Pengertian Karakter PENDIDIKAN KARAKTER

9

BAB II KAJIAN TEORI

A. PENDIDIKAN KARAKTER

1. Pengertian Karakter

Istilah karakter diambil dari bahasa Yunani yang berarti ”to mark” menandai. Istilah ini lebih fokus pada tindakan atau tingkah laku. Karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan Simon Philips, 2008. Karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ”ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan- bentukan yang diterima dari lingkungan Doni Koesoema A, 2007: 80. Karakter lebih dekat dengan akhlaq, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau melakukan perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi Imam Ghozali: 2000. Menurut Ratna Megawangi 2004: 21 bahwa ada dua pengertian tentang karakter yaitu: P ertama , ia menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku. Apabila seseorang berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus, tentulah orang tersebut memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut memanifestasikan karakter mulia. Kedua , istilah karakter erat kaitannya dengan ” personality ”. Seseorang baru bisa disebut „orang yang berkarakter‟ a person of character apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral. Dari pendapat di atas difahami bahwa karakter itu berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi „positif‟, bukan netral. Jadi, „orang berkarakter‟ adalah orang yang mempunyai kualitas moral tertentu positif. Dengan demikian, membangun karakter, secara implisit mengandung arti membangun sifat atau pola perilaku yang didasari atau berkaitan dengan dimensi moral yang positif atau baik, bukan yang negatif atau buruk. Hal ini didukung oleh Peterson dan Seligman Gedhe Raka, 2007: 5 yang mengaitkan secara langsung ‟character strength‟ dengan kebajikan. Character strength dipandang sebagai unsur-unsur psikologis yang membangun kebajikan virtues. Salah satu kriteria utama dari „character strength‟ adalah bahwa karakter tersebut berkontribusi besar dalam mewujudkan sepenuhnya potensi dan cita-cita seseorang dalam membangun kehidupan yang baik, yang bermanfaat bagi dirinya, orang lain, dan bangsanya. Orang yang berkarakter sebagai sifat alami seseorang dalam merespons situasi secara bermoral yang dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain, dan karakter mulia lainnya Thomas Lickona, 1991. Berdasarkan pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa karakter itu erat kaita nnya dengan “habit” atau kebiasaan yang terus menerus dilakukan. Kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin bahwa manusia yang telah terbiasa tersebut secara sadar cognition menghargai pentingnya nilai-nilai karakter valuing Menurut Berkowitz, 1998. Misalnya seseorang yang terbiasa berkata jujur karena takut mendapatkan hukuman, maka bisa saja orang ini tidak mengerti tingginya nilai moral dari kejujuran itu sendiri. Oleh karena itu, pendidikan karakter memerlukan juga aspek emosi. Komponen ini adalah disebut “desiring the good” atau keinginan untuk berbuat baik Menurut Lickona, 1991: 51.

2. Jenis-jenis karakter