edisi Maret 2010 agar pemahaman dan pengertian pembaca tidak salah dalam mengartikan informasiberita yang didapat atau dibaca dari harian tersebut.
1.1.2 Masalah
Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah : 1.
Apa sajakah kategori jenis kata polisemi dalam harian Sumut Pos edisi Maret 2010 ?
2. Bagaimanakah makna kata polisemi yang terdapat dalam harian Sumut Pos
edisi Maret 2010 ?
1.2 Batasan Masalah
Masalah dalam penelitian akan dibatasi agar tidak terjadi tumpang tindih. Dalam penelitian ini analisis polisemi harian Sumut Pos dibatasi pada edisi Maret
2010 dan pada jenis kata. Jenis kata yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah kata kerja, kata benda dan kata sifat.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : 1.
Mendeskripsikan jenis kata polisemi dalam harian Sumut Pos edisi Maret 2010.
2. Mendeskripsikan makna kata polisemi dalam harian Sumut Pos edisi Maret
2010.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1.
Menambah wawasan kebahasaan mengenai relasi kemaknaan khususnya polisemi.
2. Menambah bahan bacaan yang dipergunakan sebagai bahan perbandingan
kepada peneliti-peneliti lainnya yang akan menganalisis hal yang sama di bidang linguistik khususnya yang ingin meneliti polisemi dalam harian atau
surat kabar lainnya yang beredar di Medan dan sekitarnya. 3.
Sebagai bahan masukan dalam kalangan pers dalam rangka turut mengembangkan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Universitas Sumatera Utara
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain
Kridalaksana, 2001 :117.
2.1.1 Semantik
Kata semantik dalam bahasa Indonesia Inggris : semantics berasal dari bahasa Yunani sema kata benda yang berarti “tanda” atau “lambang”. Kata
kerjanya adalah semaino yang berarti “menandai” atau “melambangkan”. Yang dimaksud dengan tanda atau lambang di sini sebagai padanan kata sema itu adalah
tanda linguistik Perancis : signe linguistique seperti yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure dalam Chaer , 1995 :2, yang terdiri atas 1 komponen yang
mengartikan, yang berwujud bentuk-bentuk bunyi bahasa dan 2 komponen yang diartikan atau makna dari komponen yang pertama itu. Kedua komponen ini
merupakan tanda atau lambang sedangkan yang ditandai atau dilambanginya adalah suatu yang berada di luar bahasa yang lazim disebut referen atau hal yang ditunjuk.
Kata semantik ini kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik
dengan hal-hal yang ditandainya. Atau dengan kata lain, bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Istilah semantik
lebih umum digunakan dalam studi linguistik karena istilah-istilah yang lainnya itu mempunyai cakupan objek yang lebih luas, yakni mencakup makna
tanda atau lambang pada umumnya Chaer, 1995 : 3.
2.1.2 Makna
Universitas Sumatera Utara
Objek studi semantik adalah makna, atau yang lebih tepat makna yang terdapat dalam satuan-satuan ujaran seperti kata, frase, klausa, dan kalimat.
Teori yang dikemukakan Ferdinand de Saussure dalam Chaer, 1995 : 29 mengungkapkan bahwa pengertian makna merupakan konsep dari suatu tanda bunyi,
yang terbentuk dari fonem-fonem bahasa yang bersangkutan. Pemahaman makna dibedakan dari arti di dalam semantik. Makna adalah
pertautan yang ada di antara unsur-unsur bahasa itu sendiri terutama kata-kata. Makna menurut Palmer 1976 : 30 hanya menyangkut intrabahasa. Sejalan dengan
pendapat tersebut, Lyons 1977 : 20 menyebutkan bahwa mengkaji atau memberikan makna suatu kata ialah memahami kajian kata tersebut yang berkenan dengan
hubungan-hubungan makna yang membuat kata tersebut berbeda dari kata-kata lain. Arti dalam hal ini menyangkut makna leksikal yang cenderung terdapat dalam kamus
sebagai leksikon. Makna sebagai penghubung bahasa dengan dunia luar sesuai dengan
kesepakatan para pemakainya sehingga dapat saling mengerti. Mempelajari makna pada hakikatnya berarti mempelajari bagaimana setiap pemakai bahasa dalam suatu
masyarakat bahasa saling mengerti. Untuk menyusun kalimat yang dapat dimengerti, pemakai bahasa dituntut untuk menaati kaidah gramatikal, atau tunduk kepada kaidah
pilihan kata menurut sistem leksikal yang berlaku di dalam suatu bahasa.
2.1.3 Harian Sumut Pos
Surat kabar merupakan media penyampaian berita kepada khalayak dan sebagai sumber satu-satunya bagi khalayak dalam mengakses informasi yang sama
secara bersamaan.
Universitas Sumatera Utara
Sumut Pos adalah surat kabar harian di Indonesia milik grup Jawa Pos. Koran ini beredar setiap pagi di wilayah Sumatera Utara, khususnya Medan dan sekitarnya.
SumutPos sebelumnya adalah Radar Medan terbit pertama kali 1 Juni 1999 di kota Medan, tampil berani dan berbeda saat semua koran lokal di kota ini masih tampil
dengan 9 kolom, Radar Medan Koran lokal baru tampil modern dengan 7 kolom sangat disambut baik oleh masyarakat Medan dan berkembang. Dalam
perkembangannya Radar Medan memiliki adik baru yakni Radar Nauli, koran yang mengkoordinir semua berita dan geliat daerah di kabupatenkota Sumatera Utara dan
didistribusikan hanya di daerah. Kemudian dalam perjalanannya, manajemen merubah nama Radar Medan
menjadi Harian Sumut Pos, yang merupakan perpaduan Radar Medan dengan Radar Nauli. Koran yang berpenampilan modern dan intelek ini terbit 1 oktober 2001. Setiap
hari terbit 24 halaman dan berwarna, dan semakin kaya akan informasi lokal, nasional, dan internasional. Harian Sumut Pos edisi Maret 2010 memuat berita yang
cukup lengkap meliputi beberapa kolom, yaitu Sumut Pos, internasional, digilife, pilkada, prosumut, setia budi, medan on fokus, total sport, world soccer, iklan paket
murah, iklan kolom, all sport, ayam kinantan, metropolis, publik interaktif, Medan society, kota satelit, citizen jurnalism, gerbang edukasi, dan Xpresy.
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Polisemi
Polisemi lazim diartikan sebagai satuan bahasa terutama kata, bisa juga frase memiliki makna lebih dari satu Chaer, 1995 : 101. Umpamanya, kata kepala dalam
bahasa Indonesia memiliki makna 1 bagian tubuh dari leher ke atas, seperti terdapat pada manusia dan hewan ; 2 bagian dari suatu yang terletak di sebelah atas atau
Universitas Sumatera Utara
depan dan merupakan hal yang penting atau terutama seperti pada kepala susu, kepala meja, dan kepala kereta api ; 3 bagian dari suatu yang berbentuk bulat seperti
kepala, seperti pada kepala paku dan kepala jarum; 4 pemimpin atau ketua seperti pada kepala sekolah, kepala kantor, dan kepala stasiun ; 5 jiwa atau orang seperti
dalam kalimat : setiap kepala menerima bantuan Rp 6000,00 ; dan 6 akal budi seperti pada kalimat : badannya besar tapi kepalanya kosong.
Parera 2004:81 mengatakan polisemi adalah suatu ujaran dalam bentuk kata yang mempunyai makna berbeda-beda, tetapi masih ada hubungan atau kaitan antara
makna-makna yang berlainan. Pada dasarnya setiap kata hanya memiliki satu makna, yakni yang disebut
makna leksikal atau makna yang sesuai dengan referennya. Umpamanya makna leksikal kata kepala di atas adalah ‘bagian tubuh manusia atau hewan dari leher ke
atas’. Makna leksikal ini yang sesuai dengan referennya lazim disebut orang makna asal, atau makna sebenarnya mempunyai banyak unsur atau komponen makna. Kata
kepala di atas, antara lain, memiliki komponen makna : 1
terletak di sebelah atas atau depan 2
merupakan bagian yang penting tanpa kepala manusia tidak bisa hidup, tetapi tanpa kaki atau lengan masih bisa hidup
3 berbentuk bulat
Dalam perkembangan selanjutnya komponen-komponen makna ini berkembang menjadi makna-makna tersendiri.
Kita ambil contoh lain, kata kaki yang memiliki komponen makna, antara lain; 1
anggota tubuh manusia juga binatang 2
terletak di sebelah bawah 3
berfungsi sebagai penopang untuk berdiri
Universitas Sumatera Utara
Komponen makna 1 adalah makna asal, yang sesuai dengan referen, atau juga makna leksikal dari kata itu. Dalam perkembangan selanjutnya komponen makna
2 berkembang menjadi makna tersendiri untuk menyatakan bagian dari segala sesuatu yang terletak di sebelah bawah seperti dalam frase kaki gunung dan kaki bukit.
Komponen makna 3 juga berkembang jadi makna tersendiri untuk menyatakan segala sesuatu yang berfungsi sebagai penopang, seperti dalam frase kaki meja dan
kaki kamera. Kalau kita perhatikan kata kepala dan kata kaki dengan segala macam
maknanya itu, maka kita dapat menyatakan bahwa makna-makna yang banyak dari sebuah kata yang polisemi itu masih ada sangkut pautnya dengan makna asal karena
dijabarkan dari komponen makna yang ada pada makna asal kata tersebut. Makna-makna yang bukan makna asal dari sebuah kata bukanlah makna
leksikal sebab tidak merujuk kepada referen dari kata itu. Kehadiran kata-kata itu harus dalam satuan-satuan gramatikal yang lebih tinggi dari kata seperti frase atau
kalimat. Kata kepala yang berarti ‘pemimpin’ atau ‘ketua’ baru muncul dalam pertuturan karena kehadirannya dalam frase seperti frase kepala desa, kepala
gerombolan, dan kepala rombongan. Tanpa kehadirannya dalam satuan gramatikal yang lebih besar dari kata, kita tidak akan tahu akan makna-makna lain itu. Berbeda
dengan makna asalnya yang sudah jelas dari makna leksikalnya karena adanya referen tertentu dari kata tersebut.
Palmer dalam Pateda, 1976 : 65 mengatakan bahwa polisemi merupakan suatu kata yang mengandung seperangkat makna yang berbeda, mengandung makna
ganda. Simpson 1979 : 179 mengatakan bahwa polisemi merupakan sebuah kata
yang mempunyai dua kata atau lebih yang maknanya berhubungan. Pendapat tersebut
Universitas Sumatera Utara
sejajar dengan pendapat Zgusta 1971 : 61 yang mengatakan bahwa polisemi merupakan sebuah kata yang memiliki makna lebih dari satu.
Di dalam meneliti pemakaian polisemi, peneliti harus memiliki kosakata yang besar jumlahnya karena pengertian yang akan digunakan masing-masing berbeda-
beda satu dengan yang lain. Namun, hal itu bukan persyaratan mutlak. Manusia tidak sanggup mengingat kosakata yang seluas itu. Sebaliknya bahasa Indonesia pun
tidak cukup kesanggupannya untuk membentuk kata yang berbeda-beda sebanyak yang timbul dalam pikiran. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah kata-kata
atau paduan kata yang dipakai dalam penggunaan bahasa itu, sedapat mungkin tidak terjadi kesalahpahaman atau bebas dari tafsiran ganda.
Kegandaan makna dapat membuat pendengar atau pembaca ragu-ragu dalam menafsirkan makna kata atau kalimat yang didengar atau dibacanya. Misalnya kalau
kita mendengarkan orang mengatakan pukul kita menjadi ragu-ragu. Apakah yang dimaksud adalah pukul yang digunakan untuk menyatakan waktu jam atau
barangkali yang dimaksud adalah perbuatan memukul. Dari beberapa pendapat di atas, penelitian ini menggunakan pendapat Abdul Chaer
1995:101 mengenai polisemi. Setelah kita mengetahui apa itu polisemi makna ganda timbul pertanyaan mengapa terjadi polisemi ?
Menurut Fatimah 2009:67 polisemi dapat terjadi karena : 1
Kecepatan melafalkan kata. Misalnya ban tuan atau b a n t u a n
apakah “ban kepunyaan tuan” ataukah “pertolongan” 2
Faktor gramatikal.
Universitas Sumatera Utara
Misalnya pemukul dapat bermakna “alat yang digunakan untuk memukul atau bermakna “orang yang memukul ; orangtua “ibu-bapak” atau “orang yang
sudah tua”. 3
Faktor leksikal yang dapat bersumber dari : a.
Sebuah kata yang mengalami perubahan penggunaan sehingga makna baru.
b. Sebuah kata yang digunakan pada lingkungan yang berbeda.
c. Karena manusia pandai berandai-andai atau akibat adanya metafora.
4 Faktor pengaruh bahasa asing.
Misalnya kata butir digunakan untuk mengganti kata unsur atau dari bahasa Inggris item, dan butir bermakna “barang yang kecil-kecil serperti beras,
intan” ; “penolong bilangan untuk barang yang bulat-bulat atau kecil-kecil” ; ‘”salah satu bagian dari keseluruhan’ ; “perincian”.
2.2.2 Jenis-jenis Kata
Kata merupakan masalah yang sering dihadapi oleh para linguis dalam linguistik. Para pemakai bahasa yang awam dengan mudah membentuk kalimat-
kalimat dengan kata dan dapat memisah-misahkan kalimat terhadap kata-kata. Begitu juga terhadap orang pandai dapat menuliskan kalimat-kalimat dengan mudah
memisahkan kata-kata antar sesamanya dalam tulisan mereka. Di dalam KBBI Dekdipbud 1993 : 451 kata bermakna sebagai berikut :
1 Unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan
perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa.
2 Ujar, bicara.
Universitas Sumatera Utara
3 Morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap
sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas.
4 Satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal
atau gabungan morfem. Adapun penggolongan kata yang dikemukakan oleh beberapa ahli, sebagai berikut:
Alwi dalam Bandana, 2002:78-79 membagi kelas kata ke dalam empat kelompok yaitu :
1 Verba kata kerja yaitu kata yang berfungsi sebagai predikat dalam tataran
klausa atau kalimat. Misalnya : belajar, tidur. 2
Nomina kata benda yaitu kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, konsep atau pengertian. Misalnya : baju, rumah, laptop, dan buku.
3 Adjektiva kata sifat yaitu :
a. Kata yang dapat bergabung dengan partikel sekali, tidak, sangat,
seperti tidak cantik. b.
Kata yang dapat mendampingi nomina, seperti : anak baik, guru cantik. c.
Kata yang dapat didampingi partikel sekali, seperti : buruk sekali, manis sekali.
4 Adverba kata keterangan.
Berdasarkan ciri bentuk dan kelompok kata, Gorys Keraf dalam Ramlan, 1985 : 44-46 menggolongkan kata-kata menjadi empat golongan, yaitu :
1. Kata benda
Berdasarkan bentuknya, semua kata yang mengandung morfem terikat atau imbuhan ke-an, pe-an, pe-, -an, ke- merupakan calon kata benda. Misalnya :
perkataan, kecantikan, pelajar, makanan, dan lain-lain. Berdasarkan kelompok kata
Universitas Sumatera Utara
benda mempunyai ciri-ciri dapat diperluas dengan yang + kata sifat. Jadi yang disebut kata benda adalah semua kata yang dapat diterangkan atau diperluas dengan yang +
kata sifat. Kata ganti merupakan subgolongan kata benda. 2.
Kata kerja Berdasarkan bentuknya, semua kata yang mengandung me-, ber-, -kan, -I, di-
dicalonkan sebagai kata kerja. Berdasarkan kelompok kata semua jenis kata-kata diperluas dengan kelompok kata dengan + kata sifat termasuk golongan kata kerja.
Misalnya, kata berlari, memasak, makan,melihat, mengarungi, dan sebagainya.
3. Kata sifat
Berdasarkan bentuknya, semua kata dapat menggunakan se + reduplikasi kata dasar + nya dicalonkan sebagai kata sifat dapat diterangkan oleh kata paling, lebih,
sekali. Kata bilangan merupakan subgolongan kata sifat. 4.
Kata tugas Berdasarkan bentuknya kata tugas sukar sekali mengalami perubahan bentuk.
Misalnya, kata dengan, telah, dan tetapi. Ada juga yang dapat mengalami perubahan bentuk, misalnya kata tidak, sudah.
Berdasarkan kelompok kata, kata tugas hanya mempunyai tugas untuk memperluas transformasi kalimat. Kata tugas tidak dapat menduduki fungsi pokok
dalam sebuah kalimat dan tidak dapat membentuk kalimat meskipun ada juga kata tugas yang dapat membentuk kalimat. Misalnya : sudah, belum, tidak, bukan.
Berdasarkan empat kategori kata yang dikemukakan oleh Alwi dalam bandana, 2002 dan Gorys Keraf dalam Ramlan, 1985: 44-46 peneliti menggunakan
teori Alwi dan Gorys Keraf berdasarkan kelas kata verba kata kerja, nomina kata benda, adjektivakata sifat dalam penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
3.3 Tinjauan Pustaka
Berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan, maka ada sejumlah sumber yang didapat untuk di kaji dalam penelitian ini, adapun sumber tersebut adalah
sebagai berikut : Tetty Rinawaty 1999, dalam skripsinya yang berjudul Tinjauan Pemakaian
Polisemi pada Harian Suara Pembaharuan, menganalisis tentang makna polisemi dan kategori polisemi. Dalam penelitiannya dia menyimpulkan bahwa polisemi dalam
harian Suara Pembaharuan lebih cenderung menggunakan kelas kata kerja serta tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda karena telah digunakan pada kalimat yang
tepat, sehingga informasi yang di sampaikan dapat di pahami. Bandana dan kawan-kawan 2002, dalam skripsinya yang berjudul Tinjauan
Polisemi dalam Bahasa Bali. Bandana dan kawan-kawan menyimpulkan bahwa polisemi dalam bahasa Bali dapat ditinjau dari bentuknya, kategori katanya dan
perubahan maknanya. Berdasarkan perubahan makna, polisemi dalam bahasa Bali ada dua yaitu perluasan makna dan pembelahan makna.
Fahri Lubis 2004, dalam skripsinya yang berjudul Polisemi dalam Bahasa Mandailing, menganalisis tentang kategori kata polisemi serta perubahan makna
polisemi. Dalam penelitiannya, dia menyimpulkan bahwa polisemi dalam bahasa Mandailing berdasarkan bentuknya ada dua yaitu polisemi berbentuk kata dasar dan
polisemi berbentuk kata kompleks. Berdasarkan kategori kata polisemi dalam bahasa Mandailing ada empat yaitu : polisemi Verba kata kerja, polisemi Nomina kata
benda, polisemi Adjektiva kata sifat. Marini Nova 2008 dalam skripsinya yang berjudul Analisis Pemakaian
Polisemi pada Harian Medan Bisnis edisi Agustus 2007. Dalam penelitiannya dia
Universitas Sumatera Utara
menyimpulkan bahwa dalam harian Medan Bisnis edisi Agustus 2007 terdapat tiga kelas kata polisemi yakni polisemi Verba kata kerja sebanyak 60,57, polisemi
nomina kata benda sebanyak 32,21, dan polisemi Adjektiva kata sifat sebanyak 41,22. Polisemi pada harian Medan Bisnis edisi Agustus 2007 lebih cenderung
menggunakan kata kerja. Berdasarkan beberapa sumber di atas, maka dapat dijadikan sebagai sumber
sejumlah data yang relevan dan berhubungan dengan penelitian pemakaian polisemi dalam harian Sumut Pos karena hasil penelitian sebelumnya dapat menjadi informasi
bagi peneliti untuk memperoleh analisis yang lebih lengkap dengan menggunakan teori polisemi. Oleh karena itu, analisis pemakaian polisemi dalam harian Sumut Pos
sama sekali belum pernah diteliti dan pada kesempatan ini akan diteliti tentang kategori jenis kata polisemi dan bagaimana makna kata polisemi yang terdapat dalam
harian Sumut Pos edisi Maret 2010.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi adalah letak atau tempat. Lokasi penelitian dapat dilakukan di lapangan atau di perpustakaan. Di perpustakaan peneliti mencari sumber data berupa buku-
buku atau tulisan-tulisan yang berkaitan dengan penelitian ini. Penelitian ini berlangsung di ruang belajar peneliti untuk mengumpulkan data-data yang diambil
dari harian Sumut Pos. Pengumpulan data dalam penelitian analisis polisemi pada harian Sumut Pos adalah bulan Maret 2010.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi adalah sejumlah keseluruhan pemakaian bahasa yang diketahui batas- batasnya akibat luasnya daerah dan orang yang menggunakan bahasa tersebut
Sudaryanto, 1993 : 36. Sampel adalah sebagian dari pemakaian bahasa yang mewakili dari suatu populasi Sudaryanto, 1990 : 30.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh katafrase yang mengandung makna polisemi yang terdapat dalam harian Sumut Pos edisi Maret 2010. Setelah
populasi dirumuskan dengan jelas, barulah kita dapat menetapkan apakah mungkin untuk meneliti seluruh elemen populasi ataukah perlu mengambil sebagian dari
populasi yang sering disebut sebagai sampel. Oleh karena jumlah data yang banyak, penulis mengambil sampel dari populasi yang tersedia. Dalam penelitian ini penulis
mengambil sampel sebanyak 70 data dari 100 data yang diperoleh mulai tanggal 1Maret – 31 Maret harian Sumut Pos yang dipilih secara acak.
Universitas Sumatera Utara