Asy-Syathibi 1865-1935 Amin al-khulli

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id ayat yang lain. Hal ini, pada gilirannya, dapat menjauhkan hasil pemahaman dari teks al- Qur’an sebagai Weltanschauung kehidupan umat. 37 37 Ibid., 24. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB IV TELAAH AYAT-AYAT AL-

QUR’AN TENTANG PENAFSIRAN SAB’A SAMAWAT DALAM KITAB AL-JAWAHIR

A. Ayat-ayat tentang Sab’a Samawat dalam Al-Qur’an

1. Dalam surat al-Baqarah ayat 29: َم ْمُكَل َقَلَخ يِذَلا َوُ ىَوَ تْسا َمُث اًعيِمَج ِضْرَْْا يِف ا اَمَسلا ىَلِإ وَسَف ِء َعْبَس َنُهى مَس و ۗ تا ِب َوُ َو يِلَع ٍءْيَش ِلُك م ٩٢ Dia-lah Allah yang telah menciptakan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menciptakan langit lalu disempurnakan-Nya tujuh langit. 1 2. Dalam surat ath-Thalaq ayat 12: للَا ْيِذَلا ُه مَس َعْبَس َقَلَخ و ِضْرَاْا َنِمَو ٍت ۗ ن لْث م ۗ َنُهَ نْ يَ بُرْمَاْا ُلَزَ نَ تَ ي ۗ ْۗ وملْعت ل ۗا َلا َنَا ىلَع ِلُك ۗ رْي دقۗ ءْيش ٍءْيَش ِلُكِب َطاَحَاْدَق َلا َنَاَو ۚۗاًمْل ع ۗ ١۲ ۗ Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. 2 3. Dalam surat NUH{ ayat 15-16: 1 Depag RI, Al- Qur’an, 8. 2 A. Hafizh Dasuki, Dkk, Al- Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: CV. Jaya Sakti, 1984, 947 58 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id اًقاَبِط ِتاَوَمَس َعْبَس َلا َقَلَخ َفْيَك اْوَرَ ت ْمَلَا ٥١ اًجاَرِس َسْمَشلا َلَعَجَو اًروُن َنِهْيِف َرَمَقلْا َلَعَجَو ٥١ Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahri sebagai pelita? 3 ِتاَوَمَس َعْبَس Sab’a Samawat , Kata sab’ adalah kata bilangan yang berarti tujuh. Darinya diambil kata usbu ’ yang berarti satu minggu. Disebut demikian karena satu minggu terdiri dari tujuh hari. Pada mulanya, kata sab’ ini digunakan untuk menunjuk bilangan tertentu, yaitu tujuh. Namun, masyarakat Arab juga bisa menggunakan kata ini untuk menunjukkan jumlah banyak, tidak terbatas pada tujuh saja. 4 Kata sab’un yang menunjukkan jumlah banyak tidak terbatas pada bilangan tertentu, sedangkan kata Sab’a Samawat tujuh langit dalam ayat ini termasuk kategori yang kedua. 5 Makna sab’a samawat yakni tujuh langit yang juga berbentuk jamak. Secara harfiah itu berarti Allah menjadikan bulan bercahaya pada ketujuh langit itu. Dengan makna ini tidak semua dipahami demikian oleh banyak ulama tafsir. selain T{ant{awi, terdapat ulama lain yang memahami penyebutan ketujuh langit dalam arti salh satunya yakni hanya langit yang terdekat ke dunia dengan alasan bahwa bulan hanya 3 A. Hafizh Dasuki, Dkk, Al- Qur’an dan Terjemahannya, 979. 4 Kementerian Agama RI, Al- Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Widya Cahaya, 2011, 360. 5 Ibid., 360. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id terlihat di langit yang terdekat ke bumi. Ayat tersebut lebih baik dipahami bahwa ketujuh langit atau katakanlah alam raya ini atau katakanlah ada sekian banyak bulan di alam raya ini, masing-masing memantulkan cahaya yang diperolehnya dari bintang-bintang atau planet-planet yang lain. 6 B. Penafsiran Imam T{ant{awi Jawhari tentang ayat-ayat Al-Qur’an terkait Sab’a Samawat Al- Qur’an Al-Karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat. Salah satu diantarannya adalah bahwa al- Qur’an merupakan kitab yang keontektikannya dijamin oleh Allah, dan ia adalah kitab yang selalu di pelihara. 7 Setiap Muslim percaya bahwa apa yang dibaca dan didengarnya sebagai al- Qur’an tidak berbeda sedikitpun dengan apa yang pernah dibaca oleh Rasulullah saw., dan yang didengar serta dibaca oleh para sahabat Nabi saw. 8 Berbicara tentang al- Qur’an , al-Qur’an adalah sebagai kitab Allah swt yang diturunkan kepada semua makhluknya untuk digali maknannya dari yang tidak jelas menjadi jelas, adakalnya melalui logika, melalui penelitian ilmi, dan melalui semua bidang ilmu pengetahuan. Al- Qur’an tidak bisa difahami melalui kehasan bahasannya saja tetapi juga melalui pendekatan-pendekatan lainnya. Yakni melalui perangkat-perangkat ilmu pengetahuan, penemuan-penemuan. Dan al- Qur’an tidak bisa berbicara kecuali 6 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera hati, 2002, 467. 7 M. Quraish Shihab, Membumikan, 41. 8 Ibid., 41. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id melalui peran akal manusia sehingga wajar kalau ada sebagian mufassir mengedepankan rasio akal serta ia melupakan al- Qur’an yakni tata bahasa arab dan lain-lain. Al- Qur’an dan ilmu pengetahuan salin-saling melengkapi satu sama lain didalam mencari kebenaran ayat-ayat kauniyyah, yang ada di alam makro atau mikro cosmos, namun bagi seorang mufassir secara objektif dan professional hendaknya ia meletakkan proporsi ilmu pengetahuan dengan wahyu ilahi. Yang berarti bahwa al- Qur’an bukanlah kitab ilmiah namun ia juga mengandung ilmu pengetahuan bukan sebaliknya, karena ilmu pengetahuan itu bersifatan Non permanen mengingat al- Qur’an adalah kitab petunjuk, bukan kitab hukum, filsafat, teologi, dan kedokteran. Sementara al- Qur’an bersifat permanen sebagi petunjuk ilahi. Sebagaimana yang dialami oleh mufassir T{ant{awi jauhari di dalam kitab tafsirnya al- Jawahir al-Qur’an banyak sekali ditemukan ayat-ayat yang mengandung keilmuan baik itu teologi, filsafat, kedokteran sehingga banyak sekali para mufassir mengencam tafsir tersebut bukanlah tafsir yang sesuai dengan konvensionalitas para ulama mufassir yang ada. Sehingga sangat wajar sekali tafsir tersebut dikatakan sebagai bukan kitab tafsir. Menurut T{ant{awi Jawhari dalam tafsirnya, tantawi jauhari banyak sekali mengupas tuntas karyanya dengan menggunakan ilmu pengetahuan seperti penciptaan bumi, cakrawala, bintang-bintang, planet-planet yang ada diluar angkasa, memang tidak ada salahnya untuk menjelaskan dan menguraikan kandunga al- Qur’an digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id melalui ilmu pengetahuan, karena ilmu pengetahuan itu sendiri merupakan anugerah yang diberikan oleh Allah Swt untuk membuka tabir ayat-ayat yang belum diketahui manusia secara langsung. Secara gradual tafsir ini memberikan respon positif para sarjawan yang mengkaji mutiara-mutiara al- Qur’an. Pada surat al-Baqarah ayat 29, T{ant{awi Jawhari menafsirkan ayat tersebut secara rinci dan lughawi tentang makna Sab’a Samawat. Hasil penafsiran beliau yaitu bahwa ketahuilah sesungguhnya bumi ini di makmurkan di dalamnya yang meliputi macam-macam penyakit dan keinginan-keinginan kemudian manusia, menghalang- halangi untuk mengetahui kedudukan jagat raya dan ekosistemnya dan menjelaskan keajaiban-keajaibannya. Yaitu ketika atau tatkala langit yang begitu agung itu manusia saksikan di dalamnya berbagai macam pemandangan tentang langit keindahan dan kemudian sinar dan muncul rasa kebahagiaan dan kebaikan itu semuanya diperuntukkan bagi orang-orang yang berakal sehat atau orang yang mempunyai agama yang kokoh dan sebaliknya dan apa yang sampai kepada kita itu sudah dijelaskan pada zaman yunani pada saat itu mempengaruhi ulama-ulama di askandaria sesungguhnya bulan, merkurius, venus, matahari, mars, jupiter, saturnus, uranus, pluto, semuanya mengelilingi bumi kemudian pendapat-pendapat orang-orang tersebut mengenai bumi sebagai sentral atau pusat di seluruh dunia. Setiap salah satu diantarannya itu masuk cakrawala yang mengitari bumi dari arah timur sampai ke barat adapun hal-hal yang berjalan secara alami, berjalan menuju ke timur kebalikan dari gerakan setiap rotasi, bintang-bintang itu ada di atasa cakrawala yang berjalan di