dalam masyarakat, menghargai pekerja, menghormati orang-tua, mencintai kampung halaman, dan memiliki patriotisme.
Dengan kata lain, untuk meningkatkan kemampuan akademik di SD dan SMP, mereka menekankan pada 4 C community, connectedness, commitment
dan caring . Keempat unsur ini adalah dasar dari pembentukan ningen dan
kokoro Rohlen, 1998: 135
Target tersebut mendasari setiap aktivitas yang dilakukan di sekolah, baik aktivitas baik dalam aktivitas di dalam kelas maupun aktivitas khusus.
Berikut ini saya akan menguraikan mengenai aktivitas di kelas dan aktivitas khusus di SD dan SMP.
2.3 Aktivitas Belajar di Dalam Kelas Kelas Aritmatika Kelas 5
Berpedoman pada target pendidikan moral di SD dan SMP Jepang, setiap siswa diajarkan mengenai harmoni dan kerjasama dalam kegiatan belajarnya
sehari-hari, seperti berikut ini :
- Menghargai hal yg kecil dan menghargai proses
Pada hari-hari pertama masuk SD, siswa tidak langsung diberikan materi pelajaran, tetapi mereka diajarkan untuk bersosialisasi dengan teman-
temannya dan mengenal sekolahnya. Hal ini dilakukan untuk melatih mereka bersosialisasi dalam kelompok. Selain itu, mereka diajarkan untuk tampil atau
mengeluarkan pendapatnya di depan umum secara bergiliran. Kemudian yang lainnya mendengarkan dengan baik. Hal ini bertujuan untuk membentuk
kepercayaan diri mereka berbicara di depan umum, dan mereka menghargai pendapat orang lain. Selain itu mereka juga diajarkan untuk mandiri atau tidak
bergantung kepada orang lain dalam mengerjakan tugasnya. Para guru di SD Jepang sangat sabar. Mereka menjelaskan tugas untuk muridnya secara
perlahan dan serinci mungkin, agar mereka teliti dan berhati-hati. Karena yang terpenting adalah proses pengerjaannnya, maka guru memberikan waktu yang
cukup lama dalam penyelesaiannya.
- Menciptakan suasana kelas yang penuh energi dan saling bekerja sama
Sebagai contoh adalah suasana pelajaran aritmatika di kelas 5. Suasana di kelas sangat ribut. Mereka bebas berteriak-teriak, berjalan-jalan di dalam kelas
dan mengobrol dengan temannya. Tetapi ternyata, mereka bukan sekedar berteriak dan mengobrol, tapi mereka diberi kesempatan untuk mengeluarkan
pendapat, berdiskusi dengan temannya, memberikan jawaban atau mengusulkan metode penyelesaian dari soal yang diberikan oleh guru.
Selain itu, mereka biasanya dibagi menjadi kelompok han yang beranggotakan 4-5 orang, kemudian mereka diberikan materi untuk dikerjakan
bersama-sama dalam kelompok Pembagian dan anggota kelompok diatur oleh guru. Setiap kelompok memiliki ketua kelompok. Ketua kelompok bertugas
untuk mengatur, memberi tugas anggotanya dan menjadi juru bicara dari kelompoknya. Guru memberi pengarahan kepada ketua kelompok untuk
membagi tugas, mengatur, dan memotivasi kelompoknya. Mereka bersaing antar kelompok, dan kesuksesan kelompok adalah kesuksesan individu juga.
Kerja kelompok atau han, juga digunakan baik dalam kegiatan akademik juga non-akademik. Misalnya untuk membersihkan kelas, dan untuk
mempersiapkan makan siang. -
Manajemen kelas di SD
- Salah satu model kelas yang dinilai efektif dalam pembentukan kerja sama
adalah model kelas yang menempatkan guru di tengah, dan dikelilingi oleh muridnya vertical equality model .
Dengan model kelas seperti itu guru dapat mengatur hubungan antar
individu, mengetahui kekurangan, kelebihan dan perkembangan setiap individu. Serta yang terpenting adalah, guru dapat menyelaraskan harmoni, dan
mengurangi rasa berkompetisi atau rasa terasing. Berdasarkan hal-hal tersebut, pendidikan di SD lebih ditekankan pada
proses, keterikatan dan komitmen. Murid dibiarkan untuk merasakan, bertindak sesuai kehendaknya, dan diberikan kesempatan untuk menemukan
solusi sendiri, daripada mendapatkan fakta dan mencari jawaban dalam waktu singkat.
2.4 Aktivitas Khusus SD dan SMP