Tak Mendidik: Hukuman Yang Ringan

55 Informasi itu diperoleh dari sidang lanjutan suap pembahasan anggaran proyek universitas di Kemendikbud dengan terdakwa Angelina Sondakh. Dalam kepengurusan proyek tersebut beberapa rektor universitas negeri mendapat jatah proyek yang sedang dikerjakan PT Permai Group, perusahaan milik Muhammad Nazaruddin. 88 Diberitakan bahwa salah satu saksi, Staf Marketing PT Permai Group Clara Mauren menyebutkan ada empat universitas mendapatkan uang support dari salah satu perusahaan Nazaruddin. Untuk Rektor Universitas Negeri Malang proyek tahun 2009 pernah diajukan kas sebesar Rp 400-Rp 420 juta, kata Clara Mauren saat bersaksi di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis 1November 2012. Clara juga menyebutkan Pembantu Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Supendi juga ikut memperoleh uang sebesar Rp 400 juta. Nilai proyek pengadaan alat laboratorium di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, kata Clara, mencapai Rp 49 miliar dengan keuntungan 40 persen dari nilai proyek. Sedangkan bagian untuk Universitas Brawijaya diterima Rektor bernama Yogi dan Pembantu Rektor 2 Universitas Soedirman. Saya lupa berapa kas untuk mereka, kata Clara. 89

4. Tak Mendidik: Hukuman Yang Ringan

Badan Pemeriksa Keuangan pernah melansir bahwa ditemukan sedikitnya 191.575 kasus penyimpangan keuangan negara dengan nilai kerugian negara sebesar Rp 103,19 triliun. Karena itu, secara teoretis, korupsi berpotensi mengurangi kesejahteraan rakyat karena besarnya inefisiensi akibat salah alokasi sumber daya. 90 Sangat memprihatinkan bahwa sebagian besar vonis kasus korupsi selama ini pun belum memenuhi rasa keadilan masyarakat karena terlalu ringan. Dalam catatan ICW Indonesian Corruption Watch pada awal tahun 2013, di Pengadilan 88 Ibid . 89 Ibid . 90 kompas.com, Khaerudin penulis Caroline Damanik editor, ―Hukuman Koruptor Terlalu Ringan ‖, 9 September 2013, http:nasional.kompas.comread201309091113063Hukuman.Koruptor.Terlalu.Ringan , dikunjungi pada Rabu 22 Januari 2014, pukul 10.29 WIB. 56 Tindak Pidana Korupsi Jakarta saja, dari 240 terdakwa yang diadili sejak 2005 hingga 2009, vonis yang dijatuhkan ringan, yaitu rata-rata hanya 3 tahun 6 bulan. Bahkan, diskusi grup terfokus yang dilakukan beberapa kali oleh KPK, kata Wakil Ketua KPK Adnan Pandu Praja di Jakarta, pada Sabtu 7 September 2013, menyimpulkan bahwa ada kecenderungan semakin besar uang yang dikorupsi, hukuman terhadap koruptornya semakin ringan. Hal ini berbanding terbalik dengan prinsip tindak pidana korupsi dengan ancaman hukuman minimum sampai maksimum. ‖Tanpa mengurangi rasa hormat kami terhadap kemandirian hakim, seyogyanya hakim membuka diri terhadap pandangan berbagai kalangan masyarakat, khususnya yang memiliki argumen yang dapat dipertanggungjawabkan,‖ kata Adnan tentang hasil diskusi tersebut. 91 Dalam hubungan dengan hal itu, menurut wakil ketua KPK lainnya, Bambang Widjojanto, dampak korupsi yang mengakibatkan kerugian besar tidak hanya secara ekonomi, tetapi juga sosial belum dipahami, terutama oleh hakim, meskipun mereka adalah hakim pengadilan tindak pidana korupsi. Lebih lanjut Bambang mengatakan ‖Akibat dari kejahatan korupsi tidak dilihat secara dalam, dan dampak tindak pidana korupsi tidak dipahami secara utuh. Padahal, kejahatan korupsi bila dilihat dampaknya akan sangat besar nilai kerugiannya.‖ 92 Hal senada dikatakan Koordinator Badan Pekerja ICW Danang Widoyoko. Ia menilai rendahnya putusan hakim terhadap terdakwa perkara korupsi menunjukkan kesadaran hakim, bahwa korupsi merupakan kejahatan luar biasa dan dapat menghancurkan kehidupan berbangsa, masih rendah pula. Hal itu dapat terjadi 91 Ibid . 92 Ibid . 57 karena para hakim juga ‖dibesarkan‖ atau ‖dibentuk‖ di lingkungan peradilan yang banyak terjadi praktik korupsi sehingga cenderung permisif terhadap praktik korupsi. Ia mengatakan, ‖kesadaran hakim bahwa korupsi itu kejahatan extraordinary belum ada sehingga hukuman ringan-ringan saja sehingga diskriminatif dengan kejahatan biasa, seperti pelaku pencurian atau perampokan, yang mendapat hukuman tinggi.‖

5. Seputar Kasus Angelina Sondakh