2.3. Erosi Diperbolehkan
Erosi adalah proses alam yang telah, sedang dan akan terus terjadi dan tidak dapat dihentikan, namun yang dapat dilakukan hanyalah mengendalikan
atau menurunkan laju erosi. Dengan demikian diperlukan adanya tolok ukur untuk menentukan kapan atau pada tingkatan erosi berapa kita harus melakukan
pengendalian erosi. Tingkatan erosi ini kemudian ada yang menyebutnya dengan istilah “ Permicible Erosion “ atau “ acceptable erosion “ , yang jika
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “ Erosi diperbolehkan “ Edp. Erosi yang diperbolehkan Edp dapat diartikan sebagai suatu tingkat erosi
tanah maksimum yang masih memberikan produktivitas tanah yang memadai dan mampu dipertahankan secara ekonomis. Dalam kondisi keseimbangan alam maka
besarnya erosi diperbolehkan adalah sama dengan laju pembentukan tanah. Karena laju pembentukan tanah tidak seragam, maka erosi yang diperbolehkan
juga akan berbeda untuk setiap kondisi tanah. Sampai sekarang kriteria penetapan nilai erosi yang diperbolehkan terus
berkembang karena masih banyak hal yang belum diketahui secara pasti, seperti laju pembentukan zona perakaran. Namun demikian, ada beberapa metode yang
dapat digunakan untuk menetapkan besarnya erosi diperbolehkan, diantaranya adalah metode Hammer 1981 yang kemudian dikembangkan oleh Wood dan
Dent 1983, dan metode yang digunakan oleh Ditjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan, Departemen Kehutanan.
Persamaan penetapan nilai erosi yang diperbolehkan oleh Hammer 1981: kedalaman tanah ekivalen
Edp = ─────────────────── dalam mmth
kelestarian tanah
Kedalaman tanah ekivalen adalah kesetaraan kedalaman tanah yang merupakan perkalian faktor kedalaman tanah dengan kedalaman tanah efektif.
Faktor kedalaman tanah adalah faktor modifikasi yang didasarkan pada prakiraan kemerosotan jeluk tanah. Sedangkan kelestarian tanah adalah waktu yang
diperkirakan berdasarkan laju pembentukan tanah. Selanjutnya Wood dan Dent 1983 mengembangkan metode Hammer
dengan persamaan : DE - Dmin
Edp = ──────────── + laju pembentukan tanah
kelestarian tanah
DE adalah kedalaman tanah ekivalen, sedangkan Dmin adalah kebutuhan jeluk tanah minimum yang sesuai. Apabila Dmin DE maka nilai Edp sama
dengan laju pembentukan tanah. Ada lima nilai untuk menyatakan kelestarian tanah, yaitu 30, 100, 200,
400 dan 500. Studi yang dilakukan BTPDAS Surakarta 1988 menyebutkan bahwa perhitungan nilai Edp menurut Hammer pada umumnya memberikan nilai
yang lebih besar, tetapi pada kelestarian tanah 400 dan 500, nilai Hammer serta Wood dan Dent 1983 hampir sama.
2.4. Erosivitas Hujan