa honorarium atau imbalan yang
19
bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau
dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap pada perusahaan
yang sama; Jumlah penghasilan bruto berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi,
bonus atau imbalan lain yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh
mantan pegawai; Jumlah penghasilan bruto berupa penarikan dana pensiun oleh
peserta program pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun
yang pendiriannya telah disahkan oleh Mentri Keuangan.
2.5 Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi Wajib Pajak yang Tidak Memiliki
NPWP
Terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
diatur tersendiri dalam menghitung besarnya PPh Pasal 21 Terutang. Aturan yang
dimaksud meliputi :
1.
Bagi penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 yang tidak memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak, dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 dengan tarif
lebih tinggi 20% (dua puluh persen) dari pada tarif yang diterapkan terhadap
Wajib Pajak yang memilik Nomor Pokok Wajib Pajak.
2.
Jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong sebagaimana dimaksud sebesar
120% (seratus du puluh persen) dari jumlah PPh Pasal 21 yang seharusnya
dipotong dalam hal yang bersangkutan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.
3.
Pemotongan PPh Pasal 21 hanya berlaku untuk pemotongan PPh Pasal 21
yang bersifat tidak final.
4.
Dalam hal pegawai tetap sebagai penerima penghasilan yang telah dipotong
PPh Pasal 21 dengan tarif yang lebih tinggi mendaftarkan diri untuk
20
memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dalam tahun kalender yang
bersangkutan paling lama sebelum pemotongan PPh Pasal 21 untuk masa
pajak Desember, PPh Pasal 21 yang telah dipotong atas selisih pengenaan
tarif sebesar 20% (dua puluh persen) lebih tinggi tersebut diperhitungkan
dengan PPh Pasal 21 yang terutang untuk bulan-bulan selanjutnya setelah
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.
Contoh :
Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp 75.000.000,00. Pajak yang harus dipotong
Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP :
5% x 120% x 50.000.000,00
Rp 3.000.000,00
15% x 120% x 25.000.000,00
Rp 4.500.000,00
Jumlah
Rp 7.500.000,00
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Sumber Data
Sumber data yang diperoleh oleh penulis adalah melalui data primer yaitu data
yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama).
Dan data primer itu adalah data yang diperoleh penulis dari responden melalui
kuisioner dan wawancara.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk
mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan
penggunaannya melalui kuisioner, wawancara, pengamatan, tes, dokumentasi dan
sebagainya.
Didalam Laporan Akhir ini penulis memilih mengumpulkan data menggunakan
tehnik kuisioner tertutup dan wawancara.
1.
Kuisioner
kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang
dijadikan responden untuk dijawabnya.
22
Meskipun terlihat mudah, teknik pengumpulan data melalui kuisioner cukup sulit
dilakukan jika respondennya cukup besar dan tersebar di berbagai wilayah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan kuisioner menurut
Sugiyono (2007) terkait dengan prinsip penulisan kuisioner, prinsip pengukuran
dan penampilan fisik.
Prinsip Penulisan Kuisioner menyangkut beberapa faktor antara lain :
1.
Isi dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan ditujukan untuk
mengukur maka harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban.
2.
Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan responden.
Tidak mungkin menggunakan bahasa yang penuh istilah-istilah bahasa
Inggris pada responden yang tidak mengerti bahasa Inggris, dsb.
3.
Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau terturup. Jika terbuka
artinya jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika pernyataan
tertutup maka responden hanya diminta untuk memilih jawaban yang
disediakan.
Dipandang dari cara menjawab, maka dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1) Kuesioner terbuka,
kuesioner yang memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab
dengan kalimatnya sendiri.
2) Kuesioner tertutup.
Kusioner yang sudah menyediakan jawabannya sehingga responden tinggal
memilih jawabannya yang ia anggap sesuai.
23
Dipandang dari jawaban yang diberikan yaitu,
1) Kuesioner langsung, yaitu jika responden menjawab tentang dirinya
2) Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden menjawab tentang orang lain
Dipandang dari bentuk pertanyaan yaitu,
1) Kuesioner pilihan ganda, ini berarti sama dengan kuesioner tertutup karena
responden hanya menjawab berdasarkan pilihan jawaban yang tersedia.
2) Kuesioner isian, ini berarti sama dengan kuesioner terbuka, karena responden
menjawab dengan kalimatnya sendiri.
3) Check list, merupakan daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda
cek pada kolom yang sesuai
4) Rating scale, yaitu pertanyaan yang diikuti oleh kolom-kolom yang
menunjukkan tingkatan, missal dari sangat setuju sampai ke sangat tidak
setuju.
Keuntungan penggunaan kuesioner adalah:
a.
Tidak memerlukan hadirnya peneliti
b.
Dapat dibuat anonym sehingga responden dapat menjawab dengan bebas dan
jujur serta tidak ada beban / tekanan
c.
Dapat dibuat standar sehingga semua responden diberikan pertanyaan yang
persis sama.
Kelemahan penggunaan kuesioner adalah:
a.
Responden sering tidak teliti dalam menjawab, sehingga ada pertanyaan yang
terlewati ( tidak terjawab).
24
b.
Walaupun dibuat anonym, kadang kadang dengan sengaja responden
memberikan jawaban yang tidak jujur.
c.
Tingkat pengembalian kuesioner yang rendah, terutama jika dikirim lewat
pos.
d.
Waktu pengembalian yang sangat bervariasi, yaitu ada yang cepat tapi juga
banyak yang terlambat sehingga menggangu atau memperlambat jadwal
penyelesaian penelitian.
Kuesioner yang disampaikan ke responden sebaiknya diberi surat pengantar. Hal
ini akan memberikan kesan bahwa responden dihargai dan sangat diharapkan
partisipasinya.
Hal yang harus ada dalam surat pengantar adalah:
1.
Alamat reponden lengkap dengan jabatannya (jika ada)
2.
Tujuan mengadakan penelitian dan pentingnya penelitian tersebut
3.
Pentingnya responden dalam penelitian ini
4.
Waktu pengisian kuesioner (misal diharapkan kuesioner dikembalikan paling
lambat 2 minggu sejak kuesioner diterima).
5.
Jika digunakan jasa pos sebaiknya disediakan amplom yang telah ditulis
lengkap alamat peneliti dan sudah diberi perangko
6.
Ucapan terima kasih kepada responden
7.
Nama jelas pengirim dan tanda tangan pengirim
25
2.
Wawancara
Menurut Uma (2007) Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data
maupun peneliti terhadap narasumber atau sumber data.
Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan sebagai studi
pendahuluan karena tidak mungkin menggunakan wawancara pada 1000
responden, sedangkan pada sampel kecil teknik wawancara dapat diterapkan
sebagai teknik pengumpul data (umumnya penelitian kualitatif)
Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.
1. Wawancara terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa
informasi yang ingin digali dari responden sehingga daftar pertanyaannya
sudah dibuat secara sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu
tape recorder, kamera photo, dan material lain yang dapat membantu
kelancaran wawancara.
2. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan
diajukan secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang
ingin digali dari responden.
3.3 Gambaran Umum Perusahaan
1.
Sejarah
PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 didirikan atas ide pengurus AJB
Bumiputera 1912 sebagai induk perusahaan yang diwakili oleh Drs. H.I.K.
26
Suprakto dan Mohammad S. Hasyim, MA sesuai dengan akte No. 7 tanggal 8
Desember 1967 dari Notaris Raden Soerojo Wongsowidjojo, SH yang
berkedudukan di Jakarta dan diumumkan dalam tambahan Berita Negara
Republik Indonesia No. 15 tanggal 20 Februari 1970. PT. Asuransi Umum
Bumiputera Muda1967 memperoleh ijin operasional dari Direktorat Lembaga
Keuangan, Direktorat Jenderal Moneter Dalam Negeri, Departeman Keuangan
Republik Indonesia melalui surat No. KEP.350/DJM/111.3/7/1973 tanggal 24 Juli
1973 dan diperpanjang sesuai Keputusan Menteri Keuangan Tahun 1986.
BUMIDA menuju cita-cita Menjadi Perusahaan Asuransi Umum yang
Memberikan Nilai Lebih bagi Stakeholder.
Kegiatan Usaha
Kegiatan Usaha PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 dibagi kedalam
enam kelompok yaitu :
a. Asuransi Kebakaran
Jenis asuransi dalam kelompok ini adalah asuransi yang menjamin resiko
kerusakan akibat kebakaran atas obyek pertagungan berupa bangunan,
perabotan, mesin, dan stock barang
b. Asuransi Kendaraan Bermotor
Jenis asuransi dalam kelompok ini adalah asuransi yang menjamin resiko
kehilangan dan kerusakan pada obyek pertyanggungan baik kendaraan
bermotor roda dua atau roda empat
c. Asuransi Kecelakaan Diri
Jenis asuransi dalam kelompok ini adalah asuransi yang menjamin resiko
meninggal dunia atau cacat dan sakit yang disebabkan oleh suatu kecelakaan.
27
d. Asuransi Kesehatan
Jenis asuransi dalam kelompok ini adalah asuransi yang menjamin atas resiko
sakit atau kecelakaan yang menyebabkan seseorang harus dirawat oleh dokter
di rumah sakit atau klinik.
e. Asuransi Aneka
Jenis asuransi dalam kelompok ini adalah asuransi yang terdiri dari berbagai
macam resiko seperti : asuransi hole in one, asuransi public liability, asuransi
uang, asuransi dokter liability dan bidan liability
f. Asuransi Surety Bond
Surety bond merupakan fasilitas jaminan yang disediakan pemerintah sebagai
alternative dari garansi bank yang dapat digunakan untuk menjamin : Tender –
tender dan jaminan lain dalam pelaksanaan proyek pembangunan yang
dibiayai oleh APBN/APBD, bantuan luar negeri dan proyek-proyek milik
pemerintah yang dikelola oleh BUMN serta proyek – proyek swasta
2.
Visi-Misi
Visi perusahaan Menjadi Perusahaan Asuransi Umum yang Memberikan Nilai
Lebih bagi Stakeholder sedangkan Misi yang diemban menghasilkan bisnis
berkualitas dengan :
Menciptakan sumberdaya manusia yang unggul, mengintegrasikan system dan
teknologi informasi, melakukan inovasi terus-menerus, mengembangkan jaringan
layanan yang luas dan mengoptimalkan BUMIPUTERA group.
28
3.
Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan suatu mekanisme untuk mencapai tujuan
perusahaan. Agar mekanisme itu dapat berjalan lancar maka harus ditentukan
struktur organisasi yang dibutuhkan guna mencapai tujuan tersebut dan perlu
adanya pembagian kerja yang jelas sehingga terhindar dari tumpang tindih
pelaksanaan tugas dan weweang. Oleh karena itu pimpinan harus dapat memilih
dan mununjuk orang yang tepat untuk menjalankan atau melaksanakan tugas dan
wewenang sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
perusahaan. Berikut ini adalah bentuk struktur organisasi yang dibuat oleh PT.
Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Cabang Lampung (Gambar3.3) dan
sekaligus hubungan organisasi, peran dan rincian tugas dari masing-masing
bagian dalam struktur tersebut.
Gambar 1
Struktur Organisasi
PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Cabang Lampung
Kepala
Cabang
Kasie
Teknik
Staf
Klaim
Staf
Klaim
Kasie
Pemasaran
Kasie
Keuanga
n
Staf
Polis
Account
ing
Kasir
Resepsi
onis
Staf
Pemasar
an
Account
Officer
Account
Officer
Liability
Agen
Korpora
si
Supervis
or Retail
Supervis
or
Sinergi
Agen
Korpora
si
Marketi
ng
Marketi
ng
Marketi
ng
Sumber : PT. Asuransi Umum Bumi Putera Muda 1967
27
Marketi
ng
28
1. Kepala Cabang
a.
Hubungan Organisasi :
Bertanggung jawab kepada direktur utama dan membawahi langsung
a)
Kepala seksi Pemasaran
b) Kepala seksi Keuangan dan Umum
c)
b.
Kepala Seksi Tehnik
Peran : Perwakilan dari managemen di kantor cabang untuk
memimpin proses opersional dan mengatur strategi suatu kantor untuk
mencapai target – target yang telah ditetapkan oleh kantor pusat, yang
terdiri dari tercapainya target produksi, target surplus underwriting,
minimalisasi outstanding premi, efisiansi biaya dan terbentuknya
organisasi pemasaran dan dinas dalam yang produktif.
c.
Rincian tugas :
a)
Menyusun starategi opersional di kantor cabang dimulai dari
pembuatan
program
kerja
dan
anggaran,
rencana
operasional/action plan, beban dan target kerja dari setiap yang
berada dibawahnya.
b) Mengarahkan, mengkoordinir dan mensupervisi kepala seksi, staf
dan mitra kerja untuk melaksanakan program kerja dan mencapai
target kerja yang telah ditentukan.
c)
Melaksanakan program kerja yang telah dibuat yaitu mencapai
target produksi, target surplus underwriting, minimlaisasi
outstanding premi, dan mengendalikan biaya secara konsisten
29
d) Menganalisa dan mengevaluasi laporan-laporan yang berkaitan
dengan bidang pemasaran, tehnik, keuangan, personalia dan
umum serta mencarikan solusi dari permasalahan yang timbul
2. Kepala Seksi Tehnik
a.
Hubungan organisasi :
Bertanggung jawab kepada Kepala Cabang dan membawahi langsung:
a)
Staf MT
b) Staf Administrasi Klaim dan Polis
b.
Peran : Membantu kepala cabang untuk merumuskan, melaksanakan
kebijakan atau strategi cabang di bidang tehnik yaitu mencapai hasil
underwriting sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
c.
Rincian tugas
a)
Menyusun startegi operasional dibidang tehnik di cabang untuk
mencapai target yang ditetapkan
b) Melakukan analisa resiko dan survey atas prospek dan klaim yang
masuk ke cabang sesuai dengan kebijakan underwriting
c)
Membuat laporan-laporan secara akurat dan tepat
d) Meningkatkan kualitas SDM dibidang tehnik cabang melalui
pendidikan dan pelatihan.
e)
Memberikan masukan kepada kepala cabang atas perkembangan
bidang tehnik cabang
3. Kepala Seksi Pemasaran
a.
Hubungan organisasi :
Bertanggung jawab kepada Kepala Cabang dan membawahi langsung:
30
a)
Staf MT
b) Staf Administrasi
b.
Peran : Membantu kepala cabang untuk merumuskan, melaksanakan
kebijakan atau strategi cabang dibidang pemasaran yaitu mencapai
hasil hasil produksi sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
c.
Rincian Tugas
a) Menyusun startegi operasional dibidang pemasaran di cabang
untuk mencapai target yang ditetapkan
b) Melakukan pemenuhan struktur organisasi dibidang pemasaran
seperti agen, supervisor dan account officer
c) Meningkatkan kualitas SDM di bidang pemasaran cabang melalui
pendidikan dan pelatihan
d) Memberikan masukan kepada kepala cabang atas perkembangan
di bidang pemasaran.
4. Kepala Seksi Keuangan, Personalia dan Umum
a.
Hubungan organisasi
Bertanggung jawab kepada kepala cabang dan membawahi langsung :
a)
Staf MT
b) Staf administrasi/kasir
b.
Peran : Membantu kepala cabang untuk merumuskan, melaksanakan
kebijakan atau startegi cabang dibidang keuangan, personalia dan
umum sesuai dengan target yang ditetapkan.
31
c.
Rincian Tugas
a)
Menyusun strategi operasional dibidang keuangan, personalia dan
umumdi cabang untuk mencapai target yang ditetapkan
b) Membuat laporan - laporan keuangan, personalia dan umum
secara akurat dan tepat
c)
Meningkatkan kualitas SDM dibidang keuangan, personalia dan
umum cabang melalui pendidikan dan pelatihan
d) Memberikan masukan kepada kepala cabang atas perkembangan
dibidang keuangan, personalia dan umum.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kuisioner yang penulis bagikan kepada 12 orang pegawai tetap
pada PT. Asuransi Umum Bumi Putera Muda 1967 Kantor Cabang Bandar
Lampung dapat disimpulkan bahwa tingkat pemahaman karyawan atas
pemotongan PPh Pasal 21 sangat rendah, yaitu sebesar 15,48% karyawan yang
memahami, sedangkan 52,38% karyawan yang tidak memahami tentang
pemotongan PPh Pasal 21 tersebut dan sisanya adalah yang memilih netral.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas bahwa tingkat pemahaman karyawan PT. Asuransi
Umum Bumi Putera Muda 1967 tentang pemotongan PPh Pasal 21 masih kurang
baik, oleh karena itu sebaiknya dilakukan penyuluhan tentang pajak dan
mengikuti seminar mengenai pajak khususnya tentang pemotongan PPh Pasal 21
agar para karyawan mengerti dan mengetahui berapa besar pemotongan PPh Pasal
21 atas gaji yang mereka terima.
DAFTAR PUSTAKA
Brotodiharjo, R, Santoso (1991). Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Bandung : PT
Eresco.
Dr. Mardiasmo, MBA., Akt (2001). Perpajakan. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Dr. Waluyo, M.Sc.,Akt (2001). Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat.
Wirawan B. Ilyas (2000). Hukum Pajak. Bandung : Salemba Empat.
Boediono, B (2001). Perpajakan Indonesia. Jakarta : Media Jakarta.
Rimzky, K Judiseno (1997). Pajak dan Strategi Bisnis. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.