Strategi PeningkatanPendapatan Asli Daerah di Dinas Pengelolaan Keuangan dab Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten Majalengka)

  

STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI

DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN

ASET DAERAH (DPKAD) KABUPATEN MAJALENGKA

  Diajukan Sebagai Laporan Kuliah Kerja Lapangan Di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten Majalengka pada Prodi

  Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

  

Disusun oleh :

Della Farahdilla Juwita

41709038

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

  

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

BANDUNG

2012

RIWAYAT HIDUP

1. Identitas Diri

  Nama : Della Farahdilla Juwita Jenis Kelamin : Perempuan Status : Mahasiswa/Belum Menikah Agama : Islam Tempat Tanggal Lahir : Majalengka, 26 Juni 1991 Alamat : Jl bayangkara no 136 Majalengka Email : diella_26061991@yahoo.com Nama Ayah : Ir Syarief Maryana Pekerjaan Ayah : pegawai negeri swasta Nama Ibu : Rj Mardewita Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

  2. Pendidikan Formal

  1997-2003 : SDN Majalengka kulon 2 2003-2006 : SMPN 1 Majalengka 2006-2009 : SMA 1 Majalengka 2009-Sekarang : Universitas Komputer Indonesia

  3. Pendidikan Non Formal

  1. Tahun 2009 Ceramah Umum Dekan FISIP Unikom

  2. Tahun 2009 Seminar Peningkatan Pelayanan Publik Melalui Pemanfaatan Aplikasi ICT

  3. Tahun 2010 Training: Table Manner Class

  4. Tahun 2011 Logika KPK (Dialog Interaktif bersama KPK

  5. Tahun 2011 Seminar Pelaksanaan e-Ktp Guna Meningkatkan Pelayanan Publik

  6. Tahun 2012 Latihan dasar Kepemimpinan PRODI Ilmu Pemerintahan UNIKOM Angkatan 2010 Demikian Daftar Riwayat Hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

  Bandung, Oktober 2012 Ttd

  Della Farahdilla Juwita 41709038

  

DAFTAR ISI

  9

  2.1.3 Cara Membuat Strategi …………………………………………. 18

  2.1.2 Karakteristik Strategi ……………………………………………. 18

  2.1.1 Pengertian Strategi ……………………………………………… 16

  16

  16 2.1Strategi.........................................................................................

  9 BAB II LANDASAN TEORI.......................................................................

  1.4.2Waktu KKL …………………………………………………......

  11

  1.4.1.5 KebijakanDinasPengelolaanKeuangan Dan Aset Daerah………………………………………………..

  10

  1.4.1.4 Tujuan Dan SasaranDinasPengelolaanKeuangan Dan Aset Daerah……………………………………

  1.4.1.3 Visi Dan MisiDinasPengelolaanKeuangan Dan Aset Daerah………………………………………………..

  Halaman LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... i KATA PENGANTAR................................................................................. ii DAFTAR ISI.............................................................................................. iii DAFTAR TABEL....................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ vii BAB I PENDAHULUAN............................................................................

  8

  1.4.1.2GambaranUmumDinasPengelolaanKeuangan Dan Aset Daerah…………………………………………………

  7

  1.4.1.1Gambaran UmumKabupatenMajalengka……………………..

  7

  1.4.1 Lokasi KKL…………………………...........................................

  7

  5 1.4 Lokasi dan Waktu KKL..............................................................

  5 1.3 Metode KKL...............................................................................

  1 1.2 Kegunaan KKL..........................................................................

  1 1.1 Latar Belakang KKL..................................................................

  2.1.4 Tingkat-Tingkat Strategi ………………………………………… 20

  2.1.5 Jenis-Jenis Strategi …………………………………………. 21

  2.1.6 Perencanaan Strategis........................................................... 22

  2.1.7 Perumusan Strategi …………………………………………….. 23 2.1.8 Tingkat Strategi.......................................................................

  23 2.2Pendapatan Asli Daerah..........................................................

  25

  2.2.2 Pengertian Pajak Daerah ………………………………………. 25

  2.2.3 Pengertian Retribusi Daerah …………………………………… 26

  2.2.4 Penetapan Jenis Retribusi Daerah ……………………………. 31

  2.2.5 Dasar Hukum Pajak Dan Retribusi Daerah ………………….. 33

  2.2.6 Isi Peraturan Daerah Tentang Pajak Daerah ……………….. 34

  2.2.7 Lain-lain pendapatan asli daerah yang syah ………………... 36

  2.2.8 Peranan Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah ……………….. 37

  2.2.9 Pajak Daerah Kabupaten Majalengka ………………………… 38

  BAB III HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN KKL.............................. 39 3.1 Hasil Kegiatan KKL.................................................................

  41

  3.2 Pembahasan KKL…………………………………………………. 43

  3.2.1 Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Majalengka

  43 ………………………………………………….

  3.2.2WaktuPeningkatanPendapatanAsli Daerah...................

  47

  3.2.3DampakPeningkatanpendapatanaslidaerah …………………… 48

  3.2.4PemusatanUpayaPeningkatanPendapatanAsli

  49 Daerah ……………………………………………………..

  3.2.5Pola-PolaPeningkatan

  50 PendapatanAsli Daerah…….............

  3.2.6 Daya Meresap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah...

  50 BAB IV PENUTUP.................................................................................... 51

  4.1 Kesimpulan …………………………………………………………. 57

  4.2 Saran ……………………………………………………………...... 58 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................

  59 LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................ 65

  

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku :

  Bohari, 1995, Pengantar Hukum Retribusi, Edisi Pertama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. B.Boediono, 2000, Perpajakan Di Indonesia, Jakarta :DiaditMedia Djaenuri Aries, 2012, Hubungan Keuangan Pusat Dan Daerah,Bogor: Ghalia Indonesia. Hilarious Abut, 2005, Perpajakan, Jakarta : Diadit Media Koswara, E. 2001.Otonomi Daerah, Untuk Demokrasi Dan Kemandirian Rakyat, Jakarta: Yayasan Pariba. Mardiasmo, 2002, Perretribusian,Yogyakarta :Penerbit Andi, Edisi Revisi ResmiSiti, 2009, Perpajakan Teori Dan Kasus, Jakarta :Salemba Empat

  Ishak, Februari 2010, Posisi Politik Masyarakat Dalam Era Otonomi Daerah, Jakarta: Penaku. Stoner A.F. James, 2003, Perencanaan Dan Pengambila nKeputusan,Jakarta: PT RINEKA CIPTA. Siahaan P. Marihot, 2005, Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah, Jakarta: PT RajagrafindoPersada.

  RujukanElektronik :

   (22/7/2012)

  Dokumen-dokumen :

  Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 157 Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

  Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

  Daerah UU No. 34 Tahun 2000 yang merupakan penyempurnaan dari UU No.18

  Tahun 1997 UU No. 34 Tahun 2000, dengan menetapkan sendiri jenis pajak

  UU No. 34 Tahun 2000pasal 1 ayat (28) tentang pengertian retribusi UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sumber pendapatan

  Daerah UU No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah danRetribusi Daerah Undang-undang No. 18 Tahun 1997 sebagai mana telah diubah dalam

  Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang- undang Republik Indonesia tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Pasal 2 ayat 1 dan 2)

  Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1957 tentang Peraturan Umum Retribusi Daerah

  Undang-Undang Nomor 18 Tahun1997 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah

  UU Nomor 28 Tahun 2009 sebagai pengganti dari UU Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah danRetribusi Daerah Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 juncto Permen dagri Nomor 59 Tahun 2007 Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2011 tentang retribusi daerah Pertaturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 Tentang Retribusi Daerah Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 10 Tahun 2009 Tentang

  Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Majalengka Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupeten Majalengka

  Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Majalengka

  Perda No 9 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah Kabupaten Majalengka Laporan akun tabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) dinas pengelolaan keuangan dan asset daerah kabupaten majalengka tahun

  2011. Bahan Sosialisasi Pengelolaan Pajak Daerah Di Kabupaten Majalengka. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 9 Tahun 2010 Tentang Pajak Daerah Kabupaten Majalengka.

  Rekonsiliasi hasil Rekapitulasi Pendapatan Daerah Kabupaten Majalengka (tanggal 2 januari sampai dengan 31 desember2009 )

  RekonsiliasihasilRekapitulasiPendapatan Daerah KabupatenMajalengka (tanggal 1 januarisampaidengan 31 desember2010 )

  Rekonsiliasihasil Rekapitulasi Pendapatan Daerah Kabupaten Majalengka (tanggal 1 januari sampai dengan 31 desember 2011)

  Rekonsiliasi hasil Rekapitulasi Pendapatan Daerah Kabupaten Majalengka (tanggal 1 januari sampai dengan 30 juni2012 )

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang KKL

  Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan daerah dalam hal ini merupakan pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang- undangan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah Pasal 1angka 18. Kebijakan keuangan daerah diarahkan untuk meningktakan pendapatan aslidaerah sebagai sumber utama pendapatan daerah yang dapat dipergunakan oleh daerah dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan daerah sesuai dengan kebutuhannya guna memperkecil ketergantungan dalam mendapatkan dan adanya pemerintah tingkat atas (subsidi).

  Keuangan daerah merupakan faktor strategis yang turut menentukan kualitas penyelenggaraan pemerintah daerah, mengingat kemampuannya akan mencerminkan daya dukung manajemen Pemerintah Daerah terhadap peyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi tanggung jawabnya. Tingkat kemampuan keuangan daerah, dapat diukur dari kapasitas Pendapatan Asli Daerah, rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap jumlah penduduk dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Untuk memahami tingkat kemampuan keuangan daerah, maka perlu dicermati kondisi kinerja keuangan daerah, baik kinerja keuangan masa lalu maupun kebijakan yang melandasi pengelolaannya.

  Perkembangan pengelolaan keuangan Pemerintah Daerah tidak terlepas dari batasan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan

  Keuangan Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 juncto Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah. Berdasarkan ketentuan tersebut, kinerja keuangan pemerintah daerah sangat terkait dengan aspek kinerja pelaksanaan APBD dan aspek kondisi neraca daerah. Kinerja pelaksanaan APBD tidak terlepas dari struktur dan akurasi belanja (belanja langsung dan belanja tidak langsung) pendapatan daerah yang meliputi pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah.

  Adapun sumber-sumber pendapatan asli daerah (PAD) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 157 yaitu :

  1. Hasil Pajak Daerah Pajak merupakan sumber keuangan pokok bagi daerah-daerah disamping retribusi daerah.

  2. Hasil Retribusi Daerah Retribusi daerah menurut (Josef Kaho Riwu, 2005:171) merupakan pungutan daerah sebagal pembayaran pemakalan atau karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau mhlik daerah untuk kepentingan umum, atau karena jasa yang diberikan oleh daerah balk Iangsung maupun tidak Iangsung

  3. Hasil Pengelolaan Kekayaan yang dipisahkan Kekayaan daerah yang dipisahkan berarti kekayaan daerah yang dilepaskan dan penguasaan umum yang dipertanggung jawabkan melalui anggaran belanja daerah dan dimaksudkan untuk dikuasai dan dipertanggungjawabkan sendiri. Dalam hal ini hasil laba perusahaan daerah merupakan salah satu daripada pendapatan daerah yang modalnya untuk seluruhnya atau untuk sebagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan. Maka sewajarnya daerah dapat pula mendirikan perusahaan yang khusus dimaksudkan mempertinggi produksi, yang kesemua kegiatan usahanya dititkberatkan kearah pembangunan daerah khususnya dan pembangunan ekonomi nasional umumnya serta ketentraman dan kesenangan kerja dalam perusahaan menuju masyarakat adil dan makmur.

  4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, Jasa giro, Pendapatan bunga, Keuntungan seIisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dan penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.

  Menurut Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yang dimaksud dengan PAD adalah pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi.

  Sesuai dengan prinsip otonomi daerah yang memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab, penyelenggaraan pemerataan dan pembangunan daerah secara bertahap akan semakin banyak diserahkan kepada daerah. Strategi untuk meningkatkan PAD merupakan ujung timbak dalam peyelenggaraan Pemerintah Daerah, berbagai kegiatan pemerintah baik tugas pokok maupun tugas pembantuan harus diimbangi oleh adanya PAD sebagai media penggerak program pemerintah daerah. Agar keberadaan PAD berjalan lancar, maka jumlah pendapatan minimal seimbang dengan pengeluaran artinya tidak besar pasak daripada tiang, oleh karena itu Pemerintah Daerah harus mempunyai strategi dalam pengelolaan PAD terutama dalam meningkatkan pendapatan asli daerahnya. dalam strategi mengoptimalisasikan sumber-sumber PAD tersebut. Aset Daerah pun selain menjadi sumber dari PAD bersumber dari pelaksanaan APBD merupakan output atau outcome dari terealisasinya belanja modal dalam satu tahun anggaran. Namun, pengakuan besarnya nilai aset tidak sama dengan besaran anggaran belanja modal. Penafsiran atas Permendagri No.13/2006 memang memungkinkan kita menyataan bahwa besaran belanja modal sama dengan besaran penambahan aset di neraca.

  Hal ini kurang pas jika neraca dipandang dari konsep akuntansi, karena penilaian suatu aset haruslah sebesar nilai perolehannya (konsep full cost). Artinya, seluruh biaya yang dikeluarkan sampai aset tersebut siap digunakan (ready to use) haruslah dihitung sebagai kos aset bersangkutan. Dalam konsep anggaran kinerja, biaya yang dikeluarkan adalam semua biaya yang menjadi masukan (input) dalam pelaksanaan kegiatan yang menghasilkan aset ini.

  Pengelolaan pendapatan daerah diarahkan pada peningkatan penerimaan daerah melalui optimalisasi Pendapatan Daerah sesuai peraturan yang berlaku dan kondisi daerah, peningkatan kemampuan dan keterampilan SDM Pengelola Pendapatan Daerah, peningkatan intensitas hubungan perimbangan keuangan pusat dan daerah secara adil dan proporsional berdasarkan potensi dan pemerataan dan peningkatan kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajibannya. Adapun kebijakan yang terkait dengan pengelolaan pendapatan daerah, yaitu memantapkan Kelembagaan dan Sistem Operasional Pemungutan Pendapatan Daerah, meningkatkan Pendapatan Daerah dengan intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan yang memperhatikan aspek legalitas, keadilan, kepentingan umum, karakteristik daerah dan kemampuan masyarakat dengan memegang teguh prinsip-prinsip akuntabilitas.

  Dalam rangka meningkatkan Pendapatan Daerah hingga tahun 2013 mendatang, disini dalam meningkatkan prioritas kebijakan pendapatan daerah meliputi hal-hal sebagai berikut pemerintah pun haus menyiapkan revisi Perda Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta implementasinya Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Peraturan pelaksanaannya dan melaksanakan kajian penerapan pajak progresif. Dalam hal ini Kabupaten Majalengka sendiri merupakan daerah yang rendah sumber pendapatannya dari 26 kabupaten di Jawa Barat. Majalengka merupakan 5 terendah dari banjar, kuningan. Tapi dalam 5 tahun terakhir ini terdapat lonjakan yang cukup tinggi yaitu dari 40 milyar sampai dengan 90 milyar. sehingga Dengan penjelasan yang dipaparkan diatas tersebut maka saya tertarik untuk meneliti tentang “Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Di Dinas

  

Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten

Majalengka

  1.2 Kegunaan KKL

  Adapun bentuk dari Kegunaan KKL ialah sebagai berikut :

  1 Kegunaan bagi peneliti, hasil laporan ini diharapkan bermanfaat bagi penulis dalam mengembangkan dan pemahaman ilmu pengetahuan di bidang ilmu pemerintahan khususnya mengenai strategi peningkatan pendapatan asli daerah.

  2 Kegunaan teoritis (guna ilmiah), hasil laporan ini secara teori diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan pengembangan khususnya bagi Ilmu Pemerintahan sehingga hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan literatur bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

  3 Kegunaan praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah Kabupaten Majalengka sebagai suatu bahan masukan dan bahan pertimbangan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah di dinas tersebut.

  1.3 Metode KKL

  Sesuai dengan masalah yang ditulis pada penulisan laporan KKL ini, khususnya yang berhubungan dengan yang terjadi sekarang, maka dasar- berdasarkan suatu metode. Metode tersebut dapat lebih mengarahkan penyusun dalam melakukan penulisan dan pengamatan guna penulisan laporan KKL ini.

  Dengan demikian, metode yang digunakan dalam penulisan laporan KKL ini yaitu menggunakan metode deskriptif. Metode Deskriptif pertama penulis merumuskan masalah, selanjutnya mencari informasi mengenai masalah kemudian menggambarkan permasalahan yang terjadi yang kemudian meringkas dan menarik gambaran tentang kondisi dan situasi yang menjadi masalah dalam laporan KKL ini, yang menggambarkan tentang Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Di Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten Majalengka.

  Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penulisan laporan KKL ini adalah: A. Studi Pustaka, yaitu dengan membaca dan mencari buku-buku yang berhubungan dengan Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah yang tersedia pada kantor Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten Majalengka.

  B. Studi Lapangan, yaitu dengan mengamati dan terjun langsung ke lapangan untuk mengetahui Strategi Peningkatan pendapatan asli daerah di dinas pengelolaan keuangan dan aset daerah (DPKAD) Kabupaten Majalengka. Studi lapangan ini terdiri dari :

  1. Observasi, yaitu penulis turun dan melihat langsung ke lapangan dengan pengamatan dan mencatat gejala-gejala yang di teliti berhubungan dengan Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Di Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten Majalengka.

  2. Wawancara, yang dilakukan secara tidak terstruktur, yaitu tidak menggunakan panduan wawancara, akan tetapi secara langsung menanyakan kepada Kasi Pengelolaan PBB dan BPHTB Bapak

  A. Kandar Nurdiansyah, S.STP yang berkaitan dengan informasi tentang strategi peningkatan Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Majalengka.

1.4 Lokasi dan Waktu KKL

1.4.1 Lokasi KKL

  Tempat atau Lokasi pelaksanaan KKL yang penulis pilih ialah di Kantor Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten Majalengka yaitu di Jalan Ahmad.Yani No 9 Majalengka 45411 Telp. (0233) 281167; Fax.

  (0233) 281167. Adapun judul dari laporan KKL “Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Di Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten Majalengka.

   1.4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Majalengka Kabupaten Majalengka adalah merupakan bagian dari wilayah

  administrasi Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah 120.424 hektar yang terdiri atas 26 kecamatan, 13 kelurahan dan 321 desa dan secara geografis terletak pada koordinat 6

  32’16,39” Lintang Selatan sampai dengan 7 4’ 24,75” Lintang Selatan dan 108 2’ 30,87” Bujur Timur sampai dengan 108 24’ 32,84” Bujur Timur.

  Jarak dari Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten berkisar antara 0

  • 37 Kilometer, dan jarak dari Ibukota Kabupaten ke Ibukota Provinsi Jawa Barat adalah ± 91 Kilometer serta jarak dari Ibukota Kabupaten ke Ibukota Negara adalah ± 200 Kilometer. Batas wilayah administrasi, Kabupaten Majalengka sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Indramayu, sebelah Selatan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya, sebelah Barat dengan Kabupaten Sumedang, dan Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Cirebon.

  Berdasarkan klasifikasi Kemiringan lahan, Kabupaten Majalengka diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) kelas yaitu landai/dataran rendah (0

  • – 15 persen), berbukit bergelombang (15
  • – 40 persen) dan perbukitan terjal (>40 persen). Sebesar 13,21 persen dari luas wilayah Kabupaten Majalengka
dalam kelas kemiringan lahan 15 - 40 persen, dan 68,26 persen berada pada kelas kemiringan lahan 0 - 15 persen. Sedangkan berdasarkan ketinggian, wilayah Kabupaten Majalengka diklasifikasikan dalam 3 (tiga) klasifikasi utama yaitu dataran rendah (0 - 100 mdpl), dataran sedang (100 - 500 mdpl) dan dataran tinggi (> 500 mdpl). Dataran rendah sebesar 42,21 persen dari luas wilayah, berada di Wilayah Utara Kabupaten Majalengka, dataran sedang sebesar 20,82 persen dari luas wilayah, umumnya berada di Wilayah Tengah, dan dataran tinggi sebesar 36,97 persen dari luas wilayah, mendominasi Wilayah Selatan Kabupaten Majalengka, termasuk di dalamnya wilayah yang berada pada ketinggian di atas 2.000 mdpl yaitu terletak di sekitar kawasan kaki Gunung Ciremai.

  Sumber daya air di Kabupaten Majalengka dibagi ke dalam dua bagian yaitu air permukaan dan air bawah tanah. Potensi air permukaan diperoleh dari 2 (dua) sungai Cimanuk dan sungai Cilutung serta beberapa anak sungai lainnya. Sementara potensi air permukaan lainnya berasal dari sumber mata air yang umumnya berada di wilayah Selatan Kabupaten Majalengka. Sedangkan untuk kondisi Air Bawah Tanah (ABT), secara umum berada di Wilayah Utara dan Tengah Kabupaten Majalengka yang potensi ketersediaan ABT cukup baik, kecuali untuk Kecamatan Kertajati, Dawuan, dan Ligung kondisinya kurang baik.

  1.4.1.2 Gambaran Umum Dinas Pengeloalaan Keuangan Dan Aset Daerah Kabupaten Majalengka

  Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten Majalengka. Dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Majalengka ( Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2009 Nomor 10 ) sebagaimana telah diubah melalui Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 10 Tahun 2009 Tentang

  Adapun susunan organisasi dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah sebagaimana diatur dalam Ayat (3) Pasal I Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Majalengka Yang Mengubah Ketentuan Ayat (1) Dan Ayat (2) Pasal 28 Paragraf 2, Bagian Kesembilan,

  2. Seksi Pengendalian Anggaran

  3. Seksi Pelaoran Aset

  2. Seksi Penatausahaan Aset Tetap

  1. Seksi Penatausahaan Aset Lancer Dan Aset Lainnya

  6. Bidang aset, membawahkan :

  3. Seksi Akuntansi Dan Pelaporan

  2. Seksi Pengelolaan Belanja Langsung

  1. Seksi Pengelolaan Belanja Tidak Langsung

  5. Bidang perbendaharaan dan akuntansi, membawahkan :

  1. Seksi Penyusunan Anggaran

  Bab VII Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Majalengka, terdiri dari :

  4. Bidang anggaran, membawahkan :

  3. Seksi Pengelolaan Dana Perimbangan Dan Lain-Lain Pendapatan Yang Sah.

  2. Seksi pengelolaan pendapatan asli daerah dan lainnya.

  1. Seksi Pengelolaan Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB) Dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB).

  3. Bidang pendapatan, membawahkan :

  2. Sub bagian keuangan 3. Sub bagian perencanaan, evaluasi, dan pelaporan.

  1. Sub bagian umum

  2. Sekretariat, membawahkan :

  1. Kepala Dinas

  7. UPTD

  

1.4.1.3 Visi Dan Misi Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah

Kabupaten Majalengka

  Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah sendiri mempunyai Visi dan misi yang mendalam dan menunjukan tekad yang kuat dari dinas tersebut. Adapun visi itu sendiri merupakan gambaran masa depan yang hendak diwujudkan, namun visi tersebut harus bersifat praktis, realistis, untuk dicapai, dam menberikan tantangan serta menumbuhkan motivasi yang kuat bagi dinas tersebut. Visi dari dinas pengelolaan keuangan dan aset daerah yaitu Mewujudkan Tata Kelola Keuangan Daerah Yang Profesioanal Dan Akuntabel. Misi dari dinas pengelolaan keuangan dan aset daerah adalah :

  1. Memantapkan tata kelola anggaran yang tepat

  2. Meningkatkan pendapatan daerah

  3. Memantapkan penatausahaan keuangan daerah yang akuntable

  4. Memantapkan penatausahaan aset daerah yang tertib Dengan misi ini diharapkan menjadi sebuah lembaga yang mampu menampung pendanaan pembangunan kabupaten majalengka dan menatausahaan pengelolaan belanja daerah. Dalam hal ini dinas pengelolaan keuangan dan aset daerah mempunyai tujuan tertentu yaitu :

  1. Tersedianya regulasi sebagai paying hukum dalam pengelolaan keuangan dan aset daerah

  2. Meningkatkan pajak daerah yang realistis

  3. Meningkatkan tata kelola anggaran

  4. Meningkatkan penatausahaan keuangan daerah yang akuntabel

  5. Menigkatkan penatausahaan aset daerah yang tertib Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang menujuk pada visi, misi, sasaran dan tujuan Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah, maka kebijakan yang telah ditetapkan sebagai berikut :

  1. Kebijakan dibidang anggaran

  2. Kebijakan dibidang pendapatan

  3. Kebijakan bidang perbendaharaan

  

1.4.1.4 Tujuan Dan Sasaran Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset

Daerah Kabupaten Majalengka

  4. Terwujudnya penatausahaan keuangan daerah yang dapat dipertanggungjawabkan

  1.2 Melaksanakan optimalisasi anggaran untuk meningkatkan

  1.1 Melaksanakan sinkronisasi dan konsistensi penyusunan anggaran yang berbasis prestasi kerja.

  1. Kebijakan dibidang anggaran yaitu :

  Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang merujuk pada visi, misi sasaran, tujuan dinas pengelolaan keuangan dan aset daerah kabupaten majalengka, telah ditetapkan kebijakan sebagai berikut :

  6. Berjalannya fungsi kantor untuk menunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsi

  5. Terwujudnya pengelolaan aset daerah yang tertib

  3. Terwujudnya optimalisasi anggaran untuk meningkatkan pelayanan aparatur dan kesejahteraan masyarakat

  Tujuan yang hendak dicapai oleh dinas pengelolaan keuangan dan aset daerah adalh sebagai berikut :

  2. Optimalisasi potensi dan realisasi pendapatan daerah

  1. Jumlah regulasi sebagai payung hukum dalam pengelolaan keungan dan aset daerah

  5. Meningkatkan penatausahaan aset daerah yang tertib Adapun sasaran yang hendak dicapai oleh dinas pengelolaan keuangan dan aset daerah adalh sebagai berikut :

  4. Meningkatkan penatausahaan keuangan yang akuntabel

  3. Meningkatkan tata kelola anggaran

  2. Menigkatkan pajak daerah yang realistis

  1. Tersedianya regulasi sebagai paying hukum dalam pengelolaan keuangan dan aset daerah

1.4.1.5 Kebijakan Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah

  1.3 Transparasi dan akuntabilitas anggaran daerah

  1.4 Disiplin anggaran

  1.5 Keadilan anggaran

  1.6 Efisiensi dan efektifitas anggaran

  1.7 Disiplin dalam penjadualan anggaran untuk mendukung efektifitas penganggaran

  1.8 Disiplin pengalokasian anggaran berdasarkan karakteristik sumber penerimaan

  2. Kebijakan bidang pendapatan

  3. Kebijakan bidang aset dan akuntansi Pada laporan KKL ini objek yang digunakan penulis ialah tentang pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten majalengka tersebut. Dalam hal ini pajak daerah sendiri telah diatur dalam UU No. 34 Tahun 2000 yang merupakan penyempurnaan dari UU No.18 Tahun 1997 dan ditindaklanjuti peraturan pelaksananya dengan PP No.65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah. Jenis pajak kabupaten atau kota tidak bersifat limiatif, artinya kabupaten atau kota diberi peluang untuk menggali potensi suber-sumber keuangannya selain yang telah ditetapkan secara eksplisit dalam UU No. 34 Tahun 2000, dengan menetapkan sendiri jenis pajak dengan memperhatikan kriterianya menurut Undang

  • – Undang tersebut. Dalam hal ini pajak daerah yang baik merupakan pajak yang akan mendukung pemberian kewenangan kepada daerah dalam rangka pembiayaan desentralisasi. Untuk itu pemerintah daerah dalam melakukan pungutan pajak harus tetap memperhatikan sesuai dengan fungsi-fungsinya. Dalam sumber pendaptan asli daerah selain ada pajak daerah ada juga retribusi daerah. Sebagaimana halnya pajak daerah retribusi ini diharapkan menjaadi salah satu sumber pembiyaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut pasal 1 ayat (28) UU No. 34 Tahun 2000 retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk
penting dalam peranan Pendapatan Asli Daerah pajak daerah dan retribusi merupakan kompenen yang berimplikasi dalam memberikan kontribusinya kepada Pendapatan Asli Daerah.

  Pada sisi lain otonomi daerah pun berpotensi besar dalam membiayai daerah-daerah dan memberikan peluang untuk menggali potensi daerah melaui pajak daerah dan retribusi daerah dalam meningkatkan Pendapatan Daerah. Retribusi dapat digolongkan atas tiga golongan, yaitu Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, Retribusi Perizinan Tertentu.

  1. Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh probadi atau badan. Jenis Retribusi Jasa Umum antara lain retribusi pelayanan kesehatan, retribusi pelayanan kebersihan / persampahan, retribusi penggantian biaya cetak kartu penduduk dan akte sipil dan lain-lain.

  2. Retribusi jasa usaha adalah retribusi atau jasa yang disdiakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta. Jenis Retribusi Jasa Usaha antaralain retribusi pemakaman kekayaan daerah, retribusi pasar grosir dan atau pertokoan, retribusi tempat pelelangan.

  3. Retribusi Perijinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian ijin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendaliaan, dan pengawasan, atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumberdaya alam,sarana dan prasarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum. Dalam hal ini Pendapatan Asli daerah ini merupakan bagian terpenting dari penerimaan Daerah. Semakin tinggi sumber PAD akan semakin tinggi kemampuan daerah dalam menyelenggarakan otonomi daerah. Pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah. pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi. Berbagai kebijaksanaan keuangan daerah yang diambil diarahkan untuk semakin meningkatkan kemampuan dalam membiayai urusan penyelenggaraan pemerataan dan pembangunan daerahnya. Secara garis besar kebijaksanaan mencakup beberapa komponen utama yaitu:

  1. Kebijaksanaan di bidang penerimaan yaitu untuk mendorong kemampuan daerah yang semaksimal mungkin dalam membiayai urusan rumah tangganya sendiri

  2. Kebijaksanaan di bidang pengeluaran Berorientasi pada prinsip desentralisasi dalam perencanaan, penyusunan program, serta pengambilan keputusan dalam memilih Negara dan proyek daerah serta pelaksanaannya.

  3. Peningkatan kemampuan organisasi pemerintah daerah termasuk kemampuan personil dan struktur organisasinya.

1.4.2 Waktu KKL

  Penulisan kuliah kerja lapangan sampai dengan pengumpulan laporan terdiri dari:

  1 Penyusunan rancangan judul, bulan Mei 2012.

2 Penyusunan Laporan KKL, bulan Juni –Juli 2012.

  3 Pelaksanaan KKL, bulanJuli- Agustus 2012 4 Pengumpulan Data bulan Juli - Agustus2012.

  5 Penyusunan Laporan KKL September - Oktober 2012.

  6 Pengumpulan Laporan KKL November 2012.

  7 Seminar Laporan KKL Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.1 Jadwal KKL

  No Waktu 2012 2013

  Me Juni Juli Ags Sep Okt Nov Jan

  Kegiatan

  i

  1 Penyusunan rancangan judul

  2 Penyusunan Laporan KKL

  3 Pelaksanaan KKL

  4 Pengumpulan Data

  5 Penyusunan Laporan KKL

  6 Pengumpulan Laporan KKL

  7 Seminar lokakarya

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Strategi

2.1.1 Pengertian Strategi

  Pada penyelenggaraan ataupun proses pembangunan daerah dan APBD di daerah-daerah khususnya pada peningkatan pajak daerah dan retribusi daerah. Pemerintah daerah pada umumnya harus mempunyai suatu strategi dalam meningkatkan sumber keuangan daerahnya tersebut. Karena dengan adanya Pendapatan Asli Daerah akan meningkatkan sumber pendapatan bagi daerahnya masing-masing. Perencanaan pembangunan daerah hendaknya memperlihatkan perencanaan secara terpadu dan terintegrasi antara kebijaksanaan perencanaan program dan kebijaksanaan pembiayaan penyelenggaraan pemerintah daerah. Namun pada umumnya strategi untuk mencapai keberhasilan suatu daerah akan berjalan semestinya dilihat dari visi daerahnya masing-masing agar mencapai suatu tujuan yang dapat mensejahterakan masyarakat.

  Pelaksanaan pembangunan daerah pada dasarnya merupakan

  bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah dan menserasikan laju pertumbuhan antar daerah di Indonesia. Dalam pengembangan daerah sudah barang tentu dibutuhkan peningkatan pendayagunaan, potensi daerah secara optimal. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Dalam Undang-undang ini disebutkan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan amanat Undang- Undang Dasar Tahun 1945, pemerintahan daerah yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

  Berdasarkan asal kata "strategi" adalah turunan dari kata dalam

  stratÄ“gos. Adapun stratÄ“gos dapat diterjemahkan

  sebagai 'komandan militer' pada zaman demokrasi Athena. Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaantertentu. Di dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif. Strategi secara umum adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.

  Berdasarkan uraian diatas mengenai pengertian strategi, penulis akan menguraikan dua prespektif yang diungkapkan oleh James A.F. Stoner, Charles Wankel dalam bukunya

  ”Perencanaan Dan Pengambilan Keputusan” berikut ini dua prespektif yaitu :

  Strategi dapat disoroti sekurang

  • – kurangnya dari dua prespektif yang berbeda, yaitu dari prespektif mengenai apa yang hendak dilakukan oleh sebuah organisasi dan yang kedua dari apa sesungguhnya dilakukan oleh sebuah organisasi, baik tindakannya sejak semula memang disengaja atau tidak. Dari prespektif pertama, strategi didefinisikan sebagai program yang luas untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan melaksanakan misinya. Dari prespektif yang kedua, strategi adalah pola tanggapan organisasi yang dilakukan terhadap lingkungannya sepanjang waktu. (James A.F. Stoner, Charles Wankel 2003 : 160-161 ) Menurut kamus besar bahasa Indonesia, stategi mempunyai empat pengertian, yaitu :

  1. ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa(- bangsa) untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dl perang dan damai;

  2. ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh dl perang, dl kondisi yg menguntungkan: sbg komandan ia memang menguasai betul -- seorang perwira di medan perang;

  3. rencana yg cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus; 4. tempat yg baik menurut siasat perang ( Kamus Besar Indonesia 1995 : 859 )

2.1.2 Karakteristik Strategi

  Robert H. Hayes dan Steven C. Wheelwright telah mengindetifikasi lima sifat pokok strategi yaitu :

  1 Waktu. Pada umumnya kata strategi digunakan untuk melukiskan kegiatan yang meliputi waktu dalam arti yang luas, menyangkut baik waktu yang dicapai untuk melaksanakan kegiatan tersebut maupun waktu yang digunakan untuk mengamati dampaknya.

  2 Dampak. Mesikipun akibat yang ditimbulkan karena mengikuti strategi tertentu belum terlihat jelas sekalipun dalam jangka waktu yang lama, namun dampak akhirnya akan sangat berarti.

  3 Pemusatan upaya. Sebuah strategi yang efektif biasanya memerlukan pemusatan kegiatan sempit, upaya, atau perhatian seseorang pada tujuan yang agak.

4 Pola – pola keputusan.

  5 Daya meresap. Sebuah strategi mencakup spectrum aktivitas yang luas. (Hayes dan Wheelwright, 2003 : 162 ) Kelima sifat ini jelas menunjukan bahwa strategi sebuah organisasi merupakan inti yang menjadi pusat dari semua kegiatan utama lainnya dari sebuah organisasi. Strategi bersifat jangka panjang dan mencangkup banyak hal. Ia meresapi dan mengendalikan semua tindakan penting organisasi, dan merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan atau kegagalan sebuah organisasi dikemudian hari.

2.1.3 Cara-Cara Membuat Strategi

  Dalam bagian ini akan membahas tentang berbagai gaya penyusunan strategi. Mintzberg memberikan tiga cara pembuatan strategi, yaitu cara wiraswsta, cara adaptif, dan cara perencanaan. Dalam cara wiraswasta, seorang pemimpin yang kuat umumnya pendiri kegiatan usaha yang bersangkutan, mengambil keputusan yang berani dan penuh resiko secara intuitif, yaitu dengan cara mengandalkan pertimbangan pribadi yang dibentuk oleh pengalamannya.

  Dengan kekuasaannya yang terpusat ditangan eksekutif kepala organisasi wiraswasta dimotivasi terutama oleh satu tujuan tunggal pertumbuhan konstan. Penyusunan strategi ditentukan oleh pencarian terhadap peluang baru secara aktif dengan pilihan yang diarahkan oleh rencana pribadi pimpinan untuk melakukan serangan.