HUBUNGAN PEMAHAMAN ANAK TERHADAP ATURAN DENGAN POLA TINGKAH LAKU MORAL SISWA DI SEKOLAH DASAR.

(1)

HUBUNGAN PEMAHAMAN ANAK TERHADAP ATURAN DENGAN POLA TINGKAH LAKU MORAL SISWA DI SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Oleh

Didit Aditya Khudori

1104892

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR DEPARTEMEN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

HUBUNGAN PEMAHAMAN ANAK TERHADAP ATURAN DENGAN POLA TINGKAH LAKU MORAL SISWA DISEKOLAH DASAR

Oleh

Didit Aditya Khudori

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

© Didit Aditya Khudori 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang di photocopy, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN PEMAHAMAN ANAK TERHADAP ATURAN DENGAN POLA TINGKAH LAKU MORAL SISWA DI SEKOLAH DASAR

(Studi Korelasi Pada Siswa-siswi Sekolah Dasar Kelas III sampai dengan kelas VI di Sekolah Dasar Negeri yang beralamat di Jl. Sirnamanah No 4 Kota Bandung

Tahun Ajaran 2014/2015)

Oleh :

Didit Aditya Khudori NIM. 1104892

Disetujui dan disahkan oleh : Pembimbing

Dr. H. Y. Suyitno, M.Pd NIP. 19500908 198101 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Dr. Dharma Kesuma, M.Pd NIP. 19550927 198503 1 001


(4)

ABSTRAK

HUBUNGAN PEMAHAMAN ANAK TERHADAP ATURAN DENGAN POLA TINGKAH LAKU MORAL SISWA DISEKOLAH DASAR

(Studi Korelasi Pada Siswa-siswi Sekolah dasar Kelas III sampai dengan kelas VI di Sekolah Dasar Negeri yang beralamat di Jl. Sirnamanah No 4 Kota Bandung Tahun

Ajaran 2014/2015) Oleh

Didit Aditya Khudori 1104892

Skripsi ini dibimbing oleh : Dr. H. Y. Suyitno, M.Pd.

Penelitian ini berjudul “Hubungan Pemahaman Anak Terhadap Aturan Dengan Pola Tingkah Laku Moral Siswa Di Sekolah Dasar”. Tingkah laku moral merupakan kebiasaan-kebiasaan yang sering dilakukan oleh seseorang yang menyangkut nilai-nilai etika atau moral yang berlaku dimasyarakat. Moral menjadi salah satu tujuan dari pendidikan dimana tujuan dari pendidikan adalah mendidik siswa-siswi sekolah agar memiliki budi pekerti serta bermoral tinggi. Namun pada kenyataannya masih banyak siswa-siswi sekolah dasar yang tidak mengikuti aturan moral tersebut, masih banyak siswa yang berbicara kasar, kotor, tidak sopan serta memiliki kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik. Berdasarkan hal tersebut diduga bahwa faktor yang mempengaruhi tingkah laku moral siswa adalah pemahaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran umum pemahaman anak terhadap aturan, pola tingkah laku moral siswa dan bagaimana hubungan antara pemahaman dengan pola tingkah laku moral siswa di Sekolah Dasar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Serta teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi yang menggunakan rumus Pearson Product Moment. Pengumpulan data dengan cara pengisian tes pemahaman dan angket tingkah laku moral siswa. Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 56 siswa terdiri dari kelas III sampai kelas VI Sekolah Dasar. Dari Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pemahaman anak terhadap aturan berada pada kategori rendah, yakni sebanyak 42,86% belum memahami dan mengetahui aturan yang berlaku disekolah, sedangkan pola tingkat tingkah laku moral siswa berada pada kategori rendah yaitu sebanyak 42,86% siswa memiliki pola tingkah laku moral yang dapat dikatakan rendah atau kurang baik. Hubungan pemahaman dengan pola tingkah laku moral siswa menunjukan nilai koefisien korelasi sebesar 0,630 dengan nilai probabilitas Sig.2-tailed = 0,000 < 0,05. Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan adanya hubungan yang signifikan (korelasi kuat) antara pemahaman dengan pola tingkah laku moral siswa. Serta kontribusi pemahaman terhadap pola tingkah laku moral siswa sebesar 39,8%.


(5)

ABSTRACT

COMPREHENSION CHILD RELATIONSHIP TO RULE WITH PATTERN STUDENT BEHAVIOUR MORAL PRIMARY SCHOOL

(Correlation Study Students In Class III elementary school up to sixth grade at State Primary School is located at Jl. Sirnamanah No. 4 Bandung Academic Year

2014/2015) By

Didit Aditya Khudori 1104892

This thesis is guided by: Dr. H. Y. Suyitno M.Pd.

Moral behavior is a habit that is often done person concerning ethical values or moral force in society. One of the goals of education is to educate students in the school in order to have the manners and morals. But in fact there are many elementary school students who do not follow the rules of morality, many students who speak a rough, dirty, rude and have bad habits. Based on that alleged that the factors affecting the moral behavior of students is understanding. This study aims to determine how the general description of children's understanding of the rules, patterns of moral behavior of students and how the relationship between the understanding of the patterns of moral behavior in elementary school students. This research uses descriptive method with quantitative approach. As well as the techniques used in this study is the correlation technique using the formula Pearson Product Moment. Data collection by charging comprehension tests and questionnaires moral behavior of students. The number of samples in this study amounted to 56 students consisting of class III to class VI Elementary School. From the results of the study showed that the rate of children's understanding of the rules that are in the lower category, ie as many as 42.86% of students do not understand and know the rules that apply in school, while the level of moral behavior of students that are in the lower category that is as much as 42.86%, students have moral behavior patterns that can be said to be low or unfavorable. Understanding relationships with students moral behavior patterns showed the value of the correlation coefficient of 0.630 with Sig.2-tailed probability value = 0.000 <0.05. Thus the results of this study showed a significant relationship (strong correlation) between the understanding of the patterns of moral behavior of students. And contribution to the understanding of moral behavior patterns of students of 39.8%.


(6)

DAFTAR ISI

LAMPIRAN PERNYATAAN………. i

ABSTRAK………... ii

KATA PENGANTAR………. iv

UCAPAN TERIMAKASIH……… v

DAFTAR ISI……… vii

DAFTAR TABEL……… x

DAFTAR DIAGRAM……….. x

DAFTAR LAMPIRAN……… xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Rumusan Masalah………. 5

C. Tujuan Penelitian……….. 6

D. Manfaat Hasil Penelitian………... 6

E. Sistematika Penulisan Skripsi ………... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hubungan……….. 9

B. Hakikat Pemahaman………. 9

C. Tingkah Laku Moral………. 12

1. Pengertian Tingkah Laku……… 12

2. Pengertian Moral………. 12


(7)

4. Proses Perkembangan Moral……….. 16

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian………. 22

B. Definisi Operasional Variabel………. 23

C. Populasi dan Sampel……… 24

D. Instrumen Penelitian……… 26

E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen………. 28

F. Teknik Analisis dan Pengolahan Data……… 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian……….. 41

1. Gambaran Umum Pemahaman Siswa Terhadap Aturan…. 41 2. Gambaran Umum Pola Tingkah Laku Moral Siswa……… 43

3. Hubungan Pemahaman Anak Terhadap Aturan Dengan Pola Tingkah Laku Moral Siswa………. 44

B. Pembahasan……… 46

1. Gambaran Umum Pemahaman Siswa Terhadap Aturan………. 46

2. Gambaran Umum Pola Tingkah Laku Moral Siswa……… 49

3. Hubungan Pemahaman Anak Terhadap Aturan Dengan Pola Tingkah Laku Moral Siswa……… 53

C. Implikasi Terhadap Pendidikan Guru Sekolah Dasar …………. 55

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan………. 59


(8)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

3.1 Jumlah Populasi………... 25

3.2 Jumlah Sampel Penelitian……… 26

3.3 Hasil Uji Validitas………... 28

3.4 Hasil Uji Validitas Intrumen………... 29

3.5 Kriteria Keandalan Instrument (Reliabilitas)……….. 30

3.6 Reliabilitas Instrumen Terhadap Butir Item……… 30

3.7 Pola Skor Alternatif Jawaban Instrumen……… 32

3.8 Kategori Pemahaman Siswa……… 33

3.9 Kategori Tingkah Laku Moral Siswa……….. 34

3.10 Hasil Uji Normalitas……… 35

3.11 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r……… 36

3.12 Hasil Analisis Korelasi……… 37

3.13 Model Summary……….... 39

3.14 Uji Dependent……… 39

3.15 Koefisien regresi………. 40

4.1 Gambaran umum pemahaman………. 42

4.2 Gambaran umum tingkah laku moral siswa……… 44

4.3 Hasil Analisis Korelasi……… 46

DAFTAR DIAGRAM 4.1 Diagram Gambaran umum pemahaman siswa……… 43

4.2 Diagram Gambaran umum tingkah laku moral siswa……… 45

DAFTAR GAMBAR 3.1 Gambar skema desain penelitian ……… 23


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

1. SK Pengangkatan Dosen Pembimbing 2. Surat Izin Penelitian

3. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian LAMPIRAN B

1. Kisi-kisi Tes Pemahaman 2. Soal Tes Pemahaman

3. Kisi-kisi Instrumen Pola Tingkah Laku Moral 4. Angket Pola Tingkah Laku Moral

5. Data Penelitian

6. Uji Validitas Intrumen 7. Uji reliabilitas

8. Uji Normalitas 9. Analisis Persentil 10.Analisis Korelasi 11.Analisis Regresi


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Indonesia dalam praktik pembelajarannya didominasi oleh pengembangan kemampuan intelektual dan dianggap kurang dalam memberi perhatian pada aspek moral, sepertinya tidak seorangpun yang membantah bahwa moral adalah aspek penting sumber daya manusia. Seseorang dengan kemampuan intelektual yang tinggi dapat saja menjadi orang yang tidak produktif atau bahkan membahayakan masyarakat jika moralitasnya rendah. Sementara itu, kenyataan sosial hingga saat ini juga menunjukan sedemikian maraknya berbagai kasus pelanggaran moral dalam kehidupan sehari-hari. Lebih memprihatinkan lagi, berbagai kasus tersebut tidak sedikit melibatkan orang-orang terdidik, bahkan satu tahun belakangan ini melibatkan siswa-siswi sekolah dasar.

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional secara eksplisit dinyatakan pada Pasal 3 bahwa tujuan pendidikan nasional antara lain adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berakhlak mulia atau bermoral tinggi (Muchson, 2013, hlm. 83). Akan tetapi rumusan yang bersifat normative tersebut tidak secara nyata diimplementasikan dalam kurikulum maupun kebijakan pendidikan nasional, menjadikan tidak adanya kejelasan adanya pendidikan moral dalam struktur kurikulum, sehingga masyarakat pada umumnya memandang bahwa pendidikan sebagai representasi dari pendidikan moral. Padahal bila ditinjau lebih seksama dilihat dari substansi materi yang ada, pendidikan masih kurang menonjol dalam aspek pendidikan moralnya.

Terkait dengan pendidikan moral dalam sistem pendidikan, dikutip dari Muchson, Lickona (1991:6) mengatakan “Moral education is not a new idea. It is, in fact, as old as education it selft.” Pendidikan moral bukanlah hal yang baru, dari masa-masa yang lalu persoalan moral merupakan inti dan wajah utama pendidikan. Bila berbicara tentang pendidikan, pendidik, dan orang yang terdidik, maka gambaran yang paling menonjol adalah aspek moralitas dan kepribadian. Pendidik yakni guru dan orang tua, yang terdidik yakni siswa dianggap identik


(12)

2

dengan orang yang memiliki moralitas yang tinggi. Dalam hal ini Downey dan Kelly (1978:8) dikutip dari Muchson (2013, hlm. 84) mengemukakan bahwa : “From earliest time in educational theory and practice moral education has been seen as the very core of the educational process, and moral upbringing has been regarded, almost without question, as the central feature of education it self.” Dari pernyataan yang diungkapkan oleh Downey dan Kelly, dapat diartikan bahwa dari sejak dulu dalam pendidikan, teori dan praktik pendidikan moral telah dilihat sebagai inti dari proses pendidikan, dan pola pendidikan moral telah dianggap, hampir tanpa memiliki pertanyaan dan moral sebagai ciri utama pendidikan itu sendiri. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan moral itu sangat penting, pendidikan mencirikan moral, dan ciri utama pendidikan adalah moral itu sendiri.

Moralitas adalah salah satu hal yang perlu ditingkatkan dalam pendidikan, dalam pendidikan moralitas ini diajarkan dalam proses belajar, maka siswa yang belajar atau dididik akan memiliki sikap moralitas yang tinggi, sesuai dengan hal tersebut, salah satu tujuan pendidikan adalah agar manusia berakhlak mulia, agar manusia berprilaku sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma dari agama, masyarakat dan budayanya, hal ini termasuk dalam prinsip moralitas (Syarifudin, T. 2006, hlm. 19). Berkenaan dengan prinsip moralitas diatas, sesuai dengan tujuan dan fungsi pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Dari penjelasan tersebut ditekankan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan adalah mendidik siswa untuk memiliki sikap yang baik atau bermoral, hal ini sangat penting karena moral terkait dengan aturan-aturan yang ada dimasyarakat.


(13)

3

Belajar disekolah bukan hanya memberikan materi pelajaran kepada siswa, dan siswa belajar, menghapal dan mengerjakan tugas-tugasnya, akan tetapi dalam proses pendidikan bagaimana guru menyelipkan nilai-nilai moralitas dalam setiap proses pembelajaran dan penekanan-penenkanan pada aturan-aturan yang berlaku perlu ditekankan agar siswa memahami aturan dan tidak melanggar norma-norma yang ada. Aturan adalah segala sesuatu perbuatan yang diatur, aturan berupa ketetapan, ketentuan, anjuran, petunjuk dan perintah yang sudah ditetapkan agar dapat ditaati. Sedangkan peraturan merupakan pedoman agar manusia hidup tertib dan teratur, jika tidak terdapat peraturan maka manusia akan bertindak sewenang-wenang, tanpa kendali dan sulit diatur. Menurut Purwadarminto “moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya” (Sunarto, 1995, hlm. 169). Sedangkan menurut Widjaya (dalam Muchson, 2013, hlm. 1) menyatakan bahwa “moral adalah ajaran baik dan buruk tentang perbuatan dan tingkah laku (akhlak)”. Jadi dapat disimpulkan moral adalah suatu ajaran tentang baik buruknya suatu perbuatan untuk dilakukan, seperti kelakuakan, akhlak, kewajiban dan tindakan. Dalam moral diatur segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan, dan suatu perbuatan yang dinilai tidak baik dan perlu dihindari. Moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan yang salah. Dengan demikian moral merupakan kendali dalam bertingkah laku.

Nilai moralitas dianggap penting dalam dunia pendidikan, karena tujuan pendidikan salah satunya adalah mengajarkan nilai moralitas, siswa yang sudah belajar/ berpendididikan pastinya memiliki nilai moralitas yang tinggi, budi pekerti baik, sikap yang baik, sopan dan ramah, menghormati guru dan teman salah satunya. Namun pada kenyataannya tidak semua siswa memiliki nilai moral yang baik karena moral ini berkaitan erat terhadap individu masing-masing, masih banyak siswa yang belum memahami aturan moral yang berlaku, seperti suka menyontek, berkata kotor/jorok bahkan berkata kasar, siswa yang tidak sopan, siswa laki-laki yang suka mengganggu siswi perempuan, berbohong, mencuri didalam kelas dan sebagainya. Hal ini termasuk permasalahan yang timbul disekolah dasar termasuk dalam psikososial (Prayitno, 1985, ___). Seorang ahli bernama Stauffer pada tahun 1968 mengadakan penelitian terhadap tingkah laku


(14)

4

bermasalah (salah satunya diantarana termasuk tindakan moral atau amoral), dengan responden sebanyak 481 guru sekolah dasar di Amerika Serikat. Hasil penelitian tersebut ditemukan 50 jenis masalah berkaitan tentang tingkah laku disekolah dasar. 50 jenis masalah tersebut adalah, (1) pencurian, (2) kekerasan , (3) heteroseksual, (4) sering bolos, (5) tidak sopan, (6) merusak barang sekolah, (7) tidak berpendirian, (8) suka berbohong, (9) tidak patuh, (10) tertekan, (11) membenci orang lain, (12) mudah marah, (13) suka mengasingkan diri, (14) bicara/menulis cabul, (15) suka bertengkar, (16) suka menguasai orang lain, (17) tidak minat bekerja, (18) lancang, (19) mudah meremehkan orang, (20) mudah dipengaruhi orang, (21) penakut, (22) egois, (23) menyontek, (24) sering mengompol, (25) masturbasi, (26) malas, (27) tidak ada perhatian, (28) tidak rapih dikelas, (29) suka cemberut, (30) pengerut, (31) suka mengkritik, (32) mudah tersinggung, (33) sering murung, (34) tidak hati-hati, (35) pemalu, (36) curiga, (37) suka merokok, (38) keras kepala, (39) tidak praktis, (40) mengucap kata-kata kotor, (41) suka menarik perhatian orang, (42) suka jorok, (43) tegang, (44) lamban, (45) berfikir tidak karuan, (46) suka mengadu, (47) suka menyelidiki orang lain, (48) suka mengganggu orang lain, (49) pengkhayal, (50) berbisik-bisik.

Salah satu diantara masalah tersebut banyak yang ditemukan disekolah-sekolah dasar disekitar kita termasuk yang terjadi didisekolah-sekolah dasar tempat penelitian ini berlangsung, baik pada proses belajar, jam istirahat disekolah bahkan diluar sekolah dan rumah. Dari hasil pengamatan selama mengajar melalui lembar observasi skala sikap siswa ditemukan bahwa dari 4 kelas dikelas 4 dan 5 sekolah dasar ditemukan ada 5-10 orang siswa yang berkata kasar bahkan berkata jorok, dan juga perilaku siswa yang masih suka menyontek dan juga tidak mematuhi aturan tata tertib sekolah yang berlaku. Hal ini tidak lepas dari berbagai aturan yang berlaku disekolah, mulai dari aturan tata tertib sekolah, sampai dengan aturan-aturan atau norma yang berlaku dimasyarakat. Aturan-aturan mengenai moral dilingkungan sekolah dan masyarakat tidak benar-benar dijelaskan dalam aturan kongkret dengan bentuk tulisan, namun aturan yang bersifat tersirat mengenai moral sangatlah penting dimasyarakat, karena berkaitan dengan kaidah-kaidah hubungan sosial antar sesama umat manusia.


(15)

5

Timbul dugaan bahwa anak memiliki tingkah laku yang kurang baik karena ia tidak paham dengan aturan berlaku, ataukah ia sudah paham dengan aturan tersebut namun tetap melakukan hal tersebut dengan suatu alasan. Menurut Martha (Christiani, 2011, hlm. 6), perilaku moral negatif anak termasuk kedalam kelompok amoral karena anak belajar untuk memahami peraturan yang berlaku dalam masyarakat. Semisal tindakan moral anak yang berkunjung kerumah teman, anak tersebut duduk di atas meja, karena ia tidak tahu atau belum memahami aturan dimasyarakat bahwa duduk di atas meja itu tidak baik, maka dari itu perlu diberitahu agar anak tidak melakukan hal tersebut. Namun jika perilaku negatif itu tetap diulangi maka tindakan anak tidak dapat dikatakan sebagai perilaku amoral lagi tetapi prilaku tidak bermoral.

Dalam penelitian ini penulis akan meneliti hubungan pemahaman anak terhadap aturan dengan pola tingkah laku moral, dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada pemahaman anak, sejauh mana anak memahami aturan yang berlaku disekolah dan masalah moral/moralitas yang sering terjadi disekolah dasar, seperti mencontek, berbohong, mencuri, berkata kasar, berkata kotor, mengganggu teman, dan tidak sopan dengan pemahaman yang mereka miliki terhadap aturan-aturan tersebut.

Atas dasar permasalahan tersebut peneliti memfokuskan masalah pada hubungan pemahaman anak terhadap pola tingkahlaku moral siswa, maka judul

penelitian ini adalah “HUBUNGAN PEMAHAMAN ANAK TERHADAP

ATURAN DENGAN POLA TINGKAH LAKU MORAL SISWA DI SEKOLAH DASAR”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah.

1. Bagaimanakah gambaran umum pemahaman anak terhadap aturan yang berlaku di lingkungan Sekolah Dasar?

2. Bagaimanakah gambaran umum tingkah laku moral anak yang terjadi di Sekolah Dasar?


(16)

6

3. Bagaimanakah hubungan antara pemahaman anak terhadap aturan dengan pola tingkah laku moral di Sekolah Dasar?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum untuk mengetahui sejauh mana pemahaman anak terhadap aturan dengan tingkah laku moralnya, secara khusus tujuan penelitian ini adalah.

1. Mendeskripsikan gambaran pemahaman anak terhadap aturan yang berlaku di lingkungan Sekolah Dasar.

2. Mendeskripsikan gambaran tingkah laku moral anak yang terjadi di Sekolah Dasar.

3. Memperoleh gambaran hubungan antara pemahaman anak terhadap aturan dengan pola tingkah laku moral siswa di Sekolah Dasar

D. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan deskriptif tentang gambaran hubungan pemahaman anak terhadap aturan dengan pola tingkah laku siswa di Sekolah Dasar, seperti gambaran pemahaman anak terhadap aturan dilingkungan sekolah, gambaran tindakan moralitas siswa di Sekolah Dasar, gambaran moralitas tersebut termasuk dalam tindakan moral dan amoral yang terjadi disekolah dasar.

2. Manfaat Praksis a. Siswa

Penelitian ini akan menggambarkan tentang pemahaman siswa terhadap aturan yang berlaku, sehingga bila peneliti menemukan hal-hal terkait siswa yang sudah paham terhadap aturan namun masih mengulangi tindakannya, maka hal ini perlu dilakukan suatu bimbingan kepada siswa, sehingga diharapkan siswa dapat memperbaiki tindakan moral yang kurang baik dan menjadi waspada agar terhidar dari tindakan amoral yang merugikan siswa.


(17)

7

b. Guru

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada guru cara untuk mengetahui seberapa besar pemahaman siswa terhadap aturan yang berlaku dengan pola tingkah laku moral mereka. Sehingga guru dapat mengetahui siapa saja siswanya yang tidak sesuai dengan aturan, melakukan tindakan moral yang kurang baik, guru dapat mengawasi siswanya, baik didalam kelas dan diluar kelas, semoga dalam penelitian ini dapat memberikan inspirasi kepada guru untuk mengdakan program bimbingan moral kepada siswanya, atau guru dapat menyisipkan pembelajaran moral disetiap proses belajar mengajar.

c. LPTK

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih penjelasan deskriptif mengenai gambaran tindakan moralitas yang terjadi disekolah dasar dan diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan, khususnya dalam pemahaman anak terhadap aturan dengan pola tingkah laku moral mereka, sehingga dapat menjadi bahan evaluasi untuk diperbaiki kedepannya.

E. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah : BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang informasi latar belakang masalah yang diangkat, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini.

BAB II KAJIAN TEORI

Bab ini menguraikan tentang berbagai teori-teori atau dasar-dasar teori yang yang diambil dari berbagai sumber buku-buku. Teori tersebut meliputi Pengertian hubungan dalam lingkup statistika, pengertian pemahaman, aturan-aturan yang berlaku disekolah, dan teori perkembangan moral anak.


(18)

8

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan mengenai metode penelitian dan pendekatan penelitian yang digunakan, desain-desain penelitian yang digunakan, subjek penelitian, populasi dan sampel, instrument penelitian, uji validitas dan reliabilitas dan teknik pengolahan data,

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang temuan-temuan yang terjadi hasil analisis dan pengolahan data dilapangan dan pembahasan mengenai hasil analisis dan pengolahan data untuk menjawab pertanyaan dari rumusan masalah yang telah ditentukan.

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dan rekomendasi dari hasil analisis dan pengolahan data serta kesimpulan temuan-temuan yang ada dilapangan berkaitan dengan penelitian ini.


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara atau langkah dalam mengumpulkan, mengorganisisr, menganalisa serta menginterpretasikan data. Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010, hlm. 3). Dalam penelitian ini metode penelitian yang akan digunakan adalah metode penelitian Deskriptif. Menurut Whitney (dalam Hatimah, 2009, hlm. 93) menyatakan bahwa “metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat.” Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan, sikap-sikap, pandangn serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

Nazir (dalam Hatimah, 2009, hlm. 93) menjelaskan bahwa “metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar belaka.” Dalam penelitian ini akan menggambarkan seberapa besar pemahaman anak terhadap aturan disekolah dan aturan moral yang berlaku, dan menggambarkan seberapa besar hubungan pemahaman anak dengan tingkah laku moral siswa. Sedangkan pendekatan yang akan digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan teknik korelasional. Menurut sugiyono (Sugiyono. 2008, hlm. 14) menyatakan bahwa metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandasakan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistic dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Sedangkan penelitian korelasional menurut Nana Sudjana (Nana Sudjana, 2007, hlm. 77) menjelaskan bahwa, studi korelasi mempelajari hubungan dua


(20)

23

variable atau lebih, yakni sejauh mana variansi dalam satu variable berhubungan dengan variansi dalam variable lain. Dalam penelitian ini peneliti akan meniliti adakah hubungan diantara variable dalam penelitian ini.

Adapun desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1 Skema Desain penelitian

Keterangan :

X : Variabel Pemahaman

Y : Variabel Tingkah Laku Moral

B. Definisi Operasional Variabel

Sesuai dengan judul penelitian yaitu “Hubungan pemahaman anak terhadap aturan dengan pola tingkah laku moral siswa disekolah dasar” maka agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam menafsirkan variable, maka dalam penelitian ini penulis menjelaskan variable penelitian.

1. Pemahaman

Pemahaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana seseorang mengerti dengan benar dalam hal mempertahankan, membedakan, menduga, menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menulis kembali dan menerangkan.

Pemahaman terhadap aturan adalah bagaimana sseseorang memahami dengan benar segala sesuatu perbuatan yang diatur, aturan berupa ketetapan, ketentuan, anjuran, petunjuk dan perintah yang sudah ditetapkan agar dapat ditaati.


(21)

24

Aturan disekolah berkaitan dengan tata tertib yang berlaku disekolah, yaitu:

a. Memakai seragam sekolah

b. Berpakaian dan berpenampilan rapih c. Disiplin (Masuk Tepat waktu)

d. Tidak Membuang sampah sembarangan e. Menghormati guru dan teman

f. Bertutur kata yang sopan dan santun g. Jujur dan bertanggungjawab

2. Tingkah Laku Moral

Yang dimaksud dengan Tingkah laku moral dalam penelitian ini adalah suatu aktifitas/ perbuatan baik atau buruk yang sering dilakukan oleh seseorang, berkaitan dengan adat-adat, kebiasaan, peraturan, nilai-nilai dan tata cara kehidupan.

Dalam penelitian ini, indikator tindakan moral yang akan ditinjau adalah (1) berkata kasar, (2) berkata tidak sopan, (3) pencurian, (4) berkata jorok, (5) menyontek, (6) berbohong, (7) mengganggu teman (8) menghormati guru dan teman.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Hatimah, dkk. 2009, hlm. 153). Sesuai judul penelitian ini, maka populasi penelitian ini adalah siswa-siswi di Sekolah Dasar yang beralamatkan di Jl. Sirnamanah No.4 kelurahan Pasteur, Kecamatan Sukajadi Kota Bandung. Peneliti mengambil populasi mulai dari kelas tiga sampai kelas enam Sekolah Dasar.


(22)

25

Berikut ini tabel populasi siswa mulai dari kelas III sampai kelas VI. Tabel 3.1

Jumlah Populasi

NO Kelas Jumlah Siswa

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Siswa Kelas III A Siswa Kelas III B Siswa Kelas IV A Siswa Kelas IV B Siswa Kelas V A Siswa kelas V B Siswa Kelas VI A Siswa Kelas VI B

31 Orang Siswa 30 Orang Siswa 28 Orang Siswa 32 Orang Siswa 31 Orang Siswa 30 Orang Siswa 29 Orang Siswa 27 Orang Siswa Jumlah 238 Orang Siswa

2. Sampel Penelitian

Yang dimaksud sampel dalam penelitian ini adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Sugiyono, ia menyatakan bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. (Hatimah, dkk. 2009, hlm. 154)

Teknik sampling yang digunakan adalah proportional stratified random sampling dengan cara mengambil 25% dari jumlah siswa ditiap kelasnya. Teknik sampling menurut Margono adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representative (Hatimah, dkk. 2009, hlm. 167). Sedangkan proportional stratified random sampling adalah teknik pengambilan sampel


(23)

26

dengan memperhatikan populasi yang mempunyai susunan bertingkat atau berlapis-lapis.

Jumlah sampel yang menjadi responden penelitian tersaji dalam tabel berikut :

Tabel 3.2 Sampel Penelitian

NO Kelas Sampel

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Siswa Kelas III A Siswa Kelas III B Siswa Kelas IV A Siswa Kelas IV B Siswa Kelas V A Siswa kelas V B Siswa Kelas VI A Siswa Kelas VI B

7 Orang Siswa 7 Orang Siswa 7 Orang Siswa 7 Orang Siswa 7 Orang Siswa 7 Orang Siswa 7 Orang Siswa 7 Orang Siswa Jumlah 56 Orang Siswa

D. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2011, hlm. 148)

Ada dua data yang ingin diperoleh dalam penelitian ini, yaitu seberapa besarkah pemahaman siswa terhadap aturan disekolah dasar, dan bagaimana hubungannya dengan tingkah laku moral siswa. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, maka instrument penelitian yang akan digunakan berupa angket (Questionnaire) dan studi dokumentasi.


(24)

27

1. Angket (Questionnaire)

Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna. Tujuan penggunaan angket ialah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dan responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan (Riduwan, 2004, hlm. 71).

Angket atau kuisioner adalah metode pengumpulan data, intrumennya disebut sesuai dengan nama metodenya. Bentuk lembaran angket dapat berupa sejumlah pertanyan tertulis, atau point-point pilihan. (Hatimah, 2009, hlm. 180).

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengukur tingkah laku moral siswa dengan mengunakan skala Linkert dan metode yang digunakan adalah Sumated Ratings, yaitu pernyataan-pernyataan yang menempatkan setiap individu yang menggambarkan situasi yang dialaminya dengan memilih alternative jawaban yang telah disediakan. Pernyataan dalam angket ini berjumlah 25 item dengan semua pernyataan bersifat positif dan sudah disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan siswa sekolah dasar.

2. Test

Test sebagai istrumen pengumpul data adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu maupun kelompok. Tes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk mengukur pemahaman siswa terhadap aturan-aturan yang berlaku disekolah.

3. Studi Dokumentasi

Instrument dokumentasi dikembangkan untuk penelitian dengan menggunakan data-data atau dokumentsi yang dapat diperoleh dari guru atau wali kelas serta data-data dari staff Tata Usaha di Sekolah tersebut yang dikumpulkan dan akan dianalsis, selain meneliti digunakan juga untuk mencari bukti-bukti, landasan hukum, dan peraturan yang terkait.


(25)

28

E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Uji Validitas

Suatu instrument pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrument tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen Arikunto (Riduwan, 2014, hlm. 97) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan validitas adalah tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Jika instrument dikatakan valid berarti menunjukan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid, sehingga valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur (Sugiyono dalam Riduwan 2014, hlm. 97). Jadi dapat disimpulkan bahwa valid adalah mengukur apa yang hendak di ukur (ketepatan). Uji validitas instrument ini dilaksanakan dengan mengujikan angket pada 55 orang siswa dengan butir pernyataan sebanyak 25 item. Uji Validitas menggunakan rumus Pearson Product Moment dibantu oleh program/ Software SPSS for Windows versi 20.

Berikut tabel hasil Validitas menggunakan program SPSS for Windows Versi 20.

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas

No Item r Hitung r Tabel Hasil

1 0.422 0.266 Valid 2 0.299 0.266 Valid 3 0.396 0.266 Valid 4 0.586 0.266 Valid 5 0.414 0.266 Valid 6 0.713 0.266 Valid 7 0.564 0.266 Valid 8 0.414 0.266 Valid 9 0.395 0.266 Valid 10 0.393 0.266 Valid


(26)

29

11 0.707 0.266 Valid 12 0.558 0.266 Valid 13 0.465 0.266 Valid 14 0.478 0.266 Valid 15 0.392 0.266 Valid 16 0.195 0.266 tidak valid 17 0.194 0.266 tidak valid 18 0.53 0.266 Valid 19 0.526 0.266 Valid 20 0.493 0.266 Valid 21 0.67 0.266 Valid 22 0.074 0.266 tidak valid 23 0.393 0.266 Valid 24 0.517 0.266 Valid 25 0.573 0.266 Valid Total Skors 1 0.266

Secara rinci akan ditampilkan pada tabel berikut : Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Instrumen

Jenis Instrumen Item Valid Item Tidak Valid Angket/ Quistionaire

Tingkah Laku Moral Siswa

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 25

16, 17, 22

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu alat pengukuran adalah derajat keajegan alat tersebut dalam mengukur apa saja yang di ukurnya. Menurut Sugiono, Reliabilitas adalah serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang. Suatu instrument dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi bila instrument tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Dalam


(27)

30

penelitian ini pengujian reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach dibantu oleh program SPSS for windows versi 20.

Tabel 3.5

Kriteria Keandalan Instrument (Reliabilitas) Interval Keterangan

0,81 ≤ r ≤ 1,00 0.61 ≤ r ≤ 0,80 0,41 ≤ r ≤ 0,60 0,21 ≤ r ≤ 0,40 0,00 ≤ r ≤ 0,20

Derajat keterandalan sangat tinggi Derajat keterandalan tinggi

Derajat keterandalan sedang Derajat keterandalan rendah

Derajat Keteramdalan sangat rendah

(Sumber: Arikunto, 2008, hlm. 75) Kemudian dilakukan pengujian reliabilitas instrument terhadap butir pernyataan yang valid pada angket tingkah laku moral siswa. Hasil pengujian menggunakan program SPSS for windows versi 20.

Tabel 3.6

Reliabilitas Instrumen Terhadap Butir Item

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

N of Items

.838 22

Hasil pengujian reliabilitas terhadap instrument penelitian tingkah laku moral siswa menunjukan tingkat derajat keterandalan sangat tinggi dengan hasil


(28)

31

perhitungan 0,838 sesuai dengan kriteria di atas yang menunjukan interval nilai 0,81 – 1,00 berada pada kategori sangat tinggi. Instrument tingkah laku moral dapat menghasilkan skor-skor secara konsisten.

Hasil perhitungan menggunakan rumus Alpha Cronbach menunjukan nilai reliabilitas 0,838. Jika hasil dikonsultasikan dengan nilai Tabel r product Moment dengan dk = N-1 = 55 – 1 = 54, signifikansi 5% maka diperoleh r tabel = 0,266. Keputusan pengujian reliabilitas dengan membandingkan r hitung hasil reliabilitas dengan r tabel, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai reliabilitas 0,838 lebih besar dari r tabel yakni 0,266, maka semua data yang dianalisis dengan metode Alpha Cronbach adalah reliable.

F. Teknik Analisis dan Pengolahan Data 1. Teknik Pengolahan Data

a. Verifikasi Data

Dalam penelitian peneliti menyebar angket ke delapan kelas dalam sampel penelitian, setelah data penelitian terkumpul kemudian peneliti menganalisis data yang telah diperoleh dengan cara menyeleksi dan memeriksa data yang memadai untuk di olah. Analisis data ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sudah dirumuskan dalam rumusan masalah.

Berdasarkan hasil verifikasi data maka diperolehlah data yang sudah diisi oleh responden dan telah menunjukan kelengkapan, cara pengisian dan sesuai dengan petunjuk. Jumlah data yang diperoleh oleh peneliti sudah sesuai dengan sampel dan kelengkapan data sudah dapat memenuhi syarat umtuk di olah.

b. Penskoran

Data yang telah ditetapkan kemudian diberi skor sesuai dengan ketentuan. Instrumen yang pertama adalah berupa tes pemahaman siswa terhadap aturan, dengan jumlah item pertanyaan sebanyak 10 pertanyaan dengan skor masing-masing item jawaban benar 10 dan salah 0. Instrumen pengumpulan data yang kedua berupa angket menggunakan skala Linkert yang menyediakan empat alternative jawaban, dengan setiap pernyataan bersifat


(29)

32

positif. Adapun kriteria penyekoran untuk mendapatkan skor angket tingkah laku moral siswa, setiap alternative jawaban memiliki nilai atau skor yang tertara pada tabel berikut.

Tabel 3.7

Pola Skor Alternatif Jawaban Instrumen Tingkah laku Moral Siswa Pernyataan Alternatif Jawaban

SS S KD TP

Positif (+) 4 3 2 1

Pada instrument tingkah laku moral siswa, setiap item pernyataan diasumsikan memiliki skor 1-4, dengan bobot tertentu sebagai berikut :

1) Untuk pilihan jawaban pada alternative jawaban Selalu (SS) memiliki skor 4

2) Untuk pilihan jawaban pada alternative jawaban Sering (S) memiliki skor 3

3) Untuk pilihan jawaban pada alternative jawaban Kadang-kadang (KD) memiliki skor 2

4) Untuk pilihan jawaban pada alternative jawaban Tidak Pernah (TP) memiliki skor 1

Data yang diperoleh kemudian diolah untuk menetapkan tingkat pemahaman siswa terhadap aturan dan tingkat moral siswa disekolah dasar, apakah berada pada kategori tinggi, sedang ataukan rendah. Untuk menentukan kedudukan subjek dalam tingkatan yang akan ditentukan, dilakukan teknik pengelompokan skor dengan menggunakan rumus persentil.


(30)

33

(Sumber : Sudijono, 2009, hlm. 122) Keterangan :

b = batas bawah kelas P1 p = panjang kelas P1

F = jumlah frekuensi sebelum kelas P1 f = frekuensi kelas P1

Dengan menggunakan rumus percentile maka didapat klasifikasi tentang skor untuk menentukan kedudukan siswa dalam variable pemahaman dan tingkah laku moral siswa.

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus percentile, maka didapat hasil klasifikasi variable pemahaman siswa terhadap aturan, lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 3.8

Kategori Pemahaman Siswa

Persentil Rentang Skor Kategori

70 71 Tinggi

41-69 51-70 Rendah


(31)

34

Tabel 3.9

Kategori Tingkah Laku Moral Siswa Persentil Rentang Skor Kategori

70 65 Tinggi

41-69 54-64 Rendah

40 53 Sedang

2. Analisis Data

Prosedur pengolahan data dan analisis data yang didapat hasil dari penyebaran angket dan instrument lainnya akan diolah dengan menggunakan perhitungan statistic. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahu hubungan anatara variable dengan variable yang lain, yaitu variabel pemahaman dengan variabel tingkah laku moral siswa disekolah dasar.

Analisis data yang digunakan dimaksudkan untuk mengetahui derajat hubungan anatara variabel X dan variabel Y. Untuk mendapatkan data dilakukan penyebaran instumen terhadap variable X dan variable Y, yaitu pemahaman dan tingkah laku moral. Data yang diperoleh kemudia di olah, setelah data di olah kemudia akan dilakukan analisis data. Analisis data akan menggunakan Uji Normalitas dan Analisi Korelasi.

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas merupakan salah satu bagian dari uji prasayarat analisis data, sebelum data di analisis data harus di uji kenormalan distribusinya, karena data yang baik adalah data yang memiliki distribusi normal. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data yang diperoleh berdistribusi normal ataukan tidak. Pengujian normalitas data pada penelitian yang di menggunakan adalah Kolmogorov-Smirnov Test. Data hasil uji normalitas ini kemudian dibandingkan dengan nilai kritisnya. Dasar pengambilan keputusan uji


(32)

35

normalitas dapat dilakukan dengan berdasarkan nilai probabilitas (Asymptotic Significance) yaitu :

1) Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0.05 maka data yang digunakan berdistribsi normal

2) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka data yang digunakan tidak berdistribusi normal.

Hasil perhitungan uji normalitas dengan menggunakan SPSS for windows versi 20, tersaji pada tabel berikut.

Tabel 3.10 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 56

Normal Parametersa,b Mean 0E-7

Std. Deviation 13.72552311

Most Extreme Differences

Absolute .061

Positive .052

Negative -.061

Kolmogorov-Smirnov Z .457

Asymp. Sig. (2-tailed) .985

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test yang dibantu oleh program SPSS for windows versi 20, maka dari hasil data diatas dapat diketahui nilai signifikansi hasil uji normalitas data dalah 0,985. Bila dilihat pada dasar pengambilan keputusan uji normalitas, maka dapat disimpulkan nilai signifikansi 0,985 lebih besar dari 0,05 maka data yang dianalisis berdistribusi normal.


(33)

36

b. Analisis Korelasi

Teknik analisis data korelasi yang akan digunakan adalah dengan menggunakan Teknik Korelasi Pearson Product Moment (PPM) yang dikemukakan oleh Pearson pada tahun 1900. Kegunaannya adalah untuk mengetahui derajad hubungan antara variable bebas (independent) dengan variable terikat (dependent) (Riduwan, 2004, hlm. 138). Alasan menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment karena untuk mengetahui hubungan antara dua variable dengan teknik statistic parametik yang menggunakan data interval, datanya berdistribusi normal, data yang dihubungkan berpola linier dan data yang dihubungkan mempunyai pasangan yang sama sesuai dengan subjek yang sama.

Rumus yang digunakan Korelasi Pearson Product Moment :

Tabel Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r sebagai berikut : Tabel 3.11

Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r Interval Korelasi Tingkat Hubungan

0,80 – 1,000 0,60 – 0, 799 0,40 – 0,599 0,20 – 0,399 0,00 – 0,199

Sangat Kuat Kuat Cukup Kuat

Rendah Sangat Rendah


(34)

37

Hasil perhitungan analisis korelasi menggunakan program SPSS for windows versi 20, tersaji dalam tabel berikut :

Tabel 3.12 Hasil Analisis Korelasi

Correlations

Pemahaman Tingkah_laku_ moral

Pemahaman

Pearson Correlation 1 .630**

Sig. (2-tailed) .000

N 56 56

Tingkah_laku_moral

Pearson Correlation .630** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 56 56

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Mengetahui nilai signifikansi, yaitu dengan melihat angka probabilitas. Jika nilai probabilitas (nilai (2-tailed))  0,05 maka Ho diterima dan nilai probabilitas (nilai (2tailed))  0,05 maka Ho ditolak.

Berdasarkan judul penelitian, yang dimaksud dengan Ha dan Ho atau uji hipotesis adalah :

Ha : adanya hubungan yang signifikan antara pemahaman dengan tingkah laku moral siswa

Ho : tidak ada hubungan yang signifikan anatara pemahaman dengan tingkah laku moral siswa

Berdasarkan tabel diatas hasil perhitungan analisis korelasi, terlihat besarnya hubungan (korelasi) antara pemahaman dengan tingkah laku moral siswa sebesar 0,630 (tingkat hubungan korelasi kuat) dengan nilai Sig.2-tailed = 0,000  0,05 maka dapat disimpulkan korelasi signifikan atau terdapat hubungan yang signifikan antara pemahaman dengan tingkah laku moral siswa disekolah dasar.


(35)

38

Sedangkan untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variable X terhadap variable Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan sebagai berikut :

Dimana : KP = Nilai Koefisien Determinan r = Nilai Koefisien Korelasi

(Sumber Riduwan, 2004, hlm. 138-139) Hasil perhitungan untuk mengetahui besar kecilnya sumbangan variable X

terhadap variable Y sebagai berikut :

KP = r2 x 100% = 0,6302 x 100% = 39,69 %

Artinya variable pemahaman siswa memberikan kontribusi terhadap tingkah laku moral siswa sebesar 39,69 % dan sisanya 60,31 % ditentukan oleh faktor

(variabel) lain.

c. Analisis Hasil Uji Linieritas Regresi

Analisis uji linieritas regresi dilakukan untuk mengetahui pola hubungan variable X terhadap variable Y. Uji linieritas regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Regresi Sederhana, karena hanya melihat satu variabel Independent (X) dan satu variabel Dependent (Y).

Hiptesis uji linieritas regresi :

Ho : Persamaan regresi tidak linier H1 : Persamaanm regresi linier

Perhitungan ulinieritas regresi sederhana adalah untuk melihat hubungan fungsional antara variable X dan Y. Perhitungan menggunakan program, SPSS for windows versi 20, dengan ketentuan :

Jika Signifikansi  0,05 maka linier Jika Signifikansi  0,05 maka tidak linier


(36)

39

Tabel 3.13 Model Summary

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 .630a .398 .386 8.045

a. Predictors: (Constant), Pemahaman

Pada tabel Model Summary terlihat nilai R sebagai koefisen korelasi yakni sebesar 0.630 sesuai dengan hasil analisis korelasi, serta dijelaskan hasil persentase atau bila dilihat dalam tabel R Square yang disebut koefisien determinal yang merupakan pengquadratan r. Dari tabel diatas diperoleh koefisien determinasi (R2) sebesar 0,389 yang mengandung pengertian bahwa pengaruh variable bebas terhadap variable terikat adalah sebesar 39,8 %, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variable yang lain.

Tabel 3.14 Uji Dependent

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1

Regression 2306.228 1 2306.228 35.631 .000b

Residual 3495.200 54 64.726

Total 5801.429 55

a. Dependent Variable: Tingkah_laku_Moral b. Predictors: (Constant), Pemahaman

Pada tabel ini menjelaskan apakah ada pengaruh yang nyata (Signifikan) anatara variable X terhadap variable Y. Dari hasil tabel ANOVA diatas, diperoleh F hitung = 35,631 dengan tingkat signifikan/probabilitas Sig. 0,000  0,05 artinya variable X Linier terhadap variable Y.


(37)

40

Tabel 3.15 Koefisien regresi

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 36.093 3.698 9.760 .000

Pemahaman .366 .061 .630 5.969 .000

a. Dependent Variable: Tingkah_laku_Moral

Pada tabel diatas terlihat nilai Sig. 0,000  0,05 maka Ho ditolak, artinya koefisien regresi signifikan. Terlihat nilai 36,093 adalah untuk Tingkah Laku Moral sebagai variable Y, jika X=0, nilai 0,366 untuk koefisien pemahaman sebagai variable X.

Pada tabel koefisien, pada kolom B pada constant (a) adalah 36,093 sedangkan nilai Pemahaman (b) adalah 0,366, sehingga persamaan regresinya dapat ditulis :

Y = a +bX atau 36,093 + 0,366X

Koefisien b dinamakan koefisien arah regresi dan menyatakan perubahan rata-rata variable Y untuk setiap perubahan variable X sebesar satu satuan. Perubahan ini merupakan pertambahan bila b bertanda positif dan penurunan bila b bertanda negative. Sehingga dari persamaan diatas dapat diterjemahkan sebagai berikut :

Konstanta sebesar 36,093 menyatakan bahwa apabila nilai variable pemahaman (X) = 0 , maka nilai kualitas tingkah laku moral (Y) adalah sebesar 36,093.

Koefisien regresi X sebesar 0,366 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 point nilai Pemahaman, maka akan memeberikan sumbangan sebesar 0,366 tingkah laku moral, artinya pemahaman dapat memberikan pengaruh terhadap tingkah laku moral siswa disekolah dasar.


(38)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Sekolah Dasar Negeri yang beralamat di jalan Sirnamanah nomor 4 Kecamatan Sukajadi Kota Bandung pada tahun ajaran 2014/2015 dengan populasi penelitian mulai dari siswa-siswi kelas III sampai dengan kelas VI, kesimpulan hasil penelitian akan dipaparkan sebagai berikut :

1. Secara umum tingkat pemahaman anak terhadap aturan berada pada kategori rendah, yang artinya sebagian besar siswa-siswi masih banyak yang belum mengetahui dan memahami aturan-aturan yang berlaku disekolah, mulai dari aturan tata tertib sekolah, ketentuan-ketentuan sekolah dan aturan moral yang berlaku disekolah. Hal ini dikarenakan sebagian besar siswa belum mengetahui aturan-aturan moral, tidak mengetahui bahwa banyak hal yang dilakukan ternyata melanggar aturan sekolah dan moral, sedangkan untuk aturan yang berlaku disekolah berupa tata tertib sekolah sudah jelas ada dan tertulis disekolah, namun untuk aturan moral tidak dituliskan secara nyata disekolah. 2. Secara umum gambaran pola tingkah laku moral siswa disekolah dasar berada

pada kategori rendah, yang artinya sebagian besar siswa memiliki tingkat moral yang rendah, siswa masih sering berbicara kotor dan kasar kepada teman, tidak menghormati dan menghargai sesama teman, mengejek teman, berprilaku tidak sopan, menaikan kaki keatas kursi dan duduk dimeja, mencontek, tidak menghormati guru dan melanggar berbagai peraturan disekolah yang berlaku. Hal ini dikarenakan berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan moral anak. Salah satunya adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan menjadi peran utama dalam mempengaruhi perkembangan moral, dilingkungan sekolah banyak siswa yang masih berbicara kasar dan kotor, seolah-olah hal tersebut lumrah dan menjadi sebuah kebiasaan, sehingga banyak siswa lain yang mengikutinya, tidak hanya


(39)

60

dilingkungan sekolah dilingkungan masyarakat turut andil mempengaruhi banyak anak remaja maupun dewasa dalam berbicara sering menggunakan bahasa yang kasar dan kotor, begitupun dengan tingkah laku yang juga ikut mempengaruhi.

Dalam kategori pola tingkah laku moral siswa yang tinggi adalah siswa yang tidak pernah berbicara kotor dan kasar kepada temannya, siswa yang mengetahu bahwa hal tersebut tidak baik untuk dilakukan, siswa yang selalu menghargai sesama temannya dan menghormati guru, serta siswa yang masuk kedalam kategori memiliki pola tingkah laku moral yang tinggi adalah siswa yang memiliki prilaku dan sikap yang sopan dan tidak melanggar aturan yang berlaku disekolah. Sedangkan siswa yang berada pada kategori sedang adalah siswa yang tidak pernah berbicara kotor dan kasar kepada sesama teman, namun masih melanggar beberapa aturan seperti duduk diatas meja dan menaikan kaki kekursi.

3. Pemahaman anak terhadap aturan memiliki hubungan yang kuat dengan pola tingkah laku moral siswa disekolah dasar. Yang artinya pemahaman anak terhadap aturan memiliki korelasi yang signifikan terhadap pola tingkah laku moral siswa. Sehingga tingkat pemahaman anak terhadap aturan memiliki pengaruh terhadap pola tingkah laku moral siswa. Semakin besar tingkat pemahaman siswa terhadap aturan, maka semakin baik tingkat pola tingkah laku moral siswa, dan juga berlaku sebaliknya apabila semakin rendah tingkat pemahaman siswa maka semakin rendah pula tingkat moral siswa disekolah dasar.

Sejalan dengan kesimpulan tersebut Kohlberg menyatakan bahwa, moral sifatnya penalaran, perkembangannya dipengaruhi oleh perkembangan nalar sebagaimana dikemukakan oleh Piaget. Makin tinggi tingkat penalaran seseorang menurut tahap-tahap perkembangan Piaget, maka makin tinggi pula tingkat moral seseorang (Sunarto, 1995, hlm. 176). Hal ini menunjukan makna bahwa semakin tinggi tingkat pemahaman seseorang maka semakin tinggi pula tingkat moralnya. Pemahaman terhadap aturan-aturan yang berlaku akan membuat seseorang lebih mengetahui dan memaknai aturan yang baik dilakukan, sehingga orang tersebut


(40)

61

akan belajar dan dapat membedakan tindak yang baik atau tindakan yang buruk untuk dilakukan.

B. Rekomendasi

Sesuai dengan hasil kesimpulan penelitian ini bahwa pemahaman anak terhadap aturan memiliki hubungan yang kuat dengan pola tingkah laku moral siswa. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pola tingkah laku moral siswa dapat ditingkatkan dengan memberikan pelajaran lebih tentang pemahaman yang berkaitan dengan aturan dan nilai-nilai moral. Berkaitan dengan hal tersebut rekomendasi yang perlu disampaikan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Bagi Guru

Guru adalah seorang pendidikan yang menjadi tokoh dan panutan bagi siswa-siswi disekolah, bahkan diluar sekolah dan lingkungan masyarakat. Tugas guru bukan hanya sekedar mengajarkan materi pelajaran kepada siswa namun lebih dari itu, mendidik dan membimbing siswa dan mengarahkan siswa kepada prilaku yang baik. Berkaitan dengan tingkah laku moral siswa, tentu menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru, apalagi bila suatu tindakan moral yang kurang baik sering terjadi dilingkungan sekolah. Walaupun hal tersebut banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor dan bukan tugas utama guru, namun seorang guru harus membimbing dan mengarahkan siswanya agar tidak memiliki prilaku yang kurang baik. Dalam hal ini guru dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai acuan dan pengingat bahwa pentingnya menanamkan konsep pemahaman kebada siswa baik berupa aturan yang berlaku disekolah serta aturan nilai-nilai moral yang berlaku dimasyarakat. Semoga hal ini menjadi pengingat bahwa seorang guru bukan hanya mengajar tetapi juga mendidik dan membimbing siswa, tidak hanya fokus pada nilai yang dicapai siswa (intelektual), tetapi juga lebih kepada sikap dan karakter siswa terutama tingkah laku moralnya.

Kemudian instrument penelitian ini dapat dijadikan sebagai cara untuk mengetahui sikap dan tingkatan pola tingkah laku moral siswa disekolah dasar. Peneliti berharap guru-guru dapat mengembangkan instrument yang ada dalam


(41)

62

penelitian ini dan menjadikan suatu alat untuk mengukur tingkatan pola tingkah laku moral siswa disekolah dasar sehingga guru-guru dapat memberikan pelayanan terbaik kepada siswanya dan dapat membimbing dan mengembangkan nilai-nilai moral, sikap dan tingkah laku siswa kerah yang lebih baik.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya, untuk mengungkap kembali pemahaman anak dengan pola tingkah laku moral siswa dengan variabel lainnya. Penulis hanya meneliti hubungan pemahaman anak terhadap aturan dengan pola tingkah laku moral siswa disekolah dasar, masih banyak permasalah yang belum terungkap dalam penelitian ini, seperti faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pemahaman anak, dan cara menanggulanginya, kemudian faktor-faktor yang mempengaruhi pola tingkah laku moral siswa, seperti faktor keluarga, faktor guru, lingkungan sekolah, lingkungan sekitar atau bahkan teman sebaya serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dijadikan bahan penelitian selanjutnya. Bahkan dapat diteliti juga bagaimana pengaruh pendidikan orang tua (pola asuh) kepada anak terhadap tingkah laku moral siswa, selain itu juga apakah kemampuan ekonomi keluarga anak dapat mempengaruhi tingkah laku moral siswa. Sehingga akan diketahui faktor manakah yang paling besar mempengaruhi pola tingkah laku moral siswa. Peneliti menyadari adanya keterbatasan intrumen penelitian yang digunakan sehingga diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat dikembangkan lebih baik lagi.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta : Bumi Aksara

Hatimah, dkk. (2007). Penelitian Pendidikan. Bandung : Upi Press Hatimah, dkk. (2009). Penelitian Pendidikan. Bandung : Upi Press

Muchson, AR. (2000). Dasar-dasar pendidikan Moral. Yogyakarta : Penerbit Ombak

Muchson, AR. (2013). Dasar-dasar pendidikan Moral. Yogyakarta : Penerbit Ombak

Riduwan (2011). Belajar Mudah Penelitian. Bandung : Alfabeta

Sjarkawi, (2006). Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta : Bumi Aksara Subiyanto. (1988). Evaluasi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta :

Sudjana, Nana, (2008). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Rosdakarya

Sugiyono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta

Sunarto, Agung Hartono. (1995). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta

Syarifudin, T. (2006). Landasan Pendidikan. Bandung : Upi Press

Yusuf, Syamsul. (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Remaja Rosdakarya

Christiani, Martha. (2011). Aspek-aspek Perkembangan Pembiasaan Anak Usia Dini. Jurnal : UNY. Diakses dari : http://staff.uny.ac.id/dosen/martha-christiani.mpd/data/files/pendidikan.

_____ (2014). Masalah-masalah yang dihadapi siswa sekolah. Rumah Bangsa.net Journalisme Education. Diakses dari :


(1)

40

Tabel 3.15 Koefisien regresi

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 36.093 3.698 9.760 .000

Pemahaman .366 .061 .630 5.969 .000

a. Dependent Variable: Tingkah_laku_Moral

Pada tabel diatas terlihat nilai Sig. 0,000  0,05 maka Ho ditolak, artinya koefisien regresi signifikan. Terlihat nilai 36,093 adalah untuk Tingkah Laku Moral sebagai variable Y, jika X=0, nilai 0,366 untuk koefisien pemahaman sebagai variable X.

Pada tabel koefisien, pada kolom B pada constant (a) adalah 36,093 sedangkan nilai Pemahaman (b) adalah 0,366, sehingga persamaan regresinya dapat ditulis :

Y = a +bX atau 36,093 + 0,366X

Koefisien b dinamakan koefisien arah regresi dan menyatakan perubahan rata-rata variable Y untuk setiap perubahan variable X sebesar satu satuan. Perubahan ini merupakan pertambahan bila b bertanda positif dan penurunan bila b bertanda negative. Sehingga dari persamaan diatas dapat diterjemahkan sebagai berikut :

Konstanta sebesar 36,093 menyatakan bahwa apabila nilai variable pemahaman (X) = 0 , maka nilai kualitas tingkah laku moral (Y) adalah sebesar 36,093.

Koefisien regresi X sebesar 0,366 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 point nilai Pemahaman, maka akan memeberikan sumbangan sebesar 0,366 tingkah laku moral, artinya pemahaman dapat memberikan pengaruh terhadap tingkah laku moral siswa disekolah dasar.


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Sekolah Dasar Negeri yang beralamat di jalan Sirnamanah nomor 4 Kecamatan Sukajadi Kota Bandung pada tahun ajaran 2014/2015 dengan populasi penelitian mulai dari siswa-siswi kelas III sampai dengan kelas VI, kesimpulan hasil penelitian akan dipaparkan sebagai berikut :

1. Secara umum tingkat pemahaman anak terhadap aturan berada pada kategori rendah, yang artinya sebagian besar siswa-siswi masih banyak yang belum mengetahui dan memahami aturan-aturan yang berlaku disekolah, mulai dari aturan tata tertib sekolah, ketentuan-ketentuan sekolah dan aturan moral yang berlaku disekolah. Hal ini dikarenakan sebagian besar siswa belum mengetahui aturan-aturan moral, tidak mengetahui bahwa banyak hal yang dilakukan ternyata melanggar aturan sekolah dan moral, sedangkan untuk aturan yang berlaku disekolah berupa tata tertib sekolah sudah jelas ada dan tertulis disekolah, namun untuk aturan moral tidak dituliskan secara nyata disekolah. 2. Secara umum gambaran pola tingkah laku moral siswa disekolah dasar berada

pada kategori rendah, yang artinya sebagian besar siswa memiliki tingkat moral yang rendah, siswa masih sering berbicara kotor dan kasar kepada teman, tidak menghormati dan menghargai sesama teman, mengejek teman, berprilaku tidak sopan, menaikan kaki keatas kursi dan duduk dimeja, mencontek, tidak menghormati guru dan melanggar berbagai peraturan disekolah yang berlaku. Hal ini dikarenakan berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan moral anak. Salah satunya adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan menjadi peran utama dalam mempengaruhi perkembangan moral, dilingkungan sekolah banyak siswa yang masih berbicara kasar dan kotor, seolah-olah hal tersebut lumrah dan menjadi sebuah kebiasaan, sehingga banyak siswa lain yang mengikutinya, tidak hanya


(3)

60

dilingkungan sekolah dilingkungan masyarakat turut andil mempengaruhi banyak anak remaja maupun dewasa dalam berbicara sering menggunakan bahasa yang kasar dan kotor, begitupun dengan tingkah laku yang juga ikut mempengaruhi.

Dalam kategori pola tingkah laku moral siswa yang tinggi adalah siswa yang tidak pernah berbicara kotor dan kasar kepada temannya, siswa yang mengetahu bahwa hal tersebut tidak baik untuk dilakukan, siswa yang selalu menghargai sesama temannya dan menghormati guru, serta siswa yang masuk kedalam kategori memiliki pola tingkah laku moral yang tinggi adalah siswa yang memiliki prilaku dan sikap yang sopan dan tidak melanggar aturan yang berlaku disekolah. Sedangkan siswa yang berada pada kategori sedang adalah siswa yang tidak pernah berbicara kotor dan kasar kepada sesama teman, namun masih melanggar beberapa aturan seperti duduk diatas meja dan menaikan kaki kekursi.

3. Pemahaman anak terhadap aturan memiliki hubungan yang kuat dengan pola tingkah laku moral siswa disekolah dasar. Yang artinya pemahaman anak terhadap aturan memiliki korelasi yang signifikan terhadap pola tingkah laku moral siswa. Sehingga tingkat pemahaman anak terhadap aturan memiliki pengaruh terhadap pola tingkah laku moral siswa. Semakin besar tingkat pemahaman siswa terhadap aturan, maka semakin baik tingkat pola tingkah laku moral siswa, dan juga berlaku sebaliknya apabila semakin rendah tingkat pemahaman siswa maka semakin rendah pula tingkat moral siswa disekolah dasar.

Sejalan dengan kesimpulan tersebut Kohlberg menyatakan bahwa, moral sifatnya penalaran, perkembangannya dipengaruhi oleh perkembangan nalar sebagaimana dikemukakan oleh Piaget. Makin tinggi tingkat penalaran seseorang menurut tahap-tahap perkembangan Piaget, maka makin tinggi pula tingkat moral seseorang (Sunarto, 1995, hlm. 176). Hal ini menunjukan makna bahwa semakin tinggi tingkat pemahaman seseorang maka semakin tinggi pula tingkat moralnya. Pemahaman terhadap aturan-aturan yang berlaku akan membuat seseorang lebih mengetahui dan memaknai aturan yang baik dilakukan, sehingga orang tersebut


(4)

akan belajar dan dapat membedakan tindak yang baik atau tindakan yang buruk untuk dilakukan.

B. Rekomendasi

Sesuai dengan hasil kesimpulan penelitian ini bahwa pemahaman anak terhadap aturan memiliki hubungan yang kuat dengan pola tingkah laku moral siswa. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pola tingkah laku moral siswa dapat ditingkatkan dengan memberikan pelajaran lebih tentang pemahaman yang berkaitan dengan aturan dan nilai-nilai moral. Berkaitan dengan hal tersebut rekomendasi yang perlu disampaikan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Bagi Guru

Guru adalah seorang pendidikan yang menjadi tokoh dan panutan bagi siswa-siswi disekolah, bahkan diluar sekolah dan lingkungan masyarakat. Tugas guru bukan hanya sekedar mengajarkan materi pelajaran kepada siswa namun lebih dari itu, mendidik dan membimbing siswa dan mengarahkan siswa kepada prilaku yang baik. Berkaitan dengan tingkah laku moral siswa, tentu menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru, apalagi bila suatu tindakan moral yang kurang baik sering terjadi dilingkungan sekolah. Walaupun hal tersebut banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor dan bukan tugas utama guru, namun seorang guru harus membimbing dan mengarahkan siswanya agar tidak memiliki prilaku yang kurang baik. Dalam hal ini guru dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai acuan dan pengingat bahwa pentingnya menanamkan konsep pemahaman kebada siswa baik berupa aturan yang berlaku disekolah serta aturan nilai-nilai moral yang berlaku dimasyarakat. Semoga hal ini menjadi pengingat bahwa seorang guru bukan hanya mengajar tetapi juga mendidik dan membimbing siswa, tidak hanya fokus pada nilai yang dicapai siswa (intelektual), tetapi juga lebih kepada sikap dan karakter siswa terutama tingkah laku moralnya.

Kemudian instrument penelitian ini dapat dijadikan sebagai cara untuk mengetahui sikap dan tingkatan pola tingkah laku moral siswa disekolah dasar. Peneliti berharap guru-guru dapat mengembangkan instrument yang ada dalam


(5)

62

penelitian ini dan menjadikan suatu alat untuk mengukur tingkatan pola tingkah laku moral siswa disekolah dasar sehingga guru-guru dapat memberikan pelayanan terbaik kepada siswanya dan dapat membimbing dan mengembangkan nilai-nilai moral, sikap dan tingkah laku siswa kerah yang lebih baik.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya, untuk mengungkap kembali pemahaman anak dengan pola tingkah laku moral siswa dengan variabel lainnya. Penulis hanya meneliti hubungan pemahaman anak terhadap aturan dengan pola tingkah laku moral siswa disekolah dasar, masih banyak permasalah yang belum terungkap dalam penelitian ini, seperti faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pemahaman anak, dan cara menanggulanginya, kemudian faktor-faktor yang mempengaruhi pola tingkah laku moral siswa, seperti faktor keluarga, faktor guru, lingkungan sekolah, lingkungan sekitar atau bahkan teman sebaya serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dijadikan bahan penelitian selanjutnya. Bahkan dapat diteliti juga bagaimana pengaruh pendidikan orang tua (pola asuh) kepada anak terhadap tingkah laku moral siswa, selain itu juga apakah kemampuan ekonomi keluarga anak dapat mempengaruhi tingkah laku moral siswa. Sehingga akan diketahui faktor manakah yang paling besar mempengaruhi pola tingkah laku moral siswa. Peneliti menyadari adanya keterbatasan intrumen penelitian yang digunakan sehingga diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat dikembangkan lebih baik lagi.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta : Bumi Aksara

Hatimah, dkk. (2007). Penelitian Pendidikan. Bandung : Upi Press Hatimah, dkk. (2009). Penelitian Pendidikan. Bandung : Upi Press

Muchson, AR. (2000). Dasar-dasar pendidikan Moral. Yogyakarta : Penerbit Ombak

Muchson, AR. (2013). Dasar-dasar pendidikan Moral. Yogyakarta : Penerbit Ombak

Riduwan (2011). Belajar Mudah Penelitian. Bandung : Alfabeta

Sjarkawi, (2006). Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta : Bumi Aksara Subiyanto. (1988). Evaluasi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta :

Sudjana, Nana, (2008). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Rosdakarya

Sugiyono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta

Sunarto, Agung Hartono. (1995). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta

Syarifudin, T. (2006). Landasan Pendidikan. Bandung : Upi Press

Yusuf, Syamsul. (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Remaja Rosdakarya

Christiani, Martha. (2011). Aspek-aspek Perkembangan Pembiasaan Anak Usia Dini. Jurnal : UNY. Diakses dari : http://staff.uny.ac.id/dosen/martha-christiani.mpd/data/files/pendidikan.

_____ (2014). Masalah-masalah yang dihadapi siswa sekolah. Rumah Bangsa.net Journalisme Education. Diakses dari :