B.inggris : FACEBOOK ROLE IN THE FORMATION DEINDIVIDUASI AMONG SANTRI (CASE STUDY ON THE USE FACEBOOK AMONG BOARDING SCHOOL SANTRIS NURUL ISLAM BANDAR LAMPUNG) B.indonesia: PERANAN FACEBOOK DALAM PEMBENTUKAN DEINDIVIDUASI DIKALANGAN PARA SANTRI (STUDI KAS

ABSTRAC

FACEBOOK ROLE IN THE FORMATION DEINDIVIDUASI AMONG SANTRI (CASE
STUDY ON THE USE FACEBOOK AMONG BOARDING SCHOOL SANTRIS NURUL ISLAM
BANDAR LAMPUNG)

BY

MOHAMADF MU'JIJAT

The development of social networking has influenced us to communicate and interact online,
especially since the advent of Facebook that gives us a new experience in communicating with
others in the virtual world, it has become a trend in almost all of our society, not least the students
who are in boarding school environment that begins with curiosity and social influences
surrounding community has encouraged them to try and learn the use of Facebook. The students
with the mindset of society towards their identity would be aware that they have a role in society
that is regarded as a role model for the community so that the students who use Facebook will have
to maintain awareness of her role in society, but for the students who lost their Facebook users
awareness of the role will certainly have a negative impact for themselves and transform society to
their frames. Loss of awareness of the role of individuals is called the deindividuasi so that in this
study there are two formulation of the problem, namely, first, how the role of Facebook in the

formation of the deindividuasi among boarding school students Nurul Islam?, Second, how the
interaction linkages are made by the students among the students in the virtual world with the real
world?. This study aims to determine the use of Facebook in the formation of linkages among the
deindividuasi boarding school students Nurul Islam and know the effects of the use of social
networking (Facebook) on interpersonal communication among the boarding school students Nurul
Islam. This research is a descriptive qualitative study with the method of collecting data through
observation pasrtisipan, in-depth interviews (depth interviews) and documentary study. Sources of
research data derived from primary and secondary data. Research for approximately three months
resulted that the use of Facebook amongst the students is a form of activity that can go on
deindividuasi, in other words the use of Facebook amongst the Nurul Islam boarding school
students can be towards deindividuasi process.
Keywords : internet, facebook, santri, deindividuation, role

ABSTRAK

PERANAN FACEBOOK DALAM PEMBENTUKAN DEINDIVIDUASI DIKALANGAN
PARA SANTRI (STUDI KASUS PADA PENGGUNAAN FACEBOOK DIKALANGAN PARA
SANTRI PONDOK PESANTREN NURUL ISLAM BANDAR LAMPUNG)

OLEH

MOHAMADF MU'JIJAT

Perkembangan jejaring sosial telah mempengaruhi kita dalam berkomunikasi dan
berinteraksi secara online, terutama sejak munculnya facebook yang memberikan kita pengalaman
baru dalam berkomunikasi dengan orang lain di dunia maya, hal ini telah menjadi tren hampir di
seluruh kalangan masyarakat kita, tak terkecuali para santri yang berada dalam lingkungan pondok
yang diawali dengan rasa ingin tahu dan pengaruh pergaulan masyarakat sekitar telah mendorong
mereka untuk mencoba dan mempelajari penggunaan facebook. Para santri dengan mindset
mayarakat terhadap identitas mereka tentu akan sadar bahwa mereka memiliki peranan di dalam
masyarakat yang dianggap sebagai suri teladan bagi masyarakat sehingga para santri yang
menggunakan facebook akan memiliki kesadaran untuk menjaga peranan dirinya di tengah
masyarakat, namun bagi para santri pengguna facebook yang kehilangan kesadaran akan peranan
tentunya akan berdampak negatif bagi dirinya dan mengubah frame masyarakat terhadap mereka.
Hilangnya kesadaran akan peran individu inilah yang disebut dengan deindividuasi sehingga dalam
studi ini terdapat dua rumusan masalah yaitu, pertama, bagaimana peranan facebook dalam
pembentukan deindividuasi dikalangan para santri pondok pesantren nurul islam ?, kedua,
bagaimana keterkaitan interakasi yang dilakukan oleh para santri dikalangan para santri di dalam
dunia maya dengan dunia nyata ?. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan
penggunaan facebook dalam pembentukan deindividuasi dikalangan para santri pondok pesantren
nurul islam dan mengetahui efek yang ditimbulkan dari penggunaan jejaring sosial (facebook)

terhadap komunikasi antar pribadi dikalangan para santri Pondok Pesantren Nurul Islam. Penelitian
ini merupakan studi kualitatif-deskriptif dengan metode pengumpulan data melalui observasi
pasrtisipan, wawancara mendalam (depth interview) dan studi dokumentasi. Sumber data penelitian
ini berasal dari data primer dan skunder. Penelitian selama kurang lebih tiga bula ini menghasilkan
bahwa penggunaan facebook dikalangan para santri merupakan sebuah bentuk aktifitas yang dapat
menuju pada deindividuasi, dengan kata lain penggunaan facebook di kalangan para santri Pondok
Pesantren Nurul Islam dapat menjadi proses menuju deindividuasi.
Kata kunci : internet, facebook, santri, deindividuasi, peranan

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bandar Lampung pada tanggal 8
Februari 1992. Penulis merupakan putra kedua dari lima
bersaudara, buah cinta dari pasangan Hi. Mukri, AR dan
Siti Aminah. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK
Nurul Islam pada tahun 1998, kemudian penulis
mengenyam pendidikan dasar di SD Negeri 1 Pahoman
hingga tahun 2004. Selanjutnya, pada tahun 2007 penulis
menyelesaikan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah
Negeri 1 Bandar Lanpung dan lulus di Madrasah ‘Aliah Negeri 2 Bandar Lampung

pada 2010. Kemudian pada tahun 2010 juga penulis tercatat sebagai mahasiswa
Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung melalui jalur PKAB
(Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat).
Semasa menempuh pendidikan di Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas
Lampung, penulis pernah aktif sebagai anggota Forum Studi Pengembangan Islam
(FSPI) FISIP Universitas Lampung. dan Angkatan muda Birohamah, Selain itu
penulis juga aktif dalam kepengurusan HMJ Ilmu Komunikasi FISIP Universitas
Lampung sebagai Anggota Bidang Jurnalistik periode 2012-2013, lalu kemudian
menjabat sebagai Sekretaris Umum FSPI periode 2013-2014. Penulis juga sempat
melaksanakan PKL (Praktek Kerja Lapangan) di Radar Lampung TV selama 40 hari
kerja, dan juga penulis melakukan KKN (Kuliah Kerja Nyata) selama 30 hari di Desa
Punduh Pidada Kec. Padang Cermin, Kab. Pesawaran dengan tema Peningkatan
Kinerja Aparatur Desa

Motto
“ Tetaplah menjadi dirimu sendiri meski
sering di tertawakan orang lain, karena
tiap manusia adalah imam untuk dirinya”
Mohamadf Mu’jijat


Persembahan

Dengan diiringi beribu rasa syukur
penulis haturkan kepada Sang pemberi
rahamt dan nikmat bagi seluruh alam,
Allah ‘azza wa jalla
Ku persembahkan karya ku kepada. . .
Kedua orang tua ku tercinta yang
merupakan guru terbaik dan sumber
semangat dan motifasiku, adik-adikku
yang selalu menjadi penghiburku, dan
seluruh sahabat seperjuangan dari
jurusan ilmu komunikasi yang luar
biasa

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil ’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, Tuhan sekalian alam yang maha kuasa atas bumi, langit dan
seluruh isinya, serta hakim yang maha adil di hari akhir nanti, sebab hanya dengan

kehendak-Nya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tak
lupa selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa Rahmatan
Lil’Aalaamiin.
Skripsi dengan judul peranan facebook dalam pembentukan deindividuasi
pada para santri (studi kasus pada penggunaan facebook dikalangan para santri
Pondok Pesantren Nurul Islam Bandar Lampung) merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP
Universitas Lampung. Begitu banyak daya yang tercurah dan upaya yang penulis
lakukan demi terselesaikannya skripsi ini, namun tentunya penulis juga menyadari
bahwa segala sesuatu yang tertulis dalam skripsi ini adalah

berkat bimbingan,

dukungan, motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan rasa terima kasih yang
tulus kepada:

1.

Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Lampung.

2.

Bapak Drs. Teguh Budi Raharjo, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi
FISIP Universitas Lampung sekaligus pembimbing akademik yang selalu
memberikan saran dan motivasi.

3.

Ibu Dhanik Sulistyarini, S.Sos., MComn&MediaSt., selaku Sekretaris Jurusan
Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung.

4.

Bapak Agung Wibawa, S.Sos., M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah
membantu terlaksananya penelitian ini hingga akhir dan atas segala kesediaanya
mengarahkan serta memberi saran dan kritikan yang sangat membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.


5.

Bapak Toni Wijaya, S.Sos., M.A., selaku Dosen Pembahas yang telah
memberikan kritik dan saran yang membangun dalam proses penulisan skripsi
ini.

6.

Seluruh jajaran Dosen FISIP Universitas Lampung terutama Jurusan Ilmu
Komunikasi antara lain; Ibu Hestin Oktiani, Ibu Wulan Suciska, Ibu Nina Yudha
Ariyanti, Ibu Nanda Utaridah, Ibu Ida Nurhaida, Ibu Andi Windah, Ibu Tina
Kartika, Ibu Ana Gustina, Bapak Abdul Firman A., Bapak A. Riza Faizal, Bapak
Sarwoko, Bapak Rudi Fardiyan, dan Bapak Cahyono E.S. yang telah
memberikan ilmu bermanfaat kepada penulis selama berkuliah di Jurusan Ilmu
Komunikasi FISIP Universitas Lampung.

7.

Seluruh staf administrasi dan karyawan FISIP Universitas Lampung, khususnya
Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung.


8.

Seluruh keluarga tercinta, terutama kedua Orang Tua yang selalu menjadi
semangat bagi penulis untuk tetap terus maju mengangkat harkat, martabat, dan
derajat keluarga. Terimakasih atas segala curahan kasih sayang, pengorbanan,
kesabaran, nasehat, dan doa yang tak pernah terputus.

9.

Bapak Abdullah selaku mentor, motivator, dan inspirator yang selalu
memberikan wawasan serta pengalaman terbaik.

10. Kakak-kakak tingkat di jurusan Ilmu Komunikasi dari berbagai angkatan yang
telah memberikan tambahan wawasan dan pemahaman bagi penulis tentang
berbagai hal.
11. Adik-adik tingkat di jurusan Ilmu Komunikasi yang telah membantu penulis
dalam berbagai hal.
12. Seluruh teman-teman Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2010 yang tidak
mungkin penulis sebutkan satu per satu.

13. Teman seperjuangan semasa kuliah, Agus Sudarwin, Galuh Adi Pranata, Waskito
Ardi Nugroho, Rio Efrilianto, Emirullyta Harda Ninggar, Sigit Pamungkas, Fina
Yulanda., Imam Mubaroq, Yunardi Hasan K.S., M. Hafiz Wiratama, Fitria Hani,
Jerry Pratama, Ahmad Afrian Sholeh, dan seluruh teman-teman yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu yang telah membagi referensi, rujukan, dan
membantu penulis dalam melewati berbagai tahapan penyelesaian skripsi ini.
14. Seluruh teman-teman penulis semasa TK, SD, SMP, hingga SMA, yang telah
menjadi bagian dalam hidup penulis.

15. Seluruh teman-teman HMJ Ilmu Komunikasi Periode Kepengurusan 2012-2013
yang telah saling mendukung dalam membangun organisasi kemahasiswaan yang
produktif, progresif, dan sinergis.
16. Seluruh teman-teman yang telah hadir dalam Seminar Proposal, Seminar Hasil
Penelitian, dan Ujian Skripsi. Terimakasih atas dukungan dan kehadirannya
dalam acara tersebut, sehingga penulis dapat melewati berbagai tahapan
penyelesaian skripsi ini dengan baik.
17. Pimpinan dan pengurus Pondok Pesantren Nurul Islam yang telah membantu
penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
18. Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan doa kepada penulis.
19. Serta kepada anda yang membaca skripsi ini, semoga tulisan ini dapat

memberikan manfaat bagi anda khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.

Penulis,

Mohamadf Mu’jijat

I

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................. I
DAFTAR BAGAN DAN TABEL ............................................................... III
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1. 1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1. 2 Rumusan Masalah................................................................................. 5
1. 3 Tujuan Peneletian ................................................................................. 6
1. 4 Manfaat Penulisan ................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 7
2. 1 Definisi Peranan .................................................................................... 7
2. 2 Sejarah Internet .................................................................................... 9
2. 3 Komunikasi Termediasi Komputer (CMC) ....................................... 12
2. 3. 1 Definisi CMC ......................................................................... 12
2. 3. 2 Perspektif CMC..................................................................... 13
2. 4 Cyberspace .............................................................................................. 16
2. 4. 1 Definisi Cyberspace ................................................................ 16
2. 4. 2 Cyberspace Dan Interaksi Online ......................................... 18
2. 5 Deindividuasi dan Digital Devide ......................................................... 21
2. 6 Definisi Pondok Pesantren dan Santri ................................................ 23
2. 6. 1 Definisi Pondok Pesantren ............................................................... 23
2. 6. 2 Tipologi Pondok Pesantren .................................................. 25
2. 6. 3 Definisi Santri ........................................................................ 33
2. 6. 4 Peran Sosial Santri ................................................................ 34
2. 7 Tinjauan Jejaring Sosial Facebook ..................................................... 38
2. 7. 1 Situs Jejaring Sosial .............................................................. 38
2. 7. 2 Facebook ................................................................................ 39
2. 8 Kerangka Pemikiran ............................................................................. 42
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 49
3. 1 Metode Penelitian .................................................................................. 49
3. 2 Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 49
3. 3 Jenis Data ............................................................................................... 50
3. 4 Lokasi Penelitian dan Informan .......................................................... 50
3. 4. 1 Lokasi Penelitian ................................................................... 50
3. 4. 2 Informan ................................................................................ 51
3. 5 Metode Analisis Data ........................................................................... 51
3. 6 Fokus Penulisan..................................................................................... 52

II

BAB IV GAMBARAN UMUM ................................................................... 53
4. 1 Profil Pondok Pesantren Nurul Islam ................................................. 53
4. 1. 1 Sejarah Singkat Pondok Pesantren Nurul Islam ............... 53
4. 1. 2 Kegiatan Pondok Pesantren Nurul Islam ........................... 56
4. 2 Struktur Pengurus Pondok Pesantren Nurul Islam ......................... 57
4. 3 Gambaran Umum Para Santri Pondok Pesantren Nurul Islam ...... 57
4. 3. 1 Kepenguruan Santriawan Dan Santriawati ....................... 57
4. 3. 2 Pendidikan Dan Aktifitas Para Santri Pondok Pesantren
Nurul Islam ....................................................................................... 59
4. 4 Facebook ................................................................................................ 60
4. 4. 1 Gambaran Umum Dan Sejarah Facebook .......................... 60
4. 4. 2 Fitur-Fitur Pada Facebook ................................................... 61
BAB V PEMBAHASAN .............................................................................. 64
5. 1 Hasil Penelitian Dan Wawancara Para Informan ............................. 64
5. 1. 1 Informan 1 ............................................................................. 64
5. 1. 2 Informan 2 ............................................................................. 71
5. 1. 3 Informan 3 ............................................................................. 74
5. 1. 4 Informan 4 ............................................................................. 79
5. 1. 5 Informan 5 ............................................................................. 83
5. 1. 6 Informan 6 ............................................................................. 88
5. 2 Analisis Hasil Wawancara Para Informan ......................................... 93
5. 2. 1 Penggunaan Facebook Dikalangan Para Santri Pondok
Pesantren Nurul Islam ..................................................................... 98
5. 2. 2 Faktor Pendorong Pengunaan Facebook Di Kalangan Para
Santri Pondok Pesantren Nurul Islam ........................................... 97
5. 2. 3 Peranan Facebook Bagi Para Santri Pondok Pesantren
Nurul Islam ....................................................................................... 101
5. 2. 4 Perubahan Cara Berkomunikasi Dan Berinteraksi Para
Santri Pondok Pesantren Nurul Islam ........................................... 102
5. 2. 5 Sikap Para Informan Dalam Wawancara Penelitian ........ 108
5. 2. 6 Peranan Facebook Dalam Pembentukkan Deindividuasi
Pada Para Santri .............................................................................. 109
5. 3 Klasifikasi Informan Berdasarkan Hasil Penelitian .......................... 111
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 116
6. 1 Kesimpulan ............................................................................................ 116
6. 2 Saran ...................................................................................................... 117
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 118
LAMPIRAN .................................................................................................. 119

III

DAFTAR BAGAN DAN TABEL

Bagan 1. Kerangka pikir ............................................................................. 48
Bagan 2. Susunan Pengurus Pondok Pesantren Nurul Islam .................. 57
Tabel 1. 4 Profil Pondok Pesantren Nurul Islam ...................................... 54
Tabel 2. 4 Fasilitas Pondok Pesantren Nurul Islam ................................. 55
Tabel 1. 5 Hasil Wawancara Informan 1. .................................................. 64
Tabel 4. 5 Hasil Wawancara Informan 2 ................................................... 71
Tabel 5. 5 Hasil Wawancara Informan 3. .................................................. 74
Tabel 6. 5 hasil wawancara informan 4 ..................................................... 79
Tabel 7. 5 Hasil Wawancara Informan 5 ................................................... 83
Tabel 8. 5 Hasil Wawancara Informan 6 ................................................... 88
Tabel 9. 5 Klasifikasi Informan Berdasarkan Hasil Penelitian ............... 112

1

BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Internet merupakan sebuah media massa baru (new media) yang
memungkinkan kita untuk memperoleh informasi dalam bentuk teks, gambar, dan
audiovisual dalam beberapa detik. Berawal dari pendirian dan pengembangan
ARPANET, sebuah sistem keamanan Amerika Serikat pada tahun 1960 dan
berhasil menghubungkan beberapa komputer dalam jarak jauh. Kini Internet telah
berkembang secara host komputer maupun dari segi penggunanya. Host komputer
merupakan sebuah komputer penyimpan informasi yang dapat diakses oleh
pengguna melalui jaringan. Pada tahun 1995–1999 jumlah host komputer telah
berkembang, berawal dari 5, 9 juta menjadi 43, 2 juta host komputer (network
wizards, 1999).
Melalui fitur–fitur di dalam internet tersebut, secara perlahan interaksi
antar individu pengguna internet terjadi seperti e-mail, blog, IM (Internet
Massenger) melalui IRC (Internet relay Chat) dan kini kita dapat berinterkasi
dengan seluruh pengguna internet melalui jejaring media sosial. Bentuk
Komunikasi ini disebut komunikasi termediasi komputer (Computer Mediated
Communication) atau CMC yang merupakan bentuk dari komunikasi antara dua

2

orang atau lebih individu yang berinteraksi dan/atau saling mempengaruhi melalui
komputer. Perkembangan interaksi online melalui CMC ini menyebabkan
munculnya istilah dunia maya atau dunia virtual (cyberspace) yang pertama kali
muncul dalam novel karya Wiliam Gibson (1984/1994), neuromancer. Ide Gibson
dalam penggunaan kata cyberspace ini setelah ia memperhatikan fenomena
keyakinan yang muncul dari anak–anak setelah mereka bermain video games.
Gibson melihat bahwa anak–anak tersebut meyakini permainan tersebut
merupakan sebuah kenyataan atau eksis, meski kenyataan itu tidak dapat
dijangkau oleh mereka. Hal ini dikarenakan dunia virtual menghasilkan efek dan
juga menjadikan dirinya sebagai sebuah efek.
Jejaring sosial sebagai salah satu ruang di dalam cyberspace memiliki
peranan terhadap peningkatan interkasi online yang memungkinkan kita bertukar
informasi dan berinteraksi dengan para user lainnya. Perkembangan jejaring sosial
cukup pesat, tentu kita pernah mendengar, melihat atau bahkan menggunakan
salah satunya. Karena begitu banyak jejaring media sosial yang ada penulis
memilih salah satu jejaring media sosial terpopuler saat ini, yakni facebook
dengan jumlah user sebanyak 1, 2 milyar dari populasi dunia. facebook
merupakan sebuah jejaring sosial yang memungkinkan kita untuk bertemu dan
berteman secara virtual dengan seluruh penggunanya yang tersebar diseluruh
negara. facebook didirikan oleh Mark Elliot Zuckerberg yang berawal dari sebuah
ide untuk dapat melihat foto–foto dan berkumpul dengan teman–teman lamanya.
Dengan kemudahan cara berkomunikasi dalam jejaring sosial ini tentu membuat
kita menghabiskan waktu lebih banyak ketika menggunakannya sehingga
kesadaran akan diri didunia maya lebih tinggi daripada didunia nyata Hal ini

3

disebut deindividuasi. Berbicara tentang deindividuasi pastinya kita dapat melihat
digital devided sebagai sebuah permulaan, kesenjangan terhadap kemampuan
akses teknologi ini tentu memberikan sebuah efek bagi masyarakat maupun
sebuah lembaga baik itu lembaga pendidikan maupun lembaga pemerintahan dan
sebagainya.
Dalam hal ini penulis berfokus pada keterkaitan deindividuasi akibat
interaksi para pengguna facebook didunia virtual dengan interakasi secara
langsung atau tatap muka melalui komunikasi antar pribadi pada penggunaan
facebook di Pondok Pesantren Nurul Islam yang merupakan lembaga sosial dan
pendidikan swasta. Pondok pesantren menurut KBBI merupakan sebuah tempat
bagi masyarakat untuk menimba ilmu–ilmu islam berdasarkan sumber hukum
islam yaitu Al-qur’an dan Hadist Nabi Muhammad SAW serta ijma’ para ulama.
Dalam proses pembelajarannya sebuah pondok pesantren memiliki sejumlah
tenaga pengajar yang disebut ustadz atau ustadzah (orang yang dianggap memilki
pemahaman dan pengetahuan tentang islam oleh masyarakat) dan dibawah
pimpinan seorang kiyai (ulama).
Pondok Pesanten Nurul Islam merupakan sebuah pondok pesantren semi
modern dalam proses pembelajaran masih menggunakan sistem tradisional. Para
santri mulai mengenal dunia internet dan facebook yang diakses melalui
handphone maupun warnet (warung internet), meskipun terdapat sebuah peraturan
untuk tidak membawa handphone agar tidak mengganggu proses belajar para
santri, kebutuhan untuk komunikasi dan informasi ternyata membuat mereka
dapat melanggar peraturan tersebut. Pada awalnya meraka membawa handphone
untuk berkomunikasi dengan keluarga dan teman–teman mereka, namun setelah

4

mereka mengakases internet untuk mencari informasi dan membuat akun e-mail
kemudian membuat akun facebook, timbul sebuah rasa ketertarikan terhadap
dunia maya melalui jejaring sosial tersebut. Hal ini tentu memberikan sebuah efek
secara perlahan terhadap para santri dan menunjukkan kebutuhan informasi
dikalangan para santri cukup tinggi.
Penggunaan facebook dikalangan santri ini telah memberikan cara baru
dalam berkomunikasi bagi mereka. Komunikasi yang dilakukan melalui fitur
comment dan like status didalam jejaring sosial ini memberi pengaruh secara
perlahan sehingga tanpa sadar mereka terus mengikutinya dan saling berlomba
untuk membuat status-status yang dianggap menarik untuk mendapatkan “like”
dari pengguna lainnya. Selain itu para santri akan mencoba mengakses facebook
untuk melihat status para santri lainnya agar tetap up-to-date, terutama dengan
sesama pengguna facebook dikalangan para santri.
Terdapat sebuah fenomena menarik yang terjadi dalam kalangan para
santri ini, yaitu timbulnya kebutuhan untuk mengakses facebook hampir disetiap
waktu, ketika mereka tidak dapat mengakses facebook karena kehabisan pulsa
atau pun uang untuk pergi ke warnet mereka merasa ada sesuatu yang hilang dan
memicu ketidakstabilan emosi seperti merenung, mudah marah, dan terkadang
terlihat seperti sedang frustasi. Dengan adanya facebook ternyata dapat mengubah
cara berinteraksi para santri mengikuti cara berinteraksi di dalam facebook,
mereka lebih dekat dengan sesama pengguna facebook. Hal ini disebabkan oleh
anonimitas pada diri para santri tanpa sadar mereka kehilangan kesadaran diri di
dunia nyata secara perlahan.

5

Beberapa hal lain berkaitan dengan penggunaan foto profil yang
cenderung bertolak belakang dengan status mereka di dalam masyarakat
dikarenakan anonimitas di facebook. anonimitas atau meleburnya kesadaran
individu didalam sebuah kelompok besar (dalam hal ini

facebook) secara

perlahan membuat mereka mengikuti hampir semua hal yang terjadi didalamnya.
Hilangnya sikap individual ini membuat individu masuk kedalam proses
deindividuasi. Santri pada umumnya merupakan siswa yang dibekali oleh ilmu
agama tentu memiliki pemahaman dan cara berinteraksi berbeda dengan murid
lainnya (dikarenakan pandangan masyarakat kepada santri sebagai sosok insan
dengan pemahaman agama dan memiliki status tersendiri di dalam masyarkat).
Dalam lingkungan penuh ajaran norma agama tentunya hal ini
menimbulkan sebuah pertanyaan untuk para santri tersebut berkaitan dengan nilai
dan norma agama yang diperoleh sehingga penulis mencoba mengungkap
“Peranan facebook Dalam Pembentukan Deindividuasi Pada Para Santri
(Studi Kasus Pada Penggunaan facebook Dikalangan Para Santri Pondok
Pesantren Nurul Islam Bandar Lampung) ”

1. 2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana

peranan

facebook

dalam

pembentukan

deindividuasi

dikalangan para santri Pondok Pesantren Nurul Islam ?
2.

Bagaimana keterkaitan interaksi yang dilakukan oleh para santri didalam
dunia maya dengan dunia nyata ?

6

1. 3 Tujuan Peneletian
1. Mengetahui keterkaitan penggunaan facebook dalam pembentukan
deindividuasi dikalangan para santri Pondok Pesantren Nurul Islam.
2. Mengetahui efek yang ditimbulkan dari penggunaan jejaring sosial
terhadap komunikasi antar pribadi dikalangan para santri Pondok
Pesantren Nurul Islam.

1. 4 Manfaat Penulisan
1. Mengetahui

perbedaan

interakasi

para

pengguna

facebook

pada

penggunanya dengan interaksi secara tatap muka didunia nyata.
2. Mempelajari interaksi para pengguna facebook (dalam hal ini adalah para
santri Pondok Pesantren Nurul Islam).
3. Membantu pengurus Pondok Pesantren Nurul Islam dalam membuat
strategi pengajaran berdasarkan interaksi para pengguna facebook di
kalangan para santrinya.

7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Definisi Peranan
Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kududukan (status). Apabila
seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya,
maka hal ini berarti ia menjalankan suatu peranan. Keduanya tidak dapat dipisahpisahkan dan saling bertentangan satu sama lain. Setiap orang mempunyai
macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya.
Hal tersebut sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang
diperbuatnya bagi masyarakat kepadanya. Peranan lebih banyak menekankan pada
fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses (Soerjono Soekanto, 2002: 268269). Menurut Soerjono Soekanto (2002: 441), unsur-unsur peranan atau role adalah:
1) Aspek dinamis dari kedudukan
2) Perangkat hak-hak dan kewajiban

3) Perilaku sosial dari pemegang kedudukan
4) Bagian dari aktivitas yang dimainkan seseorang.

8

Hubungan–hubungan sosial yang ada dalam masyarakat, merupakan
hubungan antara peranan-peranan individu dalam masyarakat. Sementara peranan itu
sendiri diatur oleh norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Jadi seseorang
menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan. Peranan
mencakup tiga hal, Pertama, peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan
dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini
merupakan rangkaian peraturan-peraturan, Kedua, membimbing seseorang dalam
kehidupan kemasyarakatan peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat
dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. Ketiga, peranan juga
dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial
masyarakat (Soerjono Soekanto, 2002: 246).
Pembahasan perihal aneka macam peranan yang melekat pada individuindividu dalam masyarakat penting bagi hal-hal yaitu :

1) bahwa peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur
masyarakat hendak dipertahankan kelangsungannya

2) peranan tersebut seyogyanya dilekatkan pada individu–individu yang
oleh masyarakat dianggap mampumelaksanakan. Mereka harus lebih
dahulu terlatih dan menpunyai hasrat untuk melaksanakannya

3) dalam masyarakat kadang kala di jumpai individu-individu yang tak
mampu melaksanakan peranannya sebagaimana diharapkan oleh
masyarakat,

karena

mungkin

pelaksanaannya

memerlukan

pengorbanan arti kepentingan-kepentingan pribadi yang terlalu
banyak

9

4) apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan peranannya,
belum tentu masyarakat akan memberikan peluang-peluang yang
seimbang, bahkan seringkali terlihat betapa masyarakat membatasi
peluang-peluang tersebut (Soerjono Soekanto, 2002: 247).

2. 2 Sejarah Internet
Internet merupakan media komunikasi yang memungkinkan kita untuk
mengakses informasi dari seluruh dunia hanya dalam beberapa detik dalam satu
klik. Dalam perkembangannya internet di sebut sebagai new media karena
sifatnya yang luas dan kemampuannya untuk menampilkan informasi dalam
bentuk teks, audio, bahkan audiovisual. Kemampuan integrasi internet terhadap
bentuk–bentuk media tersebut membuatnya sangat unggul dibandingkan media
massa sebelumnya. Selain kemampuan integrasi media, internet memiliki banyak
fitur unggulan untuk mempermudah pekerjaan kita seperti e-mail (surat
elektronik) yang memungkinkan kita mengirim pesan kepada pengguna internet
(user) lainnya dalam beberapa detik tanpa batasan geografis. Selain itu, terdapat
fitur search engine (mesin pencari) untuk mencari informasi melalui softwere
peramban pada PC (personal computer) atau device kita yang terhubung dengan
jaringan internet. Internet juga memungkinkan kita untuk berkomunikasi dengan
para pengguna lainnya melaui e-mail, IRC (Internet Relay Chat), blog, forum–
forum online dan jejaring sosial.
Berawal dari pendirian dan pengembangan ARPANET, sebuah sistem
keamanan Amerika Serikat pada tahun 1960 dan berhasil menghubungkan
beberapa komputer dalam jarak jauh melalui jaringan telepon. Kini Internet telah

10

berkembang secara host komputer maupun dari segi penggunanya. Host komputer
merupakan sebuah komputer penyimpan informasi yang dapat diakses oleh
pengguna melalui jaringan. Pada tahun 1995–1999 jumlah host komputer telah
berkembang, berawal dari 5, 9 juta menjadi 43, 2 juta host komputer (network
wizards, 1999). Sebagai sandaran kita dapat melihat perkembangan sejak 1978
dari pemetaan Shirley Biagi mengenai media digital terutama studi kasus di
Amerika Serikat, sebagai berikut :
1. 1978, Nicholas Negroponte dari MIT pertama kali menggunakan
istilah konvergensi untuk menggambarkan perubahan pada industri
media.
2. 1988, kurang dari 1, 5 % rumah tangga di AS telah terhubung
secara online.
3. 1989, Tim Berners Lee mengembangkan program berbasis ICT
untuk manusia berbagi informasi secara online dan juga browser
pertama yang memungkinkan untuk melihat informasi secara lebih
nyata.
4. 1994, Marc Andersen dan kawan-kawan dari University of Illinois
memperkenalkan mosaic browser yang dapat mengkombinasikan
gambar dan tulisan secara bersamaan.
5. 1995, David Filo dan Jerry Yang menciptakan Yahoo sebagai situs
pencarian.

11

6. 1996, Iklan di jaringan internet telah merebak dengan aset U$. 200
juta 1998, satu dari empat rumah tangga di AS terhubung secara
online dan Kongres mengesahkan Digital Millenium Copyright
Act; Larry Page dan Sergey Brin menciptakan Google sebagai
perusahaan yang membuat situs pencarian yang lebih baik.
7. 2000, Bisnis berbasis ICT meroket tajam.
8. 2004, Untuk pertama kali, para blogger mengikuti pemilu secara
online.
9. 2006, Aset iklan di Internet mencapai U$. 17 Milliar; AOL
mengumumkan layanan e-mail massal yang mengharuskan para
pengguna e-mail massal membayar biaya sebagai pajak atas
kebebasan berekspresi; Google setuju atas permintaan pemerintah
federasi untuk membatasi pencarian informasi dari pemerintah.
10. 2007, Perkembangan gadget bertambah cepat, salah satunya Apple
mengeluarkan gadget i–Phone yang membuat media digital
semakin dapat bergerak lebih luas lagi.
11. 2009, 73 % dari penduduk AS menggunakan internet.
Dari pemetaan Biagi diatas kita dapat melihat bahwa perkembangan
internet tiap tahunnya mengalamai perkembangan pesat, hal ini didorong oleh
kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan informasi dan berinteraksi dengan
lebih banyak kepada masyarakat lainnya. Dengan adanya internet, komunikasi
dan informasi dapat kita akses dengan cepat dan mudah tanpa batasan waktu,
geografis, dan biaya murah. Potensi dari internet ini memungkin kita untuk

12

berinteraksi secara online, sehingga terbentuklah komunitas–komunitas cyber,
forum–forum online, blog dan jejaring sosial. Proses komunkasi melalui komputer
ini kemudian di kenal sebagai komunikasi termediasi komputer atau
communication mediated computer (CMC) yang membahas komunikasi melalui
komputer oleh dua orang atau lebih.

2. 3 Komunikasi Termediasi Komputer (CMC)
2. 3. 1 Definisi CMC
Komunikasi termediasi komputer atau CMC merupakan bentuk dari
komunikasi antara dua orang atau lebih individu yang berinteraksi dan / atau
saling mempengaruhi melalui komputer yang terpisah melalui internet atau
sambungan jaringan menggunakan perangkat lunak sosial. CMC tidak termasuk
dalam metode dimana dua komputer berkomunikasi, melainkan bagaimana
berkomunikasi melalui komputer. John December (1997: dalam Thurlow, Lengel
& Tomic, 2004) mendefinisikan CMC adalah proses komunikasi manusia melalui
komputer, melibatkan orang-orang, berada dalam konteks yang terbatas, dan
saling berkaitan

dalam

proses

membentuk

media

untuk

tujuan

yang

beranekaragam.
Sedangkan Susan Herring (1996: Thurlow, Lengel & Tomic, 2004)
memberikan definisi klasik CMC, yaitu komunikasi yang mengambil tempat
antara manusia melalui alat komputer. Menurut pakar CMC yaitu Joseph Walther
dan Malcolm Parks, berikut merupakan bentuk teknologi internet yang cenderung
menarik di CMC :

13

1. E - mail, listserve dan mailinglist
2. Newsgroup, bulletin board dan blog
3. Internet relay chat (IRC) dan instant messaging (IM)
4. Metaworld dan visual chat
5. Personal homepage dan webcam
Dan saat ini banyak sekali perusahaan-perusahaan media online yang
membuka sarana atau wadah untuk menggalakkan tren CMC ini kepada khalayak
luas. Diantaranya adalah Yahoo, Google!, Hotmail, MSN, Friendster, OTCBB,
MySpace, facebook, Kaskus, Detik, TheBulletinBoard, Gmail, MIRC, Wikipedia,
Tamil Chat, IndonesiaTopBlog, OkeZone, Hi5, dan lain - lain.

2. 3. 2 Perspektif CMC
CMC menekankan komputer sebagai media proses komunkasi, komputer
dalam CMC berperan sebagai media yang digunakan untuk berinteraksi oleh para
penggunanya

melalui

jaringan

internet.

Secara

sederhana

kita

dapat

membayangkan komputer sebagai sebuah mobil dan internet sebagai jalan raya di
sebuah kota besar, sementara cyberspace merupakan gedung–gedung disekitar
jalan raya tersebut yang memberikan berbagai bentuk dan fasilitas yang berbeda.
Keseluruhan dari contoh penggambaran tersebut merupakan sebuah bentuk dari
proses komunikasi melalui media komputer.
Holmes (2005, 55) menegaskan bahwa terdapat empat poin penting dalam
perspektif CMC, yaitu
1. Memfokuskan pada keunikan komunikasi yang terjadi di
cyberspace;

14

2. Lebih mengkhususkan diri pada term “interaksi” dibandingkan
dengan “integrasi“, yang lebih mengangkat beragam bentuk
interaksi individu dibandingkan semua konteks serta ritual sosial
dimana interaksi memiliki makna;
3. Tidak

sepeti

media

studies

beberapa

pembahasn

CMC

mengungkapkan bagaimana faktor–faktor eksternal memengaruhi
kegiatan komunikasi.
4. Dengan sedikit mengabaikan beragam bentuk interaksi sosial yang
mungkin mendukung perspektif CMC, bahwa perspektif ini
memfokuskan pada integrasi informasi di mana komunikasi yang
terjadi melalui medium komputer berdasarkan pada proses
informasi yang di jumpai dalam berbagai bentuk.
Berkaitan dengan interaksi virtual yang membentuk perilaku komunikasi,
Marc Smith memberikan empat aspek penting, yaitu :
1. Virtual interactions is aspitial, bahwa jarak tidak mempengaruhi
proses komunikasi dan interaksi. Keahdiran atau kedekatan jarak
tidak menjadi penting selama masing–masing dapat menjalankan
fungsinya.
2. Virtual interaction via system is predominantly asynchronus.
Pengecualian dalam memakai chat, musa, atau icqs bahwa
komunikasi melalui komputer seperti konfrensi sistem, dan e–mail
dapat

dioperasikan

diinginkan.

berdasarkan

waktu

atau

jadwal

yang

15

3. CMC is acorporeal because it is primarily a text–only medium.
Interaksi yang terjadi melalui jaringan komputer pada dasarnya
diwakili dengan teks. Efek dari CMC yang asynchronous dan
acorporeal ini sebagai contoh dalam melakukan komunikasi
dengan melibatkan jumlah individu yang besar, sedangkan hal ini
juga bisa di lakukan melalui konfrensi telepon.
4. CMC is atigmatic. Bahwa interaksi yang terjadi cenderung
mengabaikan stigma terhadap individu tertentu, sebab komunikasi
berdasarkan teks ini sangat sedikt bisa menampilkan gambaran
visual tentang status seseorang dibandingkan dengan tatap muka.
Mengutip penjelasan Tim Jordan dalam bukunya Cyberspace bahwa CMC pada
dasarnya anti hirarki dikarenakan identitas individu dalam cyberspace (dunia
maya) tidak menggambarkan secara utuh hirarki dalam keadaan offline (keadaan
sebenarnya di dunia nyata), hal inilah yang menjadi isu penting ketika membahas
CMC. Polkosky (2008: 34) menegskan tiga karakteristik dasar yang menjadikan
pentingnya pembahasan pangaruh teknologi terhadap komunikasi interpersonal,
khususnya dalam CMC. Pertama, beberapa definisi dan teori komunikasi
interpersonal yang ada telah dirumuskan jauh sebelum komputer muncul. Kedua,
teknologi yang muncul seperti komputer, handphone atau gadget merupakan
perangkat interaksi atau subjek yang kompleks. Ketiga, karakteristik media baru
tersebut pada akhirnya memunculkan kebiasaan komunikasi yang berbeda dari
komunikasi tatap muka (Wickens & Hollands, 2000 dalam Polkosky, 2008: 35,
Crystal, 2004: 17). Kondisi ini perlu menjadi pusat perhatian peneliti untuk
melihat keterkaitan interaksi di dunia maya dengan dunia nyata.

16

Media baru bagi Jordan (2009) memberikan informasi pribadi yang jauh
lebih banyak (identity fluidity) di bandingkan media tradisional pada umumnya.
Jika dalam dunia informasi diri baru terungkap seiring dengan intensitas dan
interaksi antaretntitas (Mead, 1934; Altman & Taylor, 1987; Berger, 1988),
sedangkan dalam interaksi di internet informasi menjadi sangat terbuka, entitas
terkadang tidak harus bertemu secara online maupun di dunia nyata untuk
mengethui identitas entitas tertentu di internet.

2. 4 Cyberspace
2. 4. 1 Definisi Cyberspace
Istilah dunia maya (cyberspace) yang pertama kali muncul dalam novel
karya Wiliam Gibson (1984/1994), neuromancer. Dalam novel tersebut Gibson
mendefinisikan cyberspace sebagai dunia lain yang terdiri dari banyak informasi
terkait perusahaan, militer, pemerintah, serta ego individual. Ide Gibson dalam
penggunaan kata cyberspace ini setelah ia memperhatikan fenomena keyakinan
yang muncul dari anak–anak setelah mereka bermain video games. Gibson
melihat bahwa anak–anak tersebut meyakini permainan tersebut merupakan
sebuah kenyataan atau eksis, meski kenyataan itu tidak dapat dijangkau oleh
mereka.
“ Untuk mengembangkan sebuah keyakinan terhadap keberadaan sebuah tempat
yang nyata dibalik layar, tempat yang tidak dapat anda lihat tapi anda tahu itu
ada. ” (McCaffery, 1992 : 272 sebagaimana dikutip Wood dan smith, 2005:19).
Shawn Wilbur (1997) menjelaskan bahwa fasilitas web memungkinkan
adanya kontak yang halus (etheral contac), bahwa seseorang akan menemukan
efek dalam kehidupan mereka ketika berhubungan dengan cyberspace. Hal ini

17

dikarenakan dunia virtual menghasilkan efek dan disisi lain ia juga menjadikan
dirinya

sebagai

sebuah

efek.

Karakteristik

dari

dunia

virtual

adalah

kemampuannya untuk menghasilkan efek, atau menjadikan dirinya sendiri sebagai
sebuah efek bahkan dalam keabsenan dari “efek nyata” (Willbur, 1997: 9-10).
Cyberspace merupakan sebuah ruang dalam internet yang memungkinkan kita
untuk saling bertukar informasi, bahkan berinteraksi dengan pengguna lain.
Sebagai contoh ruang dalam cyberspace adalah halaman website–website,
blog, jejaring sosial dan game online. Dengan perkembangan teknologi yang
sangat cepat di zaman ini, penggunaan ruang tersebut menjadi semakin bertambah
dan meningkatkan interaksi online. Merujuk pada perkataan Gibson, cyberspace
lebih dekat dengan penggambaran “consensual hallucination”, Rushkoff (1994)
menggunakan kata cyberspace untuk membawa pikiran manusia ketingkat atau
level selanjutnya dar kesadaran manusia.
Sementara Perry Barlow menyatakan cyberspace merupakan term yang
digunakan untuk “networked computing” (baca bell, 2007: 16-18). Hubungan
antar individu di dunia virtual bukanlah hubungan yang dikatakan “substanceless
hallucination” (halusinasi tanpa subtansi) semata, pada dasarnya hubungan
tersebut terjadi secara nyata, memiliki arti, dan dampak pada kehidupan yang
sesungguhnya. Hal inilah yang di tegaskan oleh Howard Rheingold bahwa
cyberspace merupakan ruang konseptual dimana semua kata, hubungan manusia,
data, kesejahteraan, dan juga kekuatan dimanifestasikan oleh setiap orang melalui
teknologi CMC (1993: 5).
Secara sederhana cyberspace dapat kita pahami sebagai sebuah ruang
didalam internet yang menampilkan beragam informasi yang dapat diakses oleh

18

setiap pengguna internet. Sebagai contoh ketika kita membuka sebuah halaman
blog, maka secara otomatis kita berada dalam cyberspace dari blog dan
berinteraksi dengan interface blog tersebut. Dalam jejaring sosial seperti facebook
misalnya, facebook sendiri merupakan cyberspace yang berada di internet,
sedangkan tampilan antarmuka ketika kita mengaksesnya merupakan interface
dari facebook tersebut. Dengan kata lain cyberspace merupakan sebuah ruang atau
wadah yang menampung beragam informasi, seperti sebuah rumah yang
menampung semua perabotannya.

2. 4. 2 Cyberspace Dan Interaksi Online
Berbicara tentang cyberspace sering kali kita mencampurkan internet dan
cyberspace tanpa mengenali letak perbedaan diantara keduanya. Secara sederhana
internet merupakan sebuah jaringan yang dapat menghubungkan satu komputer ke
komputer lainnya untuk saling berkomunikasi. Sedangkan cyberspace merupakan
ruang atau halaman yang sering kita temui di internet seperti blog, e–mail, jejaring
sosial, dan sebagainya dengan tampilan atau interface yang menampilkan
beragam fitur–fitur dari halaman yang kita akses. Namun, fakta bahwa cyberspace
sering dicampur adukan dengan internet memungkiri fakta bahwa telah lama ada
jaringan lain sebelum adanya internet, yang memenuhi syarat sebagai domain bagi
matrix atau cyberspace.
Penemuan media broadcast seperti radio, televisi dan telegraf menunjukan
adanya sebuah jaringan yang telah lama hadir sebelum cyberspace meski memilki
keterbatasan dalam penyampaian pesan atau informasi. Setelah teknologi
komputer muncul dan ARPANET berhasil menghubungkan beberapa komputer

19

setelah perang dunia ke-2, interakasi interpersonal melalui komputer telah mampu
menembus batas–batas media broadcast. Hal ini terlihat dari penggunaan fitur–
fitur internet yang merupakan bentuk dari konvergensi media telah membawa kita
dalam bentuk lain dari cara berkomunikasi dan mencari informasi. Cyberspace
dalam hal ini berperan sebagai wadah yang membentuk semua hal tersebut, dalam
interaksi di internet penggunaan teks merupakan bentuk dasar dari CMC.
Perkembangan dan penggunaan teks itu sendiri bisa dilihat dari model
komunikasi real–time seperti chatting dalam internet massaging (IM), dan IRC
(Internet Relay Chat) yang pertama kali muncul sebagai komunikasi antar entitas
pada 1988. Komunikasi dalam ruang interaksi internet tersebut merupakan
komunikasi yang “synchronous, multi–user ,text based chat technology“ (Thurlow
Et. Al, 2004: 182). Teks juga menjadi perwakilan dari emosi entitas dalam
melakukan komunikasi di internet yang dikenal sebagai emoticon, yang berasal
dari kata emotion dan icon. Sebagai contoh ketika kita mengungkapkan persaaan
bahagia kita dalam percakapan di internet dapat diwakilkan dengan penggabungan
tanda baca : dan ) sehingga menjadi , dengan demikian gabungan kedua tanda
baca tersebut di maknai sebagai ungkapan rasa bahagia.
Jika melihat tipologi interaksi face–to–face, maka komunikasi terjadi
dengan mensyaratkan adanya kehadiran kedua belah pihak secara real (tatap
muka di dunia nyata) dan terjadi saling berbagi sistem refrensi diantara mereka
meski dalam waktu singkat dalam komunikasi ini Thompson (1995: 82)
mengatakan bahwa para partisipan dapat menggunakan deictic expressions seperti
kapan, dimana, itu, ini dan sebagainya. Sementra dalam interaksi CMC antar
entitas yang berkomunikasi tidak bisa mempertukarkan apa yang tadi disebut

20

dengan the same spatial–temporal refrence system dan juga tidak bisa
memberikan jaminan terjadi kesepahaman dalam diactic expression oleh lawan
bicaranya (1995: 82). Berkaitan dengan hal ini Marc Smith (1995), memberikan
aspek penting komunikasi di internet. Pertama, CMC is acorporeal because it is
primarily a text–only medium. Interaksi yang terjadi melalui jaringan komputer
pada dasarnya diwakili oleh media teks. Kedua, CMC is astigmatic, bahwa
interaksi yang terjadi cenderung mengabaikan stigma terhadap individu tertentu
dikarenakan komunikasi berdasarkan teks ini sangat sedikit sekali memberi
gambaran visual (emosi, eksprsi dan intonasi) lawan bicara dibandingkan dengan
tatap muka.
Holmes (2005: 33) menyatakan bahwa setiap individu mengalami
peningkatan dalam berinterksi dengan layar komputer, membangun relasi face–
to–screen dibandingkan face–to–face. Sherry Turkle dalam bukunya The Second
Self (1995: 9) menyatakan bahwa internet telah menghubungkan miliaran individu
secara global dalam ruang baru yang berimplikasi pada cara kita berpikir selama
ini, bahkan dalam konsepsi identitas diri. Hal ini terlihat ketika kita
berkomunikasi secara CMC (online) secara tidak sadar kita berpartisipasi dengan
seluruh pengguna internet dari seluruh belahan dunia termasuk dengan para
individu yang memiliki kedekatan dengan kita, meskipun tidak bertemu secara
langsung atau tatap muka, kehadiran kita digantikan oleh teks yang universal dan
menjadi bahasa yang digunakan oleh seluruh pengguna internet untuk
berkomunikasi dengan pengguna lainnya tanpa melihat perbedaan bahasa. ketika
kita berlebihan menggunakannya sehingga kesadaran akan dirinya didunia maya

21

lebih tinggi daripada didunia nyata maka ini merupakan sebuah masalah, Hal
tersebut dikenal dengan deindividuasi.

2. 5 Deindividuasi dan Digital Devide
Deindividuasi adalah keadaan hilangnya kesadaran akan diri sendiri (self
awareness)

dan

pengertian

evaluatif

terhadap

diri

sendiri

(evaluation

apprehension) dalam situasi kelompok yang memungkinkan anonimitas dan
mengalihkan atau menjauhkan perhatian dari individu (Festinger, Pepitone, &
Newcomb, 1952). Anonimitas atau meleburnya kesadaran individu didalam
sebuah kelompok besar (dalam hal ini facebook) secara perlahan membuat mereka
mengikuti hampir semua hal yang terjadi didalamnya. Hilangnya sikap individual
ini membuat individu masuk kedalam proses deindividuasi. Holmes (2005: 33)
menyatakan bahwa setiap individu mengalami peningkatan dalam berinterksi
dengan layar komputer, membangun relasi face–to–screen dibandingkan face–to–
face. Perilaku individu yang berlebihan ketika membangun relasi face–to–screen
mengakibatkan hilangnya kesadaran akan diri (individualitas) di dalam sebuah
lingkungan sosial sehingga kesadaran diri di dunia nyata lebih kecil dibandingkan
dengan kesadaran diri di dunia maya (cyberspace).
Hal ini terlihat sangat menonjol ketika melihat para pengguna jejaring
sosial, seperti facebook. Dalam pembahasan deindividuasi dapat di contohkan
ketika seorang individu mengakses facebook melalui komputer atau handphone
maupun gadget, maka individu tersebut lebih banyak menghabiskan waktunya di
depan layar tanpa menghiraukan apa yang terjadi di sekitarnya. Dalam beberapa
kasus ekstrim muncul sikap asosial yang mengakibatkan kemampuan komunikasi
individu tersebut berkurang secar