PENDIDIKAN KARAKTER ANAK JALANAN MELALUI PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI RUMAH SINGGAH AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA.

(1)

PENDIDIKAN KA PENDIDIK

Di guna

PROGRA JURU

KARAKTER ANAK JALANAN MELALUI IKAN AGAMA ISLAM DI RUMAH SINGG

AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan una Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Adhi Afwan Mubarok NIM 07102241017

RAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOL RUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UI PROGRAM GGAH


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

1. Allah SWT tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali mereka sendiri yang merubahnya. (Ar-Ro’dhu;11)

2. Hidup adalah proses belajar, belajar bersyukur meski tak mencukupi, belajar ikhlas meski tak rela dan belajar sabar walau terbebani.

(HR. Muslim)

3. Berusaha tanpa berdo’a adalah sombong dan berdo’a tanpa berusaha adalah bohong. (penulis)


(6)

PERSEMBAHAN

Atas Karunia Allah Subhanahuwata’alla Karya ini akan saya persembahkan untuk :

1. Bapak dan Ibuku tercinta yang tidak pernah lupa dan tak pernah lekang menyisipkan do’a- do’a mulia untuk keberhasilan penulis dalam menyusun karya ini. Terimakasih atas dukungan moral dan pengorbanan tanpa pamrih yang telah diberikan.

2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta 3. Agama, Nusa, dan Bangsa


(7)

PENDIDIKAN KARAKTER ANAK JALANAN MELALUI PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI RUMAH SINGGAH

AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA Oleh :

Adhi Afwan Mubarok NIM 07102241017

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan dan (2) Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah pembina, anak jalanan, dan pengelola Rumah Singgah Ahmad Dahlan. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Peneliti merupakan instrumen utama dalam melakukan penelitian dengan dibantu pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi. Teknik yang digunakan dalam analisis data adalah display data, reduksi data, dan pengambilan kesimpulan. Triangulasi yang dilakukan untuk menjelaskan keabsahan data dengan menggunakan sumber.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan dilaksanakan dengan melalui perencanaan yang melibatkan beberapa faktor antara lain pendidik, sasaran warga belajar, fasilitas belajar, dan kurikulum. Pelaksanaan setiap satu minggu sekali, materi kegiatan seperti penjelasan mengenai tingkah laku dan pendidikan karakter yang baik di masyarakat serta belajar shalat, mengaji atau hafalan surat-surat pendek. Evaluasi program setiap tiga bulan sekali dengan hasil yaitu tambahan ilmu dari materi-materi yang telah diberikan serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. 2) Faktor pendukung yaitu: tersedianya alat-alat ibadah, ada volunter yang peduli terkait dengan program di Rumah Singgah Ahmad Dahlan, orang tua anak jalanan yang sangat mendukung. 3) Faktor penghambatnya antara lain: kondisi psikis anak jalanan yang masih labil sehingga dapat mengganggu jalannya kegiatan, disiplin waktu yang kurang konsisten pendidik, motivasi anak jalanan belum stabil untuk ikut kegiatan. Berdasarkan hasil penelitian ini, perlu untuk ditingkatkan dalam pelaksanaan pendidikan karakter melalui pengelolaan pembelajaran yang lebih terencana dan perlu dukungan daristakeholderserta peran dari lembaga terkait.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kependidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari adanya bantuan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mengijinkan penulis untuk menuntut ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan fasilitas dan sarana sehingga studi penulis lancar.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, yang telah memberikan kelancaran dalam pembuatan skripsi ini.

4. Dr. Sujarwo M.Pd selaku Dosen Pembimbing I dan Entoh Tohani M.Pd selaku Dosen Pembimbing II, yang telah berkenan membimbing.

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan.

6. Seluruh pengurus (pengelola) Rumah Singgah Ahmad Dahlan atas ijin dan bantuan untuk penelitian.

7. Ibu, Bapak, dan Kakak serta adik-ku atas do’a, perhatian, kasih sayang, dan segala dukungannya.

8. AMS Nurhidayah atas bantuan do’a, motivasi, dan kasih sayangnya. 9. Teman-teman “Combot” (Nanang, Rizal, Bayu, Roni, Uun, Puri, Adit)

yang selalu memberikan bantuan dan motivasi, semua kenangan dan pengalaman kita akan menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan.


(9)

10. Teman-teman PLS angkatan 2007, 2008, 2009, dan 2010, atas motivasi, dukungan, dan bantuannya.

11. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang peduli terhadap pendidikan terutama pendidikan luar sekolah dan bagi para pembaca umumnya. Amin.

Yogyakarta, Juni 2012


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Batasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik ... .. 12

1. Kajian tentang Anak Jalanan ... 12

a. Pengertian Anak Jalanan ... 12

b. Ciri-Ciri Anak Jalanan ... 13

c. Faktor - Faktor Keberadaan Anak Jalanan ... 14

2. Kajian tentang Karakter ... 15 Halaman


(11)

b. Indikator - Indikator Karakter ... 16

c. Pendidikan Karakter ... 19

d. Model Pendidikan Karakter ... 20

3. Kajian tentang Pendidikan Agama Islam ... 24

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 24

b. Dasar Pendidikan Agama Islam ... 25

c. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 27

4. Kajian tentang Rumah Singgah ... 28

a. Pengertian Rumah Singgah ... 28

b. Tujuan Rumah Singgah ... 29

c. Sistem Pelayanan Rumah Singgah ... 31

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 32

C. Kerangka Berpikir ... 33

D. Pertanyaan Penelitian ... 36

BAB III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 37

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 37

C. Sumber Data Penelitian ... 38

D. Teknik Pengumpulan Data ... 39

E. Instrumen Penelitian ... 44

F. Teknik Analisis Data ... 45

G. Keabsahan Data ... 46

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 48

1. Deskripsi Rumah Singgah Ahmad Dahlan ... 48

a. Sejarah Berdirinya Rumah Singgah Ahmad Dahlan ... 48

b. Lokasi dan Keadaan Rumah Singgah Ahmad Dahlan ... 49


(12)

f. Sumber Dana ... 52

g.Tenaga Rumah Singgah Ahmad Dahlan ... 52

2. Data Hasil Penelitian ... 53

a.Pelaksanaan Pendidikan Karakter Anak Jalanan melalui Program Pendidikan Agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan ... .. 53

1) Perencanaan ... 54

2) Pelaksanaan ... 60

3) Evaluasi ... 67

4) Hasil ... ... 69

5) Tindak lanjut ... 70

b.Faktor Pendukung Pelaksanaan Pendidikan Karakter Anak Jalanan melalui Program Pendidikan Agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan ... .. 71

c.Faktor Penghambat Pelaksanaan Pendidikan Karakter Anak Jalanan melalui Program Pendidikan Agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan ... .. 74

B. Pembahasan ... 76

1. Pelaksanaan Pendidikan Karakter Anak Jalanan melalui Program Pendidikan Agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan ... .. 76

2. Faktor Pendukung Pelaksanaan Pendidikan Karakter Anak Jalanan melalui Program Pendidikan Agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan ... .. 79

3. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pendidikan Karakter Anak Jalanan melalui Program Pendidikan Agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan ... 80

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 81

B. Saran ... 82


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data ... 43 Tabel 2. Fasilitas Rumah Singgah Ahmad Dahlan ... 50


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Kerangka Berpikir ... 35


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Pedoman Observasi ... 86

Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi ... 87

Lampiran 3. Pedoman Wawancara ... 88

Lampiran 4. Catatan Lapangan ...101

Lampiran 5.Display, Reduksi, dan Kesimpulan Hasil Wawancara ...113

Lampiran 6. Hasil Dokumentasi ...116

Lampiran 7. Daftar Anak Binaan Rumah Singgah Ahmad Dahlan Yogyakarta ...119

Lampiran 8 Daftar Tenaga Pendidik Rumah Singgah Ahmad Dahlan Yogyakarta ...123

Lampiran 9. Struktur Kepengurusan Rumah Singgah Ahmad Dahlan ...124


(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan sosial, budaya, politik, ekonomi, teknologi serta pertumbuhan penduduk yang cukup cepat, langsung atau tidak langsung telah mempengaruhi tatanan sistem nilai dan budaya suatu bangsa. Arus perkembangan dan pertumbuhan tersebut seolah-olah berjalan dengan mulus dan menjadi kebanggaan suatu negara. Kenyataan sebenarnya telah terjadi kesenjangan yang sangat mencolok. Pada satu pihak telah terwujud bangunan-bangunan mewah yang dapat dibanggakan dan menjadi pusat perhatian.Namun di pihak lain, tidak jauh dari area tersebut tumbuh perkampungan kumuh yang sangat menyedihkan dan perlu mendapat perhatian khusus. Dalam perkampungan kumuh di Indonesia hampir dua pertiga jumlah penduduknya adalah anak-anak, mereka pada umumnya tergolong anak-anak yang rentan permasalahan sosial dan perlu mendapat perlindungan khusus untuk menyelamatkannya.

Anak jalanan adalah istilah yang sudah sangat akrab bagi masyarakat. Manakala menyebut anak jalanan, perhatian masyarakat akan tertuju pada sosok-sosok kumuh, dekil, nakal, dan selalu hadir di perempatan jalan, tumpukan sampah, pusat-pusat hiburan, keramaian atau terminal-terminal. Sosok anak jalanan, hingga kini merupakan manusia yang menempati kedudukan sangat hina di mata masyarakat umum. Penampilannya yang jorok, ekonomi keluarganya yang miskin, lingkungan pemukimannya di


(17)

daerah-daerah kumuh atau bahkan sama sekali tidak mempunyai tempat tinggal tetap, perangainya yang sering melakukan kejahatan dan kekhasan lain anak jalanan, menyebabkan pandangan masyarakat terhadapnya sangat rendah. Ironisnya lagi, masyarakat bahkan tidak menganggap anak jalanan sebagai manusia lazimnya. Sebab dalam anggapan masyarakat, anak jalanan adalah anak-anak yang tidak lagi mempunyai masa depan, tidak bisa diharapkan sebagai generasi penerus pembangunan dan tidak mempunyai manfaat bagi masyarakat. Statusnya sebagai anak jalanan, menyebabkan anak-anak itu harus rela dengan berbagai hinaan, cacian, makian, kekejaman, kekerasan dan pandangan-pandangan buruk masyarakat. Permasalahan sosial dapat menimpa keluarga dan dirinya, dengan sendirinya anak jalanan akan mengalami penghilangan hak sebagai manusia dan hak sebagai anak oleh masyarakat.

Anak jalanan merupakan anak-anak marginal yang terpaksa atau dipaksa mencari nafkah bagi diri, keluarga atau orang lain dengan berjualan koran, menyemir sepatu, pemulung, tukang sapu atau lap mobil, pedagang asongan, pengemis dan berbagai pekerjaan yang dapat menghasilkan uang lainnya. Perampasan terhadap hak-hak anak ini tanpa disadari telah terjadi secara besar-besaran yang mengakibatkan anak-anak yang tengah menikmati pendidikan di sekolah-sekolah formal pun mulai terancam dan bahkan tidak sedikit yang droup out. Kesempatan untuk bermain dan tumbuh kembang sudah mulai hilang. Kondisi seperti itu merupakan akibat dari ketidakberdayaan orang tuauntuk melindungi anaknya, sehingga anak-anak dijadikan tumpuan untuk


(18)

Data terakhir (2010) jumlah anak jalanan yang menjadi binaan Departemen Sosial sebanyak empat persen dari 5,4 jumlah anak terlantar atau sekitar 160.000 anak jalanan. Menurut Menteri Sosial RI, anak terlantar di Indonesia yang usianya di bawah 18 tahun terus bertambah dan kini jumlahnya telah mencapai 5,4 juta. Dari 5,4 juta anak terlantar itu, sebanyak 232.894 anak di antaranya merupakan anak jalanan yang terbagi atas tiga kelompok yakni kelompok anak-anak yang seluruh hidupnya di jalan, kelompok anak yang 4-5 jam di jalanan, dan kelompok anak yang mendekati jalanan. Jumlah anak jalanan yang hidup dijalanan di kota Yogyakarta semakin meningkat.Peningkatan tersebut sangat terasa pada setiap tahunnya (Tribunnews.com 2010).

Anak jalanan umumnya berasal dari keluarga yang pekerjaanya berat dan ekonominya lemah. Anak jalanan tumbuh dan berkembang dengan latar belakang kehidupan jalanan dan akrab dengan kemiskinan, penganiayaan,dan hilangnya kasih sayang dari orang tua, saudara, maupun teman-temannya, sehingga memberatkan jiwa dan membuatnya berprilaku negatif. Anak jalanan ada yang tinggal di kota setempat, di kota lain terdekat, atau di propinsi lain. Ada sebagian anak jalanan yang ibunya tinggal di kota yang berbeda dengan tempat tinggal ayahnya, kondisi ini dikarenakan pekerjaan, adanya konflik dalam rumah tangga. Ada anak jalanan yang masih tinggal bersama keluarga, ada yang tinggal terpisah tetapi masih sering pulang ke tempat keluarga, ada yang sama sekali tak pernah tinggal bersama keluarganya atau bahkan ada anak yang tak mengenal keluarganya.


(19)

Salah satu faktor yang menyebabkan anak menjadi anak jalanan yaitu keadaan kota mengundang maraknya anak jalanan. Kota yang padat penduduknya dan banyak keluarga bermasalah membuat anak yang kurang gizi, kurang perhatian, kurang pendidikan, kurang kasih sayang dan kehangatan jiwa, serta kehilangan hak untuk bermain, bergembira, bermasyarakat, dan hidup merdeka, atau bahkan mengakibatkan anak-anak dianiaya batin, fisik, dan seksual oleh keluarga, teman, atau orang lain yang lebih dewasa. Menurut M. Ishaq (1998 : 20), ada tiga kategori kegiatan anak jalanan, yakni : (1) mencari kepuasan (2) mengais nafkah dan (3) tindakan asusila. Kegiatan anak jalanan itu erat kaitannya dengan tempat mereka tinggal sehari-hari, yakni di alun-alun, bioskop, jalan raya, simpang jalan, stasiun kereta api, terminal, pasar, pertokoan, dan mall.

Anak jalanan pada hakikatnya adalah "anak", sama dengan anak-anak lainnya yang bukan anak-anak jalanan. Mereka membutuhkan pendidikan. Pemenuhan pendidikan itu haruslah memperhatikan aspek perkembangan fisik dan mental mereka karena anak bukanlah orang dewasa yang berukuran kecil. Anak mempunyai dunianya sendiri dan berbeda dengan orang dewasa. Masyarakat tak cukup memberinya makan dan minum saja, atau hanya melindunginya di sebuah rumah, karena anak membutuhkan kasih sayang. Kasih sayang adalah fundamen pendidikan. Tanpa kasih, pendidikan ideal tak mungkin dijalankan. Pendidikan tanpa cinta menjadi kering tak menarik.


(20)

meningkat dari tahun ke tahun. Saat ini upaya pembinaan anak jalanan telah ditempuh dengan pengadaan program-program tertentu,salah satunya yaitu program pendidikan agama Islam yang sering ada pada lembaga sosial terkait sebagai upaya pendidikankarakter terhadap anak jalanan.Realita yang dapat dilihat dilapangan masih banyak anak jalanan yanghidup dijalanan. Kompleksitas permasalahananak jalanan yang terus meningkat serta program yang belum dilaksanakan secara efektif menyebabkan hasil penanganan anak jalanan belum optimal.

Secara bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Oleh karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu. Membentuk karakter tidak semudah memberi nasihat, tidak semudah memberi instruksi, tetapi memerlukan kesabaran, pembiasaan dan pengulangan.

Proses pendidikan karakter merupakan keseluruhan proses pendidikan yang dialami peserta didik sebagai pengalaman pendidikan kepribadian melalui memahami dan mengalami sendiri nilai-nilai, keutamaan-keutamaan moral, nilai-nilai ideal agama, dan nilai-nilai moral.Lingkungan masyarakat juga sangat mempengaruhi terhadap karakter dan watak seseorang. Lingkungan masyarakat luas sangat memengaruhi terhadap keberhasilan penanaman nilai-nilai etika dan estetika untuk pendidikan karakter.


(21)

Menurut Shintawati (2010: 9-10), bahwa nilai-nilai Islam menjadi inspirasidan sekaligus pemandu utama dalam penyelenggaraan pendidikan sehingga dengan adanya pendidikan Islamakan mampu:

1. Membentuk sikap dan kepribadian yang kuat berdasarkan prinsip-prinsip nilai keilahiyahan. Dengan aqidah yang benar, seorang muslim akan mampu menunjukkan sikapnya yang tegar, tsabat, istiqomah dan selalu berfihak dan membela Al Haq.

2. Memompa semangat keilmuan dan karya. Islam mengajarkan pemeluknya untuk selalu berfikir dan berkarya. Doktrin Islam adalah: ”sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling memberi manfaat bagi orang lain”. 3. Membangun karakter/pribadi yang saleh:selalu menegakkan nilai-nilai dan

praktek ibadah. Pendidikan Agama Islam mendidik dan mendisiplinkan pemeluknya untuk selalu taat beribadah kepada Allah SWT. Dengan perilaku ibadah yang bersih, niscaya akan terbentuk karakter muttaqien, selalu menjauhi perilaku negatif dan destruktif.

4. Membangun sikap peduli: Islam selalu mengajarkan sikap peduli kepada orang lain, hewan dan lingkungan. Sikap peduli akan melahirkan sikap yang selalu membangun dan memecahkan segala permasalahan sosial.

5. Membentuk pandangan yang visioner, berfikir, bekerja dan bertindak untuk kepentingan masa depan.


(22)

yang sesuai adalah dengan melakukan proses pembelajaran yang dilaksanakan dalam wadah Rumah Singgah.

Rumah Singgah sebagai salah satu metode pendekatan terhadap anak jalanan menjalankan berbagai macam program pelayanan untuk anak jalanan. Setiap program yang dilaksanakan haruslah mendatangkan manfaat dan kebutuhan anak jalanan itu sendiri. Rumah Singgah yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Rumah Singgah Ahmad Dahlan, yang merupakan salah satu dari beberapa lembaga sosial yang ada di kota Yogyakarta. Rumah Singgah Ahmad Dahlan sebagai lembaga sosial non pemerintahan yang bergerak melakukan pembinaan terhadap anak jalanan serta memonitoring perkembangan dan hambatan-hambatan yang dialami mereka. Selanjutnya Rumah Singgah Ahmad Dahlan juga memiliki program-program antara lain program keterampilan, beasiswa dan pendidikan agama Islam sebagai pendidikan karakter untuk anak-anak jalanan.

Melihat program pelayanan yang diberikan kepada anak jalanan menunjukkan bahwa Rumah Singgah Ahmad Dahlan cukup layak dijadikan tempat untuk melihat keefektifan pelayanan suatu Rumah Singgah. Pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam yang dilaksanakan oleh Rumah Singgah Ahmad Dahlan sudah berjalan cukup lama, akan tetapi masih terdapat beberapa permasalahan pada saat pelaksanaan dilapangan. Adapun beberapa permasalahan yang muncul pada saat pelaksanaan yaitu terkait dengan anak jalanan sendiri sebagai peserta didik yang terkadang masih labil, selain itu dari faktor pendidik yang terkadang


(23)

kurang disiplin waktu pada saat pelaksanaannya.Kedua permasalahan tersebut dapat mengakibatkan proses pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan menjadi kurang efektif.

Keberhasilan suatu Rumah Singgah dapat dilihat dari keberhasilan program-program yang dilaksanakan. Untuk itu dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui pelayanan suatu Rumah Singgah dalam melaksanakan programnya terhadap pendidikan karakter individu anak jalanan. Maka untuk mengetahui sejauh mana pelayanan program di Rumah Singgah Ahmad Dahlan dalam menangani anak jalanan ini maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad DahlanYogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Jumlah anak jalanan yang hidup di jalanan di Yogyakarta semakin meningkat.

2. Rendahnya tingkat pendidikan anak-anak jalanan yang turun ke jalan.

3. Anak jalanan tumbuh dan berkembang dengan latar kehidupan jalanan dan akrab dengan kemiskinan, penganiayaan, dan hilangnya kasih sayang. 4. Keadaan kota mengundang maraknya anak jalanan.


(24)

6. Pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam yang dilaksanakan oleh Rumah Singgah Ahmad Dahlan masih belum efektif.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka peneliti hanya dibatasi pada pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan.

D. Rumusan Masalah

Permasalahan yang berkaitan dengan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan adalah :

1. Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan? 2. Apa saja faktor pendukung dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak

jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan?

3. Apa saja faktor penghambat dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan?


(25)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada permasalahan dan uraian di atas, maka peneliti menetapkan beberapa tujuan dalam penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan pendidikan karakter anak jalanan melalui pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan.

2. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat dalam pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam. 3. Dapat mengaplikasikan pendidikan karakter anak jalanan melalui program

pendidikan agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. F. Manfaat Penelitian

Beberapa kegunaan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti

a. Membantu peneliti untuk mengetahui dan memahami pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan Yogyakarta.

b. Memperoleh pengalaman nyata dan mengetahui secara langsung situasi dan kondisi yang nantinya akan menjadi bidang garapannya.

c. Mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat di bangku perkuliahan. 2. Bagi Rumah Singgah Ahmad Dahlan

a. Sebagai referensi untuk menambah wawasan dalam upaya peningkatan keefektifan pendidikan anak jalanan melalui program pendidikan agama


(26)

b. Memberikan masukan terkait dengan pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam.

c. Mengetahui kelemahan dan kelebihan dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam.

3. Bagi Praktisi Pendidikan dan Akademisi

a. Dapat dijadikan bahan kajian untuk penelitian lebih lanjut mengenai pendidikan karakter anak jalanan.

b. Memberikan kontribusi untuk pengembangan ilmu pendidikan luar sekolah khususnya pendidikan karakter bagi anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam.

c. Wawasan pengetahuan mengenai pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan Yogyakarta.


(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik

1. Kajian tentang Anak Jalanan a. Pengertian Anak Jalanan

Menurut Abu Huraerah (2006: 53) anak jalanan adalah anak yang menghabiskan waktunya di jalanan, baik untuk bekerja maupun tidak, yang terdiri dari anak-anak yang mempunyai hubungan dengan keluarga atau terputus hubungannya dengan keluarga, dan anak yang mandiri sejak kecil karena kehilangan orang tua atau keluarga.Pendapat yang berbeda mengenai anak jalanan ini salah satunya ialah Departemen Sosial RI. Menurut Departemen Sosial RI, anak jalanan merupakan anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya.

Pengertian anak jalanan menurut Dinas Sosial Propinsi DIY adalah anak yang melewatkan atau memanfaatkan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-harinya di jalan, sampai dengan umur 18 tahun. Menurut Bagong Suyanto (2010: 206), anak jalanan adalah anak-anak yang tersisih, marginal, dan teralienasi dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini sudah harus berhadapan dengan lingkungan kota yang keras, dan bahkan sangat tidak bersahabat.


(28)

tahun atau dalam usia relatif dini yang sebagian besar waktunya dilewatkan, dihabiskan, dan dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan hidup sehari-harinya di jalanan bahkan di lingkungan kota yang keras, baik untuk bekerja maupun tidak, yang terdiri dari anak-anak yang mempunyai hubungan dengan keluarga atau terputus hubungannya dengan keluarga.

b. Ciri - Ciri Anak Jalanan

Anak jalanan dalam kehidupan sehari-hari bukanlah hal yang baru dalam masyarakat, sehingga orang-orang langsung akan dapat membedakan anak jalanan dengan yang bukan anak jalanan. Ciri-ciri umum anak jalanan menurut Departemen Sosial (1997: 2-3), meliputi:

1) Bersifat fisik, meliputi warna kulit kusam, rambut kemerah-merahan, biasanya berbadan kurus, pakaian kumal.

2) Bersifat psikis, meliputi mobilitas tinggi, acuh tak acuh, penuh curiga, sangat sensitif, berwatak keras, kreatif, semangat hidup tinggi, berani menanggung resiko, serta mandiri.

Kehidupan anak jalanan dengan ciri seperti itu, dapat dilihat ditempat-tempat seperti pasar, terminal, stasiun kereta api, pusat perbelanjaan dan perempatan jalan atau jalan raya.Selain ciri-ciri tersebut indikator yang dapat digunakan untuk mengenali anak jalanan yaitu:

1) Usia berkisar antara 16-18 tahun

2) Waktu yang dihabiskan dijalanan lebih dari 4 jam setiap hari.

Ciri-ciri psikis dan fisik anak jalanan menurut Badan Kesejahteraan Sosial Nasional (BKSN, 2000: 6) sebagai berikut:


(29)

1) Ciri-ciri fisik: warna kulit kusam, rambut berwarna kemerah-merahan, kebanyakan berbadan kurus, pakaian tidak terurus.

2) Ciri-ciri psikis: mobilitas tinggi, bersikap acuh tak acuh, penuh curiga, sangat sensitif, berwatak keras, kreatif, memiliki semangat hidup tinggi, berani menanggung resiko, mandiri.

Berdasarkan dua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri anak jalanan biasanya berpakaian kumal, kusam, dan sering menggunakan fasilitas umum sebagai ruang hidup mereka serta berada pada satu kelompok sosial yang memiliki aturan-aturan berdasarkan pada kesepakatan bersama. c. Faktor- Faktor Keberadaan Anak Jalanan

Menurut Bagong Suyanto (2010: 196-197), sesungguhnya ada banyak faktor yang menyebabkan anak-anak terjerumus dalam kehidupan di jalanan, sepertikesulitan keuangan dalam keluarga atau tekanan kemiskinan, ketidakharmonisan rumah tangga orang tua, dan masalah khusus menyangkut hubungan anak dengan orang tua. Kombinasi faktor ini sering kali memaksa anak-anak mengambil inisiatif mencari nafkah atau hidup mandiri di jalanan. Kadang kala pengaruh teman atau kerabat juga ikut menentukan keputusan untuk hidup di jalanan.

Menurut Sri Sanituti (1999: 5), penyebab pokok mengapa seorang anak menjadi anak jalanan adalah:

1) Kesulitan ekonomi keluarga yang menempatkan seorang anak harus membantu keluarganya mencari uang dengan kegiatan-kegiatan dijalanan.


(30)

2) Ketidakharmonisan rumah tangga atau keluarga, baik hubungan antara bapak dan ibu, maupun orang tua dan anak.

3) Suasana lingkungan yang kurang mendukung untuk anak-anak menikmati kehidupan masa kanak-kanaknya termasuk suasana perselingkuhan yang kadang-kadang mereka anggap sangat monoton dan membelenggu hidupnya.

4) Rayuan kenikmatan, kebebasan untuk mengatur hidup sendiri dan menikmati kehidupan lainnya yang diharapkan diperoleh sebagai anak jalanan.

2. Kajian tentang Karakter a. Pengertian Karakter

Karakter merupakan sebuah kondisi dinamis struktur antropologis individu, yang tidak mau sekedar berhenti atas determinasi kodratinya, melainkan juga sebuah usaha hidup untuk menjadi semakin integral mengatasi determinasi alam dalam dirinya demi proses penyempurnaan dirinya terus menerus. Kebebasan manusialah yang membuat struktur antropologis itu tidak determinan, melainkan menjadi faktor yang membantu pengembangan manusia secara integral. Karakter sekaligus berupa hasil dan proses dalam diri manusia yang sifatnya stabil dan dinamis untuk senantiasa berkembang maju mengatasi kekurangan dan kelemahan dirinya (Doni Koesoema, 2007: 104).

Suyanto ( Darmiyati Zuhdi, 2011: 27), mendefinisikan karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan


(31)

negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang dibuatnya.Lebih lanjut Suyanto mengungkapkan bahwa terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu: 1) karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya, 2) kemandirian dan tanggung jawab, 3) kejujuran/amanah, diplomatis, 4) hormat dan santun, 5) dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama, 6) percaya diri dan pekerja keras, 7) kepemimpinan dan keadilan, 8) baik dan rendah hati, dan 9) karakter toleransi, kedamaian dan kesatuan (Darmiyati Zuhdi, 2011: 29-30).

Dilihat dari sudut pengertian di atas, ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam pikiran, dan dengan kata lain, keduanya dapat disebut dengan kebiasaan.

b. Indikator - Indikator Karakter

Karakter dapat dikembangkan berdasarkan berbagai sumber, antara lain bersumberkan agama dan bersumberkan ideologi negara. Setiap agama memiliki dasar-dasar karakter bagi pemeluknya. Demikian pula ideologi negara mengandung berbagai dasar etika untuk dikembangkan menjadi karakter bangsa. Badan penelitian dan pengembangan pusat kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional (2011: 10) telah merumuskan materi pendidikan karakter yang mencakup aspek-aspek sebagai berikut :


(32)

1) Religius : sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2) Jujur : perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. 3) Toleransi : sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,

etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. 4) Disiplin : tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan.

5) Kerja keras : perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6) Kreatif : berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari apa yang telah dimiliki.

7) Mandiri : sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8) Demokratis : cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dengan orang lain.

9) Rasa ingin tahu : sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih dalam dan meluas dari apa yang telah dipelajarinya, dilihat, dan didengar.


(33)

10) Semangat kebangsaan : cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11) Cinta tanah air : cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.

12) Menghargai prestasi : sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.

13) Bersahabat atau komunikatif : tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

14) Cinta damai : sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadirannya.

15) Gemar membaca : kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan baginya.

16) Peduli lingkungan : sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam disekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. 17) Peduli sosial : sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan bagi

orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18) Tanggung jawab : sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,


(34)

c. Pendidikan Karakter

Kementerian Pendidikan Nasional (2010: 3) menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.

Definisi lainnya dikemukakan oleh Doni Koesoema (2007: 81)adalah sebuah peluang bagi penyempurnaan diri manusia dengan usaha untuk menjadikan dirinya sebagai manusia yang berkeutamaan yakni dengan mengaktualisasikan nilai-nilai keutamaan seperti keuletan, tanggung jawab, kemurahan hati, dan semisalnya. Frye (Darmiyati Zuhdi, 2011: 471), menegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan usaha yang disengaja untuk membantu seseorang memahami, menjaga, dan berperilaku yang sesuai dengan nilai-nilai karakter mulia.

Abdul Majid dan Dian Andayani (2012: 109), merekomendasikan 11 prinsip untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif, sebagai berikut : 1) Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter

2) Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku.

3) Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif, dan efektif untuk membangun karakter.


(35)

5) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang baik.

6) Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses.

7) Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri dari para peserta didik.

8) Memfungsikan seluruh staf sekolah atau lembaga sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia kepada nilai dasar yang sama.

9) Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.

10) Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter.

11) Mengevaluasi karakter sekolah atau lembaga, fungsi staf sekolah atau lembaga sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik.

d. Model Pendidikan Karakter

Keberhasilan dalam menyelenggarakan dan menanamkan nilai-nilai kehidupan melalui pendidikan karakter dapat pula dipengaruhi oleh cara atau pendekatan yang dipergunakan dalam menyampaikan. Menurut Suparno, dkk. (2002: 42-44), ada empat model pendekatan penyampaian pendidikan karakter :


(36)

1) Model sebagai mata pelajaran tersendiri(monolitik)

Dalam model pendekatan ini, pendidikan karakter dianggap sebagai mata pelajaran tersendiri. Karena itu, pendidikan karakter memiliki kedudukan yang sama dan diperlakukan sama seperti pelajaran atau bidang studi lain.Dalam hal ini, guru bidang studi pendidikan karakter harus mempersiapkan dan mengembangkan kurikulum, metodologi pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Konsekuensinya pendidikan karakter harus dirancangkan dalam jadwal pelajaran secara terstruktur.Kelebihan dari pendekatan ini antara lain materi yang disampaikan menjadi lebih terencana matang/terfokus, materi yang telah disampaikan lebih terukur. Sedangkan kelemahan pendekatan ini adalah sangat tergantung pada tuntutan kurikulum, kemudian penanaman nilai-nilai tersebut seolah-olah hanya menjadi tanggung jawab satu orang guru semata, demikian pula dampak yang muncul pendidikan karakter hanya menyentuh aspek kognitif, tidak menyentuh internalisasi nilai tersebut.

2) Model terintegrasi dalam semua bidang studi

Pendekatan yang kedua dalam menyampaikan pendidikan karakter adalah disampaikan secara terintegrasi dalam setiap bidang pelajaran, dan oleh karena itu menjadi tanggungjawab semua guru. Dalam konteksini setiap guru dapat memilih materi pendidikan karakter yang sesuai dengan tema atau pokok bahasan bidang studi.Melalui model terintegrasi ini maka setiap guru adalah pengajar pendidikan karakter tanpa kecuali.Keunggulan model terintegrasi pada setiap bidang studi antaralain setiap guru ikut


(37)

bertanggung jawab akan penanaman nilai-nilai hidup kepada semua siswa, di samping itu pemahaman akan nilai-nilai pendidikan karakter cenderung tidak bersifat informatif-kognitif, melainkan bersifat aplikatif sesuai dengan konteks pada setiap bidang studi. Dampaknya siswa akan lebih terbiasa dengan nilai-nilai yang sudah diterapkan dalam berbagai setting.Sisi kelemahannya adalah pemahaman dan persepsi tentang nilai yang akan ditanamkan harus jelas dan sama bagi semuaguru. Namun,menjamin kesamaan bagi setiap guru adalah hal yang tidak mudah, hal ini mengingat latar belakang setiap guru yang berbeda-beda. Di samping itu, jika terjadi perbedaan penafsiran nilai-nilai di antara guru sendiri akan menjadikan siswa justru bingung.

3) Model di luar pengajaran

Penanaman nilai-nilai pendidikan karakter dapat juga ditanamkan di luar kegiatan pembelajaran formal. Pendekatan ini lebih mengutamakan pengolahan dan penanaman nilai melalui suatu kegiatan untuk dibahas dan kemudian dibahas nilai-nilai hidupnya.Model kegiatan demikian dapat dilaksanakan oleh guru sekolah yang diberi tugas tersebut atau dipercayakan kepada lembaga lain untuk melaksanakannya. Kelebihan pendekatan ini adalah siswa akan mendapatkan pengalaman secara langsung dan konkrit. Kelemahannya adalah tidak ada dalam struktur yang tetap dalam kerangka pendidikan dan pengajaran di sekolah, sehingga akan membutuhkan waktu yang lebih lama dan biaya yang lebih banyak.


(38)

4) Model gabungan

Model gabungan adalah menggabungkan antara model terintegrasi dan model di luarpelajaran secara bersama. Model ini dapat dilaksanakan dalam kerja sama dengan tim baik oleh guru maupun dalam kerja sama dengan pihak luar sekolah. Kelebihan model ini adalah semua guru terlibat, guru dapat belajar dari pihak luar untuk mengembangkan diri dan siswa. Siswa menerima informasi tentang nilai-nilai sekaligus juga diperkuat dengan pengalaman melalui kegiatan-kegiatan yang terencana dengan baik. Mengingat pendidikan karakter merupakan salah satu fungsi dari pendidikan nasional, maka sepatutnya pendidikan karakter ada pada setiap materi pelajaran.

Pendekatan secara terintegrasi merupakan pendekatan minimal yang harus dilaksanakan semua tenaga pendidik sesuai dengan konteks tugas masing-masing disekolah, termasuk dalam hal ini adalah konselor sekolah. Bukan berarti bahwa pendekatan yang paling sesuai adalah dengan model integratif. Pendekatan gabungan tentuakan lebih baik lagi karena siswa bukan hanya mendapatkan informasi semata melainkan juga siswa menggali nilai-nilai pendidikan karakter melalui kegiatan secara kontekstual sehingga penghayatan siswa lebih mendalam dan tentu saja lebih menggembirakan siswa. Berdasarkan perspektif ini, konselor sekolah dituntut untuk dapat menyampaikan informasi serta mengajak dan memberikan penghayatan secara langsung tentang berbagai informasi nilai-nilai karakter.


(39)

Berdasarkan empat model pendekatan pendidikan karakter tersebut di atas, yang paling ideal adalah model gabungan yaitu pendidikan karakter terintegrasi ke dalam mata pelajaran namun di luar pelajaran pun dilaksanakan, namun bagaimana guru dapat memiliki pemahaman dan keterampilan pendidikan karakter itu terintegrasi apabila tidak diberikan secara khusus bagaimana model/metode pembelajaran pendidikan karakter tersebut, melainkan, mereka harus dapat menghayati dan mempraktikkan serta membiasakan sikapdan perilaku berkarakter dalam kesehariannya. Atas pertimbangan tersebut, maka implementasi pendidikan karakter memerlukan waktu yang bukanhanya lama dan kontinyu, tetapi juga harus dirancang dan perlu dilakukan secara berulang-ulang.

3. Kajian tentang Pendidikan Agama Islam c. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pengertian pendidikan agama Islam secara umum ialah usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagaman subyek didik agar lebih mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran -ajaran Islam. Pendidikan agama harus sudah dilaksanakan sejak dini sebelum anak memperoleh pendidikan atau pengajaran ilmu - ilmu yang lain.Pendidikan agama Islam berarti suatu proses yang komprehensif dan pengembangan kepribadian manusia secara keseluruhan, yang meliputi intelektual, spiritual, emosi dan fisik, sehingga seorang muslim disiapkan dengan baik untuk dapat melaksanakan tujuan-tujuan kehadirannya oleh Tuhan sebagai hamba dan


(40)

Menurut Abdul Majid dan Dian Andayani (2004: 19), pendidikan agama Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan jasmani dan rohani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semuaajaran Islam. Anak diharapkan menjadi orang yang berguna bagi dirinya sendiri maupun bagi masyarakat luas dengan jalan dibina, diarahkan jasmani dan rohaninya menurut ajaran agama Islam sehingga memiliki kepribadian utama. Islam tidak hanya mengajarkan umatnya untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia saja melainkan juga mencari kebahagiaan hidup diakhirat.

Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pengertian di atas bahwa pendidikan agama Islam merupakan usaha untuk mengembangkan fitrah keagamaan yang dibawa sejak lahir yaitu berupa bimbingan jasmani dan rohani serta akal anak sesuai dengan ajaran Islam, diharapkan anak mampu memahami, menghayati dan mengamalkannya dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga bermanfaat bagi diri sendiri maupun masyarakat serta membawa kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.

d. Dasar Pendidikan Agama Islam

Dasar pendidikan agama Islam ialah pandangan yang mendasari seluruh aktifitas pendidikan baik dalam rangka penyusunan teori, perencanaan maupun pelaksanaan pendidikan. Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan tidak dapat lepas dari adanya kegiatan pendidikan. Agar pendidikan dapat berjalan seiring dengan ajaran Islam, maka diperlukan dasar -dasar yang dijadikan landasan utama pelaksanaan pendidikan Islam. Adapun


(41)

yang menjadi dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam adalah Al qur’an dan Hadits (Achmadi, 1992: 20).

Ahmad Taufiq (2010: 3-4) menyatakan bahwa yang menjadi kerangka dasar agama Islam yaitu :

1) Aqidah

Aqidah Islam adalah dasar - dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang bersumber dari ajaran yang wajib dipegang oleh seorang muslim sebagai sumber kayakinan yang mengikat. Aqidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama Islam, karena merupakan keyakinan yang menjadi dasar dari segala sesuatu tindakan atau amal. Aqidah merupakan fundamen ajaran Islam yang bersumber dan berpijak kepada Al-qur’an dan As-sunah karena dalam hal yang berkaitan dengan keyakinan tidak seluruhnya dapat ditemukan oleh kemampuan yang dimiliki manusia.

2) Syariat

Syariat adalah segala yang diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW yang berbentuk wahyu yang terdapat dalam Al qur’an dan As-sunah. Syariat merupakan segala tuntutan yang diberikan Allah SWT dan Rasul-Nya melalui perkataan, perbuatan, dan takrir ( ketetapan ). Jika dikatakan asy-syariat Islamiyah, maka maksudnya adalah setiap yang datang dari Muhammad Rasulullah SAW yang berasal dari Allah SWT, baik itu yang sifatnya menjelaskan persoalan aqidah, maupun yang menyangkut


(42)

peraturan kehidupan manusia secara pribadi, keluarga, dan dalam bermasyarakat, serta yang menyangkut akhlak.

3) Akhlak

Akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat didalam jiwa, maka suatu perbuatan baru disebut akhlak kalau terpenuhi beberapa syarat, yaitu :

a) Perbuatan itu dilakukan berulang-ulang. Kalau perbuatan itu hanya dilakukan sekali saja, maka tidak dapat disebut akhlak.

b) Perbuatan itu timbul dengan mudah tanpa dipikirkan atau diteliti lebih dahulu sehingga benar-benar merupakan suatu kebiasaan. Jika perbuatan itu timbul karena terpaksa atau setelah dipikirkan dan dipertimbangkan secara matang, tidak disebut akhlak.

e. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Setiap perbuatan manusia senantiasa tidak lepas dari tujuan yang telah direncanakan. Dalam hal ini, pendidikan Islam menetapkan tujuan pendidikan mempertimbangkan posisi manusia sebagai ciptaan Allah yang terbaik. Islam adalah agama pilihan Allah sebagai panutan kita yang abadi. Manusia sebagai khalifah yang akan melaksanakan ketaatan kepada Allah dan menundukkan apa yang di langit dan di bumi dengan petunjuk-Nya. Dengan demikian manusia mampu merenungkan dan membuktikan adanya Allah, yang pada


(43)

akhirnya dapat mendorong manusia untuk menaati, mencintai, tunduk pada perintah dan bermunajat kepada Allah melalui beribadah kepada-Nya.

Pendidikan agama Islam bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melaui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Pendidikan agama Islam, baik secara makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup (hasanah) di dunia bagi anak-anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) diakhirat kelak. Berdasarkan batas-batas tersebut tidak ada perbedaan secara prinsip, yang semuanya bertitik tolak pada terbentuknya manusia yang berpribadi muslim dan bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat.

4. Kajian tentang Rumah Singgah a. Pengertian Rumah Singgah

Rumah Singgah merupakan tahap awal bagi seorang anak untuk memperoleh pelayanan selanjutnya, oleh karenanya penting menciptakan Rumah Singgah sebagai tempat yang aman, nyaman, menarik, dan menyenangkan bagi anak jalanan. Pada Rumah Singgah anak dibimbing dan


(44)

menjadi tempat persinggahan bagi anak yang tergolong miskin maupun terlantar. Menurut Departemen Sosial (1997: 32) Rumah Singgah didefinisikan sebagai perantara anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan membantu mereka. Rumah Singgah merupakan proses informal yang memberikan suasana pusat realisasi anak jalanan terhadap sistem nilai dan norma di masyarakat. b. Tujuan Rumah Singgah

Rumah Singgah memiliki dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari Rumah Singgah adalah membantu anak jalanan mengatasi masalah-masalahnya dan menemukan alternatif untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Tujuan khusus dari Rumah Singgah adalah:

1) Membentuk kembali sikap dan perilaku anak yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.

2) Memberikan berbagai alternatif pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan anak dan menyiapkan masa depannya sehingga menjadi warga masyarakat yang produktif.

3) Mengupayakan anak-anak kembali ke rumah jika memungkinkan atau ke panti dan lembaga pengganti lainnya jika diperlukan (Departemen Sosial, 1997: 34).

Dalam proses mencapai tujuan tersebut, anak-anak diarahkan untuk menghindarkan diri dari sikap dan perilaku kriminal, eksploitasi seks, dan ekonomi. Dengan tujuan ini, kegiatan lebih mengarahkan kepada penanaman nilai, penambahan wawasan dan pendidikan sikap, dan perilaku yang normatif.


(45)

Peran dan fungsi Rumah Singgah bagi program pemberdayaan anak jalanan sangat penting. Secara ringkas fungsi Rumah Singgah adalah:

1) Sebagai tempat pertemuan (meeting point) pekerja sosial dan anak jalanan. Dalam hal ini sebagai tempat untuk terciptanya persahabatan dan keterbukaan antara anak jalanan dengan pekerja sosial dalam menentukan dan melakukan berbagai aktivitas pembinaan.

2) Pusat diagnosis dan rujukan. Dalam hal ini Rumah Singgah berfungsi sebagai tempat melakukan diagnosis terhadap kebutuhan dan masalah anak jalanan serta melakukan rujukan pelayanan sosial bagi anak jalanan.

3) Fasilitator atau sebagai perantara anak jalanan dengan keluarga, keluarga pengganti, dan lembaga lainnya.

4) Perlindungan. Rumah Singgah dipandang sebagai tempat berlindung dari berbagai bentuk kekerasan yang sering menimpa anak jalanan dari kekerasan dan perilaku penyimpangan seksual ataupun bentuk kekerasan lainnya.

5) Pusat informasi tentang anak jalanan.

6) Kuratif dan rehabilitatif, yaitu mengembalikan dan menanamkan fungsi sosial anak.

7) Akses terhadap pelayanan, yaitu sebagai persinggahan sementara anak jalanan dan sekaligus akses kepada berbagai pelayanan sosial.

8) Resosialisasi.Lokasi Rumah Singgah yang berada di tengah-tengah masyarakat merupakan salah satu upaya mengenalkan kembali norma,


(46)

mengarah pada pengakuan, tanggung jawab, dan upaya warga masyarakat terhadap penanganan masalah anak jalanan (Departemen Sosial, 1997: 33-34).

c. Sistem Pelayanan Rumah Singgah

Dalam sistem pelayanan anak jalanan ini setiap lembaga penyelenggara boleh menentukan sendiri batas usia anak jalanan yang akan dibinanya, termasuk karakteristiknya seperti tinggal atau tidak dengan orang tuanya, bersekolah atau tidak, dan memiliki pekerjaan yang tetap atau tidak. Jumlah anak jalanan penerima layanan terserah pada kemampuan lembaga, namun secara efektif biasanya mencapai 70 anak jalanan dalam setahun dengan umur yang berkisar 18 tahun ke bawah. Rumah Singgah Ahmad Dahlan, tahap pelayanan yang diberikan melalui beberapa tahap pelayanan, yaitu:

1) Outreach dan assessment, yaitu penjangkauan anak-anak jalanan sekaligus mengetahui tempat yang menjadi aktivitas anak, kemudian dilakukan suatu pendekatan yang dapat dikerjakan melalui pendekatan Rumah Singgah. Hal ini karena Rumah Singgah mempunyai fungsi memperkenalkan nilai dan norma sosial pada anak jalanan serta diharapkan pendamping mampu mengembalikan pola hidup normatif kepada anak.

2) Pemberdayaan, pada tahap ini dilakukan program pembelajaran wirausaha, dan enterpreneurship. Dengan orientasi pelayanan meliputi pelatihan (life skill), magang kerja, belajar usaha, permodalan, dan juga usaha bersama. Pada tahap ini memiliki tujuan agar anak dapat memiliki skill, mental bekerja yang ulet dan kemauan berwirausaha yang tinggi. Kemudian


(47)

didukung dengan adanya show room atau galeri yang berfungsi mempromosikan dan memasarkan produk-produk karya hasil kerja anak jalanan yang dibina.

3) Terminasi, merupakan tahap pelayanan terakhir yang meliputi pencarian rujukan dan referensi lembaga ekonomi yang berorientasi profit, sebagai contoh bengkel, pertukangan pabrik, perusahaan jasa dan produksi. Pada tahap terminasi ini juga dilakukan monitoring, di mana anak sudah siap kembali ke dalam keluarganya. Proses pemantauan dan pembinaan untuk mencegah anak kembali ke jalanan harus tetap dilakukan.

Dalam penelitian ini Rumah Singgah diartikan sebagai tempat untuk mengembalikan dan menanamkan fungsi sosial anak jalanan.Selain itu Rumah Singgah dapat diartikan juga sebagai wahana yang dipersiapkan sebagai perantara antara anak jalanan dengan pihak-pihak yang membantu mereka. B. Hasil Penelitian yang Relevan

Sekian banyak penelitian yang dilakukan mengenai anak jalanan, pendidikan karakter dan pendidikan agama Islam, berikut ini adalah beberapa hasil penelitian yang dinilai relevan dengan penelitian yang mengangkat masalah anak jalanan, pendidikan karakter dan pendidikan agama Islam diantaranya adalah :

1. Hasil penelitian dari Muhammad Arief Rizka (2010), dalam penelitiannya yang berjudul “ Pola Pendampingan Anak Jalanan di LSM Rumah Impian Yogyakarta”, mengungkapkan bahwa pola pendampingan anak jalanan di


(48)

jalan, menjalin relasi dengan anak jalanan, melaksanakan pendampingan belajar, dan mengadakan tindak lanjut dengan mengembalikan anak jalanan ke sekolah, mengembalikan ke orang tuanya bagi yang terpisah, dan memfasilitasi pelatihan keterampilan bagi anak jalanan yang memiliki minat tinggi untuk mandiri (bekerja).

2. Hasil penelitian HeniZuhriyah, (2010), dalam penelitiannya yang berjudul Pendidikan Karakter (Studi Perbandingan Antara Konsep Doni Koesoema dan Ibnu Miskawaih), mengungkapkan bahwa maksud dan tujuan pendidikan karakter dan pendidikan akhlak semakna dan sejalan, yakni suatu usaha sadar untuk membantu individu mempunyai kehendak untuk berbuat sesuai dengan nilai dan norma (baik dalam agama maupun di masyarakat) serta membiasakan perbuatan tersebut dalam kehidupannya. Pendidikan karakter menurut Doni Koesoema merupakan struktur antropologis yang terarah pada proses pengembangan dalam diri manusia secara terus menerus untuk menyempurnakan dirinya sebagai manusia yang mempunyai keutamaan yakni dengan mengaktualisasikan nilai-nilai keutamaan seperti keuletan, tanggung jawab, kemurahan hati, dan semisalnya.

C. Kerangka Berpikir

Permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat belakangan ini salah satunya mengakibatkan munculnya masalah-masalah rawan sosial. Masalah rawan sosial ini berakibat juga pada masalah karakter pada anak jalanan yang dinilai kurang sesuai dengan norma-norma dimasyarakat terutama dalam


(49)

keluarga. Orang tua kurang berperan maksimal dalam mendidik anak-anaknya untuk menjadi pribadi yang berkarakter baik di dalam keluarga maupun masyarakat.Konflik psiko-sosial orang tua menyebabkan anak tidak mendapatkan hak akan pendidikan, sehingga menyebabkan mereka menghabiskan waktunya di jalan untuk mencari nafkah membantu perekonomian keluarganya, dan akhirnya membuat mereka hidup di jalanan, mereka ini kemudian disebut dengan anak jalanan.

Menghadapi permasalahan anak jalanan yang tidak ada ujung pangkalnya, maka diperlukan partisipasi berbagai pihak, salah satunya seperti yang telah dilakukan Rumah Singgah Ahmad Dahlan dengan berusaha membantu memberdayakan anak jalanan untuk mengembangkan potensi diri anak jalanan, melalui berbagai program, pemberian program keterampilan, pemberian beasiswa bagi yang masih bersekolah, memberikan program pendidikan kejar paket yang setara dengan pendidikan formal, dan lain sebagainya.Program yang diadakan oleh Rumah Singgah Ahmad Dahlan, salah satu diantaranya adalah pendidikan agama Islam yangmempunyai tujuan untuk menjadikan anak jalanan yang memiliki karakter positif yang sesuai dengan tuntunan agama Islam.

Pelaksanaan program terdapat faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi proses pendidikan karakter anak jalananmelalui program pendidikan agama Islam dan hasil yang dicapai dari proses pelaksanaan.Berdasarkan fokus penelitian yang telah dijelaskan di atas maka


(50)

jalanan melalui program pendidikan agama Islam, yang orientasi akhirnya pada pendidikan anak jalanan yang mempunyai kompetensi dalam bidang agama Islam. Lebih jelasnya mengenai kerangka berpikir di atas dapat dilihat pada gambar kerangka berpikir sebagai berikut:

Rumah Singgah Ahmad Dahlan

Pendidikan Karakter Anak Jalanan Melalui Program Pendidikan Agama

Islam

Pelaksanaan Program/pembelajaran

Hasil yang dicapai dari pendidikan karakter anak jalanan

melalui program pendidikan agama Islam (sesuai dengan

tujuan) Masalah

sosial anak jalanan

Evaluasi

Persiapan Proses Faktor pendukung


(51)

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pada fokus penelitian dan agar dapat memperoleh hasil yang optimal, maka perlu dikembangkan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana proses perencanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama IslamdiRumah Singgah Ahmad Dahlan?

2. Bagaimana kurikulum pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan?

3. Bagaimana proses pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan? 4. Bagaimana sistem evaluasi yang diterapkan dalam pelaksanaan pendidikan

karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan?

5. Bagaimanakah hasil yang dicapai dari pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan?

6. Apa saja faktor pendukung dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan?

7. Apa saja faktor penghambat dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan?


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan deskriptif kualitatif adalah pendekatan yang informasinya atau data yang terkumpul, terbentuk dari kata-kata, gambar bukan angka-angka. Kalau ada angka-angka, sifatnya hanya sebagai penunjang (Sudarwan Danim, 2002: 51).

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan secara mendalam tentang pendidikan karakter anak jalanan melalui pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan, faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaannya.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian mengenai pendidikan karakter anak jalanan melalui pendidikan agama Islam ini bertempat di Rumah Singgah Ahmad Dahlan yang berada di Jalan Sidobali Umbul Harjo II No. 396 Yogyakarta 55615. Alasan peneliti memilih tempat penelitian di Rumah Singgah tersebut karena:

1. Rumah Singgah Ahmad Dahlan merupakan salah satu Rumah Singgah yang masih berjalan di kota Yogyakarta.

2. Rumah Singgah Ahmad Dahlan merupakan Rumah Singgah yang memiliki kepedulian dan perhatian khusus terhadap nasib anak jalanan yang ada di Yogyakarta.


(53)

4. Pihak Rumah Singgah yang welcome sehingga memudahkan peneliti untuk mendapatkan informasi atau data penelitian.

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2011 sampai dengan bulan Desember 2011. Tahap-tahap yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Tahap pengumpulan data awal yaitu melakukan observasi awal untuk mengetahui suasana tempatpelaksanaan, dan wawancara formal pada obyek penelitian.

2. Tahap penyusunan proposal. Tahap ini dilakukan penyusunan proposal dari data-data yang telah dikumpulkan melalui tahap penyusunan data awal. 3. Tahap perijinan. Pada tahap ini dilakukan pengurusan ijin untuk penelitian

keRumah Singgah Ahmad Dahlan Yogyakarta

4. Tahap pengumpulan data dan analisis data. Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan terhadap data-data yang sudah didapat dan dilakukan analisis data untuk pengorganisasian data,interpretasi data, dan penyimpulan data. 5. Tahap penyusunan laporan. Tahapan ini dilakukan untuk menyusun seluruh

data dari hasil penelitian yang didapat dan selanjutnya disusun sebagai laporan pelaksanaan penelitian.

C. Sumber Data Penelitian

Sumber data penelitian adalah orang, tempat, atau peristiwa yang menjadi subjek penelitian. Subjek penelitian diperlukan sebagai pemberi keterangan mengenai informasi-informasi atau data-data yang menjadi sasaran


(54)

Adapun kriteria subyek dalam penelitian ini, meliputi:

1. Subjek penelitian sudah cukup lama dan intensif menyatu dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam.

2. Subjek terlibat secara penuh dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam.

3. Subjek mempunyai waktu yang cukup untuk dimintai informasi mengenai pelaksanaan kegiatan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam yang diselenggarakan oleh Rumah Singgah.

Subjek dalam penelitian ini adalah pembina, anak jalanan,dan pengelola Rumah Singgah Ahmad Dahlan. Maksud dari pemilihan subjek ini adalah untuk mendapatkan sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber sehingga data yang diperoleh dapat diakui kebenarannya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian kualitatif, peneliti menggunakan pengamatan kejadian apa adanya instrumen utama adalah peneliti sendiri, dengan alasan bahwa segala sesuatu belum mempunyai bentuk yang pasti baik masalah, prosedur penelitian data yang akan dikumpulkan, bahkan hasil yang diharapkan tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ada beberapa cara, agar data yang diperoleh merupakan data yang sahih atau valid, yang merupakan gambaran yang sebenarnya dari kondisi pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad


(55)

Dahlan Yogyakarta. Metode yang digunakan meliputi: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut:

1. Observasi

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data atau informasi yang lebih lengkap, lebih mendalam dan terperinci, maka dalam melakukan pengamatan dilaksanakan melalui observasi non partisipasi terutama pada saat berlangsung kegiatan program. Data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan selanjutnya dituangkan dalam suatu tulisan. Setiap observasi peneliti menggunakan buku catatan. Teknik observasi ini digunakan untuk menggali data yang berkaitan dengan proses studi deskripsi tentang pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan yang meliputi kelembagaan, pelaksanaan program, dan faktor pendukung serta faktor penghambat.

Beberapa alasan mengapa dilakukannya pengamatan dalam penelitian kualitatif, yaitu:

a. Dapat memungkinkan melihat dan mengamati sendiri secara langsung sehingga dapat mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana terjadi. b. Peneliti dapat mencatat perilaku dan situasi yang berkaitan dengan

proporsional maupun pengetahuan yang diperoleh dari data. c. Mencegah terjadinya bias dilapangan.


(56)

2. Wawancara

Menurut Lexy J. Moleong (2005: 186) percakapan dilakukan oleh dua orang pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Jadi, dapat dikatakan bahwa wawancara atau interview merupakan teknik pengumpulan data dengan jalan melakukan tanya jawab langsung kepada subyek penelitian.

Proses wawancara dilakukan dengan terlebih dahulu mempersiapkan pedoman wawancara dengan model pertanyaan terbuka, tidak kaku, fleksibel, dan disampaikan secara informal. Pedoman wawancara tersebut (terlampir), disusun dan digunakan sebagai arah agar wawancara terfokus pada beberapa persoalan, yaitu 1) kelembagaan yang meliputi visi misi, tenaga pengajar, fasilitas dan struktur pengurus; 2)pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan yang meliputi pendidik, peserta didik, kegiatan yang diberikan, materi kegiatan, hasil dari kegiatan, manfaat kegiatan dan tindak lanjut; 3) Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program meliputi faktor internal dan eksternal.

Wawancara dilakukan terhadap pembinaRumah Singgah Ahmad Dahlan, pengelola Rumah Singgah Ahmad Dahlan, serta tigaorang anak jalanan yang tinggal di Rumah Singgah Ahmad Dahlan. Dalam wawancara, peneliti menggali sebanyak mungkin data yang terkait dengan bagaimana


(57)

pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan.

3. Dokumentasi

Menurut Lofland dan Lofland dalam Lexy J. Moleong (2005: 157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, dan foto.

Dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan pencatatan atau pengutipan data dari dokumen yang ada dilokasi penelitian. Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk mendukung kelengkapan data dari hasil pengamatan dan wawancara. Dokumentasi yang dikaji dalam penelitian ini adalah foto-foto kegiatan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam, struktur organisasi Rumah Singgah Ahmad Dahlan dan dokumen lain yang berkaitan dengan penelitian.


(58)

Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data No . Aspek Informan/Sumber Data Teknik 1. 2. 3. Kelembagaan a. Visi dan misi b. Tenaga pengajar c. Fasilitas

d. Struktur pengurus Pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam a. Pendidik

b. Peserta didik

c. Kegiatan yang diberikan d. Materi kegiatan

e. Hasil dari kegiatan f. Manfaat kegiatan g. Tindak lanjut Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam a. Internal b. Eksternal Pembina dan pengelola Pembina, anak

jalanan, dan pengelola

Pembina dan pengelola Observasi dan wawancara Wawancara, observasi, dan dokumentasi Wawancara dan observasi


(59)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat untuk mengumpulkan data dalam penelitian atau alat penelitian. Instrumen ini perlu karena peneliti dituntut untuk dapat menemukan data dari fenomena, peristiwa, dokumen tertentu. Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen utama penelitian adalah peneliti sendiri dibantu dengan pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi. Pedoman observasi digunakan sebagai alat bantu pengumpul data yang dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga data yang didapatkan sebagaimana adanya.

Pencatatan data wawancara juga aspek utama yang sangat penting dalam wawancara karena kalau pencatatan itu tidak dilakukan dengan semestinya, maka sebagian dari data akan hilang dan usaha wawancara akan sia-sia. Pedoman dokumentasi digunakan untuk menggali data atau informasi subyek yang tercatat sebelumnya, yang dapat diperoleh melalui catatan tertulis. Menurut Lexy Moleong (2005: 216) bahwa ada dua bentuk dokumen yaitu dokumen pribadi dan dokumen resmi. Penggunaan pedoman ini bertujuan agar dalam observasi dan wawancara tidak menyimpang dari permasalahan yang akan diteliti.

Melalui pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi guna memperoleh data tentang pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan, faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan


(60)

F. Teknik Analisis Data

Data yang dikumpulkan melalui penelitian ini dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu data utama dan data pendukung. Data utama diperoleh melalui subjek penelitian, yaitu orang-orang yang terlibat langsung dalam kegiatan sebagai fokus penelitian. Sedangkan data pendukung bersumber dari dokumen-dokumen berupa catatan, rekaman, gambar, atau foto serta bahan-bahan lain yang dapat mendukung penelitian ini.

Langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti dengan metode tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data sesuai dengan tema, pengumpulan data ini yaitu data mengenai pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan.Data tersebut diambil dari data pembina, pengelola dan anak jalanan di Rumah Singgah Ahmad Dahlan. Pengumpulan data ini dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi.

2. Reduksi data. Pada tahap ini peneliti memusatkan perhatian pada catatan lapangan yang terkumpul yaitu hal-hal yang berkaitan dengan penelitian tentang pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan. Data yang terpilih disederhanakan dengan mengklarifikasikan data atas dasar tema-tema, pengumpulan data, penyajian data, reduksi data, simpulan/verifikasi memadukan yang tersebar, menelusuri tema untuk merekomendasikan data


(61)

tambahan, kemudian peneliti melakukan abstraksi kasar tersebut menjadi uraian singkat atau ringkasan.

3. Penyajian data, pada tahap ini peneliti melakukan penyajian informasi dari data pembina, pengelola dan anak jalanan. Pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan melalui bentuk naratif agar diperoleh penyajian data yang lengkap dari hasil pengumpulan data yang dilakukan. Dalam tahap ini peneliti membuat teks naratif mengenai informasi yang diberikan informan. 4. Tahap kesimpulan, pada tahap ini peneliti melakukan uji kebenaran setiap

makna yang muncul dari data yang diperoleh informan satu ke informan lain dengan cara melibatkan pembina, pengelola dan anak jalanan Rumah Singgah Ahmad Dahlan. Kesimpulan ini dibuat berdasarkan pada pemahaman terhadap data yang telah disajikan dan dibuat dalam pernyataan singkat dan mudah dipahami dengan menguji pada pokok permasalahan yang diteliti.

G. Keabsahan Data

Menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Data yang dikumpulkan diklarifikasi sesuai dengan sifat tujuan penelitian untuk dilakukan pengecekan kebenaran melalui teknik triangulasi. Teknik triangulasi merupakan salah satu cara dalam memperoleh data atau informasi dari satu pihak yang harus dicek kebenarannya dengan cara memperoleh data itu dari sumber data lain, misalnya dari pihak kedua, ketiga, dan seterusnya dengan


(62)

Agar data yang diperoleh dapat lebih dipercaya maka informasi atau data yang diperoleh dari hasil wawancara dilakukan pengecekan lagi melalui pengamatan. Sebaliknya data yang diperoleh dari pengamatan juga dilakukan pengecekan lagi melalui wawancara atau menanyakan kepada responden.Dalam penelitian ini triangulasi data dilakukan dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dan mengecek informasi data hasil yang diperoleh dari:

1. Wawancara dengan hasil observasi, demikian pula sebaliknya.

2. Membandingkan apa yang dikatakan pembina,anak jalanan, dan pengelola Rumah Singgah Ahmad Dahlan.

3. Membandingkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian.

4. Melakukan pengecekan data dengan pembina,anak jalanan, dan pengelola Rumah Singgah Ahmad Dahlan.

Tujuan akhir dari triangulasi adalah dapat membandingkan informasi tentang hal yang sama, yang diperoleh dari beberapa pihak agar ada jaminan kepercayaan data dan dapat dipertanggung jawabkan.


(63)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Rumah Singgah Ahmad Dahlan

a. Sejarah Berdirinya Rumah Singgah Ahmad Dahlan

Pondok Pesantren Muhammadiyah (Rumah Singgah) Ahmad Dahlan berdiri pada tanggal 14 Maret 2000. Tuntutan pendirian ini berdasarkan keinginan para pengurus Rumah Singgah Ahmad Dahlan untuk tidak sekedar membantu mengentaskan anak-anak jalanan secara insidentil dan parsial atau hanya membantu sekolah, permakanan, pakaian dan uang jajan. Akan tetapi lebih dari itu ingin melakukan kerja pendampingan secara terencana, terorganisir, terprogram, dan dilakukan secara berkelanjutan (kontinyu). Perjalanan Rumah Singgah Ahmad Dahlan telah mendampingi anak-anak jalanan di Yogyakarta kurang lebih empat tahun.

Dalam mengawali proses kegiatannya selama setahun pertama pengoperasionalannya dikerjakan secara mandiri. Pada awal penghujung tahun yang kedua dipercaya oleh Dinas Kesejahteraan Sosial dan Kesehatan Masyarakat untuk mengelola satu Rumah Singgah. Hal ini merupakan prestasi tersendiri bagi Rumah Singgah Ahmad Dahlan karena dipercaya sebagai mitra untuk membebaskan Yogyakarta dari anak jalanan. Maka empat tahun berjalan dapat dicatat keberhasilan dan kegagalan dalam melaksanakan kerja pendampingan anak jalanan yaitu: a) minimnya program pendampingan untuk


(64)

yang berorientasi kepada anak terlantar (keluarga miskin yang rentan menjadi anak jalanan).

Kedua persoalan ini cukup penting dan segera diberikan alternatif dan solusi-solusi, karena eksistensi Rumah Singgah ide dasar pembentukannya tidaklah diperuntukkan untuk menyelesaikan permasalahan anak jalanan secara menyeluruh (detail). Tidak heran apabila Rumah Singgah berkesan hanya pendampingan yang bersifat antara bagi anak jalanan dari dunia jalanan menuju komunitas yang wajar (normatif dan berkeadaban). Maka Rumah Singgah Ahmad Dahlan yang sekaligus merupakan yayasan paling muda dalam penanganan anak jalanan, ingin membangun rumusan pendampingan yang alternatif yaitu dengan kerangka pendampingan yang berbasis mental spiritual, bakat, minat dan kemauan, psikologis sesuai dengan permasalahan anak.

b. Lokasi dan Keadaan Rumah Singgah

Rumah Singgah Ahmad Dahlan terletak di Jalan SidobaliUmbul Harjo II No. 396, Yogyakarta. Bangunan Rumah Singgah Ahmad Dahlan terbuat dari betonisasi yang terdiri dari 1 ruang tamu, 3 ruang kantor dan administrasi, 1 mushola, 1 kamar tidur untuk anak binaan, 1 kamar mandi dan WC, dan juga tersedia ruang dapur untuk memasak sehari-hari.

Rumah Singgah Ahmad Dahlan memiliki fasilitas pendukung yaitu seperti mushola, pengadaan air bersih, penerangan listrik yang memadai, komputer yang berfungsi juga sebagai televisi, taman bacaan ”Sampoerna”, peralatan ketrampilan dan kesenian seperti ketipung dan gitar, kasur untuk tidur anak binaan, foto-foto kegiatan, dan hasil ketrampilan dari anak binaan.


(65)

Rumah Singgah Ahmad Dahlan, selain memberikan pelayanan tempat tinggal untuk anak-anak jalanan juga memiliki program pendampingan yang telah dilakukan adalah menormalkan tradisi hidup berkeluarga, sosialisasi dengan masyarakat normal, membina hubungan baik dengan anak jalanan, menciptakan peri kehidupan yang harmonis di Rumah Singgah, dan juga memberikan pembelajaran kepada anak jalanan. Untuk mendukung program pendampingan tersebut Rumah Singgah Ahmad Dahlan melakukan kerja sama dengan lembaga-lembaga terkait dan masyarakat.

Tabel 2. Fasilitas Rumah Singgah Ahmad Dahlan

No Fasilitas Jumlah Kondisi

1. Rumah 1 Baik

2. Ruang tamu dan ruang membaca 1 Baik

3. Ruang kantor dan administrasi 3 Baik

4. Kamar tidur 1 Baik

5. Ruang memasak (dapur) 1 Baik

6. Kamar mandi dan WC 1 Kurang baik

7. Mushola (peralatan sholat) 1 Baik

8. Papan informasi 1 Baik

9. Studio musik 1 Kurang baik

10. Taman bacaan “Sampoerna” 1 Baik

Sumber: Data Primer Rumah Singgah Ahmad Dahlan, 2011

c. Visi dan Misi Rumah Singgah Ahmad Dahlan

Rumah Singgah Ahmad Dahlan merupakan salah satu Rumah Singgah yang berada di kota Yogyakarta sebagai wadah bagi anak jalanan untuk dapat mengembangkan potensi yang dimiliki serta mengembalikan anak jalanan untuk kembali ke jalan yang benar. Maka dari itu, dari pihak pengurus Rumah Singgah Ahmad Dahlan membentuk visi dan misi agar dapat mencapai tujuan


(66)

yaitu membentuk insan (anak) mandiri yang berakhlak mulia,mendirikan sentra-sentra pendidikan (pelatihan) untuk anak jalanan, melakukan pendampingan dan advokasi kepada anak jalanan, bergabung bersama masyarakat untuk kampanye peduli anak jalanan, memperjuangkan taraf hidup anak secara hukum,politik, ekonomi, dansosial.

d. Anak Jalanan Binaan Rumah Singgah Ahmad Dahlan

Rumah Singgah Ahmad Dahlan sejak didirikan pada tahun 2000 sampai saat ini memiliki anak binaan sebanyak 59 anak, akan tetapi tidak semua anak tinggal di Rumah Singgah Ahmad Dahlan.Hal ini dikarenakan Rumah Singgah Ahmad Dahlan mengkhususkan pada pelayanan sosial bagi anak jalanan yang berjenis kelamin laki-laki. Ada beberapa alasan mengapa mengkhususkan pelayanan sosial pada anak jalanan laki-laki yaitu karena jumlah anak jalanan laki-laki lebih banyak daripada anak jalanan perempuan, serta kematangan psikologis anak jalanan. Kematangan psikologis tersebut menyebabkan anak jalanan laki-laki dan anak jalanan perempuan tidak dicampur dengan alasan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya hubungan badan antar anak jalanan.

Jumlah anak jalanan yang singgah tidak tetap, penambahan dan pengurangan jumlah disebabkan adanya mobilitas anak jalanan yang tinggi. Mereka datang dan pergi sesuai dengan keinginan mereka. Anak jalanan yang datang akan menilai apakah suasana Rumah Singgah menyenangkan atau tidak dan apakah kegiatan yang diselenggarakan menarik atau tidak. Keadaan ini menyebabkan pada saat-saat tertentu Rumah Singgah akan penuh dengan anak


(67)

jalanan dan disaat lain sepi. Tingkat usia anak jalanan yang ada di Rumah Singgah Ahmad Dahlan sebagian besar berusia antara 7–17 tahun, dilihat dari usianya tersebut mereka masih berada dalam usia yang labil. Mereka sangat membutuhkan bimbingan dan pengarahan sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara wajar baik secara mental, jasmani, rokhani, maupun sosial. e. Badan Hukum

Rumah Singgah Ahmad Dahlan yang berdiri pada tanggal 14 Maret2000 telah memiliki legalitas lembaga pemerintah provinsi DIY yang telah dilaksanakan pengesahan oleh Akte Notaris: Daliso Rudianto, SH. Nomor. 05. Tahun 2001.SK Dinkeskessos DIY No. 31/KPTS/XI/2001.SK Depag DIY no. A 05198 Tahun 2005.

f. Sumber Dana

Selama ini mulai dari tahun 2001, Rumah Singgah Ahmad Dahlan melakukan pendampingan secara mandiri. Pendanaan hanya dibantu oleh masyarakat sebagai donatur, baik yang berupa barang maupun uang yang tidak terikat dan mengikat. Untuk melakukan kegiatan selanjutnya membutuhkan dermawan-dermawan yang bermurah hati. Rumah Singgah Ahmad Dahlan berusaha mengakses ke beberapa instansi pemerintah maupun swasta diantaranya dinas sosial, pemerintah kota Yogyakarta, dinas pendidikan, dinas tenaga kerja dan departemen agama.

g. Tenaga Rumah Singgah Ahmad Dahlan

Rumah Singgah Ahmad Dahlan memiliki 5 tenaga/pekerja sosial yang membantu dalam pelaksanaan program pemberdayaan yang ada di Rumah


(68)

Dahlan. Pelaksanaan kegiatan Rumah Singgah Ahmad Dahlan dipimpin oleh Bapak Suyadi, yang dibantu oleh 3 orang pendamping,sekretaris, bendahara, dan koordinator anak jalanan.

2. Data Hasil Penelitian

a. Pelaksanaan Pendidikan Karakter Anak Jalanan melalui Program Pendidikan Agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam yang dilaksanakan di Rumah Singgah Ahmad Dahlan adalah proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh pengurus Rumah Singgah Ahmad Dahlan untuk anak jalanan yang tinggal ataupun menjadi binaan di Rumah Singgah Ahmad Dahlan. Proses pembelajaran dilaksanakan setiap satu minggu sekali yaitu pada hari Jum’at jam16.00-19.00WIB yang bertempat di aula Rumah Singgah Ahmad Dahlan. Adapun materi pelaksanaan pembelajaran berupa penjelasan mengenai karakter yang baik dalam kehidupan di masyarakat serta diajarkan dalam hal keagamaan seperti sholat dan mengaji bersama.

Pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan merupakan cara untuk membangun karakter anak jalanan sehingga menjadi lebih baik dan dapat diterima dalam kehidupan di masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan menggunakan model mata pelajaran tersendiri (monolitik) karena dalam


(69)

konsepnya, seorang pendidik harus mempersiapkan untuk proses pelaksanaan pembelajaran yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, hasil, dan mengadakan tindak lanjut dari hasil pelaksanaan pembelajaran. Untuk lebih jelasnya, berikut deskripsi mengenai pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan :

1) Perencanaaan

Perencanaan yang dilakukan Rumah Singgah Ahmad Dahlan merupakan aktivitas yang menyangkut pembuatan keputusan tentang apa yang akan dilakukan, bagaimana cara melaksanakan, kapan pelaksanaannya, dan siapa yang bertanggungjawab atas pelaksanannya. Perencanaan yang dilakukan Rumah Singgah Ahmad Dahlan merupakan langkah yang mendasari dan mendahului fungsi-fungsi manajemen yang lain.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara menunjukkan bahwa proses perencanaan dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melibatkan berbagai aspek yaitu pendidik, sasaran peserta pendidik, fasilitas, kurikulum. Seperti yang diungkapkan pengelola Rumah Singgah Ahmad Dahlan “Ik” (21) mengungkapkan :

“Perencanaan yang kami lakukan meliputi beberapa faktor yaitu pendidik, sasaran warga belajar, fasilitas dan kurikulum”.

Hal serupa diungkapkan “Syd” (34) selaku pengelola sekaligus pembina Rumah Singgah Ahmad Dahlan, bahwa:


(70)

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa proses perencanaan dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melibatkan berbagai aspek yaitu pendidik, sasaran peserta pendidik, fasilitas, kurikulum. Selain itu, dalam proses perencanaan,dari pihak Rumah Singgah Ahmad Dahlan juga menekankan kepada semua pengelola maupun anak jalanan sebagai peserta didik untuk memiliki rasa tanggung jawab terhadap program-program yang akan dilaksanakan khususnya pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam.

Adapun penjelasan terkait proses perencanaan dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan yaitu :

a) Pendidik

Proses pembelajaran harus ada pendidik yang diharapkan dapat memberikan bimbingan ataupun pengajaran kepada peserta didik agar mampu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik untuk menjadi lebih baik. Rumah Singgah Ahmad Dahlan memiliki beberapa pendidik dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam, akan tetapi pendidik tersebut masih kurang karena ada kesibukan juga di luar mengajar.Maka dari itu, pihak pengelola menambah pendidik yang mampu memberikan pembelajaran yang maksimal bagi peserta didiknya.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan, kriteria


(71)

pendidik harus mampu menggantikan peran orang tua di rumah. Maka dari itu, dari pihak Rumah Singgah Ahmad Dahlan merasa senang dan terbantu dengan kehadiran pendidik volunter dari mahasiswa yang ikhlas untuk mengajar anak jalanan, karena volunter yang berasal dari mahasiswa lebih mengerti karakter anak jalanan dan diharapkan dapat berperan sebagai orangtua yang dapat mendidik anak-anaknya dengan baik. Seperti yang telah diungkapkan oleh salah satu pengelola Rumah Singgah Ahmad Dahlan Ik (21) mengungkapkan :

“ Kriteria pendidik disini harus mampu menggantikan peran orangtua dirumah, sehingga pendidik diharapkan dapat memberikan bimbingan kepada anak jalanan layaknya membimbing anaknya sendiri ”.

Hal serupa diungkapkan Syd selaku pembina sekaligus pengelola Rumah Singgah Ahmad Dahlan, bahwa:

“ Dalam pelaksanaan program ini kami dari pihak Rumah Singgah Ahmad Dahlan merasa berterimakasih sekali atas bantuan volunter dari mahasiswa yang secara ikhlas untuk mendidik anak jalanan.”

Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidik merupakan unsur yang sentral dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan, dengan mengacu pada salah satu indikator karakter yaitu menggunakan tindakan bersahabat atau komunikatif dengan orang lain, maka pihak Rumah Singgah Ahmad Dahlan menerima bantuan volunter dari mahasiswayang ikhlas untuk mendidik anak jalanan diharapkan dapat berperan sebagai orang tua dari


(72)

peserta didik yang dapat memberikan bimbingan positif kepada anak jalanan seperti layaknya membimbing anaknya sendiri.

b) Sasaran peserta didik

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dalam proses pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan jumlah anak jalanan yang mengikuti setiap kegiatan tidak tentu. Hal ini disebabkan adanya motivasi belajar setiap anak jalanan untuk mengikuti kegiatan berbeda-beda dan mobilitas yang tinggi dari anak jalanan yang sering berpindah-pindah tempat. Ada yang mengikuti kegiatan secara aktif dan selalu hadir, ada yang tidak tentu hadir. Jumlah anak jalanan yang mengikuti kegiatan rata-rata berjumlah 7-10 anak. Seperti yang diungkapkan oleh mbak “Ik” selaku pengelola anak jalanan bahwa:

“Kegiatan ini belum efektif karena tidak semua anak jalanan dapat mengikutinya dan jumlah anak jalanan yang mengikuti kegiatan tidak tentu soalnya kan motivasi mereka berbeda dan kadang ada yang malas juga.”

Hal ini diperkuat “Dm” yang menjadi anak jalanan juga mengatakan bahwa:

“Aku selalu berusaha mengikuti kegiatan ini secara rutin soalnya aku dapat menjadi lebih baik dibandingkan dengan yang dulu setelah mengikuti kegiatan ini. Aku bisa belajar disini sama teman-teman dan banyak pengalaman. Tapi kalau aku lagi datang malasnya malah tidak jadi ikut.”

Berdasarkan hasil wawancara di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwasanya sasaran peserta didik dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan yaitu anak jalanan. Kegiatan yang dilaksanakan kurang berjalan dengan efektif karena tidak semua anak


(73)

jalanan dapat mengikutinya, sehingga jumlah anak jalanan yang mengikuti kegiatan rata-rata berjumlah 7-10 anak. Hal ini disebabkan karena motivasi yang dimiliki oleh setiap anak jalanan berbeda-beda. c) Fasilitas belajar

Proses pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan memiliki fasilitas atau media belajar sangat mendukung dalam mencapai tujuan kegiatan yang diinginkan. Media belajar yang ada harus sesuai dengan kebutuhan materi belajar. Media atau fasilitas yang ada dalam kegiatan pendidikan karakter anak jalanan ini adalah alat-alat ibadah seperti sarung yang setiap anak jalanan sudah memiliki sendiri-sendiri dan dapat digunakan untuk sholat lima waktu, sajadah yang masih baik dan bisa digunakan untuk alas dalam melaksanakan sholat, Al-qur’an dalam kondisi masih baik sehingga dapat digunakan untuk kegiatan mengaji setiap hari dan bagi anak jalanan yang belum bisa membaca Al-qur’an dari pihak pengelola Rumah Singgah sudah menyediakan iqra’ sebagai tahap awal agar dapat membaca Al-qur’an, serta alat tulis yang mendukung proses belajar. Fasilitas atau media belajar dipersiapkan secara optimal oleh pengelola sebelum memulai kegiatan agar dalam proses pelaksanaanya dapat berjalan dengan lancar. Seperti yang diungkapkan oleh pak “Syd” selaku pengelola sekaligus pembina anak jalanan bahwa:


(74)

Pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan dalam menggunakan fasilitas yang disediakan oleh Rumah Singgah Ahmad Dahlan telah digunakan secara efektif dan masih dalam kondisi yang baik.

d) Kurikulum

Kurikulum di Rumah Singgah Ahmad Dahlan dilaksanakan dalam rangka membantu peserta didik mengembangkan berbagai potensinya baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama.Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola rumah singgah tersebut, menunjukkan bahwakurikulum yang digunakan dalam setiap program yang dilaksanakan Rumah Singgah Ahmad Dahlan (dalam hal ini berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan) bersifat fluktuatif artinya kurikulum yang digunakan tidak baku dan tidak mengacu pada kurikulum yang digunakan oleh pendidikan formal di sekolah, akan tetapi kurikulum yang digunakan dibuat berdasarkan kesepakatan dari pihak Rumah Singgah sendiri. Meskipun kurikulum yang digunakan tidak dibuat secara baku, tetapi kurikulum tersebut dibuat dengan mengacu pada modul metode pembelajaran di pesantren sekaligus menyesuaikan pada kondisi setiap anak jalanan yang berada di rumah singgah tersebut.

Kondisi anak jalanan yang ditemui saat pembelajaran pendidikan karakter di antaranya, kondisi anak jalanan yang masih labil yang mencerminkan rendahnya nilai-nilai karakter pada anak jalanan.


(75)

Kurikulum yang digunakan dibuat sendiri oleh pihak Rumah Singgah Ahmad Dahlan menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dan watak setiap individu pada anak jalanan. Seperti yang telah diungkapkan oleh pengelola Rumah Singgah Ahmad Dahlan, Syd (34) bahwa:

“Kalau untuk kurikulum kami lebih bersifat fluktuatif mas, jadi tidak mengacu pada pendidikan formal karena lebih bisa menyesuaikan dengan watak anak jalanannya”

Keputusan untuk menggunakan kurikulum yang bersifat fluktuatif tersebut sudah berdasarkan kesepakatan semua pihak Rumah Singgah Ahmad Dahlan agar dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan dapat terlaksana sesuai dengan nilai-nilai karakter yang positif anak jalanan dan dapat mengamalkan materi yang telah diajarkan dalam kehidupan sehari-hari.

2) Pelaksanaan

Pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan harus dibutuhkan kerja keras dan kerjasama dari semua pihak pengelola Rumah Singgah, maka sumber daya yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi, dan program. Pelaksanaan program harus sejalan dengan rencana program yang telah disusun, kecuali memang ada hal-hal khusus sehingga perlu dilakukan penyesuaian. Setiap pengurus harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi, dan peran, keahlian dan kompetensi masing-masing untuk mencapai visi, misi, dan program yang telah ditetapkan.


(76)

bahwasannya dari pendidik dan dibantu peserta didik terlebih dahulu menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses pembelajaran, meliputi; menyiapkan tempat, pengecekan alat-alat ibadah, dan materi yang akan disampaikan oleh pendidik agar proses kegiatan dapat berjalan dengan baik.

a) Tempat dan waktu pelaksanaan pembelajaran

Pendidikan karakter anak jalanan dilaksanakan di aula Rumah Singgah Ahmad Dahlan yang sehari-hari merupakan tempat pertemuan pihak Rumah Singgah dengan pihak luar, tempat ini sehari-harinya juga merupakan tempat rapat kepala rumah singgah dengan para relawan dan teman-teman anak jalanan binaan. Selain itu sering digunakan untuk sholat berjamaah semua pihak Rumah Singgah, baik pengurus maupun anak jalanan binaan. Pendidikan karakter anak jalanan biasanya dilaksanakan setiap satu minggu sekali yaitu pada hari Jum’at jam 16.00-19.00 WIB. Walaupun dilaksanakan satu minggu sekali, tetapi anak jalanan cukup antusias dalam mengikutinya. Sebagaimana telah diungkapkan oleh mbak “Ik” selaku pengelola anak jalanan bahwa :

“ Pembelajaran ini dilaksanakan setiap hari jum’at jam 16.00-19.00 WIB bertempat di aula Rumah Singgah Ahmad Dahlan, walaupun cuma satu minggu sekali tetapi anak-anak cukup antusias mas “.

Pada proses pembelajaran yang dilaksanakan Rumah Singgah Ahmad Dahlan, anak jalanan sebagai peserta didik memiliki karakter yang religius, karena walaupun pembelajaran hanya dilaksanakan setiap satu minggu sekali, anak jalanan cukup antusias dalam mengikutinya.


(77)

b) Materi pembelajaran

Pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan dalam pemberian materi yang bersifat teori biasanya berdasarkan kebutuhan peserta atau anak jalanan mengenai tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari, tetapi pemberian materi yang bersifat praktek atau lebih keagamaan biasanya berdasarkan arahan dari pihak pengelola Rumah Singgah Ahmad Dahlan ataupun pembina yang memberikan materi.

Setiap hari Jum’at jam16.00-18.00, pendidik memberikan materi yang bersifat teori, seperti misalnya penjelasan mengenai tingkah laku dan sopan santun yang baik di masyarakat. Selain itu, pendidik juga menanamkan nilai-nilai karakter yang positif mengenai hidup dalam suatu masyarakat seperti jujur dalam perkataan maupun perbuatan, tanggung jawab dan toleransi dengan menghargai perbedaan agama, suku, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda. Meskipun waktu yang disediakan terasa sangat sedikit, tetapi pihak penyelenggara baik pengelola maupun pembina sudah mengupayakan berbagai cara agar tujuan program yang telah ditetapkan dan materi yang diberikan dapat diterima oleh anak jalanan dengan baik dan dapat dipraktekkan dimasyarakat.

Pada jam 18.00-19.00 setelah selesai pemberian materi yang bersifat teori langsung dilanjutkan dengan sholat maghrib secara berjama’ah yang adzan dan iqomah dikumandangkan oleh anak jalanan


(78)

dengan baik dan benar. Setelah sholat berjama’ah dilanjutkan dengan dzikir bersama yang dipimpin oleh pembina anak jalanan, materi dilanjutkan dengan belajar mengaji hafalan surat-surat pendek serta membaca bacaan sholat yang baik dan benar. Seperti yang telah diungkapkan pak “Syd” selaku pengelola sekaligus pembina Rumah Singgah Ahmad Dahlan bahwa :

“ Untuk materi yang kami sampaikan itu ada penjelasan mengenai tingkah laku yang baik dan pendidikan karakter positif di masyarakat serta pelaksanaan sholat dan mengaji hafalan surat pendek “.

c) Metode pembelajaran

Metode dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan di Rumah Singgah Ahmad Dahlan ada dua yaitu ceramah dan praktek. Metode ceramah digunakan dalam penyampaian materi yang sifatnya adalah teori. Metode ini banyak digunakan oleh pendidik dalam pelaksanaan kegiatan karena metode ceramah bertujuan untuk menyampaikan informasi, penjelasan, data, fakta dan pemikiran.

Berdasarkan pengamatan peneliti, pendidik dalam menyampaikan materi-materi yang bersifat teori pasti menggunakan metode ceramah. Metode ceramah dirasakan sangat besar manfaatnya, karena materi-materi yang disampaikan oleh pendidik lebih bisa diterima oleh peserta didik. Adapun metode ceramah yang disampaikan pendidik yaitu menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter yang positif mengenai hidup dalam suatu masyarakat seperti jujur dalam perkataan maupun perbuatan,


(79)

tanggung jawab dan toleransi dengan menghargai perbedaan agama, suku, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda.

Selain menggunakan metode ceramah, pendidik juga menggunakan metode praktek untuk mendukung dalam materi kegiatan yang sudah disampaikan melalui metode ceramah. Setiap minggunya, satu kali pertemuan untuk teori dan praktek langsung. Metode praktek yang dilaksanakan yaitu seperti pelaksanaan sholat yang baik dan benar serta mengaji hafalan surat-surat pendek. Pelaksanaan praktek ini dipimpin oleh pendidik dan diikuti oleh semua peserta didik. Kegiatan ini dilaksanakan agar pendidik maupun peserta didik dapat lebih sadar diri dan beribadah dengan baik dan benar. Sebagaimana yang telah diungkapkan pak “Syd” bahwa :

“ Metode yang kami gunakan yaitu ceramah dan praktek, untuk ceramah terkait dengan penjelasan mengenai nilai-nilai pendidikan karakter yang positif sedangkan prakteknya yaitu seperti sholat dan ngaji hafalan surat pendek.”

Pengelola Rumah Singgah Ahmad Dahlan menggunakan dua metode yaitu ceramah dan praktek karena metode tersebut lebih bisa diterima bagi anak jalanan sebagai peserta didik dan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

d) Suasana proses pembelajaran

Suasana pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan yang diadakan Rumah Singgah Ahmad Dahlan dibuat sangat khusyuk karena


(80)

merasa senang dan bersemangat, pengertian senang disini adalah pendidik dalam memberikan materi disertai dengan sedikit “guyonan” yang membuat suasana kegiatan menjadi tidak tegang dan peserta tidak cepat jenuh. Pengamatan yang dilakukan peneliti selama pembelajaran berlangsung menunjukkan suasana khusyuk tetapi juga terkadang dapat santai agar suasana tidak tegang dan peserta tidak cepat jenuh.

Seperti yang telah dibahas pada suasana pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan, penjelasan materi-materi yang diberikan oleh pendidik sangat jelas karena pendidik selalu dapat mengajak peserta untuk berdiskusi dalam setiap pemberian materi.Kegiatan tersebut dilakukan untuk memberikan pembelajaran dan pencerahan bagi anak jalanan terkait dengan ajaran agama Islam. Selain itu dapat menjadikan karakter yang positif yang sesuai dengan aturan dimasyarakat. Sebagaimana telah diungkapkan “Ik” selaku pengelola Rumah Singgah Ahmad Dahlan bahwa :

“ Suasana pembelajaran disini dibuat sangat khusyuk tetapi kadang juga bisa santai dan sering ada sedikit guyonan dari pendidiknya mas....karena agar peserta didiknya tidak terlalu tegang saat pembelajaran.”

e) Peran pendidik

Peran pendidik dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan di Rumah Singgah Ahmad Dahlan sangat penting untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pendidik harus dapat menyesuaikan dengan anak jalanan yang menjadi peserta didik serta kondisi pada saat proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, pendidik juga harus dapat


(81)

menempatkan posisi yang sejajar dengan anak jalanan agar dapat terjalin interaksi dengan baik. Dari hasil pengamatan dan wawancara menunjukkan bahwa peran pendidik dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan di Rumah Singgah Ahmad Dahlan yaitu :

Pertama, peran pendidik sebagai pengajar yaitu pendidik memberikan pengajaran kepada anak jalanan yang menjadi peserta didik. Materi yang disampaikan pendidik dalam proses pembelajaran meliputi penjelasan tentang nilai-nilai karakter yang positif mengenai hidup dalam suatu masyarakat seperti jujur dalam perkataan maupun perbuatan, tanggung jawab, dan toleransi dengan menghargai perbedaan agama, suku, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda serta mengajarkan kepada anak jalanan untuk beribadah sholat dan mengaji.

Kedua, peran pendidik sebagai motivator yaitu pendidik selalu memotivasi anak jalanan yang malas belajar atau mengikuti pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam. Pendidik memberikan motivasi dalam bentuk support (dukungan) dengan cara memberikan perhatian dan semangat kepada anak jalanan, persuasif (ajakan) yang dilakukan dengan mengajak anak jalanan untuk mengikuti proses pelaksanaan pembelajaran, dan memberikan reward (penghargaan) berupa hadiah kecil-kecilan supaya anak jalanan lebih termotivasi lagi untuk mengikuti kegiatan. Hal ini dilakukan agar anak jalanansemangat dalam mengikuti pembelajaran secara maksimal.


(82)

Ketiga, peran pendidik sebagai fasilitator yaitu pendidik mampu memfasilitasi sarana dan prasarana untuk memenuhi kebutuhan anak jalanan dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan. Selain itu, pendidik dapat menyediakan waktu bagi anak jalanan agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar serta membantu anak jalanan dalam menyelesaikan kesulitan atau permasalahan yang dihadapi oleh anak jalanan baik kesulitan dalam mengikuti pembelajaran maupun kesulitan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa peran pendidik dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan di Rumah Singgah Ahmad Dahlan ada tiga yaitu pendidik sebagai pengajar, peran pendidik sebagai motivator dan peran pendidik sebagai fasilitator. Sebagaimana yang telah diungkapkan pak “Syd” bahwa :

“ Peran pendidik pelaksanaan kami ada tiga yaitu pendidik sebagai pengajar yang memberikan pengajaran kepada peserta didik, peran pendidik sebagai motivator yang memberikan motivasi kepada peserta didik dan peran pendidik sebagai fasilitator yang memfasilitasi kebutuhan peserta didik.

3) Evaluasi

Setiap pelaksanaan pembelajaran harus dilakukan evaluasi karena untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu program yang dilaksanakan. Evaluasi tidak hanya dilakukan dari pihak pengelola Rumah Singgah, tetapi juga dibantu oleh volunter dari mahasiswa yang secara langsung juga ikut


(83)

dalam proses pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan.

Hasil wawancara dengan pengelola program menunjukkan bahwasanya evaluasi yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan di Rumah Singgah Ahmad Dahlan menggunakan evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah berdasarkan tingkatan tertentu. Evaluasi dari pihak Rumah Singgah Ahmad Dahlan dengan menggunakan dua cara yaitu tes lisan dan tes praktek. Tes lisan dilakukan dengan cara pendidik mengajukan pertanyaan kepada peserta didik mengenai apa yang sudah dilakukan selama mengikuti proses pembelajaran, misalnya terkait dengan karakter tingkah laku dan sopan santun. Tes praktek dilakukan dengan cara praktek sholat dan mengaji. Evaluasi yang dilakukan berdasarkan kesepakatan dari pengurus Rumah Singgah Ahmad Dahlan yaitu setiap 3 bulan sekali. Seperti yang diungkapkan oleh pengelola sekaligus pembina Rumah Singgah Ahmad Dahlan, Syd (34) mengungkapkan :

“Kalau evaluasi itu berdasarkan kesepakatan dari pengurus Rumah Singgah mas...., Jadi dalam melakukan evaluasi program ini dilakukan berkala setiap 3 bulan sekali karena agar dapat mengetahui dan mengukur tingkat keberhasilan program yang dijalankan selama pelaksanaan program tersebut ”


(84)

Singgah Ahmad Dahlan menggunakan evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang dilakukan setiap akhir satuan waktu atau lebih tepatnya tiga bulan sekali, karena untuk mengetahui dan mengukur tingkat keberhasilan dalam pelaksanaan pembelajaran pada anak jalanan sebagai peserta didik.

4) Hasil

Hasil wawancara dengan beberapa peserta didik menunjukkan bahwa dengan mengikuti pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan, peserta mendapatkan tambahan ilmu dari materi-materi yang telah diberikan. Selain itu, suasana yang mendukung kegiatan yaitu, ruangan yang disediakan oleh pengelola untuk pembelajaran cukup nyaman, karena ruangannya bersih dan penerangannya memadai. Meskipun ukurannya tergolong kecil, para peserta sudah cukup nyaman dengan suasana kegiatan seperti ini. Semua anak jalanan cukup antusias dalam mengikuti pembelajaran tersebut karena mereka sadar bahwa semua itu dilakukan demi kepentingan pribadi untuk masa depan yang lebih cerah. Seperti yang telah diungkapkan oleh beberapa anak jalanan ini :

Dm (17) mengungkapkan :

“Setelah mengikuti program ini saya merasa lebih sadar diri, semakin baik dibandingkan dengan yang dulu, karena kalo dulu saya sering merugikan orang tua, sekarang sudah tidak sering merugikan orang tua lagi mas... “

Yl (17) mengungkapkan :

“Kegiatan seperti ini sesuai dengan kebutuhan saya karena dengan mengikuti kegiatan seperti ini saya bisa dapat ilmu, bisa ngaji sholat dan menyampaikan materi yang dapat menuju surga”


(85)

Ag (18) mengungkapkan :

“Kalo menurut saya kegiatan ini bagus mas, karena dengan adanya kegiatan ini saya dapat menambah wawasan tentang agama, biar bisa berubah ke arah yang lebih baik”

Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil dari pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan di Rumah Singgah Ahmad Dahlan yaitu anak jalanan dapat merasa lebih sadar diri, toleransi, dan lebih memiliki sopan santun yang baik dimasyarakat. Selain itu, perubahan positif juga ada dalam diri anak jalanan dalam kaitannya dengan hal-hal keagamaan, seperti anak jalanan terbiasa untuk mengerjakan sholat dan mengaji.

5) Tindak lanjut

Tindak lanjut merupakan hal yang penting dalam menjaga keberlanjutan sebuah program. Tindak lanjut dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan di Rumah Singgah Ahmad Dahlan dengan melihat hasil evaluasi kegiatan yang telah dilakukan. Pembina ataupun pengelola kegiatan melihat dan memahami perubahan yang ada pada anak jalanan setelah mengikuti kegiatan pendidikan karakter anak jalanan. Perubahan anak jalanan yang dimaksud yaitu perubahan dalam hal perilaku, minat belajar, dan menjalankan ibadah keagamaan yang tinggi dari anak jalanan.

Tindak lanjut yang dilakukan terkait dengan pelaksanaanpendidikan karakter anak jalanan di Rumah Singgah Ahmad Dahlan adalah dapat mendirikan pondok pesantren sendiri untuk memberikan perubahan kepada


(86)

yang diungkapkan pak “Syd” selaku pengelola Rumah Singgah Ahmad Dahlan bahwa:

“. . .dari kegiatan ini kami mengadakan tindak lanjut yaitu dapat mendirikan pondok pesantren sendiri bagi anak jalanan, sehingga agar anak dapat berubah terutama dari segi agama dan perilakunya.” Tindak lanjut dari pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan di Rumah Singgah Ahmad Dahlan yaitu selain mengembalikan anak jalanan kepada orang tuanya, pihak pengelola Rumah Singgah Ahmad Dahlan juga memiliki niat untuk mendirikan pondok pesantren khusus bagi anak jalanan, sehingga anak jalanan dapat berubah ke arah yang positif terutama dari segi agama dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.

b. Faktor Pendukung Pelaksanaan Pendidikan Karakter Anak Jalanan melalui Program Pendidikan Agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan

Pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan akan selalu ada faktor pendukung yang dapat membantu dalam proses pelaksanaan kegiatan ini. Karena dengan adanya faktor pendukung proses pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan dapat berjalan dengan lancar.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara menunjukkan bahwa yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan adalah :


(87)

1) Alat-alat ibadah untuk mendukung kegiatan ini terutama dalam hal keagamaan.

Adanya alat-alat ibadah seperti sarung dan sajadah yang digunakan untuk sholat lima waktu dan Al qur’an serta iqra’ untuk mengaji sehari-hari sehingga dalam pelaksanaan kegiatan akan memudahkan bagi pendidik maupun anak jalanan sendiri sebagai peserta didik untuk belajar dalam hal keagamaan. Seperti yang telah diungkapkan “Ik” selaku pengelola Rumah Singgah Ahmad Dahlan, mengungkapkan bahwa :

“ Alat-alat ibadah seperti sarung, sajadah, Al qur’an dan iqra’ sangat mendukung sekali dalam pelaksanaan kegiatan ini karena digunakan untuk belajar dalam hal keagamaan.”

Pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan ini, alat-alat ibadah digunakan pada saat pembelajaran dengan metode praktek yaitu praktek sholat dan mengaji.

2) Adanyavolunter yang peduli terkait dengan pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan.

Pelaksanaan kegiatan ini memiliki pendidik yang dengan suka rela untuk mendidik anak jalanan meskipun mereka juga mengetahui karakter dan sifat anak jalanan yang dipandang negatif di masyarakat, justru volunter ini merasa tertantang terkait dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh Rumah Singgah Ahmad Dahlan. Sebagaimana yang telah diungkapkan pak “Syd” bahwa :


(88)

“ Alhamdulillah dengan adanya volunter sangat membantu sekali dalam kegiatan ini, meskipun mereka juga tau sifat anak jalanan yang negatif tapi mereka malah merasa tertantang mas.”

Pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan terdapat beberapa volunter yang juga memiliki peranan dalam memberikan pengajaran kepada anak jalanan sebagai peserta didik dalam pelaksanaan kegiatan.

3) Orangtua anak jalanan yang mendukung sekali dengan pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan.

Orangtua merupakan salah satu faktor yang mendukung dalam pelaksanaan kegiatan ini, karena dengan adanya dukungan dari orangtua, anak jalanan sebagai peserta didik akan lebih termotivasi dalam mengikuti kegiatan. Sebagaimana telah diungkapkan oleh “Dm” selaku anak jalanan yang juga menjadi peserta didik mengungkapkan bahwa :

“Untuk kegiatan ini yang menjadi faktor pendukungnya mungkin lebih ke orangtua yang sangat mendukung sekali karena bisa jadi lebih baik untuk masa depan dan tidak merugikan orangtua.”

Pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan ini, keberadaan orangtua anak jalanan sangat mendukung sekali karena kegiatan ini merupakan kegiatan yang positif dan dapat mengubah perilaku anak jalanan ke arah yang lebih baik di masyarakat.


(89)

c. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pendidikan Karakter Anak Jalanan melalui Program Pendidikan Agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan

Setiap pelaksanaan program, pasti tidak lepas dari faktor penghambat yang dapat mempengaruhi program. Pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan masih terdapat faktor penghambat yang dapat berpengaruh pada pelaksanaan kegiatan ini.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara menunjukkan bahwa yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan yaitu :

1) Terkadang ada anak jalanan yang masih labil sehingga dapat mengganggu jalannya kegiatan.

Setiap kegiatan ini, sering terjadi pada anak jalanan yang melakukan tindakan yang membuat suasana kegiatan menjadi tidak kondusif dan membuat pendidik sulit untuk mengatasinya, sehingga pendidik harus lapor kepada pimpinan Rumah Singgah agar suasana kegiatan menjadi kondusif kembali. Seperti yang diungkapkan “Ik” selaku pengelola Rumah Singgah Ahmad Dahlan, mengungkapkan bahwa :

“ Masih ada anak yang labil sehingga dapat mengganggu kegiatan dan terkadang pendidikpun harus lapor kepada pimpinan Rumah Singgah untuk bisa mengatasinya.”


(90)

Setiap pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan ini, anak jalanan sebagai peserta didik terkadang masih memiliki sifat labil, sehingga perilakunya kadang dapat mengganggu jalannya kegiatan.

2) Disiplin waktu yang kurang konsisten pendidik.

Setiap akan dilaksanakan pendidikan karakter anak jalanan ini,disiplin waktu yang kurang konsisten pendidik kadang juga terlambat datangkarena alasan-alasan tertentu,karena pendidiknya baru sibuk acara yang lain sehingga waktu kegiatan menjadi terlambat. Seperti yang telah diungkapkan oleh “Ag” selaku anak jalanan yang menjadi peserta didik mengungkapkan :

“ faktor penghambatnya paling yang ngajar telat mas, kadang mereka sibuk acara lain mungkin jadinya telat ngajarnya.”

Setiap pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan, keberadaan pendidik merupakan faktor yang berpengaruh pada pelaksanaan kegiatan, karena dengan keterlambatan pendidik maka pelaksanaan kegiatan juga akan terlambat dan kurang berjalan efektif.

3) Anak jalanan ada juga yang sering malas untuk ikut pelaksanaan kegiatan.

Salah satu faktor penghambat dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan yaitu Anak jalanan ada juga yang sering malas untuk ikut pelaksanaan kegiatan karena lebih mengutamakan kegiatan mencari uang dengan cara mengamen untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sebagaimana yang telah diungkapkan pak “Syd” bahwa :


(91)

“ Terkadang ada peserta didik yang malas karena mungkin lebih mengutamakan mencari uang dengan cara ngamen untuk kebutuhan sehari-hari.”

Setiap pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan, faktor internal sering muncul dari anak jalanan yang menjadi peserta didik terkadang masih malas dalam mengikuti pelaksanaan kegiatan dan lebih mengutamakan kegiatan untuk mencari uang.

B. Pembahasan

1. Pelaksanaan Pendidikan Karakter Anak Jalanan melalui Program Pendidikan Agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan

Permasalahan yang terjadi pada anak jalanan banyak terjadi di masyarakat seiring dengan kemajuan jaman yang semakin meningkat. Salah satu masalah yang sering terjadi pada anak jalanan adalah masalah karakter anak jalanan yang dinilai kurang sesuai dengan norma-norma di masyarakat terutama dalam lingkup keluarga. Orangtua kurang berperan maksimal dalam mendidik anak-anaknya untuk menjadi pribadi yang memiliki karakter yang baik dalam keluarga maupun masyarakat. Menghadapi anak jalanan yang tidak ada ujung pangkalnya, maka diperlukan partisipasi dari berbagai pihak, salah satunya seperti yang dilakukan Rumah Singgah Ahmad Dahlan dengan berusaha membantu dalam memberdayakan anak jalanan melalui berbagai program.


(92)

yang digunakan Rumah Singgah Ahmad Dahlan dalam upaya agar anak jalanan memiliki kepribadian yang baik dan masyarakat bisa menerima keadaan anak jalanan.Kegiatan yang dilaksanakan ini sudah cukup sesuai dengan tahap-tahap pelaksanaan sebuah kegiatan. Kegiatan ini juga tidak terlepas darisemangat dan sikap solidaritas yang tinggi dari para volunter dan pengelola Rumah Singgah untuk membantu anak jalanan yang merupakan salah satu warga masyarakat termarginalkan agar memiliki kepribadian yang baik dan masyarakat bisa menerima keadaan anak jalanan.

Keberhasilan dalam menyelenggarakan dan menanamkan nilai-nilai kehidupan melalui pendidikan karakter dapat pula dipengaruhi oleh cara atau pendekatan yang dipergunakandalam menyampaikan. Menurut Suparno, dkk. (2002: 42-44), ada empat model pendekatan penyampaian pendidikan karakter antara lain model sebagai mata pelajaran tersendiri (monolitik), model terintegrasi dalam semua bidang studi, model di luar pengajaran dan model gabungan.

Berdasarkan hasil penelitian di Rumah Singgah Ahmad Dahlan menunjukkan bahwa, pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan menggunakan model sebagai mata pelajaran tersendiri (monolitik) karena dalam hal ini, guru bidang studi pendidikan karakter harus mempersiapkan dan mengembangkan kurikulum, metodologi pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Konsekuensinya pendidikan karakter harus dirancangkan dalam pelajaran secara terstruktur. Sehingga dalam pelaksanaan pendidikan karakter


(93)

anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan adalah model sebagai mata pelajaran tersendiri (monolitik).

Kegiatan dilaksanakan dengan melalui proses perencanaan yang melibatkan beberapa faktor antara lain; pendidik, sasaran warga belajar dan fasilitas belajar, sehingga dapat mendukung kelancaran dalam kegiatan, standar kurikulum yang bersifat fluktuatif sehingga tidak mengacu pada standar kurikulum yang ada disekolah formal. Pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan dilaksanakan setiap satu minggu sekali, materi kegiatan seperti penjelasan mengenai tingkah laku dan pendidikan karakter yang baik di masyarakat serta belajar sholat, mengaji atau hafalan surat-surat pendek, kemudian melakukan evaluasi program yang dilakukan berkala setiap 3 bulan sekali karena agar dapat untuk mengetahui dan mengukur tingkat keberhasilan program yang dijalankan selama pelaksanaan program tersebut, sehingga anak jalanan mendapatkan hasil yaitu tambahan ilmu dari materi-materi yang telah diberikan serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan masih belum efektif, karena dalam proses perencanaan program belum sesuai dengan prosedur perencanaan pembelajaran seperti adanya rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan kurikulum yang bersifat fluktuatif. Peran pendidik sebagai pengajar juga masih terdapat beberapa kekurangan dalam penyampaian


(94)

anak jalanan yang lebih mengutamakan mengamen di jalanan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari daripada mengikuti pelaksanaan pendidikan karakter. 2. Faktor Pendukung Pelaksanaan Pendidikan Karakter Anak Jalanan

melalui Program Pendidikan Agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan

Setiap pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan di Rumah Singgah Ahmad Dahlan, yang menjadi salah satu faktor pendukung jalannya kegiatan yaitu alat-alat ibadah untuk mendukung kegiatan ini terutama dalam hal keagamaan. Adanya alat-alat ibadah seperti sarung dan sajadah yang digunakan untuk sholat lima waktu dan Al qur’an serta iqra’ untuk mengaji sehari-hari sehingga dalam pelaksanaan kegiatan akan memudahkan bagi pendidik maupun anak jalanan sendiri untuk belajar dalam hal keagamaan.

Faktor pendukung yang lain yaitu ada volunteryang peduli terkait dengan pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan. Setiap kegiatan ini, ada pendidik yang dengan suka rela untuk mendidik anak jalanan meskipun mereka juga mengetahui karakter dan sifat anak jalanan yang dipandang negatif di masyarakat, justru volunter ini merasa tertantang terkait dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh Rumah Singgah Ahmad Dahlan. Selain itu, adanya orangtua anak jalanan yang mendukung sekali dengan pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan.


(95)

3. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pendidikan Karakter Anak Jalanan melalui Program Pendidikan Agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan

Setiap pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan di Rumah Singgah Ahmad Dahlan, yang menjadi salah satu faktor penghambat jalannya kegiatan yaitu terkadang ada anak jalanan yang masih labil sehingga dapat mengganggu jalannya kegiatan. Setiap kegiatan ini, sering terjadi pada anak jalanan yang melakukan tindakan yang membuat suasana kegiatan menjadi tidak kondusif dan membuat pendidik sulit untuk mengatasinya, sehingga pendidik harus lapor kepada pimpinan Rumah Singgah agar suasana kegiatan menjadi kondusif kembali. Faktor penghambat yang lain yaitu disiplin waktu yang kurang konsisten pendidik, pendidik sering datang terlambat karena alasan-alasan tertentu, mungkin juga karena pendidiknya baru sibuk acara yang lain sehingga waktu kegiatan menjadi terlambat. Anak jalanan ada juga yang sering malas untuk ikut kegiatan karena lebih mengutamakan kegiatan mencari uang dengan cara mengamen untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Solusi yang harus dilakukan dari pihak Rumah Singgah Ahmad Dahlan yaitu perlu perhatian khusus bagi anak jalanan dengan cara mengadakan tanya jawab dan memberikan hadiah bagi anak jalanan yang bisa menjawab pertanyaan.


(96)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan dilaksanakan dengan melalui perencanaan yang melibatkan beberapa faktor antara lain pendidik, sasaran warga belajar, fasilitas belajar, dan kurikulum. Pelaksanaan setiap satu minggu sekali, materi kegiatan seperti penjelasan mengenai tingkah laku dan pendidikan karakter yang baik di masyarakat serta belajar sholat, mengaji atau hafalan surat-surat pendek. Evaluasi program setiap tiga bulan sekali dengan hasil yaitu tambahan ilmu dari materi-materi yang telah diberikan serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Faktor pendukung yaitu: tersedianya alat-alat ibadah, ada volunter yang peduli terkait dengan program di Rumah Singgah Ahmad Dahlan, orangtua anak jalanan yang sangat mendukung.

3. Faktor penghambatnya antara lain: kondisi psikis anak jalanan yang masih labil sehingga dapat mengganggu jalannya kegiatan, disiplin waktu yang kurang konsisten pendidik, motivasi anak jalanan belum stabil untuk ikut kegiatan.


(97)

B. Saran

1. Bagi Rumah Singgah Ahmad Dahlan

a. Perlu meningkatkan kompetensitenaga pendidik agar kualitas program menjadi lebih baik.

b. Manajemen kegiatan dikelola dengan baik, sehingga pelaksanaannya bisa berjalan lancar sesuai dengan tujuan awal kegiatan.

c. Perlu mengembangkan konsep program, terutama pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam.

2. Bagi pendidik

a. Pembelajaran dapat lebih dikembangkan dan ada variasi dalam metode belajar sehingga anak jalanan tetap mengikuti pembelajaran.

b. Perlu adanya peningkatan dalam kaitannya dengan disiplin waktu. 3. Bagi peserta

a. Peserta harus disiplin dan tertib dalam mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.

b. Peserta harus dapat mengembangkan dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari mengenai apa yang sudah diperoleh pada waktu pelaksanaan kegiatan.


(98)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid, Dian Andayani. (2004).Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Abdul Majid, Dian Andayani. (2012).Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Abu Huraerah. (2006).Kekerasan terhadap anak.Bandung: Penerbit Nuansa. Achmadi. (1992). “Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan”. Yogyakarta :

Aditya Media.

AhmadTaufiq, Muhammad Rohmadi. (2010). “Pendidikan Karakter Berbasis Agama”.Surakarta : Yuma Pustaka

Arief Armai. (2002). “Upaya Pemberdayaan Anak Jalanan”.Diakses dari www.bpk.go.id/publikasi/mp87102002xxii55.pdf pada 27 oktober 2010, Jam 20.30 WIB

Badan Kesejahteraan Sosial Nasional. (2000). Anak Jalanan di Indonesia: Permasalahan dan Penanganannya. Jakarta: DepSos

Bagong Suyanto. (2010).“Masalah Sosial Anak”.Jakarta : Kencana.

Darmiyati Zuhdi. (2011). Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Teori dan Praktik. Yogyakarta: UNY Press.

Depdiknas. (2003).Undang-Undang Sisdiknas Th 2003.Surabaya : media Center. DepSos. (1997). Modul Pembinaan Penanganan Anak Jalanan. Untuk

Supervisor. Jakarta: DepSos

Doni Koesoema. (2007). Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global.Jakarta : Grasindo.

Heni Zuhriyah. (2010). Pendidikan Karakter (Studi Perbandingan Antara Konsep Doni Koesoema dan Ibnu Miskawaih). Tesis. Surabaya : IAIN Sunan Ampel.


(99)

Kementerian Pendidikan Nasional. (2010). Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta : Balai Pustaka

Kementerian Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. (2011). Pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa pedoman sekolah. Jakarta : Balai Pustaka

Lexy J. Moleong. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. rev. ed. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muhamad Ishaq. (1998). "Pengembangan Modul Literasi Jalanan untuk Peningkatan Kemampuan Hidup Bermasyarakat Anak-anak Jalanan". Makalah. Lokakarya Modul Literasi Jalanan di BPKB Jayagiri-Lembang, 24-25 Maret 1998. Bandung : Yayasan Bahtera-Unicef.

Mankoesapoetra, Arief Achmad. (2005). Pemberdayaan Anak Jalanan. Diakses dari http://re-searchengines.com/0805arief5.htmlpada 26 Oktober 2010, Jam 20.40 WIB.

Muhammad Arief Rizka. (2010). “Pola Pendampingan Anak Jalanan di Lembaga Swadaya Masyarakat Rumah Impian Yogyakarta”. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta : FIP UNY

Nasution S. (1998).Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif.Bandung: Tarsito. Shintawati. (2010). “Pendidikan Berbasis Karakter”.Jakarta : Departement mutu

JSIT Indonesia.

Sri Sanituti, Bagong Suyanto, dkk. (1999)Anak Jalanan di Jawa Timur (Masalah dan Upaya Penanganannya). Surabaya: Erlangga University Press

Sudarwan Danim. (2002). Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung: Pustaka Setia. Suparno, dkk. (2002).Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius. Tribunnews.com.(2010).”Jumlah Anak Terlantar di Indonesia Capai 5,4

Juta“.Diakses dari http://www.tribunnews.com/2010/03/14/duh-jumlah-anak-di-indonesia-capai-54-jutapada 27 September 2011, Jam 21.00 WIB.


(100)

(101)

Lampiran 1. Pedoman Observasi

PEDOMAN OBSERVASI

Hal Deskripsi

1. Lokasi dan Keadaan Penelitian a. Letak dan Alamat

b. Status Bangunan

c. Kondisi Bangunan dan Fasilitas 2. Visi dan Misi

3. Struktur Kepengurusan 4. Keadaan Pengurus

a. Jumlah

5. Data Anak Jalanan Binaan a. Jumlah

6. Pendanaan

7. Program Anak Jalanan a. Tujuan

8. Pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam a. kegiatan yang diberikan b. Materi kegiatan

c. Manfaat kegiatan d. Hasil dari kegiatan


(102)

Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi

PEDOMAN DOKUMENTASI 1. Melalui arsip tertulis

a. Sejarah berdirinya Rumah Singgah Ahmad Dahlan b. Visi dan Misi berdirinya Rumah Singgah Ahmad Dahlan c. Arsip data anak jalanan binaan Rumah Singgah Ahmad Dahlan 2. Foto

a. Gedung atau fisik Rumah Singgah Ahmad Dahlan b. Fasilitas yang dimiliki Rumah Singgah Ahmad Dahlan c. Pelaksanaan penelitian


(103)

Lampiran 3. Pedoman Wawancara

Pedoman Wawancara

Untuk Pengelola Rumah Singgah Ahmad Dahlan

I. Identitas Diri

1. Nama : (Laki-laki/Perempuan)

2. Jabatan :

3. Usia :

4. Agama :

5. Pekerjaan :

6. Alamat :

7. Pendidikan terakhir : II. Identitas Diri Lembaga

1. Kapan Rumah Singgah Ahmad Dahlan berdiri?

2. Bagaimana sejarah berdirinya Rumah Singgah Ahmad Dahlan? 3. Apakah tujuan berdirinya Rumah Singgah Ahmad Dahlan? 4. Apakah visi dan misi dari Rumah Singgah Ahmad Dahlan? 5. Berapa jumlah tenaga pengelola Rumah Singgah Ahmad Dahlan?

6. Apakah jumlah tenaga tersebut sudah mencukupi untuk melaksanakan program-program yang dimiliki Rumah Singgah Ahmad Dahlan?


(104)

9. Apakah ada panduan khusus untuk jadi pembina anak jalanan di Rumah Singgah Ahmad Dahlan?

10. Bagaimana peran pengelola dalam penyelenggaraan program anak jalanan?

11. Program apa saja yang telah dilakukan oleh Rumah Singgah Ahmad Dahlan?

12. Apakah program-program yang diadakan tadi semuanya berhasil? 13. Kalau ada yang tidak berhasil, apa saja kendalanya?

14. Apakah Rumah Singgah Ahmad Dahlan selama ini bekerjasama dengan pihak-pihak lain?

III. Sarana dan Prasarana 1. Dana

a. Berapa besar dana yang diperlukan untuk pelaksanaan program anak jalanan di Rumah Singgah Ahmad Dahlan?

b. Dari manakah dana tersebut didapatkan? c. Bagaimanakah pengelolaan dana tersebut? 2. Tempat peralatan

a. Status tempat milik siapa?

b. Fasilitas yang ada di Rumah Singgah Ahmad Dahlan apa saja dan dari mana diperolehnya?


(105)

IV. Anak Jalanan Binaan dan Program Rumah Singgah Ahmad Dahlan 1. Berapa jumlah anak jalanan binaan Rumah Singgah Ahmad Dahlan? 2. Bagaimana cara rekruitmen anak jalanan binaan Rumah Singgah Ahmad

Dahlan?

3. Bagaimana tipe anak jalanan binaan Rumah Singgah Ahmad Dahlan? 4. Bagaimana respon anak jalanan binaan terhadap program-program yang

ditawarkan oleh Rumah Singgah Ahmad Dahlan kepada mereka?

5. Bagaimana motivasi anak jalanan binaan Rumah Singgah Ahmad Dahlan dalam mengikuti program-program Rumah Singgah Ahmad Dahlan? 6. Bagaimana memotivasi anak jalanan binaan agar mau terlibat secara

penuh dalam setiap program Rumah Singgah Ahmad Dahlan?

7. Apakah program-program yang telah dirancang oleh Rumah Singgah Ahmad Dahlan telah mampu menjawab kebutuhan anak jalanan binaan? 8. Bagaimana pengelolaan program anak jalanan di Rumah Singgah Ahmad

Dahlan (terutama pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam anak jalanan)?

9. Bagaimana perencanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam yang dilaksanakan oleh Rumah Singgah Ahmad Dahlan?

10. Bagaimana kurikulum pendidikan karakter anak jalananmelalui program pendidikan agama Islam yang dilaksanakan oleh Rumah Singgah Ahmad Dahlan?


(106)

11. Bagaimana pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam yang dilaksanakan oleh Rumah Singgah Ahmad Dahlan?

12. Bagaimana sistem evaluasi yang diterapkan dalam pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam yang dilaksanakan oleh Rumah Singgah Ahmad Dahlan?

13. Bagaimana tindak lanjut dari setiap program anak jalanan (terutama pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam)?

14. Bagaimana hasil yang dicapai sejauh ini dari pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam yang dilakukan?

15. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam yang dilakukan?

16. Harapan apa yang ingin dicapai oleh Rumah Singgah Ahmad Dahlan dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam yang dilakukan?


(107)

Pedoman Wawancara Untuk Anak Jalanan I. Identitas Diri

1. Nama : (Laki-laki/Perempuan)

2. Umur :

3. Agama :

4. Alamat Asal : 5. Pendidikan Terakhir :

II. Pertanyaan

1. Sejak kapan anda menjadi anak jalanan? 2. Mengapa anda menjadi anak jalanan? 3. Apakah anda masih sekolah atau tidak? 4. Kalau tidak, apa alasannya?

5. Kegiatan apa saja yang anda lakukan di rumah singgah?

6. Apakah anda disini mendapatkan pendidikan karakter melalui program pendidikan agama islam?

7. (kalau iya) program apa yang diikuti?

8. (kalau tidak) mengapa anda tidak mengikuti program tersebut? 9. Apa tujuan anda mengikuti program tersebut?

10. Manfaat apa yang anda peroleh setelah mengikuti program tersebut? 11. Dorongan dari sendiri atau ada ajakan dari orang lain sehingga anda


(108)

12. Apakah program yang anda ikuti tersebut sudah sesuai dengan kebutuhan anda?

13. Efektifkah waktu yang digunakan dalam program tersebut?

14. Apakah metode belajar yang digunakan dalam menyampaikan materi program sudah tepat?

15. Apakah fasilitas atau media yang dipakai sudah cukup untuk memadai untuk mendukung kegiatan program tersebut?

16. Apakah orang tua anda mendukung anda mengikuti kegiatan program tersebut?

17. Apa yang anda rasakan ketika mengikuti kegiatan program tersebut ? 18. Harapan apa yang anda inginkan setelah mengikuti program tersebut? 19. Apakah anda menginginkan tindak lanjut dari program tersebut? 20. Kalau ya, tindak lanjut yang seperti apa yang anda inginkan?

21. Menurut anda kendala apa saja yang ada selama kegiatan program tersebut?


(109)

Pedoman Wawancara Untuk Pembina Anak Jalanan I. Identitas Diri

1. Nama : (Laki-laki/Perempuan)

2. Usia :

3. Agama :

4. Pekerjaan :

5. Alamat :

6. Pendidikan terakhir :

II. Pertanyaan

1. Sejak kapan anda menjadi pembina anak jalanan?

2. Apa yang melatar belakangi anda menjadi pembina anak jalanan? 3. Dimana lokasi pembinaan anak jalanan? Alasan pemilihan lokasi? 4. Kapan waktu pelaksanaan pembinaan anak jalanan?

5. Apakah yang melatar belakangi kegiatan pembinaan anak jalanan? 6. Apakah tujuan dari pembinaan anak jalanan tersebut?

7. Apakah hasil yang ingin dicapai dari pelaksanaan pembinaan anak jalanan?

8. Apakah yang anda ketahui tentang pendidikan karakter? 9. Apakah yang anda ketahui tentangpendidikan agama Islam ?


(110)

10. Bagaimana pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam yang dijalankan di Rumah Singgah Ahmad Dahlan?

11. Bagaimana tahapan pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam dilakukan?

12. Apa saja materi yang diberikan kepada anak jalanan dalam pelaksanaan program tersebut?

13. Apakah ada materi yang terkait dengan pendidikan karakter anak jalanan yang diberikan dalam pelaksanaan program?

14. Metode belajar apa yang digunakan dalam proses pelaksanaan program? 15. Stimulus (dorongan) apa saja yang diberikan kepada anak jalanan agar

mau secara penuh terlibat dalam pelaksanaan program?

16. Bagaimana evaluasi yang dilakukan dalam pelaksanaan program? 17. Apakah hasil atau dampak dari pelaksanaan program?

18. Bagaimana perubahan anak jalanan setelah mengikuti pendidikan karakter melalui program pendidikan agama Islam? (terkait perubahan perilaku).

19. Apakah ada tindak lanjut dari pelaksanaan program? Alasannya?

20. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam?


(111)

Pedoman Wawancara Untuk Anak Jalanan I. Identitas Diri

1. Nama : (Laki-laki/Perempuan)

2. Umur :

3. Agama :

4. Alamat Asal : 5. Pendidikan Terakhir :

II. Pertanyaan

1. Sejak kapan anda menjadi anak jalanan? 2. Mengapa anda menjadi anak jalanan? 3. Apakah anda masih sekolah atau tidak? 4. Kalau tidak, apa alasannya?

5. Kegiatan apa saja yang anda lakukan di rumah singgah?

6. Apakah anda disini mendapatkan program pendidikan agama islam? 7. (kalau iya) program pendidikan agama islam apa yang diikuti? 8. (kalau tidak) mengapa anda tidak mengikuti program tersebut? 9. Apa tujuan anda mengikuti program tersebut?

10. Manfaat apa yang anda peroleh setelah mengikuti program ini?

11. Dorongan dari sendiri atau ada ajakan dari orang lain sehingga anda mengikuti program ini?


(112)

12. Apakah program yang anda ikuti ini sudah sesuai dengan kebutuhan anda?

13. Efektifkah waktu yang digunakan dalam program ini?

14. Apakah metode belajar yang digunakan dalam menyampaikan materi program sudah tepat?

15. Apakah fasilitas atau media yang dipakai sudah cukup untuk memadai untuk mendukung kegiatan program ini?

16. Apakah orang tua anda mendukung anda mengikuti kegiatan program ini? 17. Apa yang anda rasakan ketika mengikuti kegiatan program ini ?

18. Harapan apa yang anda inginkan setelah mengikuti program ini? 19. Apakah anda menginginkan tindak lanjut dari program ini? 20. Kalau ya, tindak lanjut yang seperti apa yang anda inginkan?


(113)

Pedoman Wawancara Untuk Pembina Anak Jalanan I. Identitas Diri

1. Nama : (Laki-laki/Perempuan)

2. Usia :

3. Agama :

4. Pekerjaan :

5. Alamat :

6. Pendidikan terakhir : II. Pertanyaan

1. Sejak kapan anda menjadi pembina anak jalanan?

2. Apa yang melatar belakangi anda menjadi pembina anak jalanan? 3. Dimana lokasi pembinaan anak jalanan? Alasan pemilihan lokasi? 4. Kapan waktu pelaksanaan pembinaan anak jalanan?

5. Apakah yang melatar belakangi kegiatan pembinaan anak jalanan? 6. Apakah tujuan dari pembinaan anak jalanan tersebut?

7. Apakah hasil yang ingin dicapai dari pelaksanaan pembinaan anak jalanan?

8. Bagaimana model pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam yang dijalankan di Rumah Singgah Ahmad Dahlan?


(114)

10. Bagaimana tahapan pelaksanaan model pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam dilakukan?

11. Apa saja materi yang diberikan kepada anak jalanan dalam pelaksanaan program?

12. Apakah ada materi yang terkait dengan pendidikan karakter anak jalananyang diberikan dalam pelaksanaan program?

13. Metode belajar apa yang digunakan dalam proses pelaksanaan program?

14. Pendekatan apa yang digunakan dalam pelaksanaan program yang diberikan kepada anak jalanan? Mengapa menggunakan pendakatan tersebut?

15. Apa saja fasilitas atau media yang digunakan dalam proses pelaksanaan program?

16. Apakah fasilitas yang digunakan untuk pelaksanaan program sudah memadai?

17. Bagaimana interaksi (hubungan) pembina dengan anak jalanan dan dengan orang tua anak jalanan?

18. Apakah semua pendamping akrab dengan anak jalanan dan orang tua anak jalanan?

19. Stimulus (dorongan) apa saja yang diberikan kepada anak jalanan agar mau secara penuh terlibat dalam pelaksanaan program?

20. Bagaimana evaluasi yang dilakukan dalam pelaksanaan program? 21. Apakah hasil atau dampak dari pelaksanaan program?


(115)

22. Bagaimana perubahan anak jalanan setelah mengikuti model pendidikan karakter melalui program pendidikan agama Islam? (terkait perubahan perilaku).

23. Apakah ada tindak lanjut dari pelaksanaan program? Alasannya?

24. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan model pendidikan karakter anak jalanan melalui pendidikan agama Islam?


(116)

Lampiran 4. Catatan Lapangan

CATATAN LAPANGAN I

Lokasi : Kantor Rumah Singgah Ahmad Dahlan Hari/Tanggal : Senin, 25 April 2011

Waktu : Pukul 09.00-09.45 WIB Kegiatan : Observasi awal

Deskripsi

Hari ini adalah hari pertama peneliti datang ke Rumah Singgah Ahmad Dahlan dan bertemu dengan “Nt” yaitu salah satu pengelola di Rumah Singgah Ahmad Dahlan. Maksud kedatangan peneliti adalah untuk mendapatkan informasi mengenai Rumah Singgah Ahmad Dahlan dan program-program untuk anak jalanan yang diselenggarakan. Dengan ramah “Nt” menjawab pertanyaan yang peneliti ajukan. Kemudian “Nt”menjelaskan bahwa di Rumah Singgah Ahmad Dahlan memiliki beberapa program yaitu program pendampingan, program beasiswa, program pendidikan agama Islam. “Nt” menjelaskan dan memaparkan kepada peneliti secara detail mengenai program-program yang ada di Rumah Singgah Ahmad Dahlan. Setelah peneliti merasa cukup mendapatkan informasi mengenai program-program anak jalanan Rumah Singgah Ahmad Dahlan, peneliti pun memohon pamit dengan “Nt” dan menyampaikan akan datang lagi ke Rumah Singgah Ahmad Dahlan untuk share mengenai rencana penelitian.


(117)

CATATAN LAPANGAN II

Lokasi : Kantor Rumah Singgah Ahmad Dahlan Hari/Tanggal : Kamis, 12 Mei 2011

Waktu : Pukul 10.00-11.00 WIB . Kegiatan : Konfirmasi tempat penelitian

Deskripsi

Pada hari ini, Peneliti datang ke kantor Rumah Singgah Ahmad Dahlan. Maksud kedatangan peneliti adalah untuk share mengenai rencana penelitian. Disana peneliti bertemu dengan “Syd” selaku pembina Rumah Singgah Ahmad Dahlan. Peneliti pun menyapa “Syd” dan menjelaskan maksud kedatangan peneliti. Peneliti menjelaskan mengenai rencana penelitian di Rumah Singgah Ahmad Dahlandengan “Syd”. Kemudian setelah share mengenai rencana penelitian, “Syd’ pun menerima rencana peneliti tersebut dengan baik dan memberikan motivasi tentang skripsi peneliti. Selain itu peneliti diperbolehkan melakukan penelitian dengan surat ijin penelitian yang dapat menyusul. Karena penelitian yang akan diadakan oleh peneliti tentang karakter anak jalanan, untuk itu “Syd” menyarankan peneliti untuk bertemu dan berkenalan terlebih dahulu dengan beberapa anak jalanan yang ada di Rumah Singgah Ahmad Dahlan yang pada waktu itu ada sekitar lima anak jalanan. Setelah merasa cukup maka peneliti pamit dan akan kesana lagi setelah selesai mengurus surat-surat perijinan yang diperlukan.


(118)

CATATAN LAPANGAN III

Lokasi : Rumah Singgah Ahmad Dahlan Hari/Tanggal : Rabu, 02 November 2011 Waktu : Pukul 10.00-11.00 WIB

kegiatan : Mengantar surat ijin penelitian dan observasi lokasi deskripsi

Hari ini peneliti datang ke Rumah Singgah Ahmad Dahlan guna menyerahkan surat ijin penelitian dan observasi lokasi yang digunakan untuk pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan. Pada saat datang kesana peneliti bertemu dengan “Ik” pengelola Rumah Singgah Ahmad Dahlan. Peneliti pun menyapa “Ik” dan langsung menyerahkan surat ijin penelitian beserta proposalnya kepada “Ik” yang pada saat itu sedang ada di Rumah Singgah Ahmad Dahlan. Peneliti menanyakan kepada “Ik” mengenai jadwal dan kapan peneliti bisa memulai untuk pelaksanaan penelitian. “Ik” menjelaskan bahwa program yang akan dilakukan oleh peneliti dilaksanakan pada satu minggu sekali yaitu setiap hari jum’at yang dimulai dari jam16.00-19.00 WIB. Setelah itu, peneliti meminta ijin kepada “Ik” untuk melihat lokasi yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan yang akan digunakan sebagai tempat penelitian. Setelah melakukan perbincangan dan melihat lokasi penelitian, maka peneliti mohon ijin untuk pamit pulang.


(119)

CATATAN LAPANGAN IV

Lokasi : Kantor Rumah Singgah Ahmad Dahlan Hari/Tanggal : Kamis, 10 November 2011

Waktu : Pukul 13.00-14.00 WIB

Kegiatan : Wawancara dengan pengelola anak jalanan

deskripsi

Hari ini peneliti datang di kantor Rumah Singgah Ahmad Dahlan untuk bertemu dengan “Syd” selaku pengelola sekaligus pembina Rumah Singgah Ahmad Dahlan. Tujuan peneliti untuk bertemu dengan “Syd” adalah untuk mengadakan wawancara tentang pelaksanaan model pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan.Ketika peneliti tiba di lokasi, “Syd” tidak ada karena baru ada seminar di UIN Sunan Kalijaga. Pada waktu itu peneliti bertemu dengan “Ik” selaku pengelola Rumah Singgah Ahmad Dahlan. “Ik” langsung menyambut dengan ramah. Peneliti memberikan cukup banyak pertanyaan kepada “Ik” mengenai pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan agar peneliti mendapatkan informasi yang lengkap dan akurat.

Kesimpulan yang dapat ditarik peneliti dari hasil wawancara tersebut bahwasanya pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan dilaksanakan setiap satu minggu sekali yaitu setiap hari jum’at


(120)

yaitu pendidik, sasaran warga belajar dan fasilitas belajar, sehingga dapat mendukung kelancaran dalam kegiatan, materi kegiatan seperti penjelasan nilai-nilai karakter yang positif mengenai hidup dalam suatu masyarakat seperti jujur dalam perkataan maupun perbuatan, tanggung jawab dan toleransi dengan menghargai perbedaan agama, suku, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda mengenai tingkah laku dan karakter yang baik di masyarakat serta belajar sholat, mengaji atau hafalan surat-surat pendek.


(121)

CATATAN LAPANGAN V

Lokasi : Aula Rumah Singgah Ahmad Dahlan Hari/Tanggal : Jum’at, 11 November 2011

Waktu : Pukul 16.00-19.00 WIB

Kegiatan : Observasi pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam

Deskripsi

Hari ini, peneliti datang ke lokasi pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam yang dilaksanakan di Aula Rumah Singgah Ahmad Dahlanuntuk melakukan penelitian dengan melihat pelaksanaanpendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam.Pada saat itu cuaca baru mendung dan sedikit gerimis, tetapi tidak menyurutkan niat peneliti untuk datang ke lokasi penelitian.

Ketika peneliti tiba, pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam belum di mulai karena masih ada anak jalanan yang keluar untuk mengamen di jalanan. Sebagian anak jalanan yang berada di lokasi pelaksanaan langsung menyiapkan tempat seperti menyapu dan menggelar tikar. Ketika anak jalanan sudah mulai kumpul mereka langsung disuruh mandi oleh “Syd” selaku pengelola sekaligus pembina Rumah Singgah Ahmad Dahlan. Setelah selesai mandi barulah proses pembelajaransegera di mulai. Walaupun pada saat itu pengajarnya belum datang tetapi “Syd” selalu siap untuk menggantikannya karena “Syd” kebetulan juga menginap disekitar Rumah Singgah Ahmad Dahlan. Peneliti dipersilahkan duduk beserta anak jalanan dan


(122)

jalanan mengenai kegiatan apa yang sudah dilaksanakan seharian tadi dan bermanfaat atau tidak. Kemudian “Syd” memberikan penjelasan nilai-nilai karakter yang positif mengenai hidup dalam suatu masyarakat seperti jujur dalam perkataan maupun perbuatan, tanggung jawab dan toleransi dengan menghargai perbedaan agama, suku, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda kepada anak jalanan mengenai karakter yang positif di masyarakat. tidak terasa waktu sudah menjelang maghrib, “Syd” pun menutup pembelajaran dengan bacaan do’a. Anak jalanan langsung disuruh wudhu untuk melaksanakan sholat maghrib berjama’ah.

Ba’da maghrib langsung dilanjutkan dengan mengaji bersama dan hafalan surat-surat pendek serta tidak lupa hafalan tentang bacaan sholat. Anak jalanan pun mengikuti dengan sungguh-sungguh. Pada waktu itu ada salah satu anak jalanan yang tidak hafal surat al ikhlas, tetapi langsung diajari agar dapat mengikuti secara bersama-sama. Waktu isya tiba, pembelajaran segera ditutup dengan bacaan do’a dilanjutkan dengan sholat isya berjama’ah. Setelah selesai, kemudian peneliti minta ijin untuk pamit pulang.


(123)

CATATAN LAPANGAN VI

Lokasi : Aula Rumah Singgah Ahmad Dahlan Hari/Tanggal : Rabu, 16 November 2011

Waktu : Pukul 11.00-12.00 WIB

Kegiatan : wawancara dengan anak jalanan Deskripsi

Hari ini, peneliti datang ke Rumah Singgah Ahmad Dahlan bertemu dengan tiga anak jalanan untuk mengadakan wawancara mengenai pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan. Ketika tiba di sana, peneliti bertemu dengan “Ik” selaku pengelola Rumah Singgah Ahmad Dahlan yang pada saat itu sedang bertugas di kantor Rumah Singgah Ahmad Dahlan. Peneliti langsung menyapa “Ik” dan membicarakan maksud kedatangan peneliti datang kesana. “Ik” menjawab dengan ramah serta memberikan respon yang positif mengenai penjelasan maksud kedatangan peneliti.

Peneliti menanyakan kepada “Ik” mengenai anak jalanan yang berada di Rumah Singgah Ahmad Dahlan, setelah itu, peneliti meminta ijin kepada “Ik” untuk mengadakan wawancara kepada tiga anak jalanan yang ada disana, “Ik” langsung memberikan nama ketiga anak jalanan kepada peneliti. Kemudian peneliti langsung mengadakan wawancara dengan ketiga anak jalanan yaitu “Dm” berumur 17 tahun, “Yl” berumur 17 tahun dan “Ag” berumur 18 tahun yang dilakukan secara berurutan. Kesimpulan dari hasil wawancara dengan ketiga anak jalanan tersebut,


(124)

dari anak jalanan yang menjadi sadar diri dan merasa lebih baik dari sebelumnya setelah mengikuti pembelajaran tersebut. Anak jalanan juga berharap adanya tindak lanjut dari Rumah Singgah Ahmad Dahlan terutama dalam program ini.


(125)

CATATAN LAPANGAN VII

Lokasi : Aula Rumah Singgah Ahmad Dahlan Hari/Tanggal : Jum’at, 18 November 2011

Waktu : Pukul 15.00-19.00 WIB

Kegiatan : Observasi pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam dan wawancara dengan pembina Rumah Singgah Ahmad Dahlan

Deskripsi

Pada hari ini, peneliti datang lagi ke lokasi pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam yang dilaksanakan di Aula Rumah Singgah Ahmad Dahlan anak jalanan. Peneliti datang untuk mengamatilagi pelaksanaan program dan mengadakan wawancara dengan pembina anak jalanan. Ketika peneliti tiba di lokasi, seperti biasa anak jalanan yang berada disana menyambut peneliti dengan sangat ramah dan menyenangkan. Peneliti langsung bertanya kepada “Ag” salah satu anak jalanan binaan Rumah Singgah Ahmad Dahlan mengenai keberadaan “Syd” selaku pengelola sekaligus pembina Rumah Singgah Ahmad Dahlan. “Ag” pun menjawab dengan ramah dan mempersilahkan peneliti untuk menunggu di dalam. “Ag” segera memanggil “Syd”. Tidak lama kemudian “Syd” datang dan menyapa peneliti dengan ramah.

Ketika proses pembelajaran belum di mulai, peneliti menyempatkan diri untuk mewawancarai “Syd” selaku pengelola sekaligus pembina Rumah Singgah Ahmad Dahlan. Peneliti pun


(126)

Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan. Kesimpulan dari hasil wawancara dengan “Syd” tidak jauh berbeda dengan hasil wawancara dengan “Ik” selaku pengelola Rumah Singgah Ahmad Dahlan, hanya saja “Syd” sedikit menambahkan mengenai kurikulum yang bersifat fluktuaktif, evaluasi program yang dilakukan berkala setiap 3 bulan sekali karena agar dapat untuk mengetahui dan mengukur tingkat keberhasilan program yang dijalankan selama pelaksanaan program serta tindak lanjut dari program yaitu mendirikan pondok pesantren sendiri.


(127)

CATATAN LAPANGAN VIII

Lokasi : Kantor Rumah Singgah Ahmad Dahlan Hari/Tanggal : Senin, 19 Desember 2011

Waktu : Pukul 10.20-11.30 WIB

Kegiatan : Meminta data seputar Rumah Singgah Ahmad Dahlan Deskripsi

Pada hari ini peneliti datang ke kantor Rumah Singgah Ahmad Dahlan untuk bertemu dengan pembina Rumah Singgah Ahmad Dahlan yaitu “Syd” untuk meminta data dan mengadakan wawancara mengenai deskripsi Rumah Singgah Ahmad Dahlan. Ketika peneliti tiba di lokasi, “Syd” menyambut peneliti dengan ramah dan baik. Setelah peneliti menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan, kemudian peneliti pun memulai wawancara dengan menanyakan hal yang pertama yaitu mengenai sejarah berdirinya Rumah Singgah Ahmad Dahlan, Visi dan Misinya, program-program yang dilaksanakan, serta pendanaan program Rumah Singgah Ahmad Dahlan.Untuk data mengenai struktur kepengurusan, keadaan pengurus, data anak jalanan, dan fasilitas yang ada di Rumah Singgah Ahmad Dahlan akan menyusul diberikan.“Syd” menjelaskan dan memaparkan deskripsi Rumah Singgah Ahmad Dahlan dengan cukup detail dan setelah data yang peneliti perlukan sudah cukup, maka peneliti meminta ijin kepada “Syd” untuk pamit pulang. “Syd” pun memberikan ijin dan memotivasi serta tidak lupa memberikan do’a supaya diberikan kemudahan dan kelancaran dalam setiap usaha yang dilakukan peneliti.


(128)

Lampiran 5.Display, Reduksi, Kesimpulan ANALISIS DATA

(Display, Reduksi, Kesimpulan) Hasil Wawancara

No. Pertanyaan penelitian Responden Pernyataan Kesimpulan

1. Bagaimana proses perencanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan?

“Syd” “Dalam proses perencanaan program ini khususnya untuk anak jalanan harus bersih diri dulu mas...selain itu, ada beberapa faktor lagi yaitu pendidik, sasaran warga belajar, fasilitas dan kurikulum”.

Perencanaan dalam pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan melalui beberapa faktor yaitu pendidik, sasaran warga belajar, fasilitas dan kurikulum

“Ik” “Perencanaan yang kami lakukan meliputi beberapa faktor yaitu pendidik, sasaran warga belajar, fasilitas dan kurikulum”.

2. Bagaimanakah kurikulum pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam dilakukan?

“Syd”

“Ik”

“Kalau untuk kurikulum kami lebih bersifat fluktuatif mas, karena lebih bisa menyesuaikan dengan watak anak jalanannya”

“Kurikulum yang kami terapkan lebih sifatnya fluktuatif. ”

Kurikulum dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan bersifat fluktuatif


(129)

3. Bagaimanakah proses pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam dilakukan?

“Syd” “Penjelasan mengenai tingkah laku dan pendidikan karakter yang baik di masyarakat serta belajar sholat, mengaji atau hafalan surat-surat pendek.

pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam dilaksanakan dengan penjelasan mengenai tingkah laku dan pendidikan karakter yang baik di masyarakat serta belajar sholat, mengaji atau hafalan surat-surat pendek, proses pelaksanaan menggunakan metode ceramah dan praktek.

“Ik” “Kami memberikan pengajaran selama pelaksanaan program kegiatan ini dengan cara mengajari anak jalanan bertingkah laku yang baik dimasyarakat, serta yang terpenting diajarkan untuk kegiatan keagamaan seperti ngaji dan sholat”.

4. Bagaimanakah sistem evaluasi yang diterapkan dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam dilakukan?

“Syd”

“Ik”

“Kalau evaluasi itu Berdasarkan kesepakatan dari pengurus Rumah Singgah mas...., Jadi dalam melakukan evaluasi program ini dilakukan berkala setiap 3 bulan sekali.”

“Untuk evaluasi yang kami lakukansetiap 3 bulan sekali.”

evaluasi yang diterapkan dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam dilakukan berkala yaitu setiap 3 bulan sekali.


(130)

5. Bagaimanakah hasil yang dicapai dari pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan?

“Syd” “ Kalau terkait dengan karakter anak jalanan Alhamdulillah lebih baik dari dulu yang punya dendam sama orang tua sekarang tidak lagi, kalau hal keagamaan mungkin lebih bisa ngaji dan sholat.”

hasil yang dicapai dari pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan yaitu karakter anak jalanan lebih baik dalam bertingkah laku dan sudah dapat mengaji dan sholat.

“Ik” “ Hasilnya ya..dapat lebih baik dalam bertingkah laku,terus dapat ngaji dan sholat.” 6. Apakah faktor pendukung dan

penghambat dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan?

“Syd” “ Faktor pendukungya yaitu adanya volunter yang peduli, orangtua anak jalanan yang sangat mendukung program, Kalau penghambatnya kondisi psikis anak jalanan yang masih labil, disiplin waktu yang kurang konsisten pengajar.”

Faktor pendukungnya yaitu tersedianya alat-alat ibadah untuk mendukung dalam hal keagamaan, ada volunter yang peduli, orangtua anak jalanan yang sangat mendukung,

Faktor penghambatnya kondisi psikis anak jalanan yang masih labil, disiplin waktu yang kurang konsisten pengajar, motivasi anak jalanan belum stabil untuk ikut kegiatan karena lebih mengutamakan kegiatan mencari uang dengan cara mengamen

“Ik” “Kalau faktor pendukungya yaitu tersedianya alat-alat ibadah untuk mendukung dalam hal keagamaan, adanya volunter yang peduli, Kalau penghambatnya mungkin motivasi


(131)

Lampiran 6. Hasil Dokumentasi

Gambar peserta didik dan pendidik dalam pelaksanaan pendidikan karakter yang dilaksanakan dengan mengaji bersama.

Gambar peserta didik dan pendidik dalam pelaksanaan mengaji dan hafalan surat secara bergiliran.


(132)

Gambar peserta didik dan pendidik dalam pelaksanaan sholat berjama’ah.


(133)

(134)

Lampiran 7. Daftar Anak Binaan Rumah Singgah Ahmad Dahlan Yogyakarta

Daftar Anak Binaan Rumah Singgah Ahmad Dahlan Yogyakarta

No Nama Umur Tinggal

1 Dimas Budiyono 17 th Rumah Singgah Ahmad

Dahlan

2 Muhammad Rifqi 17 th Rumah Singgah Ahmad

Dahlan

3 Yuli Sugiyanto 15 th Rumah Singgah Ahmad

Dahlan

4 Kamaluddin 15 th Rumah Singgah Ahmad

Dahlan

5 Muryanto 16 th Rumah Singgah Ahmad

Dahlan

6 Agus Kunadi 17 th Rumah Singgah Ahmad

Dahlan

7 Agus Setyawan Sitepu 13 th Rumah Singgah Ahmad Dahlan

8 Dito Nurmansyah 15 th Rumah Singgah Ahmad

Dahlan

9 Dede 16 th Rumah Singgah Ahmad

Dahlan

10 M. Ridwan 16 th Rumah Singgah Ahmad

Dahlan

11 Aska 17 th Rumah Singgah Ahmad

Dahlan

12 Sahirul Alim 16 th Rumah Singgah Ahmad

Dahlan

13 Jova Rahul Nangin Prayudi 15 th Rumah Singgah Ahmad Dahlan


(135)

14 Deni Abdulah 16 th Rumah Singgah Ahmad Dahlan

15 Muh. Ardiansyah 16 th Rumah Singgah Ahmad

Dahlan

16 Roni Nur Fauzy 17 th Rumah Singgah Ahmad

Dahlan

17 Dimas Rengga Khrisna 15 th Rumah Singgah Ahmad Dahlan

18 Haryanto 16 th Warung boto Yk

19 Novita Indriyani 15 th Jogoyudan Yogya

20 Apriyanto 15 th Ketandan Yogya

21 Joko Susilo 14h Muja muju Yogya

22 Dewi Nur Indah Kurniasari 14 th Giwangan Yogya

23 Ivan Pramudya 13 th Banguntapan Bantul

23 Randy Dananto 17 th Pacitan Jatim

24 Dodik 12 th Giwangan Yogya

25 Putra Ragil 12 th Seputaran Alun2 utara Yk

26 Fariz Baskoro 12 th Bener, Tegalrejo Yk

27 Galuh Putri 10 th Gedongkiwo Yogyakarta

28 Rivai 16 th Terban Yogya

29 M. Iqbal 11 th Seputaran Kraton Yk

30 Pitri Antoro 17 th Muja Muju Yk

31 Anton Kurniawan 16 th Gedongkuning Yk

32 Aditya 10 th Seputaran Kraton Yk


(136)

35 Ridha Rifiana 15 th Wonosari

36 Ny.Wini 47 th Seputaran Alun2 utara YK

37 Riyanti 17 th Bantul Yk

38 Ny. Sudarsih 41 th Seputaran Alun2 utara YK 39 Purwanti Kurniasari 12 th Pringgokusuman Yk

40 Yanti 11 th Seputaran Alun2 utara YK

41 Bp. Ponidi 45 th Seputaran Alun2 utara YK

42 Martini 19 th Kotagede Yk

43 Nur Hayati 15 th Seputaran Alun2 Utara Yk

44 Joko Ardilowo 12 th Badran, Jetis Yogyakarta 45 Aditya Bayu Saputra 13th Pingit Yogyakarta

46 Bayu 12 th Lowanu Yogyakarta

47 Pipit Suryanto 17 th Ngampilan Yogya

48 Dwi Purnomo 17 th Ngampilan Yogya

49 Fikriyanto 14 th Sorosutan Yk

50 Mario Bende A 7 th Ledok Timoho

51 Moh. Farel A 11 th Gondokusuman Yk

52 Agustina Utami 13 th Muja muju


(137)

54 Hanafi 17 th Ledokmacanan

55 Wawan 13 th Gambiran

56 Diah 16 th Badran

57 Nining 17 th Badran Yogya

58 Pungkas 10 th Ledok Timoho


(138)

Lampiran 8. Daftar Tenaga Pendidik Rumah Singgah Ahmad Dahlan Yogyakarta

DAFTAR

DATA PRIBADI TENAGA PENDIDIK

PROGRAM PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS BAGI ANAK JALANAN DI YOGYAKARTA

MELALUI RUMAH SINGGAH/BELAJAR AHMAD DAHLAN

No NAMA JENIS

KELAMIN TEMPAT & TGL LAHIR PENDIDIKAN TERTINGGI PEKERJAAN KOMPETENSI

1 Yuke Nurdiana, SHI P Banyuwangi, 6 Juni 1975

S1 Wiraswasta Keagamaan dan Bahasa

Inggris 2 Tri Ani Rahmani,

SS., Sfil

P Surabaya, 17 Mei 1980

S1 Pengajar

AMT 3 Amri Affan, SPsi L Ngawi, 12

September 1978

S1 Konsultan

Psikologi 4 Marwoto, ST L Bantul, 9

Oktober 1974

S1 Teknisi

Elektronika 5 Wiyadi, MHi L Banyuwangi,

3 Agustus 1974 S2 Wiraswasta Praktisi Bisnis 6 Thufail Maskumambang, Mhum

L Gresik, 2 Desember 1973

S2 Dosen Manajemen & Matematika

7 Isngadi Marwah Atmadja, SHi

L Madiun, 7 Juli 1976

S1 Wartawan Manajemen & Bahasa Inggris


(139)

Struktur Kepengurusan

Pengelola Rumah Singgah Ahmad Dahlan

Gambar 2.Struktur kepengurusan pengelola Rumah Singgah Ahmad Dahlan Keterangan: Pimpinan Bendahara Sekretaris Divisi Rumah Usaha Divisi Kampanye Sosial Divisi Seni & Budaya Divisi Litbang Divisi Keagamaan Divisi Advokasi &Wirausah a Divisi Fundraising Divisi Pendidikan Divisi Pemberday aan Ortu

Volunter Volunter Volunter Volunter Volunter Volunter Volunter Volunter Volunter


(140)

(141)

(142)

(143)