PERANAN FACEBOOK DALAM PEMBENTUKAN DEINDIVIDUASI PADA PARA SANTRI (STUDI KASUS PADA PENGGUNAAN FACEBOOK DIKALANGAN PARA SANTRI PONDOK PESANTREN NURUL ISLAM BANDAR LAMPUNG)

(1)

ABSTRAK

PERANAN FACEBOOK DALAM PEMBENTUKAN DEINDIVIDUASI DIKALANGAN PARA SANTRI (STUDI KASUS PADA PENGGUNAAN FACEBOOK DIKALANGAN PARA

SANTRI PONDOK PESANTREN NURUL ISLAM BANDAR LAMPUNG)

OLEH

MOHAMADF MU'JIJAT

Perkembangan jejaring sosial telah mempengaruhi kita dalam berkomunikasi dan berinteraksi secara online, terutama sejak munculnya facebook yang memberikan kita pengalaman baru dalam berkomunikasi dengan orang lain di dunia maya, hal ini telah menjadi tren hampir di seluruh kalangan masyarakat kita, tak terkecuali para santri yang berada dalam lingkungan pondok yang diawali dengan rasa ingin tahu dan pengaruh pergaulan masyarakat sekitar telah mendorong mereka untuk mencoba dan mempelajari penggunaan facebook. Para santri dengan mindset mayarakat terhadap identitas mereka tentu akan sadar bahwa mereka memiliki peranan di dalam masyarakat yang dianggap sebagai suri teladan bagi masyarakat sehingga para santri yang menggunakan facebook akan memiliki kesadaran untuk menjaga peranan dirinya di tengah masyarakat, namun bagi para santri pengguna facebook yang kehilangan kesadaran akan peranan tentunya akan berdampak negatif bagi dirinya dan mengubah frame masyarakat terhadap mereka. Hilangnya kesadaran akan peran individu inilah yang disebut dengan deindividuasi sehingga dalam studi ini terdapat dua rumusan masalah yaitu, pertama, bagaimana peranan facebook dalam pembentukan deindividuasi dikalangan para santri pondok pesantren nurul islam ?, kedua, bagaimana keterkaitan interakasi yang dilakukan oleh para santri dikalangan para santri di dalam dunia maya dengan dunia nyata ?. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan penggunaan facebook dalam pembentukan deindividuasi dikalangan para santri pondok pesantren nurul islam dan mengetahui efek yang ditimbulkan dari penggunaan jejaring sosial (facebook) terhadap komunikasi antar pribadi dikalangan para santri Pondok Pesantren Nurul Islam. Penelitian ini merupakan studi kualitatif-deskriptif dengan metode pengumpulan data melalui observasi pasrtisipan, wawancara mendalam (depth interview) dan studi dokumentasi. Sumber data penelitian ini berasal dari data primer dan skunder. Penelitian selama kurang lebih tiga bula ini menghasilkan bahwa penggunaan facebook dikalangan para santri merupakan sebuah bentuk aktifitas yang dapat menuju pada deindividuasi, dengan kata lain penggunaan facebook di kalangan para santri Pondok Pesantren Nurul Islam dapat menjadi proses menuju deindividuasi.


(2)

ABSTRAC

FACEBOOK ROLE IN THE FORMATION DEINDIVIDUASI AMONG SANTRI (CASE STUDY ON THE USE FACEBOOK AMONG BOARDING SCHOOL SANTRIS NURUL ISLAM

BANDAR LAMPUNG)

BY

MOHAMADF MU'JIJAT

The development of social networking has influenced us to communicate and interact online, especially since the advent of Facebook that gives us a new experience in communicating with others in the virtual world, it has become a trend in almost all of our society, not least the students who are in boarding school environment that begins with curiosity and social influences surrounding community has encouraged them to try and learn the use of Facebook. The students with the mindset of society towards their identity would be aware that they have a role in society that is regarded as a role model for the community so that the students who use Facebook will have to maintain awareness of her role in society, but for the students who lost their Facebook users awareness of the role will certainly have a negative impact for themselves and transform society to their frames. Loss of awareness of the role of individuals is called the deindividuasi so that in this study there are two formulation of the problem, namely, first, how the role of Facebook in the formation of the deindividuasi among boarding school students Nurul Islam?, Second, how the interaction linkages are made by the students among the students in the virtual world with the real world?. This study aims to determine the use of Facebook in the formation of linkages among the deindividuasi boarding school students Nurul Islam and know the effects of the use of social networking (Facebook) on interpersonal communication among the boarding school students Nurul Islam. This research is a descriptive qualitative study with the method of collecting data through observation pasrtisipan, in-depth interviews (depth interviews) and documentary study. Sources of research data derived from primary and secondary data. Research for approximately three months resulted that the use of Facebook amongst the students is a form of activity that can go on deindividuasi, in other words the use of Facebook amongst the Nurul Islam boarding school students can be towards deindividuasi process.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bandar Lampung pada tanggal 8 Februari 1992. Penulis merupakan putra kedua dari lima bersaudara, buah cinta dari pasangan Hi. Mukri, AR dan Siti Aminah. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Nurul Islam pada tahun 1998, kemudian penulis mengenyam pendidikan dasar di SD Negeri 1 Pahoman hingga tahun 2004. Selanjutnya, pada tahun 2007 penulis menyelesaikan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Bandar Lanpung dan lulus di Madrasah ‘Aliah Negeri 2 Bandar Lampung pada 2010. Kemudian pada tahun 2010 juga penulis tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung melalui jalur PKAB (Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat).

Semasa menempuh pendidikan di Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung, penulis pernah aktif sebagai anggota Forum Studi Pengembangan Islam (FSPI) FISIP Universitas Lampung. dan Angkatan muda Birohamah, Selain itu penulis juga aktif dalam kepengurusan HMJ Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung sebagai Anggota Bidang Jurnalistik periode 2012-2013, lalu kemudian menjabat sebagai Sekretaris Umum FSPI periode 2013-2014. Penulis juga sempat melaksanakan PKL (Praktek Kerja Lapangan) di Radar Lampung TV selama 40 hari kerja, dan juga penulis melakukan KKN (Kuliah Kerja Nyata) selama 30 hari di Desa Punduh Pidada Kec. Padang Cermin, Kab. Pesawaran dengan tema Peningkatan Kinerja Aparatur Desa


(8)

Persembahan

Dengan diiringi beribu rasa syukur

penulis haturkan kepada Sang pemberi

rahamt dan nikmat bagi seluruh alam,

Allah ‘azza wa jalla

Ku persembahkan karya ku kepada. . .

Kedua orang tua ku tercinta yang

merupakan guru terbaik dan sumber

semangat dan motifasiku, adik-adikku

yang selalu menjadi penghiburku, dan

seluruh sahabat seperjuangan dari

jurusan ilmu komunikasi yang luar

biasa


(9)

Motto

“ Tetaplah menjadi dirimu sendiri meski

sering di tertawakan orang lain, karena

tiap manusia adalah imam untuk dirinya”

Mohamadf Mu’jijat


(10)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil ’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan sekalian alam yang maha kuasa atas bumi, langit dan seluruh isinya, serta hakim yang maha adil di hari akhir nanti, sebab hanya dengan kehendak-Nya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tak lupa selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa Rahmatan

Lil’Aalaamiin.

Skripsi dengan judul peranan facebook dalam pembentukan deindividuasi pada para santri (studi kasus pada penggunaan facebook dikalangan para santri Pondok Pesantren Nurul Islam Bandar Lampung) merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung. Begitu banyak daya yang tercurah dan upaya yang penulis lakukan demi terselesaikannya skripsi ini, namun tentunya penulis juga menyadari bahwa segala sesuatu yang tertulis dalam skripsi ini adalah berkat bimbingan, dukungan, motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan rasa terima kasih yang tulus kepada:


(11)

2. Bapak Drs. Teguh Budi Raharjo, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung sekaligus pembimbing akademik yang selalu memberikan saran dan motivasi.

3. Ibu Dhanik Sulistyarini, S.Sos., MComn&MediaSt., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung.

4. Bapak Agung Wibawa, S.Sos., M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu terlaksananya penelitian ini hingga akhir dan atas segala kesediaanya mengarahkan serta memberi saran dan kritikan yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Toni Wijaya, S.Sos., M.A., selaku Dosen Pembahas yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun dalam proses penulisan skripsi ini.

6. Seluruh jajaran Dosen FISIP Universitas Lampung terutama Jurusan Ilmu Komunikasi antara lain; Ibu Hestin Oktiani, Ibu Wulan Suciska, Ibu Nina Yudha Ariyanti, Ibu Nanda Utaridah, Ibu Ida Nurhaida, Ibu Andi Windah, Ibu Tina Kartika, Ibu Ana Gustina, Bapak Abdul Firman A., Bapak A. Riza Faizal, Bapak Sarwoko, Bapak Rudi Fardiyan, dan Bapak Cahyono E.S. yang telah memberikan ilmu bermanfaat kepada penulis selama berkuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung.

7. Seluruh staf administrasi dan karyawan FISIP Universitas Lampung, khususnya Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung.


(12)

derajat keluarga. Terimakasih atas segala curahan kasih sayang, pengorbanan, kesabaran, nasehat, dan doa yang tak pernah terputus.

9. Bapak Abdullah selaku mentor, motivator, dan inspirator yang selalu memberikan wawasan serta pengalaman terbaik.

10. Kakak-kakak tingkat di jurusan Ilmu Komunikasi dari berbagai angkatan yang telah memberikan tambahan wawasan dan pemahaman bagi penulis tentang berbagai hal.

11. Adik-adik tingkat di jurusan Ilmu Komunikasi yang telah membantu penulis dalam berbagai hal.

12. Seluruh teman-teman Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2010 yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu.

13. Teman seperjuangan semasa kuliah, Agus Sudarwin, Galuh Adi Pranata, Waskito Ardi Nugroho, Rio Efrilianto, Emirullyta Harda Ninggar, Sigit Pamungkas, Fina Yulanda., Imam Mubaroq, Yunardi Hasan K.S., M. Hafiz Wiratama, Fitria Hani, Jerry Pratama, Ahmad Afrian Sholeh, dan seluruh teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membagi referensi, rujukan, dan membantu penulis dalam melewati berbagai tahapan penyelesaian skripsi ini. 14. Seluruh teman-teman penulis semasa TK, SD, SMP, hingga SMA, yang telah


(13)

produktif, progresif, dan sinergis.

16. Seluruh teman-teman yang telah hadir dalam Seminar Proposal, Seminar Hasil Penelitian, dan Ujian Skripsi. Terimakasih atas dukungan dan kehadirannya dalam acara tersebut, sehingga penulis dapat melewati berbagai tahapan penyelesaian skripsi ini dengan baik.

17. Pimpinan dan pengurus Pondok Pesantren Nurul Islam yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

18. Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan doa kepada penulis. 19. Serta kepada anda yang membaca skripsi ini, semoga tulisan ini dapat

memberikan manfaat bagi anda khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.

Penulis,


(14)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... I DAFTAR BAGAN DAN TABEL ... III

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1. 1 Latar Belakang ... 1

1. 2 Rumusan Masalah ... 5

1. 3 Tujuan Peneletian ... 6

1. 4 Manfaat Penulisan ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2. 1 Definisi Peranan ... 7

2. 2 Sejarah Internet ... 9

2. 3 Komunikasi Termediasi Komputer (CMC) ... 12

2. 3. 1 Definisi CMC ... 12

2. 3. 2 Perspektif CMC ... 13

2. 4 Cyberspace ... 16

2. 4. 1 Definisi Cyberspace ... 16

2. 4. 2 Cyberspace Dan Interaksi Online ... 18

2. 5 Deindividuasi dan Digital Devide ... 21

2. 6 Definisi Pondok Pesantren dan Santri ... 23

2. 6. 1 Definisi Pondok Pesantren ... 23

2. 6. 2 Tipologi Pondok Pesantren ... 25

2. 6. 3 Definisi Santri ... 33

2. 6. 4 Peran Sosial Santri ... 34

2. 7 Tinjauan Jejaring Sosial Facebook ... 38

2. 7. 1 Situs Jejaring Sosial ... 38

2. 7. 2 Facebook ... 39

2. 8 Kerangka Pemikiran ... 42

BAB III METODE PENELITIAN ... 49

3. 1 Metode Penelitian ... 49

3. 2 Teknik Pengumpulan Data ... 49

3. 3 Jenis Data ... 50

3. 4 Lokasi Penelitian dan Informan ... 50

3. 4. 1 Lokasi Penelitian ... 50

3. 4. 2 Informan ... 51

3. 5 Metode Analisis Data ... 51


(15)

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 53

4. 1 Profil Pondok Pesantren Nurul Islam ... 53

4. 1. 1 Sejarah Singkat Pondok Pesantren Nurul Islam ... 53

4. 1. 2 Kegiatan Pondok Pesantren Nurul Islam ... 56

4. 2 Struktur Pengurus Pondok Pesantren Nurul Islam ... 57

4. 3 Gambaran Umum Para Santri Pondok Pesantren Nurul Islam ... 57

4. 3. 1 Kepenguruan Santriawan Dan Santriawati ... 57

4. 3. 2 Pendidikan Dan Aktifitas Para Santri Pondok Pesantren Nurul Islam ... 59

4. 4 Facebook ... 60

4. 4. 1 Gambaran Umum Dan Sejarah Facebook ... 60

4. 4. 2 Fitur-Fitur Pada Facebook ... 61

BAB V PEMBAHASAN ... 64

5. 1 Hasil Penelitian Dan Wawancara Para Informan ... 64

5. 1. 1 Informan 1 ... 64

5. 1. 2 Informan 2 ... 71

5. 1. 3 Informan 3 ... 74

5. 1. 4 Informan 4 ... 79

5. 1. 5 Informan 5 ... 83

5. 1. 6 Informan 6 ... 88

5. 2 Analisis Hasil Wawancara Para Informan ... 93

5. 2. 1 Penggunaan Facebook Dikalangan Para Santri Pondok Pesantren Nurul Islam ... 98

5. 2. 2 Faktor Pendorong Pengunaan Facebook Di Kalangan Para Santri Pondok Pesantren Nurul Islam ... 97

5. 2. 3 Peranan Facebook Bagi Para Santri Pondok Pesantren Nurul Islam ... 101

5. 2. 4 Perubahan Cara Berkomunikasi Dan Berinteraksi Para Santri Pondok Pesantren Nurul Islam ... 102

5. 2. 5 Sikap Para Informan Dalam Wawancara Penelitian ... 108

5. 2. 6 Peranan Facebook Dalam Pembentukkan Deindividuasi Pada Para Santri ... 109

5. 3 Klasifikasi Informan Berdasarkan Hasil Penelitian ... 111

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 116

6. 1 Kesimpulan ... 116

6. 2 Saran ... 117

DAFTAR PUSTAKA ... 118

LAMPIRAN ... 119


(16)

DAFTAR BAGAN DAN TABEL

Bagan 1. Kerangka pikir ... 48

Bagan 2. Susunan Pengurus Pondok Pesantren Nurul Islam ... 57

Tabel 1. 4 Profil Pondok Pesantren Nurul Islam ... 54

Tabel 2. 4 Fasilitas Pondok Pesantren Nurul Islam ... 55

Tabel 1. 5 Hasil Wawancara Informan 1. ... 64

Tabel 4. 5 Hasil Wawancara Informan 2 ... 71

Tabel 5. 5 Hasil Wawancara Informan 3. ... 74

Tabel 6. 5 hasil wawancara informan 4 ... 79

Tabel 7. 5 Hasil Wawancara Informan 5 ... 83

Tabel 8. 5 Hasil Wawancara Informan 6 ... 88


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Internet merupakan sebuah media massa baru (new media) yang memungkinkan kita untuk memperoleh informasi dalam bentuk teks, gambar, dan audiovisual dalam beberapa detik. Berawal dari pendirian dan pengembangan ARPANET, sebuah sistem keamanan Amerika Serikat pada tahun 1960 dan berhasil menghubungkan beberapa komputer dalam jarak jauh. Kini Internet telah berkembang secara host komputer maupun dari segi penggunanya. Host komputer merupakan sebuah komputer penyimpan informasi yang dapat diakses oleh pengguna melalui jaringan. Pada tahun 1995–1999 jumlah host komputer telah berkembang, berawal dari 5, 9 juta menjadi 43, 2 juta host komputer (network wizards, 1999).

Melalui fitur–fitur di dalam internet tersebut, secara perlahan interaksi antar individu pengguna internet terjadi seperti e-mail, blog, IM (Internet Massenger) melalui IRC (Internet relay Chat) dan kini kita dapat berinterkasi dengan seluruh pengguna internet melalui jejaring media sosial. Bentuk Komunikasi ini disebut komunikasi termediasi komputer (Computer Mediated Communication) atau CMC yang merupakan bentuk dari komunikasi antara dua


(18)

orang atau lebih individu yang berinteraksi dan/atau saling mempengaruhi melalui komputer. Perkembangan interaksi online melalui CMC ini menyebabkan munculnya istilah dunia maya atau dunia virtual (cyberspace) yang pertama kali muncul dalam novel karya Wiliam Gibson (1984/1994), neuromancer. Ide Gibson dalam penggunaan kata cyberspace ini setelah ia memperhatikan fenomena keyakinan yang muncul dari anak–anak setelah mereka bermain video games. Gibson melihat bahwa anak–anak tersebut meyakini permainan tersebut merupakan sebuah kenyataan atau eksis, meski kenyataan itu tidak dapat dijangkau oleh mereka. Hal ini dikarenakan dunia virtual menghasilkan efek dan juga menjadikan dirinya sebagai sebuah efek.

Jejaring sosial sebagai salah satu ruang di dalam cyberspace memiliki peranan terhadap peningkatan interkasi online yang memungkinkan kita bertukar informasi dan berinteraksi dengan para user lainnya. Perkembangan jejaring sosial cukup pesat, tentu kita pernah mendengar, melihat atau bahkan menggunakan salah satunya. Karena begitu banyak jejaring media sosial yang ada penulis memilih salah satu jejaring media sosial terpopuler saat ini, yakni facebook dengan jumlah user sebanyak 1, 2 milyar dari populasi dunia. facebook merupakan sebuah jejaring sosial yang memungkinkan kita untuk bertemu dan berteman secara virtual dengan seluruh penggunanya yang tersebar diseluruh negara. facebook didirikan oleh Mark Elliot Zuckerberg yang berawal dari sebuah ide untuk dapat melihat foto–foto dan berkumpul dengan teman–teman lamanya. Dengan kemudahan cara berkomunikasi dalam jejaring sosial ini tentu membuat kita menghabiskan waktu lebih banyak ketika menggunakannya sehingga kesadaran akan diri didunia maya lebih tinggi daripada didunia nyata Hal ini


(19)

disebut deindividuasi. Berbicara tentang deindividuasi pastinya kita dapat melihat digital devided sebagai sebuah permulaan, kesenjangan terhadap kemampuan akses teknologi ini tentu memberikan sebuah efek bagi masyarakat maupun sebuah lembaga baik itu lembaga pendidikan maupun lembaga pemerintahan dan sebagainya.

Dalam hal ini penulis berfokus pada keterkaitan deindividuasi akibat interaksi para pengguna facebook didunia virtual dengan interakasi secara langsung atau tatap muka melalui komunikasi antar pribadi pada penggunaan facebook di Pondok Pesantren Nurul Islam yang merupakan lembaga sosial dan pendidikan swasta. Pondok pesantren menurut KBBI merupakan sebuah tempat bagi masyarakat untuk menimba ilmu–ilmu islam berdasarkan sumber hukum islam yaitu Al-qur’an dan Hadist Nabi Muhammad SAW serta ijma’ para ulama. Dalam proses pembelajarannya sebuah pondok pesantren memiliki sejumlah tenaga pengajar yang disebut ustadz atau ustadzah (orang yang dianggap memilki pemahaman dan pengetahuan tentang islam oleh masyarakat) dan dibawah pimpinan seorang kiyai (ulama).

Pondok Pesanten Nurul Islam merupakan sebuah pondok pesantren semi modern dalam proses pembelajaran masih menggunakan sistem tradisional. Para santri mulai mengenal dunia internet dan facebook yang diakses melalui handphone maupun warnet (warung internet), meskipun terdapat sebuah peraturan untuk tidak membawa handphone agar tidak mengganggu proses belajar para santri, kebutuhan untuk komunikasi dan informasi ternyata membuat mereka dapat melanggar peraturan tersebut. Pada awalnya meraka membawa handphone untuk berkomunikasi dengan keluarga dan teman–teman mereka, namun setelah


(20)

mereka mengakases internet untuk mencari informasi dan membuat akun e-mail kemudian membuat akun facebook, timbul sebuah rasa ketertarikan terhadap dunia maya melalui jejaring sosial tersebut. Hal ini tentu memberikan sebuah efek secara perlahan terhadap para santri dan menunjukkan kebutuhan informasi dikalangan para santri cukup tinggi.

Penggunaan facebook dikalangan santri ini telah memberikan cara baru dalam berkomunikasi bagi mereka. Komunikasi yang dilakukan melalui fitur comment dan like status didalam jejaring sosial ini memberi pengaruh secara perlahan sehingga tanpa sadar mereka terus mengikutinya dan saling berlomba untuk membuat status-status yang dianggap menarik untuk mendapatkan “like” dari pengguna lainnya. Selain itu para santri akan mencoba mengakses facebook untuk melihat status para santri lainnya agar tetap up-to-date, terutama dengan sesama pengguna facebook dikalangan para santri.

Terdapat sebuah fenomena menarik yang terjadi dalam kalangan para santri ini, yaitu timbulnya kebutuhan untuk mengakses facebook hampir disetiap waktu, ketika mereka tidak dapat mengakses facebook karena kehabisan pulsa atau pun uang untuk pergi ke warnet mereka merasa ada sesuatu yang hilang dan memicu ketidakstabilan emosi seperti merenung, mudah marah, dan terkadang terlihat seperti sedang frustasi. Dengan adanya facebook ternyata dapat mengubah cara berinteraksi para santri mengikuti cara berinteraksi di dalam facebook, mereka lebih dekat dengan sesama pengguna facebook. Hal ini disebabkan oleh anonimitas pada diri para santri tanpa sadar mereka kehilangan kesadaran diri di dunia nyata secara perlahan.


(21)

Beberapa hal lain berkaitan dengan penggunaan foto profil yang cenderung bertolak belakang dengan status mereka di dalam masyarakat dikarenakan anonimitas di facebook. anonimitas atau meleburnya kesadaran individu didalam sebuah kelompok besar (dalam hal ini facebook) secara perlahan membuat mereka mengikuti hampir semua hal yang terjadi didalamnya. Hilangnya sikap individual ini membuat individu masuk kedalam proses deindividuasi. Santri pada umumnya merupakan siswa yang dibekali oleh ilmu agama tentu memiliki pemahaman dan cara berinteraksi berbeda dengan murid lainnya (dikarenakan pandangan masyarakat kepada santri sebagai sosok insan dengan pemahaman agama dan memiliki status tersendiri di dalam masyarkat). Dalam lingkungan penuh ajaran norma agama tentunya hal ini menimbulkan sebuah pertanyaan untuk para santri tersebut berkaitan dengan nilai dan norma agama yang diperoleh sehingga penulis mencoba mengungkap

Peranan facebook Dalam Pembentukan Deindividuasi Pada Para Santri (Studi Kasus Pada Penggunaan facebook Dikalangan Para Santri Pondok Pesantren Nurul Islam Bandar Lampung)

1. 2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana peranan facebook dalam pembentukan deindividuasi dikalangan para santri Pondok Pesantren Nurul Islam ?

2. Bagaimana keterkaitan interaksi yang dilakukan oleh para santri didalam dunia maya dengan dunia nyata ?


(22)

1. 3 Tujuan Peneletian

1. Mengetahui keterkaitan penggunaan facebook dalam pembentukan deindividuasi dikalangan para santri Pondok Pesantren Nurul Islam. 2. Mengetahui efek yang ditimbulkan dari penggunaan jejaring sosial

terhadap komunikasi antar pribadi dikalangan para santri Pondok Pesantren Nurul Islam.

1. 4 Manfaat Penulisan

1. Mengetahui perbedaan interakasi para pengguna facebook pada penggunanya dengan interaksi secara tatap muka didunia nyata.

2. Mempelajari interaksi para pengguna facebook (dalam hal ini adalah para santri Pondok Pesantren Nurul Islam).

3. Membantu pengurus Pondok Pesantren Nurul Islam dalam membuat strategi pengajaran berdasarkan interaksi para pengguna facebook di kalangan para santrinya.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Definisi Peranan

Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kududukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka hal ini berarti ia menjalankan suatu peranan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan dan saling bertentangan satu sama lain. Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya.

Hal tersebut sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat kepadanya. Peranan lebih banyak menekankan pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses (Soerjono Soekanto, 2002: 268-269). Menurut Soerjono Soekanto (2002: 441), unsur-unsur peranan atau role adalah:

1) Aspek dinamis dari kedudukan 2) Perangkat hak-hak dan kewajiban

3) Perilaku sosial dari pemegang kedudukan


(24)

Hubungan–hubungan sosial yang ada dalam masyarakat, merupakan hubungan antara peranan-peranan individu dalam masyarakat. Sementara peranan itu sendiri diatur oleh norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Jadi seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan. Peranan mencakup tiga hal, Pertama, peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan, Kedua, membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. Ketiga, peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat (Soerjono Soekanto, 2002: 246).

Pembahasan perihal aneka macam peranan yang melekat pada individu-individu dalam masyarakat penting bagi hal-hal yaitu :

1) bahwa peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur masyarakat hendak dipertahankan kelangsungannya

2) peranan tersebut seyogyanya dilekatkan pada individu–individu yang oleh masyarakat dianggap mampumelaksanakan. Mereka harus lebih dahulu terlatih dan menpunyai hasrat untuk melaksanakannya

3) dalam masyarakat kadang kala di jumpai individu-individu yang tak mampu melaksanakan peranannya sebagaimana diharapkan oleh masyarakat, karena mungkin pelaksanaannya memerlukan pengorbanan arti kepentingan-kepentingan pribadi yang terlalu banyak


(25)

4) apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan peranannya, belum tentu masyarakat akan memberikan peluang-peluang yang seimbang, bahkan seringkali terlihat betapa masyarakat membatasi peluang-peluang tersebut (Soerjono Soekanto, 2002: 247).

2. 2 Sejarah Internet

Internet merupakan media komunikasi yang memungkinkan kita untuk mengakses informasi dari seluruh dunia hanya dalam beberapa detik dalam satu klik. Dalam perkembangannya internet di sebut sebagai new media karena sifatnya yang luas dan kemampuannya untuk menampilkan informasi dalam bentuk teks, audio, bahkan audiovisual. Kemampuan integrasi internet terhadap bentuk–bentuk media tersebut membuatnya sangat unggul dibandingkan media massa sebelumnya. Selain kemampuan integrasi media, internet memiliki banyak fitur unggulan untuk mempermudah pekerjaan kita seperti e-mail (surat elektronik) yang memungkinkan kita mengirim pesan kepada pengguna internet (user) lainnya dalam beberapa detik tanpa batasan geografis. Selain itu, terdapat fitur search engine (mesin pencari) untuk mencari informasi melalui softwere peramban pada PC (personal computer) atau device kita yang terhubung dengan jaringan internet. Internet juga memungkinkan kita untuk berkomunikasi dengan para pengguna lainnya melaui e-mail, IRC (Internet Relay Chat), blog, forum– forum online dan jejaring sosial.

Berawal dari pendirian dan pengembangan ARPANET, sebuah sistem keamanan Amerika Serikat pada tahun 1960 dan berhasil menghubungkan beberapa komputer dalam jarak jauh melalui jaringan telepon. Kini Internet telah


(26)

berkembang secara host komputer maupun dari segi penggunanya. Host komputer merupakan sebuah komputer penyimpan informasi yang dapat diakses oleh pengguna melalui jaringan. Pada tahun 1995–1999 jumlah host komputer telah berkembang, berawal dari 5, 9 juta menjadi 43, 2 juta host komputer (network wizards, 1999). Sebagai sandaran kita dapat melihat perkembangan sejak 1978 dari pemetaan Shirley Biagi mengenai media digital terutama studi kasus di Amerika Serikat, sebagai berikut :

1. 1978, Nicholas Negroponte dari MIT pertama kali menggunakan istilah konvergensi untuk menggambarkan perubahan pada industri media.

2. 1988, kurang dari 1, 5 % rumah tangga di AS telah terhubung secara online.

3. 1989, Tim Berners Lee mengembangkan program berbasis ICT untuk manusia berbagi informasi secara online dan juga browser pertama yang memungkinkan untuk melihat informasi secara lebih nyata.

4. 1994, Marc Andersen dan kawan-kawan dari University of Illinois memperkenalkan mosaic browser yang dapat mengkombinasikan gambar dan tulisan secara bersamaan.

5. 1995, David Filo dan Jerry Yang menciptakan Yahoo sebagai situs pencarian.


(27)

6. 1996, Iklan di jaringan internet telah merebak dengan aset U$. 200 juta 1998, satu dari empat rumah tangga di AS terhubung secara online dan Kongres mengesahkan Digital Millenium Copyright Act; Larry Page dan Sergey Brin menciptakan Google sebagai perusahaan yang membuat situs pencarian yang lebih baik.

7. 2000, Bisnis berbasis ICT meroket tajam.

8. 2004, Untuk pertama kali, para blogger mengikuti pemilu secara online.

9. 2006, Aset iklan di Internet mencapai U$. 17 Milliar; AOL mengumumkan layanan e-mail massal yang mengharuskan para pengguna e-mail massal membayar biaya sebagai pajak atas kebebasan berekspresi; Google setuju atas permintaan pemerintah federasi untuk membatasi pencarian informasi dari pemerintah. 10.2007, Perkembangan gadget bertambah cepat, salah satunya Apple

mengeluarkan gadget i–Phone yang membuat media digital semakin dapat bergerak lebih luas lagi.

11.2009, 73 % dari penduduk AS menggunakan internet.

Dari pemetaan Biagi diatas kita dapat melihat bahwa perkembangan internet tiap tahunnya mengalamai perkembangan pesat, hal ini didorong oleh kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan informasi dan berinteraksi dengan lebih banyak kepada masyarakat lainnya. Dengan adanya internet, komunikasi dan informasi dapat kita akses dengan cepat dan mudah tanpa batasan waktu, geografis, dan biaya murah. Potensi dari internet ini memungkin kita untuk


(28)

berinteraksi secara online, sehingga terbentuklah komunitas–komunitas cyber, forum–forum online, blog dan jejaring sosial. Proses komunkasi melalui komputer ini kemudian di kenal sebagai komunikasi termediasi komputer atau communication mediated computer (CMC) yang membahas komunikasi melalui komputer oleh dua orang atau lebih.

2. 3 Komunikasi Termediasi Komputer (CMC) 2. 3. 1 Definisi CMC

Komunikasi termediasi komputer atau CMC merupakan bentuk dari komunikasi antara dua orang atau lebih individu yang berinteraksi dan / atau saling mempengaruhi melalui komputer yang terpisah melalui internet atau sambungan jaringan menggunakan perangkat lunak sosial. CMC tidak termasuk dalam metode dimana dua komputer berkomunikasi, melainkan bagaimana berkomunikasi melalui komputer. John December (1997: dalam Thurlow, Lengel & Tomic, 2004) mendefinisikan CMC adalah proses komunikasi manusia melalui komputer, melibatkan orang-orang, berada dalam konteks yang terbatas, dan saling berkaitan dalam proses membentuk media untuk tujuan yang beranekaragam.

Sedangkan Susan Herring (1996: Thurlow, Lengel & Tomic, 2004) memberikan definisi klasik CMC, yaitu komunikasi yang mengambil tempat antara manusia melalui alat komputer. Menurut pakar CMC yaitu Joseph Walther dan Malcolm Parks, berikut merupakan bentuk teknologi internet yang cenderung menarik di CMC :


(29)

1. E - mail, listserve dan mailinglist 2. Newsgroup, bulletin board dan blog

3. Internet relay chat (IRC) dan instant messaging (IM) 4. Metaworld dan visual chat

5. Personal homepage dan webcam

Dan saat ini banyak sekali perusahaan-perusahaan media online yang membuka sarana atau wadah untuk menggalakkan tren CMC ini kepada khalayak luas. Diantaranya adalah Yahoo, Google!, Hotmail, MSN, Friendster, OTCBB, MySpace, facebook, Kaskus, Detik, TheBulletinBoard, Gmail, MIRC, Wikipedia, Tamil Chat, IndonesiaTopBlog, OkeZone, Hi5, dan lain - lain.

2. 3. 2 Perspektif CMC

CMC menekankan komputer sebagai media proses komunkasi, komputer dalam CMC berperan sebagai media yang digunakan untuk berinteraksi oleh para penggunanya melalui jaringan internet. Secara sederhana kita dapat membayangkan komputer sebagai sebuah mobil dan internet sebagai jalan raya di sebuah kota besar, sementara cyberspace merupakan gedung–gedung disekitar jalan raya tersebut yang memberikan berbagai bentuk dan fasilitas yang berbeda. Keseluruhan dari contoh penggambaran tersebut merupakan sebuah bentuk dari proses komunikasi melalui media komputer.

Holmes (2005, 55) menegaskan bahwa terdapat empat poin penting dalam perspektif CMC, yaitu

1. Memfokuskan pada keunikan komunikasi yang terjadi di cyberspace;


(30)

2. Lebih mengkhususkan diri pada term “interaksi” dibandingkan dengan “integrasi“, yang lebih mengangkat beragam bentuk interaksi individu dibandingkan semua konteks serta ritual sosial dimana interaksi memiliki makna;

3. Tidak sepeti media studies beberapa pembahasn CMC mengungkapkan bagaimana faktor–faktor eksternal memengaruhi kegiatan komunikasi.

4. Dengan sedikit mengabaikan beragam bentuk interaksi sosial yang mungkin mendukung perspektif CMC, bahwa perspektif ini memfokuskan pada integrasi informasi di mana komunikasi yang terjadi melalui medium komputer berdasarkan pada proses informasi yang di jumpai dalam berbagai bentuk.

Berkaitan dengan interaksi virtual yang membentuk perilaku komunikasi, Marc Smith memberikan empat aspek penting, yaitu :

1. Virtual interactions is aspitial, bahwa jarak tidak mempengaruhi proses komunikasi dan interaksi. Keahdiran atau kedekatan jarak tidak menjadi penting selama masing–masing dapat menjalankan fungsinya.

2. Virtual interaction via system is predominantly asynchronus. Pengecualian dalam memakai chat, musa, atau icqs bahwa komunikasi melalui komputer seperti konfrensi sistem, dan e–mail dapat dioperasikan berdasarkan waktu atau jadwal yang diinginkan.


(31)

3. CMC is acorporeal because it is primarily a text–only medium. Interaksi yang terjadi melalui jaringan komputer pada dasarnya diwakili dengan teks. Efek dari CMC yang asynchronous dan acorporeal ini sebagai contoh dalam melakukan komunikasi dengan melibatkan jumlah individu yang besar, sedangkan hal ini juga bisa di lakukan melalui konfrensi telepon.

4. CMC is atigmatic. Bahwa interaksi yang terjadi cenderung mengabaikan stigma terhadap individu tertentu, sebab komunikasi berdasarkan teks ini sangat sedikt bisa menampilkan gambaran visual tentang status seseorang dibandingkan dengan tatap muka. Mengutip penjelasan Tim Jordan dalam bukunya Cyberspace bahwa CMC pada dasarnya anti hirarki dikarenakan identitas individu dalam cyberspace (dunia maya) tidak menggambarkan secara utuh hirarki dalam keadaan offline (keadaan sebenarnya di dunia nyata), hal inilah yang menjadi isu penting ketika membahas CMC. Polkosky (2008: 34) menegskan tiga karakteristik dasar yang menjadikan pentingnya pembahasan pangaruh teknologi terhadap komunikasi interpersonal, khususnya dalam CMC. Pertama, beberapa definisi dan teori komunikasi interpersonal yang ada telah dirumuskan jauh sebelum komputer muncul. Kedua, teknologi yang muncul seperti komputer, handphone atau gadget merupakan perangkat interaksi atau subjek yang kompleks. Ketiga, karakteristik media baru tersebut pada akhirnya memunculkan kebiasaan komunikasi yang berbeda dari komunikasi tatap muka (Wickens & Hollands, 2000 dalam Polkosky, 2008: 35, Crystal, 2004: 17). Kondisi ini perlu menjadi pusat perhatian peneliti untuk melihat keterkaitan interaksi di dunia maya dengan dunia nyata.


(32)

Media baru bagi Jordan (2009) memberikan informasi pribadi yang jauh lebih banyak (identity fluidity) di bandingkan media tradisional pada umumnya. Jika dalam dunia informasi diri baru terungkap seiring dengan intensitas dan interaksi antaretntitas (Mead, 1934; Altman & Taylor, 1987; Berger, 1988), sedangkan dalam interaksi di internet informasi menjadi sangat terbuka, entitas terkadang tidak harus bertemu secara online maupun di dunia nyata untuk mengethui identitas entitas tertentu di internet.

2. 4 Cyberspace

2. 4. 1 Definisi Cyberspace

Istilah dunia maya (cyberspace) yang pertama kali muncul dalam novel karya Wiliam Gibson (1984/1994), neuromancer. Dalam novel tersebut Gibson mendefinisikan cyberspace sebagai dunia lain yang terdiri dari banyak informasi terkait perusahaan, militer, pemerintah, serta ego individual. Ide Gibson dalam penggunaan kata cyberspace ini setelah ia memperhatikan fenomena keyakinan yang muncul dari anak–anak setelah mereka bermain video games. Gibson melihat bahwa anak–anak tersebut meyakini permainan tersebut merupakan sebuah kenyataan atau eksis, meski kenyataan itu tidak dapat dijangkau oleh mereka.

Untuk mengembangkan sebuah keyakinan terhadap keberadaan sebuah tempat yang nyata dibalik layar, tempat yang tidak dapat anda lihat tapi anda tahu itu ada. ” (McCaffery, 1992 : 272 sebagaimana dikutip Wood dan smith, 2005:19).

Shawn Wilbur (1997) menjelaskan bahwa fasilitas web memungkinkan adanya kontak yang halus (etheral contac), bahwa seseorang akan menemukan efek dalam kehidupan mereka ketika berhubungan dengan cyberspace. Hal ini


(33)

dikarenakan dunia virtual menghasilkan efek dan disisi lain ia juga menjadikan dirinya sebagai sebuah efek. Karakteristik dari dunia virtual adalah kemampuannya untuk menghasilkan efek, atau menjadikan dirinya sendiri sebagai

sebuah efek bahkan dalam keabsenan dari “efek nyata” (Willbur, 1997: 9-10). Cyberspace merupakan sebuah ruang dalam internet yang memungkinkan kita untuk saling bertukar informasi, bahkan berinteraksi dengan pengguna lain. Sebagai contoh ruang dalam cyberspace adalah halaman website–website, blog, jejaring sosial dan game online. Dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat di zaman ini, penggunaan ruang tersebut menjadi semakin bertambah dan meningkatkan interaksi online. Merujuk pada perkataan Gibson, cyberspace

lebih dekat dengan penggambaran “consensual hallucination”, Rushkoff (1994) menggunakan kata cyberspace untuk membawa pikiran manusia ketingkat atau level selanjutnya dar kesadaran manusia.

Sementara Perry Barlow menyatakan cyberspace merupakan term yang

digunakan untuk “networked computing” (baca bell, 2007: 16-18). Hubungan antar individu di dunia virtual bukanlah hubungan yang dikatakan “substanceless hallucination” (halusinasi tanpa subtansi) semata, pada dasarnya hubungan tersebut terjadi secara nyata, memiliki arti, dan dampak pada kehidupan yang sesungguhnya. Hal inilah yang di tegaskan oleh Howard Rheingold bahwa cyberspace merupakan ruang konseptual dimana semua kata, hubungan manusia, data, kesejahteraan, dan juga kekuatan dimanifestasikan oleh setiap orang melalui teknologi CMC (1993: 5).

Secara sederhana cyberspace dapat kita pahami sebagai sebuah ruang didalam internet yang menampilkan beragam informasi yang dapat diakses oleh


(34)

setiap pengguna internet. Sebagai contoh ketika kita membuka sebuah halaman blog, maka secara otomatis kita berada dalam cyberspace dari blog dan berinteraksi dengan interfaceblog tersebut. Dalam jejaring sosial seperti facebook misalnya, facebook sendiri merupakan cyberspace yang berada di internet, sedangkan tampilan antarmuka ketika kita mengaksesnya merupakan interface dari facebook tersebut. Dengan kata lain cyberspace merupakan sebuah ruang atau wadah yang menampung beragam informasi, seperti sebuah rumah yang menampung semua perabotannya.

2. 4. 2 Cyberspace Dan Interaksi Online

Berbicara tentang cyberspace sering kali kita mencampurkan internet dan cyberspace tanpa mengenali letak perbedaan diantara keduanya. Secara sederhana internet merupakan sebuah jaringan yang dapat menghubungkan satu komputer ke komputer lainnya untuk saling berkomunikasi. Sedangkan cyberspace merupakan ruang atau halaman yang sering kita temui di internet seperti blog, e–mail, jejaring sosial, dan sebagainya dengan tampilan atau interface yang menampilkan beragam fitur–fitur dari halaman yang kita akses. Namun, fakta bahwa cyberspace sering dicampur adukan dengan internet memungkiri fakta bahwa telah lama ada jaringan lain sebelum adanya internet, yang memenuhi syarat sebagai domain bagi matrix atau cyberspace.

Penemuan media broadcast seperti radio, televisi dan telegraf menunjukan adanya sebuah jaringan yang telah lama hadir sebelum cyberspace meski memilki keterbatasan dalam penyampaian pesan atau informasi. Setelah teknologi komputer muncul dan ARPANET berhasil menghubungkan beberapa komputer


(35)

setelah perang dunia ke-2, interakasi interpersonal melalui komputer telah mampu menembus batas–batas media broadcast. Hal ini terlihat dari penggunaan fitur– fitur internet yang merupakan bentuk dari konvergensi media telah membawa kita dalam bentuk lain dari cara berkomunikasi dan mencari informasi. Cyberspace dalam hal ini berperan sebagai wadah yang membentuk semua hal tersebut, dalam interaksi di internet penggunaan teks merupakan bentuk dasar dari CMC. Perkembangan dan penggunaan teks itu sendiri bisa dilihat dari model komunikasi real–time seperti chatting dalam internet massaging (IM), dan IRC (Internet Relay Chat) yang pertama kali muncul sebagai komunikasi antar entitas pada 1988. Komunikasi dalam ruang interaksi internet tersebut merupakan

komunikasi yang “synchronous, multi–user ,text based chat technology“ (Thurlow Et. Al, 2004: 182). Teks juga menjadi perwakilan dari emosi entitas dalam melakukan komunikasi di internet yang dikenal sebagai emoticon, yang berasal dari kata emotion dan icon. Sebagai contoh ketika kita mengungkapkan persaaan bahagia kita dalam percakapan di internet dapat diwakilkan dengan penggabungan tanda baca : dan ) sehingga menjadi , dengan demikian gabungan kedua tanda baca tersebut di maknai sebagai ungkapan rasa bahagia.

Jika melihat tipologi interaksi face–to–face, maka komunikasi terjadi dengan mensyaratkan adanya kehadiran kedua belah pihak secara real (tatap muka di dunia nyata) dan terjadi saling berbagi sistem refrensi diantara mereka meski dalam waktu singkat dalam komunikasi ini Thompson (1995: 82) mengatakan bahwa para partisipan dapat menggunakan deictic expressions seperti kapan, dimana, itu, ini dan sebagainya. Sementra dalam interaksi CMC antar entitas yang berkomunikasi tidak bisa mempertukarkan apa yang tadi disebut


(36)

dengan the same spatial–temporal refrence system dan juga tidak bisa memberikan jaminan terjadi kesepahaman dalam diactic expression oleh lawan bicaranya (1995: 82). Berkaitan dengan hal ini Marc Smith (1995), memberikan aspek penting komunikasi di internet. Pertama, CMC is acorporeal because it is primarily a text–only medium. Interaksi yang terjadi melalui jaringan komputer pada dasarnya diwakili oleh media teks. Kedua, CMC is astigmatic, bahwa interaksi yang terjadi cenderung mengabaikan stigma terhadap individu tertentu dikarenakan komunikasi berdasarkan teks ini sangat sedikit sekali memberi gambaran visual (emosi, eksprsi dan intonasi) lawan bicara dibandingkan dengan tatap muka.

Holmes (2005: 33) menyatakan bahwa setiap individu mengalami peningkatan dalam berinterksi dengan layar komputer, membangun relasi face– to–screen dibandingkan face–to–face. Sherry Turkle dalam bukunya The Second Self (1995: 9) menyatakan bahwa internet telah menghubungkan miliaran individu secara global dalam ruang baru yang berimplikasi pada cara kita berpikir selama ini, bahkan dalam konsepsi identitas diri. Hal ini terlihat ketika kita berkomunikasi secara CMC (online) secara tidak sadar kita berpartisipasi dengan seluruh pengguna internet dari seluruh belahan dunia termasuk dengan para individu yang memiliki kedekatan dengan kita, meskipun tidak bertemu secara langsung atau tatap muka, kehadiran kita digantikan oleh teks yang universal dan menjadi bahasa yang digunakan oleh seluruh pengguna internet untuk berkomunikasi dengan pengguna lainnya tanpa melihat perbedaan bahasa. ketika kita berlebihan menggunakannya sehingga kesadaran akan dirinya didunia maya


(37)

lebih tinggi daripada didunia nyata maka ini merupakan sebuah masalah, Hal tersebut dikenal dengan deindividuasi.

2. 5 Deindividuasi dan Digital Devide

Deindividuasi adalah keadaan hilangnya kesadaran akan diri sendiri (self awareness) dan pengertian evaluatif terhadap diri sendiri (evaluation apprehension) dalam situasi kelompok yang memungkinkan anonimitas dan mengalihkan atau menjauhkan perhatian dari individu (Festinger, Pepitone, & Newcomb, 1952). Anonimitas atau meleburnya kesadaran individu didalam sebuah kelompok besar (dalam hal ini facebook) secara perlahan membuat mereka mengikuti hampir semua hal yang terjadi didalamnya. Hilangnya sikap individual ini membuat individu masuk kedalam proses deindividuasi. Holmes (2005: 33) menyatakan bahwa setiap individu mengalami peningkatan dalam berinterksi dengan layar komputer, membangun relasi face–to–screen dibandingkan face–to– face. Perilaku individu yang berlebihan ketika membangun relasi face–to–screen mengakibatkan hilangnya kesadaran akan diri (individualitas) di dalam sebuah lingkungan sosial sehingga kesadaran diri di dunia nyata lebih kecil dibandingkan dengan kesadaran diri di dunia maya (cyberspace).

Hal ini terlihat sangat menonjol ketika melihat para pengguna jejaring sosial, seperti facebook. Dalam pembahasan deindividuasi dapat di contohkan ketika seorang individu mengakses facebook melalui komputer atau handphone maupun gadget, maka individu tersebut lebih banyak menghabiskan waktunya di depan layar tanpa menghiraukan apa yang terjadi di sekitarnya. Dalam beberapa kasus ekstrim muncul sikap asosial yang mengakibatkan kemampuan komunikasi individu tersebut berkurang secara perlahan sehingga sulit berkomunikasi dengan


(38)

masyarakat luas bahkan pada tingkat kriminalitas seperti perbuatan diluar batas norma. Sebuah penelitian oleh Intel, perusahaan raksasa teknologi komputer menyatakan bahwa, perkembangan teknologi komunikasi telah membuat kemampuan komunikasi manusia berkurang, bahkan cenderung membuat manusia cenderung mengalami asosial, sementara perangkat komunikasi di lengkapi dengan fitur-fitur komunkatif dan lebih manusiawi. Hal ini menunjukkan bahwa kemudahan mengakses informasi dan berkomunikasi dari perkembangan teknologi komunikasi yang terus menerus dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan manusia untuk berkomunikasi dalam proses sosial di dalam lingkungan masyarakat. Deindividuasi dapat kita temui dalam keseharian kita, seperti kebutuhan kita dengan handphone atau gadget yang selalu kita bawa kemanapun kita pergi dan muncul sebuah rasa kehilangan ketika kita tidak membawa handphone atau gadget tersebut.

Kecanggihan perangkat komunikasi yang memberikan kemudahan dalam berkomunikasi dan akses informasi dapat membuat kita kurang bersosialisasi jika para penggunanya kurang memiliki pengetahuan tentang dunia maya, dengan kata lain perkembangan teknologi komunikasi dan infomasi tanpa diikuti perkembangan wawasan penggunanya menimbulkan sebuah ketimpangan dalam memanfaatkan fasilitas dari teknologi komunikasi dan informasi. Perbedaan kemampuan pengguna dalam mengakses teknologi informasi ini dikenal dengan istilah digital devide, secara sederhana digital devide dapat diartikan sebagai perbedaan antara orang yang memiliki akses internet dengan orang yang tidak. Digital devide menimbulkan sebuah gap (jurang pemisah : jarak) dikalangan masyarakat perkotaan yang dianggap dapat menggunakan dan mengakses


(39)

teknologi informasi secara optimal dibandingkan masyarakat perdesaan yang cenderung memiliki keterbatasan informasi. Selain hal itu, perbedaan fasilitas di perkotaan yang lebih memadai dan menunjang masyarakatnya untuk mengakses dan memanfaatkan teknologi informasi seperti telepon, televisi dan internet. Namun, kondisi ini berbanding terbalik dibandingkan dengan kondisi perdesaan yang cenderung terpencil dari perkembangan teknologi informasi yang tentunya hampir di seluruh aspek di pedesaan mulai dari pendidikan, ekonomi dan sosial yang teritnggal dari perkotaan.

Namun, peneliti berpendapat bahwa digital devide tidak hanya terjadi di perdesaan tapi juga di perkotaan, hal ini dikarenakan masih minimnya pemahaman dan wawasan masyarakat perkotaan terhadap pemanfaatan dan penggunaan teknologi informasi hanya digunakan untuk mengikuti tren yang berlangsung dimasyarakat, sehingga masyarakat hanya menjadi konsumen dari teknologi informasi yang cenderung pasif dan tidak menambah kekayaan informasi. Hal ini terlihat dengan maraknya masyarakat yang menggunakan teknologi informasi (terutama internet) hanya untuk mengakses jejaring sosial, dalam hal ini peneliti berfokus pada penggunaan facebook sebagai sebuah jejaring sosial terbesar.

2. 6 Definisi Pondok Pesantren dan Santri 2. 6. 1 Definisi Pondok Pesantren

Pondok pesantren menurut KBBI merupakan sebuah tempat bagi masyarakat untuk menimba ilmu–ilmu islam berdasarkan sumber hukum islam yaitu Al-qur’an dan Hadist Nabi Muhammad SAW serta ijma’ para ulama. Dalam


(40)

proses pembelajarannya sebuah pondok pesantren memiliki sejumlah tenaga pengajar yang disebut ustadz atau ustadzah (orang yang dianggap memilki pemahaman dan pengetahuan tentang islam oleh masyarakat) dan dibawah

pimpinan seorang kiyai (ulama). Pesantren sering disebut juga sebagai “Pondok Pesantren” yang berasal dari kata “santri”. Senada dengan pernyataan tersebut Dhofier (1982) menegaskan bahwa kata santri mendapatkan awalan pe- di depan dan akhiran -an berarti tempat tinggal para santri. Kemudian dalam tulisan Ismail

SM, mengutip pendapat Abdurrahman wahid dan Abdurrahman Mas’ud yang

mendefinisikan pesantren sebagai berikut :

Abdurrahman Wahid, defined it technically, as a place where santri (student) live (Wahid, 1988) . “Abdurrahman Mas’ud writes that the world pesantren stems

from “santri” which means one who seeks Islamic knowledge. Usually the word pesantren refers to a place where the santri devotes most of his or her time to live

in and acquire knowledge (Mas’ud, 1998)”.

Artinya : Abdurrahman Wahid, menggambarkannya secara teknis, sebagai tempat dimana santri (siswa) tinggal (Wahid, 1988). Abdurrahman Mas’ud menulis

bahwa kata pesantren itu berasal dari “santri” yang mana berarti orang yang

mencari ilmu pengetahuan Islam. Pada umumnya kata pesantren itu mengacu pada suatu tempat dimana santri kebanyakan meluangkan waktunya untuk tinggal dan memperoleh pengetahuan (Mas’ud, 1998). Pengertian atau ta’rif pondok pesantren tidak dapat diberikan dengan batasan yang tegas, melainkan terkandung fleksibilitas pengertian yang memenuhi ciri-ciri yang memberikan pengertian Pondok Pesantren, setidaknya ada 5 (lima) ciri yang terdapat pada suatu lembaga pondok pesantren, yakni : kyai, santri, pengajian, asrama dan masjid dengan aktivitasnya.


(41)

Sekarang pengertian yang populer dari pesantren adalah lembaga pendidikan Islam Indonesia yang bertujuan untuk mendalami ilmu agama Islam, dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian (tafaqquh fiddin) dengan menekankan pentingnya moral dalam hidup bermasyarakat. Pesantren yang sangat banyak jumlah dan variasinya memiliki skala prioritas yang berbeda-beda sesuai dengan masalah yang dianggap mendesak dipecahkan, sedang tekadnya sama, yakni turut berkiprah dalam proses pembangunan menuju hari depan umat dan bangsa Indonesia yang lebih cerah. Dari berbagai uraian di atas, secara historis pesantren memiliki karakter utama yaitu :

1. Pesantren didirikan sebagai bagian dan atas dukungan masyarakat sendiri.

2. Pesantren dalam menyelenggarakan pendidikannya menerapkan kesetaraan santrinya tidak membedakan status dan tingkat kekayaan orang tuanya.

3. Pesantren mengemban misi “menghilangkan kebodohan”, khususnya tafaqquh fi al-dindan “mensiarkan agama Islam”

2. 6. 2 Tipologi Pondok Pesantren

Adapun variasi bentuk atau model suatu pesantren yang berkembang sekarang ini. Secara garis besar dapat di kelompokkan pada tiga macam tipe pesantren berikut:

1. Pesantren tipe A, memiliki ciri-ciri:

a) Para santri belajar dan menetap di pesantren.

b) Kurikulum tidak tertulis secara exsplisit, tetapi berupa hidden kurikulum (kurikulum tersembunyi yang ada pada benak kyai).


(42)

c) Pola pembelajaran menggunakan metode pembelajaran asli milik pesantren (sorogan, bandongan dan lainnya).

d) Tidak menyelenggarakan pendidikan dengan sistem madrasah 2. Pesantren tipe B, memiliki ciri-ciri:

a) Para santri tinggal dalam pondok atau asrama.

b) Pemaduan antara pola pembelajaran asli pesantren dengan sistem madrasah atau sistem sekolah.

c) Terdapatnya kurikulum yang jelas.

d) Memiliki tempat khusus yang berfungsi sebagai sekolah atau madrasah.

3. Pesantren tipe C memiliki ciri-ciri:

a) Pesantren hanya semata-mata tempat tinggal (asrama) bagi para santri.

b) Para santri belajar di madrasah atau sekolah yang letaknya diluar dan bukan milik pesantren.

c) Waktu belajar di pesantren bisaanya malam atau siang hari pada saat santri tidak belajar di sekolah atau madrasah (ketika mereka berada di pondok atau asrama).

d) Pada umumnya tidak terprogram dalam kurikulum yang jelas dan baku.

Hampir serupa dengan tipologi pesantren yang telah diuraikan di atas, disini pemerintah mencoba memberikan batasan atau pemahaman yang lebih mengarah pada bentuk pondok pesantren, sebagai berikut :


(43)

1. Pondok pesantren tipe A, yaitu pondok pesantren di mana para santri belajar dan bertempat tinggal di asrama lingkungan pondok pesantren dengan pengajarannya yang berlangsung secara tradisional (wetonan atau sorogan).

2. Pondok pesantren tipe B, yaitu pondok pesantren yang menyelenggarakan pengajaran secara klasikal (madrasy) dan pengajaran oleh kyai bersifat aplikasi dan diberikan pada waktu-waktu tertentu, para santri tinggal di asrama lingkungan pondok pesantren.

3. Pondok pesantren tipe C, yaitu pondok pesantren yang hanya merupakan asrama, sedangkan para santrinya belajar di luar (madrasah atau sekolah umum) dan kyai hanya merupakan pengawas dan pembina mental para santri tersebut.

4. Pondok pesantren tipe D, yaitu pondok pesantren yang menyelenggarakan sistem pondok pesantren dan sekaligus sistem sekolah atau madrasah.

Bentuk pondok pesantren seperti yang di ungkapkan di atas merupakan upaya pemerintah dalam memberikan batasan atau pemahaman yang lebih mengarah kepada bentuk pondok pesantren, walaupun demikian sesungguhnya perkembangan pondok pesantren tidak terbatas pada empat bentuk tadi, namun dapat lebih beragam banyaknya, bahkan dari tipe yang sampai terdapat perbedaan tertentu yang menjadikan satu sama lainnya tidak sama. Apabila dilihat dari sarana fisik yang dimiliki sebuah pesantren sekarang ini, maka dapat dikelompokkan kedalam lima macam, yaitu:


(44)

1. Tipe pertama Pesantren tipe ini hanya terdiri dari masjid dan rumah kyai, pesantren seperti ini masih bersifat sederhana sekali karena untuk kegiatan pengajian ini masih menjadikan masjid atau rumahnya sendiri sebagai tempat diselenggarakannya kegiatan pembelajaran kepada para santri, para santri sendiri tidak menetap di lingkungan itu melainkan tinggal di rumah masing-masing, sehingga ada yang menyebut bahwa tipe ini tidak dapat diketagorikan sebagai pesantren tetapi sebagai kegiatan pengajian bisa.

2. Tipe kedua Pada tipe ini selain adanya masjid dan rumah kyai, di dalamnya telah tersedia pada bangunan berupa pondok atau asrama bagi para santri yang datang dari tempat jauh. Pada tipe ini unsur dasar peantren telah terpenuhi sehingga dapat dikategoriukan sebagai sebuah pesantren.

3. Tipe ketiga Pesantren tipe ini telah memiliki masjid, rumah kyai serta pondok di dalamnya diselenggarakan pengajian dengan metode sorogan, bandongan dan sejenisnya disamping itu tersedia sarana lain berupa madrasah atau sekolah yang berfungsi sebagai tempat untuk belajarnya para santri, baik untuk ilmu-ilmu agama maupun ilmu–ilmu umum.

4. Tipe keempat Pesantren tipe ini selain telah memiliki masjid, rumah kyai serta pondok, juga telah memiliki masjid, rumah kyai serta pondok, juga telah memiliki tempat untuk pendidikan ketrampilan, seperti lahan untuk pertanian dan peternakan, tempat


(45)

untuk membuat kerajinan, koperasi, laboratorium dan lain sebagainya.

5. Tipe kelima Pada tipe ini pesantren telah berkembang sehingga disebut pula sebagai pesantren modern, disamping adanya masjid, rumah kyai dan ustadz, pondok, madrasah, terdapat pula bangunan-bangunan fisik lain seperti : perpustakaan, kantor, toko, rumah penginapan untuk tamu, tempat olah raga, dapur umum, ruang makan, aula dan seterusnya.

Adapun bentuk pondok pesantren yang muncul sekarang ini diantaranya, sebagai berikut :

1. Pondok pesantren yang menyelenggarakan pengajaran kitab-kitab klasik (Salafiyah), sebagaimana pengertian umum yang telah diungkap di atas para santri dapat diasramakan, kadangkala tidak diasramakan, mereka yang tidak diasramakan tinggal di masjid dan dirumah-rumah pendidikan yang berada disekitar masjid atau rumah kyai.

2. Pondok pesantren yang telah diungkapkan pada poin a, namun memberikan tambahan latihan ketrampilan atau kegiatan pada para santri pada bidang–bidang tertentu dalam upaya penguasaan ketrampilan individu atau kelompok, termasuk dalam kategori ini adalah pondok pesantren yang menyelenggarakan kegiatan pemberdayaan potensi umat.

3. Pondok pesantren yang menyelenggarakan kegiatan pengajian kitab, namun lebih mengarah kepada upaya pengembangan tarekat


(46)

atau sufisme namun para santrinya kadang-kadsang ada yang diasrmakan, ada kalanya pula tidak diasramakan.

4. Pondok pesantren yang hanya menyelenggarakan kegiatan keterampilan khusus agama islam seperti kegiatan (tahfidz) menghafal Al-quran dan majlis taklim, sama jalnya dengan poin sebelumnya adakalanya santri di rumahkan, adakalanya tidak. 5. Pondok pesantren yang menyelenggarakan pengajian kitab klasik,

namun juga menyelenggarakan kegiatan pendidikan formal kedalam lingkungan Pondok pesantren. Siswa pada lembaga pendidikan formal ada yang tidak tinggal di asrama tidak termasuk kategori santri (tidak ikut pengajian) kadang-kadang ada santri yang hanya ikut pengajian saja dan tidak tinggal diasrama.

6. Pondok pesantren bagi yang menyelenggarakan pendidikan bagi penyandang masalah sosial

7. Pondok pesantren yang merupakan kombinasi dari beberapa poin atau seluruh poin yang tersebut diatas (konvergersi)

Kondisi pesantren di Indonesia sekarang ini setidak–tidaknya apabila dilihat dari aspek materi dan metode pendidikan yang diterapkan bisa dikelompokkan menjadi tiga bentuk yaitu,

1. Pertama, bentuk salaf murni, dengan karakter dan ciri-ciri tertentu, yaitu pesantren yang semata-mata hanya mengajarkan atau menyelenggarakan pengajian Kitab Kuning (KK) yang dikategorikan Mu’tabaroh, dan sistem yang diterapkan adalah sistem sorogan atau bandongan.


(47)

2. Kedua, bentuk salaf yang dikombinasikan dengan sistem lain (tidak murni) yaitu pesantren yang selain menyelenggarakan pengajian kitab kuning juga membuka pendidikan dengan sistem madrasi (klasikal).

3. Ketiga, bentuk pesantren non-salaf, yaitu pesantren yang seluruh program pendidikannya disampaikan dengan sistem klasikal dan tidak membuka pengajian kitab kuning sebagai materi pelajaran utama.

Dalam pelaksanannya sekarang ini, secara garis besar pondok pesantren dapat digolongkan kedalam dua bentuk yang penting :

1. Pondok pesantren salafiyah adalah pondok pesantren yang menyelenggarakan pengajaran Al-Qur’an dan ilmu-ilmu agama Islam yang kegiatan pendidikan dan pengajarannya sebagaimana yang berlangsung sejak awal pertumbuhannya. Pembelajaran (pendidikan dan pengajaran) yang ada pada pondok pesantren ini dapat diselenggarakan dengan cara non-klasikal atau dengan klasikal. Jenis pondok pesantren dapat meningkat dengan membuat kurikulum sendiri, dalam arti kurikulum ala pondok pesantren yang bersangkutan yang disusun sendiri berdasarkan ciri khas yang dimiliki oleh pondok pesantren. Penjenjangan dilakukan dengan cara memberikan kitab pegangan yang lebih tinggi dengan Funun (tema kitab) yang sama setelah tamatnya suatu kitab. Para santri dapat tinggal dalam asrama yang disediakan dalam lingkungan


(48)

pondok pesantren dapat juga mereka tinggal diluar lingkungan pondok pesantren (santri kalong).

2. Pondok pesantren khalafiyah („Ashriyah) Pondok pesantren khalafiyah adalah pondok pesantren yang selain menyelenggarakan kegiatan kepesantrenan, juga menyelenggarakan kegiatan pendidikan formal (jalur sekolah), baik itu jalur sekolah umum (SD, SMP, SMU, SMK) maupun jalur sekolah bercirikhas agama Islam (MI, MTs, MA atau MAK) bisaanya kegiatan pembelajaran kepesantrenan pada pondok pesantren ini memiliki kurikulum pondok peaantren yang klasikal dan berjenjang dan bahkan pada sebagian kecil pondok pesantren, pendidikan formal yang diselenggarakannya berdasarkan pada kurikulum mandiri, pondok pesantren ini mungkin dapat pula dikatakan sebagai pondok pesantren Salafiyah Plus (pondok pesantren salafiyah yang menambah lembaga pendidikan formal dalam pendidikan dan pengajarannya).

Dua bentuk di atas adalah yang paling popular meski terdapat pembetukan lain seperti pondok pesantren tipe A, B, dan C dan lainnya. Dalam kedua bentuk atau tipe pondok pesantren ini, bentuk pengembangan lain atau ketrampilan serta kegiatan keagamaan dan sosial dapat diselenggarakan, mislanya dalam pembentukan unit usaha, penyelenggaraan agribisnis, penyelenggaraan program ketrampilan atau program pengembangan potensi lainnya. Adapun pondok pesantren yang akan diteliti kali ini yaitu Pondok Pesantren Nurul Islam dengan tipe pondok pesantren yang selain menyelenggarakan pengajaran kitab-kitab


(49)

klasik (salafiyah), tapi juga memberikan pendidikan formal melalui sekolah bertaraf Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah Menengah Akhir (SMA) yang berada di dalam lingkungan pondok pesantren.

2. 6. 3 Definisi Santri

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) santri adalah orang yang mendalami agama islam. Manfred Zimek menyatakan bahwa etimologi kata pesantren berasal dari kata pe–santri–an, yang berarti tempat santri. Santri mendapatkan pembelajaran mengenai agama Islam. Mengenai asal usul perkataan

“santri” itu ada (sekurang–kurangnya) dua pendapat yang bisa kita jadikan acuan.

Pertama adalah pendapat yang mengatakan bahwa “santri” itu berasal dari perkataan “sastri”, sebuah kata dari bahasa Sangsekerta, yang artinya melek huruf. pada permulaan tumbuhnya kekuasaan politik Islam di Demak. Kaum

santri adalah kelas “literacy bagi orang jawa. Ini semua disebabkan oleh pengetahuan mereka tentang agama melalui kitab-kitab bertulisan dan berbahasa Arab. Dari sini dapat kita asumsikan bahwa menjadi santri berarti juga menjadi tahu agama (melalui kitab-kitab tersebut).

Atau paling tidak seorang santri terbiasa untuk membaca Al-Qur’an dengan sendirinya membawa pada sikap lebih serius dalam memandang agama. Kedua, adalah pendapat yang menyatakan bahwa perkataan santri sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa, persisnya dari kata “cantrik“ ini masih biasa kita lihat sampai sekarang, tetapi sudah tidak “sekental” seperti yang pernah kita dengar. Misalnya, seseorang yang hendak memperolek kepandaian dalam pewayangan, menjadi dalang atau menabuh gamelan, dia akan mengikuti orang lain yang sudah


(50)

ahli, dalam hal ini disebut “dalang cantrik”, meskipun terkadang disebut “dalang

magang”. Santri itu sendiri adalah siswa yang belajar di pesantren, santri itu dapat digolongkan kepada dua kelompok :

1. Santri mukim, yaitu santri yang berdatangan dari tempat-tempat jauh dan tidak memungkinkan untuk pulang kerumahnya, maka ia

“mondok“ atau tinggal di asrama suatu pondok dan memiliki

tanggung jawab tertentu.

2. Santri kalong, yaitu siswa yang berasal dari daerah sekitar Pondok Pesantren yang memungkinkan mereka ketempat tinggal masing-masing. Santri kalong ini mengikuti pelajaran dengan cara pulang pergi antara rumahnya dengan Pondok Pesantren.

Penulis meneliti para santri di Pondok Pesantren Nurul Islam yang merupakan santri mukim dengan jumlah santri sebanyak + 105 santri yang terdiri dari santriawan dan santriawati. Mereka tinggal di dalam lingkungan pondok selama masa pendidikan dibawah bimbingan para ustadz dan ustadzah.

2. 6. 4 Peran Sosial Santri

Peran sosial adalah peran yang dimainkan seseorang dalam lingkungan sosialnya. Peran ini adalah merupakan tuntutan dari masyarakat terhadap individu untuk memberikan sumbangan sosial dari anggotanya dalam rangka menjaga keutuhan sosial dan meningkatkan kebaikan dalam masyarakat tersebut. Peran sosial bisa berupa aktivitas individu dalam masyarakat dengan cara mengambil bagian dalam kegiatan yang ada di masyarakat dalam berbagai sektor, baik sosial, politik, ekonomi, keagamaan dan lain-lain. Pengambilan peran ini tergantung pada


(51)

tuntutan masyarakat dan atau pada kemampuan individu bersangkutan serta kepekaannya dalam melihat keadaan masyarakatnya. Pendiri dan Pengasuh

Pondok Pesantren Nurul Jadid KH. Zaini Mun’im telah menggariskan beberapa hal mendasar yang harus dipunyai seorang santri dalam proses pendidikannya, dan selanjutnya diharapkan menjadi bekal yang berguna dalam kehidupan santri yang bersangkutan kelak di masyarakat.

Dari rumusan KH. Zaini Mun’im ini kita dapat melihat sektor-sektor yang akan dapat menjadi arena pengabdian seorang santri di masyarakat. Kemampuan dasar ini diharapkan akan menjadi lengkap dalam rentang masa pendidikan seorang santri Pondok Pesantren Nurul Jadid. Hal mendasar tersebut disebut dengan Panca Kesadaran (الوعيات الخمس), yaitu :

1. Kesadaran Beragama (الوعي الديني) 2. Kesadaran Ilmiah (الوعي العلمي)

3. Kesadaran Bernegara dan Berbangsa (الوعي الحكومي والشعبي) 4. Kesadaran Bermasyarakat (الوعي الإجتماعي)

5. Kesadaran Berorganisasi (الوعي النظا(يم

Panca Kesadaran ini adalah merupakan dasar dari seluruh proses belajar di Pondok Pesantren dan sekaligus merupakan tujuan dari seluruh proses tersebut. Panca Kesadaran ini meliputi seluruh aspek kehidupan dari seorang manusia, baik dalam dimensi vertikal dalam hubungan manusia dengan Sang Penciptanya, maupun dalam dimensi horizontal dalam hubungan antar sesama manusia serta lingkungannya. Dalam aplikasi Panca Kesadaran ini diharapkan menghasilkan dalam suatu sosok pribadi Muslim Mukmin yang bertakwa kepada Allah SWT, intelek, mandiri, peduli terhadap lingkungan sekitar, peka terhadap permasalahan


(52)

yang terjadi di masyarakat, mampu memperbaiki keadaan dalam kerangka amar ma’ruf nahi mungkar dan mempunyai semangat perjuangan yang tinggi. Apabila diurai ke dalam peran sosial di masyarakat maka panca kesadaran ini dapat dirinci ke dalam beberapa aksi sebagai berikut :

1. Pertama, kesadaran beragama adalah kesadaran seorang individu bahwa dirinya adalah merupakan hamba Allah yang berkewajiban menyembah dan mengagungkan-Nya dalam ibadah-ibadah wajib dan sunnah. Seorang santri senantiasa tidak pernah melupakan kewajibannya sebagai hamba Allah dengan cara melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

2. Kedua, kesadaran ilmiah berarti seorang santri harus senantiasa memelihara semangat keilmiahan dengan senantiasa belajar dan menambah ilmu dengan berbagai cara dalam setiap kesempatan dan di berbagai tempat. Masa belajar seorang santri tidak berahir hanya karena dia telah keluar dari pesantren dan pulang ke masyarakat, tapi masa belajar tersebut terus berlangsung sepanjang hidupnya. Sedang ilmu yang dipelajari bisa berupa ilmu yang terdapat di kitab dan buku, bisa juga berupa ilmu kauniyah yang bisa dipetik dari keadaan sekelilingnya.

3. Ketiga, kesadaran berbangsa dan bernegara membuat seorang santri harus mengambil peran dalam percaturan politik dan kemasyarakatan. Seorang santri tidak boleh acuh dan tidak ambil peduli dengan perkembangan yang terjadi di masyarakatnya, tapi harus berusaha mengambil peran dengan cara yang sebaik-baiknya dan dengan


(53)

mendahulukan akhlakul karimah. Pengambilan peran dalam kancah politik di masyarakat tidak berarti harus aktif dalam partai politik, tapi bisa berupa peran politik kelas tinggi dalam rangka membela kepentingan masyarakat dan menegakkan agama Allah.

4. Keempat, kesadaran bermasyarakat mendorong seorang santri aktif dalam masyarakatnya dalam bidang-bidang yang luas dengan tujuan untuk memberdayakan dan meningkatkan taraf hidup masyarakatnya. Sosok ideal seorang santri adalah seorang pengembang dan pembangun masyarakat (society developer) yang mampu membawa perubahan positif pada masyarakatnya.

5. Kelima, kesadaran berorganisasi adalah kesadaran yang didasarkan pada pemikiran bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri dan mencukupi seluruh kebutuhannya sendiri. Manusia harus mengorganisasikan dirinya bersama orang lain untuk mencapai suatu tujuan yang diidamkan, baik tujuan ukhrawi maupun tujuan duniawi. Kelemahan utama ummat Islam yang membuatnya terpuruk adalah kelemahan dalam mengorganisasi diri mereka sendiri dalam meraih apa yang menjadi idaman bersama. Ummat Islam sering telah merasa cukup hanya dengan niat yang baik dan ihlas, dan kemudian melupakan pengorganisasian dan manajemen yang memadai. Kelemahan ini lebih tampak lagi dalam masyarakat pesantren dan yang berlatar belakang pesantren.

Untuk mencapai kondisi ideal seorang santri seperti disebutkan di atas dibutuhkan suatu upaya dari masing-masing individu sehingga bisa di hasilkan


(54)

santri yang bisa menjawab tantangan di masarakatnya. Usaha ini sebenarnya dapat di lakukan dalam sistem pendidikan pesantren yang integral, karena sebenarnya kehidupan dan pendidikan pesantren ditujukan untuk membentuk santri untuk mejalankan peranan tersebut.

2. 7 Tinjauan Jejaring Sosial Facebook 2. 7 . 1 Situs Jejaring Sosial

F.P William dalam bukunya Social Networking Sites : How to Stay Safe Sites: Multi-States Information Sharing & Analysis Center (MSISAC) yang dikutip oleh Adam Mahamat Helou dan Nor Zairah Ab.Rahim dalam jurnal yang berjudul The Influence of Social Networking Sites on Students’ Academic Performance in Malaysia mengemukakan, Sosial Networking Sites is an online community of internet users who want to communicate with other users about areas of mutual interest. Aditya Firmansyah (2010: 10) mengemukakan bahwa situs jejaring sosial merupakan sebuah situs berbasis pelayanan yang memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat list pengguna yang tersedia, serta mengundang atau menerima teman untuk bergabung dalam situs tersebut. Tampilan dasar situs jejaring sosial ini menampilkan halaman profil pengguna, yang di dalamnya terdiri dari identitas diri dan foto pengguna.

Jejaring sosial adalah struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemenindividual atau organisasi. Jejaring ini menunjukan jalan dimana mereka berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga. Istilah ini diperkenalkan oleh Profesor J.A. Barnes


(55)

di tahun 1954 dalam tulisan Muhammad Ridwan Nawawi (2008). Setiap situs jejaring sosial memiliki daya tarik yang berbeda.

Namun pada dasarnya tujuannya sama yaitu untuk berkomunikasi dengan mudah dan lebih menarik karena ditambah fitur-fitur yang memanjakan penggunanya. Dengan beberapa penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa situs jejaring sosial merupakan layanan berbasis web dimana digunakan untuk bersosialisasi dan berkomunikasi dengan pihak lain baik dengan teman, keluarga, maupun suatu komunitas yang memiliki tujuan yang sama.

2. 7. 2 Facebook

Facebook menurut wikipedia berbahasa Indonesia adalah sebuah layanan jejaring sosial dan situs web yang diluncurkan pada 4 Februari 2004. facebook didirikan oleh Mark Zuckerberg, seorang mahasiswa Harvard kelahiran 14 Mei 1984 bersama teman sekamarnya dan sesama mahasiswa Universitas Harvard, Eduardo Saverin, Andrew McCollum, Dustin Moskovitz dan Chris Hughes. Pada awal masa kuliahnya, nama layanan ini berasal dari buku yang diberikan kepada mahasiswa pada tahun akademik pertama oleh beberapa pihak administrasi universitas di Amerika Serikat dengan tujuan membantu mahasiswa mengenal satu sama lain, awalnya situs jejaring sosial ini keanggotaannya masih dibatasi untuk mahasiswa dari Harvard College. Dalam dua bulan selanjutnya, keanggotaannya diperluas ke sekolah lain di wilayah Boston (Boston College, Universitas Boston, MIT, Tufts), Rochester, Stanford, NYU, Northwestern, dan semua sekolah yang termasuk dalam Ivy League. Sampai akhirnya, pada September 2006, facebook mulai membuka pendaftaran bagi siapa saja yang


(56)

memiliki alamat e-mail. Fitur yang ditawarkan facebook sebagai situs jejaring sosial membuat banyak orang menggunakannya. Menurut Jubilee Enterprise (2010: 79), Indonesia merupakan salah satu pengguna facebook terbesar dengan jumlah user sekitar 17,6 juta orang pada tahun 2010.

Pada September 2012, facebook memiliki lebih dari satu miliar pengguna aktif lebih dari separuhnya menggunakan telepon genggam. Pengguna harus mendaftar sebelum dapat menggunakan situs ini. Setelah itu, pengguna dapat membuat profil pribadi, menambahkan pengguna lain sebagai teman, dan bertukar pesan, termasuk pemberitahuan otomatis ketika mereka memperbarui profilnya. Selain itu, pengguna dapat bergabung dengan grup pengguna dengan ketertarikan yang sama, diurutkan berdasarkan tempat kerja, sekolah atau perguruan tinggi, atau ciri khas lainnya, dan mengelompokkan teman-teman mereka ke dalam daftar seperti "Rekan Kerja" atau "Teman Dekat". Namun menurut survei Consumer Reports bulan Mei 2011, ada 7,5 juta anak di bawah usia 13 tahun yang memiliki akun facebook dan 5 juta lainnya di bawah 10 tahun, sehingga melanggar persyaratan layanan situs ini sehingga kini pengguna facebook harus berusia minimal 13 tahun keatas.

Studi Compete.com bulan Januari 2009 menempatkan facebook sebagai layanan jejaring sosial yang paling banyak digunakan menurut jumlah pengguna aktif bulanan di seluruh dunia. Entertainment Weekly menempatkannya di daftar "terbaik" akhir dasawarsa dengan komentar,

"Bagaimana caranya kita menguntit mantan kekasih kita, mengingat ulang tahun rekan kerja kita, mengganggu teman kita, dan bermain Scrabulous sebelum


(57)

Quantcast memperkirakan facebook memiliki 138, 9 juta pengunjung bulanan di AS pada Mei 2011. Menurut Social Media Today pada April 2010, sekitar 41, 6 % penduduk Amerika Serikat memiliki akun facebook. Meski begitu, pertumbuhan pasar facebook mulai turun di sejumlah wilayah dengan hilangnya 7 juta pengguna aktif di Amerika Serikat dan Kanada pada Mei 2011. Menurut hasil survei Silverpop, facebook menempati posisi teratas dari 20 besar jejaring sosial di dunia. Menurut hasil suvei tersebut, facebook mendapatkan jumlah 1 miliar anggota. Disusul kemudian dengan twitter yang menjaring 500 juta anggota. Google+ menempati posisi ketiga, dengan 400 juta pengguna. Berikut 20 jejaring sosial terbesar di dunia versi Silverpop pada tahun 2014:

1. facebook : 1 miliar anggota 2. Twitter : 500 juta anggota 3. Google+ : 400 juta anggota 4. Weibo : 300 juta anggota 5. RenRen : 250 juta anggota 6. LinkedIn : 175 juta anggota 7. Badoo : 100 juta anggota 8. Instagram : 100 juta anggota 9. Yelp : 84 juta anggota 10. Tumblr : 81 juta anggota

11. Flickr : 75 juta anggota 12. Orkut : 66 juta anggota 13. MySpace : 25 juta anggota 14. Foursquare: 25 juta anggota 15. Pinterst : 25 juta anggota 16. Soundcloud: 20 juta anggota 17. Xing : 12 juta anggota 18. Friendster : 8, 2 juta anggota 19. Path : 5 juta anggota 20. GetGlue : 3 juta anggota

Meningkatnya jumlah pengguna facebook yang mengakses dari perangkat mobile, terutama ponsel. Dari 1, 32 miliar pengguna, sekitar 399 juta atau sepertiganya menggunakan facebook hanya dari ponsel mereka Pada kuartal


(58)

kedua 2014, facebook membukukan pendapatan 2, 9 miliar dollar AS atau tumbuh 61 persen dari 1, 8 miliar dollar AS pada kuartal yang sama tahun lalu. Iklan merupakan sumber pendapatan utama bagi facebook yang menyumbang 2, 7 miliar dollar AS pada kuartal ini. Sementara itu jumlah pengguna facebook di Indonesia menurut kepala facebook Indonesia Anand Tilak dikutip VentureBeat kini mencapai 69 juta orang, meningkat 6 % setelah enam bulan sebelumnya, jumlah pengguna facebook di Indonesia hanya 65 juta orang. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengungkapkan pengguna internet di Indonesia pada 2013 mencapai 63 juta orang. Dari angka tersebut, 95 persennya menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial.

Menurut data dari Webershandwick, perusahaan public relations dan pemberi layanan jasa komunikasi, untuk wilayah Indonesia sebanyak 33 juta pengguna aktif per harinya, 55 juta pengguna aktif yang memakai perangkat mobile dalam pengaksesannya per bulan dan sekitar 28 juta pengguna aktif yang memakai perangkat mobile per harinya. Produsen di jejaring sosial adalah orang-orang yang telah memproduksi sesuatu, baik tulisan di Blog, foto, maupun mengupload video. Menurut lembaga riset Forester Reasearch, kebanyakan pengguna facebook adalah mereka yang tergolong usia remaja.

2. 8 Kerangka Pemikiran

Kemunculan internet dalam sendi-sendi masyarakat secara perlahan menimbulkan banyak perubahan dalam berbagai sisi, segala kemudahan mengakses informasi dalam waktu singkat menjadikan internet sangat efektif dalam membantu kita untuk mencari informasi, sejalan dengan perkembangan


(59)

TIK interaksi melalui jaringan internet perlahan telah menjadi hal yang biasa dan telah menjadi salah satu kebutuhan kita baik untuk memenuhi kebutuhan akan informasi maupun kebutuhan akan berkomunikasi dengan dunia luar. Kini dapat kita lihat berbagai fitur internet yang memberikan kita kemudahan dalam mengakses informasi dan berkomunikasi, bahkan semakin lama fitur-fitur ini seolah-olah menjadi semakin manusiawi (karena semakin banyak fitur yang dibuat untuk mengikuti keadaan emosional atau kebutuhan penggunannya) yang membuat kita terkadang terlarut dalam hal ini. Interaksi online telah menjadi cara baru kita untuk berkomunikasi dan menunjukkan opini kita didalam dunia cyber terhadap pengguna lain di seluruh belahan dunia.

Cara berkomunikasi secara online inilah yang terus mendorong munculnya beragam fitur dan layanan menyesuaikan dengan kebutuhan kita dalam berkomunikasi didalamnya. Hal ini di sebabkan oleh kesadaran kita akan informasi terus meningkat sehingga mendorong kita untuk terus memperoleh informasi dari dunia luar demi mengikuti perkembangan “zaman modern” ini. Seperti yang dikutip dari Holmes bahwa (2005: 33) setiap individu mengalami peningkatan dalam berinterksi dengan layar komputer, membangun relasi face– to–screen dibandingkan face–to–face, hal ini mengisyaratkan peningkatan interaksi online secara perlahan telah mengurangi komunikasi secara face-to-face karena kita dapat berkomunikasi dengan cepat dan mudah secara online.

Tanpa harus bertemu dengan lawan berbicara, kita dapat tetap berbicara atau mengobrol dengan lawan bicara kita dengan IM, Video Call, atau sejenisnya. Semua hal ini kini telah menjadi tren hampir pada seluruh kalangan masyarakat yang mengubah sikap, wawasan (pengetahuan), dan memperngaruhi sisi


(1)

Gambar 1. Akun Facebook Informan 1


(2)

Gambar 3, Profil Facebook Informan 4


(3)

Gambar 5. Status Informan 4 yang terdokumentasi


(4)

Gambar 7. Interaksi infoman 5 dengan pengguna lainnya melalui comment


(5)

(6)

PANDUAN WAWANCARA

Pertanyaan priemer :

1. Sudah berapa lama Anda menjadi santri di Pondok Pesantren Nurul Islam? 2. Selama menjadi Santri di pondok pesantren ini, Apa yang telah Anda pelajari?

3. Pondok Pesantren Nurul Islam memiliki sebuah sekolah berjenjang dari tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan SMA (Sekolah Menengah Atas), berapa

keseluruhan santri kelas 3 SMA?

4. Bagaimana reaksi Anda berkitan dengan peraturan pondok disini yang melarang penggunaan handphone, pengaksesan internet dan Facebook?

5. Apakah Anda juga pengguna Facebook ? Sudah berapa lama Anda menggunakan

Facebook dan bagaimana Anda bisa menjadi pengguna Facebook ? 6. Bagaiman Anda mengakses Facebook didalam Pondok?

7. Apakah teman-teman Facebook Anda kebanyakan dari dalam pondok atau dari luar pondok ?

8. Selama Anda menggunakan Facebook, adakah fitur-fitur yang menjadi fitur favorit Anda? Kenapa?

9. Kenapa Anda tertarik menggunakan Facebook ?

10.Bagaimana perasaan Anda ketika Anda tidak dapat mengakses Facebook dan apa yang Anda lakukan ?

11.Apakah Facebook telah menjadi kebutuhan yang penting untuk Anda? kenapa? 12.Bagaimana interkasi Anda dengan teman-teman Anda yang tidak memiliki akun

Facebook ?

13.Adakah perbedaan komunikasi Anda antara teman-teman pengguna Facebook dengan teman-teman di dunia nyata? Contohnya?

14.Seberapa sering Anda menggunakan Facebook?

15.Setelah menggunakan Facebook adakah perubahan dalam cara berkomunikasi Anda? Contoh?

16.Pondok Pesantren Nurul Islam memiliki sebuah grup Facebook, namun mayoritas anggota adalah para alumni pondok, menurut Anda kenapa hal ini terjadi?

17.Selama Anda menggunakan Facebook, apa yang Anda dapatkan dari Facebook? 18.Kenapa Anda masih mengakses Facebook, padahal ada sebuah peraturan yang

melarangnya?

19.Apakah solusi yang Anda tawarkan agar para santri diperbolehkan mengakses

Facebook?

NB : dalam wawancara pertanyaan diajukan secara acak dan melihat kondisi para informan, penulis menambahkan beberapa pertanyaan tambahan berdasarkan kondisi, emosi, dan gestur para informan.


Dokumen yang terkait

Pemberdayaan kewirausahaan terhadap santri di pondok pesantren: Studi kasus Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman Parung, Bogor

13 96 96

Penyesuaian diri santri di Pondok Pesantren terhadap kegiatan pesantren : studi kasus di Pondok Pesantren Darunnajah

14 101 116

Pola Komunikasi Antara Pengasuh Dan Santri Dalam Menjalankan Kedisiplinan Shalat Dhuha Di Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah Cisauk – Tangerang

2 45 85

B.inggris : FACEBOOK ROLE IN THE FORMATION DEINDIVIDUASI AMONG SANTRI (CASE STUDY ON THE USE FACEBOOK AMONG BOARDING SCHOOL SANTRIS NURUL ISLAM BANDAR LAMPUNG) B.indonesia: PERANAN FACEBOOK DALAM PEMBENTUKAN DEINDIVIDUASI DIKALANGAN PARA SANTRI (STUDI KAS

0 24 83

HUBUNGAN SKABIES DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SANTRI PONDOK PESANTREN DI BANDAR LAMPUNG

0 18 56

MOTIVASI BEROLAHRAGA BAGI PARA SANTRI PONDOK PESANTREN AL ASROR SEMARANG TAHUN 2013

2 10 96

PENGELOLAAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN NURUL HIJRAH KECAMATAN PECANGAAN PENGELOLAAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN NURUL HIJRAH KECAMATAN PECANGAAN KABUPATEN JEPARA.

0 0 12

PEMBENTUKAN AKHLAKUL KARIMAH SANTRI DI PONDOK PESANTREN TA’MIRUL ISLAM SURAKARTA PEMBENTUKAN AKHLAKUL KARIMAH SANTRI DI PONDOK PESANTREN TA’MIRUL ISLAM SURAKARTA Tahun Pelajaran 2010/ 2011.

0 2 14

PERANAN KIAI DALAM MEMBINA AKHLAK SANTRI DI PONDOK PESANTREN WALISONGO KOTABUMI LAMPUNG UTARA

2 29 149

CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) DENGAN PENDEKATAN HEALTH PROMOTION MODEL (HPM) PADA SANTRI PONDOK PESANTREN (Studi Pada Santri Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo)

0 0 6