Probion Aspergillus niger Penggunaan Pelepah Kelapa Sawit Yang Difermentasi Dengan Mikroba Lokal Pada Domba Lokal Jantan

Urea CONH 2 2 merupakan salah satu sumber non protein nitrogen NPN yang berbentuk kristal putih, bersifat mudah larut dalam air. Urea dalam proses fermentasi akan diuraikan kembali oleh enzim urease menjadi amonia dan karbondioksida, selanjutnya amonia akan digunakan untuk membentuk asam amino Poerwanto, 2003. Nitrogen dalam media fermentasi mempunyai fungsi fisiologis bagi mikroorganisme, yaitu sebagai bahan untuk mensintesis protein dan asam nukleat. Penggunaan urea dalam proses fermentasi mempengaruhi kandungan protein kasar, serat kasar, lemak kasar, BETN dan bahan kering Andayani dan Yatno, 2001. Mikroba Lokal a. Saus Burger Pakan SBP Saus Burger Pakan SBP merupakan sebuah produk yang mengandung multi-mikroba seperti mikroba asan laktat, mikroba selulolitik, mikroba amilolitik dan mikroba baik lainnya serta asam asam amino esensial, vitamin, mineral, dan bahan bahan alami yang memberikan zat-zat yang sangat dibutuhkan oleh ternak untuk pertumbuhan dan kesehatan. Pemakaian SBP dapat dilakukan dengan penyiraman, penyemprotan pada pakan atau dicampurkan langsung dengan minuman ternak. Untuk pakan ternak ruminasia seperti sapi, kerbau, kambing dan domba, “Saus Burger Pakan” pakan dapat dibuat dari bahan pakan sumber serat jerami, rumput, tebon, jagung sebagai sumber energi dan protein dapat digunakan dedak padi, pollard, tepung jagung, ampas ketela, ampas sagu, kulit kedelai, atau sejenisnya.

b. Probion

Probion adalah bahan pakan aditif ternak yang dapat digunakan secara langsung sebagai campuran pakan konsentrat atau untuk meningkatkan kualitas pakan melalui proses fermentasi. Probion merupakan konsorsia mikroba dari rumen ternak ruminansia yang diperkaya dengan mineral esensial untuk pertumbuhan mikroba tersebut. Bentuk fisik Probion adalah berupa serbuk sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu lama. Penggunaan Probion sebagai campuran pakan konsentrat sebanyak 0,3, atau digunakan dalam proses fermentasi pakan dengan takaran 3 kg probion dan 3 kg urea untuk setiap satu ton pakan berserat Haryanto, 2001. Universitas Sumatera Utara Probion merupakan produk campuran berbagai macam mikroba yang dibuat melalui proses inkubasi anaerob isi rumen dengan tambahan mineral dan bahan organik yang dibutuhkan mikroba. Mikroba yang terdapat dalam probion diharapkan dapat menghasilkan enzim yang mampu merombak dan merenggangkan ikatan lignosellulosa dan lignohemisellulosa, sehinga pelepah sawit menjadi lebih mudah dicerna oleh mikroba rumen, sehingga pelepah sawit hasil fermentasi akan mampu memenuhi kebutuhan ternak terhadap hijauan sebagai sumber serat Haryanto et,al.,2003. Teknologi probion dapat meningkatkan kandungan protein pakan dan nilai kecernaan serat NDF lebih tinggi. Probion mampu meningkatkan bobot ternak 10 persen dalam kurun waktu yang relatif pendek. Probion dapat menurunkan biaya produksi sehingga akan meningkatkan keuntungan. Probion sangat potensial dikomersialkan untuk industri pakan dalam produksi berserat untuk ternak ruminansia Haryanto, 2003.

c. Aspergillus niger

Aspergillus niger merupakan salah satu jenis Aspergillus yang tidak menghasilkan mikotoksin sehingga tidak membahayakan. Proses fermentasi menggunakan kapang, selain pembentukan miselium selalu diikuti oleh pembentukan spora yang berguna untuk pembuatan inokulum pada proses fermentasi. Inokulum yang berupa spora merupakan starter yang baik dalam fermentasi Purwadaria et al., 1995. Aspergillus niger memiliki suatu kelebihan yaitu pertumbuhannya yang cepat. Selain itu, Aspergillus niger mampu menghasilkan enzim-enzim ekstraseluler seperti selulase, amylase, pektinase, amiloglukosidase, glukosaoksidase dan katalase. Kelebihan Aspergillus niger ini membuat kapang ini sering dipergunakan dalam memproduksi asam sitrat, asam glukonat dan beberapa enzim lainnya. Hal ini terjadi karena selama fermentasi, kapang Aspergillus niger menggunakan zat gizi terutama karbohidrat untuk pertumbuhannya Enari, 1983. Universitas Sumatera Utara Peningkatan kandungan protein kasar yang sejalan dengan pertumbuhan kapang jamur dikarenakan tubuh jamur terdiri dari elemen yang mengandung nitrogen. Selain itu enzim yang dihasilkan oleh jamur juga merupakan protein. Dinding sel jamur mengandung 6,3 persen protein kasar, sedangkan membran sel pada jamur yang berhifa mengandung protein 25-45 persen dan karbohidrat 25-30 persen. Musnandar, 2003. Fermentasi Fermentasi adalah proses penguraian unsur-unsur organik kelompok terutama karbohidrat untuk menghasilkan energi melalui reaksi enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Proses fermentasi dapat dikatakan sebagai proses ”protein enrichment” yang berarti proses pengkayaan protein bahan dengan menggunakan mikroorganisme tertentu Sarwono, 1996. Penambahan bahan-bahan nutrien kedalam fermentasi dapat menyokong dan merangsang pertumbuhan mikroorganisme. Salah satu bahan yang dapat digunakan pada proses fermentasi adalah urea. Urea yang akan ditambahkan pada proses fermentasi akan diurai oleh enzim urease menjadi amonia dan karbondioksida yang selanjutnya digunakan untuk pembentukan asam amino. Selama proses fermentasi terjadi bermacam-macam perubahan komposisi kimia. Kandungan asam amino, karbohidrat, pH, kelembaban, aroma serta perubahan nilai gizi yang mencakup terjadinya peningkatan protein dan penurunan serat kasar. Semuanya mengalami perubahan akibat aktivitas dan perkembangbiakan mikroorganisme selama fermentasi. Melalui fermentasi terjadi pemecahan substrat oleh enzim – enzim tertentu terhadap bahan yang tidak dapat dicerna, misalnya selulosa dan hemiselulosa menjadi gula sederhana. Selama proses fermentasi terjadi pertumbuhan kapang, selain dihasilkan enzim juga dihasilkan protein ekstraselluler dan protein hasil metabolisme kapang sehingga terjadi peningkatan kadar protein Fardiaz, 1989. Universitas Sumatera Utara Konsumsi Pakan Konsumsi pakan merupakan salah satu indikator terbaik dari produksi ternak. Jumlah konsumsi pakan merupakan faktor penentu paling penting yang menentukan jumlah nutrien yang didapat oleh ternak dan berpengaruh terhadap tingkat produksi. Konsumsi pakan dipengaruhi oleh temperatur lingkungan, palatibilitas, status fisiologis, konsentrasi nutrisi, bentuk pakan, bobot tubuh dan produksi Anggorodi, 1994. Ternak ruminansia mempunyai keistimewaan, salah satunya adalah dapat makan dengan cepat dan menampung makanan dalam jumlah yang banyak. Kemampuan mengkonsumsi pakan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu kapasitas tampung alat pencernaan ternak, bobot badan, bentuk dan kandungan zat- zat makanan ransum, kebutuhan ternak akan zat-zat makanan, status fisiologi ternak dan genotip ternak. Williamson dan Payne, 1993. Temperatur lingkungan dan konsumsi pakan ternak hewan adalah 2 hal yang akan selalu saling terkait. Yang mana temperatur lingkungan akan sangat mempengaruhi konsumsi pakan ternak. Suhu lingkungan di bawah thermoneutral menyebabkan kosumsi pakan ternak meningkat, sedangkan suhu lingkungan di atas kisaran tersebut menyebabkan penurunan konsumsi pakan. Penurunan konsumsi pakan, antara lain disebabkan oleh meningkatnya konsumsi air minum yang digunakan untuk mempertahankan suhu tubuh terhadap suhu lingkungan yang bertambah panas Housebandry, 2009. Palatabilitas merupakan sifat performansi bahan-bahan pakan sebagai akibat dari keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh bahan-bahan pakan yang dicerminkan oleh organoleptiknya seperti kenampakan, bau, rasa hambar, asin, manis, pahit, tekstur dan temperaturnya. Hal inilah yang menumbuhkan daya tarik dan merangsang ternak untuk mengkonsumsinya. Ternak ruminansia lebih menyukai pakan rasa manis dan hambar daripada asinpahit. Mereka juga lebih menyukai rumput segar bertekstur baik dan mengandung unsur nitrogen N dan fosfor P lebih tinggi Kartadisastra, 1997. Universitas Sumatera Utara Faktor yang mempengaruhi palatabilitas pada ternak ruminansia adalah kecerahan warna, rasa, tekstur dan kandungan nutrisi. Pakan yang berkualitas baik tingkat konsumsinya lebih tinggi dibandingkan dengan pakan yang berkualitas rendah, sehingga pakan yang kualitas relatif sama maka tingkat konsumsinya juga tidak jauh berbeda Ensminger, 1990. Kebutuhan ternak terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat tergantung pada status fisiologis ternak. Status fisiologi ternak ruminansia seperti umur, jenis kelamin, fase pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui, kondisi tubuh normal, sakit sangat mempengaruhi konsumsi pakannya. Maka, setiap ekor ternak yang berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda pula Prihatman, 2000. Konsentrasi nutrisi merupakan jumlah nutrisi didalam pakan. Konsentrasi nutrisi yang sangat berpengaruh terhadap konsumsi pakan antara lain konsentrasi energi yang terkandung di dalam pakan. Konsentrasi energi pakan berbanding terbalik dengan tingkat konsumsinya. Makin tinggi konsentrasi energi di dalam pakan, maka jumlah konsumsinya akan menurun. Sebaliknya, konsumsi pakan akan meningkat jika konsentrasi energi yang dikandung pakan rendah. Konsumsi pakan mempunyai hubungan erat dengan kebutuhan energi ternak yang sering menyebabkan konsumsi pakan ternak menjadi berbeda Williamson dan Payne, 1993. Pakan dengan kandungan Bahan Kering tinggi berpengaruh terhadap intake. Pada ruminansia intake dipengaruhi oleh tingkat penyerapan dan bentuk pakan. Ternak ruminansia lebih menyukai pakan bentuk butiran hijauan yang dibuat pellet atau dipotong daripada hijauan yang diberikan seutuhnya. Hal ini berkaitan erat dengan ukuran partikel yang lebih mudah dikonsumsi dan dicerna Sutardi, 1980. Bobot tubuh ternak berbanding lurus dengan tingkat konsumsi pakannya. Makin tinggi bobot tubuh, makin tinggi pula tingkat konsumsi terhadap pakan. Meskipun demikian, kita perlu mengetahui satuan keseragaman berat badan ternak yang sangat bervariasi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengestimasi berat badannya, kemudian dikonversikan menjadi “berat badan metabolis” yang merupakan bobot tubuh ternak tersebut Mahendra, 2007. Universitas Sumatera Utara Ternak ruminansia, produksi dapat berupa pertambahan berat badan ternak potong, air susu ternak perah, tenaga ternak kerja atau kulit dan buluwol. Makin tinggi produk yang dihasilkan, makin tinggi pula kebutuhannya terhadap pakan. Apabila jumlah pakan yang dikonsumsi disediakan lebih rendah daripada kebutuhannya, ternak akan kehilangan berat badannya terutama selama masa puncak produksi di samping performansi produksinya tidak optimal Astanto, 2008. Pertambahan Bobot Badan Ternak Pertumbuhan adalah perubahan ukuran yang meliputi perubahan berat hidup, bentuk, dimensi linier dan komposisi tubuh termasuk perubahan komponen-komponen tubuh seperti otot, lemak, protein dan abu pada karkas. Keragaman ukuran tubuh pada ternak dapat disebabkan kondisi pemeliharaan, pengaruh pemberian pakan, kondisi alat pencernaan dan keragaman genetik Mulliadi, 1996. Pertambahan berat badan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pakan total protein yang diperoleh setiap harinya, jenis kelamin, umur, genetik, lingkungan, dan manajemen tata laksana. Bobot tubuh berfungsi sebagai salah satu kriteria ukuran yang penting dalam menentukan pertumbuhan dan perkembangan ternak. Selain itu, bobot tubuh juga berfungsi sebagai ukuran produksi dan penentu ekonomi. Bobot tubuh seekor ternak dipengaruhi oleh bangsa ternak, jenis kelamin, umur, jenis kelahiran, dan jenis pakan National Research Council, 2000. Pakan merupakan faktor utama dalam keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan tatalaksana. Pakan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan. Makin baik kualitas pakan yang dikonsumsi ternak akan diikuti dengan pertambahan bobot badan yang lebih tinggi. Pertambahan bobot badan yang diperoleh dari percobaan pada ternak merupakan hasil dari zat-zat makanan yang dikonsumsi Anggorodi, 1994. Universitas Sumatera Utara Jenis kelamin sangat berpengaruh terhadap performa produksi ternak. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh terhadap tenunan tubuh yang sekaligus mempengaruhi pertumbuhan maupun persentase karkas ternak. Perbedaan pertambahan bobot badan dan persentase karkas berdasarkan jenis kelamin dipengaruhi oleh hormon somatotropin Irmawaty dan Padang, 2007. Rauf 1988 menyatakan bahwa, peranan yang penting dari hormon pertumbuhan terletak pada stimulasi peningkatan ukuran tubuh, memacu peningkatan dan percepatan pertumbuhan. Selanjutnya, dinyatakan bahwa hormon pertumbuhan juga berpengaruh antagonistik terhadap insulin di dalam otot dan tenunan adiposa. Hormon kelamin memberikan pengaruh yang menonjol terhadap pertambahan bobot badan ternak yang sekaligus memberikan perbedaan bobot dan persentase karkas. Jenis kelamin jantan memiliki performa produksi pertambahan bobot badan, konsumsi bahan kering dan efisiensi penggunaan pakan dan status faal suhu tubuh, respirasi dan pulsus yang lebih tinggi dibanding ternak betina. Pertambahan bobot badan pada ternak jantan disebabkan adanya hormon androgen yang merangsang pertumbuhan. Hormon androgen pada ternak jantan dapat merangsang dan menstimulan pertumbuhan, pertumbuhan yang cepat pada saat pubertas sebagian disebabkan oleh pengaruh anabolik protein dari androgen sehingga ternak jantan dapat lebih besar dibandingkan dengan ternak betina Putri, 2014. Ternak jantan lebih cepat tumbuh dibandingkan betina pada umur yang sama. Jantan memiliki testosteron salah satu steroid androgen, hormon pengatur pertumbuhan yang dihasilkan sel-sel interstistial dan kelenjar adrenal. Testosteron dihasilkan testis pada jantan, sehingga pertumbuhan ternak jantan dibandingkan betina lebih cepat terutama setelah sifat-sifat kelamin sekunder muncul. Pada ternak betina, peningkatan sekresi estrogen menyebabkan penurunan konsentrasi kalsium dan lipida dalam darah sehingga dengan meningkatnya sekresi estrogen akan terjadi penurunan laju pertumbuhan tulang Soeroso, 2004. Bambang 2005 menambahkan bahwa Jenis kelamin mempengaruhi pertumbuhan jaringan dan komposisi karkas. Universitas Sumatera Utara Pertumbuhan ternak muda sebagian besar disebabkan oleh perumbuhan otot, tulang belulang dan organ-organ vital. Proses pertumbuhan pada semua jenis ternak terkadang berlansung cepat, lambat dan bahkan terhenti jauh sebelum hewan tersebut mencapai dalam ukuran besar tubuh Parakkasi, 1995 Produktivitas seekor ternak dipengaruhi oleh faktor genetik atau keturunan dan faktor lingkungan. Faktor genetik merupakan faktor keturunan yang dibawa sejak lahir dan bersifat tetap, sedangkan faktor lingkungan merupakan kesempatan atau peluang untuk memaksimalkan peran faktor genetik yang dimilikinya dan bersifat tidak tetap atau bisa berubah dari waktu ke waktu. Ternak dengan mutu genetik yang baik akan berproduksi dengan baik pula jika didukung oleh faktor lingkungan yang cocok. Demikian pula sebaliknya, meskipun diberi lingkungan yang baik jika mutu genetik seekor ternak tidak unggul maka produktivitas ternak tersebut juga tidak sebesar dibanding ternak dengan mutu genetik yang lebih unggul Wiyanto, 2012 Perawatan merupakan salah satu bagian daripada pemeliharaan ternak yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Beberapa perawatan penting yang harus dilakukan secara rutin dalam pemeliharaan ternak antara lain : pemberian pakan yang berkualitas, memandikan, pencukuran bulu, pemotongan kuku, pembersihan kandang, serta pemeliharaan kesehatan ternak Panjaitan et al, 2003 Salah satu upaya untuk meningkatkan bobot badan dan mempercepat pertumbuhan ternak adalah dengan cara melaksanakan manajemen pemeliharaan yang baik. Pemeliharaan ternak yang baik sangat mempengaruhi pertumbuhan serta terjaminnya kesehatan ternak Hernowo, 2006. Peternak dalam memelihara ternaknya harus berdasarkan prinsip-prinsip pemeliharaan dan pembiakan hewan tropis yaitu, pengawasan lingkungan, pengawasan kesehatan, pengawasan pakan dan air minum, pengawasan sistem pengelolaan dan pengawasan kualitas hewan ternak Smith dan Mangkoewidjojo, 1988. Universitas Sumatera Utara Pertambahan bobot badan merupakan salah satu kriteria yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kualitas bahan makanan ternak, karena pertumbuhan yang diperoleh dari suatu percobaan merupakan salah satu indikasi pemanfaatan zat– zat makanan dari pakan yang diberikan. Dari data pertambahan bobot badan harian akan diketahui nilai suatu bahan pakan ternak Church and Pond 1995. Pertumbuhan dapat dinilai sebagai peningkatan tinggi, panjang, ukuran lingkar dan bobot yang terjadi pada seekor ternak muda yang sehat serta diberi pakan, minum dan mendapat tempat berlindung yang layak. Pertumbuhan umumnya diukur dengan berat dan tinggi Aberle et al, 2001. Konversi Pakan Konversi pakan adalah perbandingan antara jumlah yang dikonsumsi pada waktu tertentu dengan produksi yang dihasilkan pertambahan bobot badan dalam kurun waktu yang sama. Konversi pakan merupakan suatu indikator teknis yang dapat menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan pakan, semakin rendah angka konversi pakan berarti semakin baik Anggorodi, 1994. Konversi pakan ditentukan berdasarkan beberapa faktor yaitu suhu lingkungan, potensi genetik dan kandungan nutrisi dalam pakan. Konversi pakan juga dipengaruhi oleh jumlah pakan yang dikonsumsi, bobot badan, gerak atau aktivitas tubuh, suhu dalam kandang Parakkasi, 1995. Nilai konversi pakan merupakan parameter yang penting sebagai tinjauan ekonomis biaya pakan. Semakin rendah nilai konversi pakan akan semakin menguntungkan, hal ini disebabkan semakin sedikit ransum yang diberikan untuk menghasilkan berat badan tertentu. Salah satu faktor yang mempengaruhi nilai konversi pakan adalah faktor lingkungan Sugito, 2009 dan Mira, 2009. Ternak dapat berproduksi secara optimum bila faktor-faktor internal dan eksternal berada dalam batasan-batasan normal yang sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Suhu lingkungan merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi produktivitas ternak. Suhu panas pada suatu lingkungan pemeliharaan ternak telah menjadi salah satu perhatian utama karena dapat menyebabkan kerugian ekonomi akibat peningkatan angka kematian ataupun penurunan produktvitas St-Pierre et Universitas Sumatera Utara al., 2003. Keadaan suhu yang relatif tinggi pada suatu lingkungan pemeliharaan ternak menyebabkan terjadinya cekaman panas. Cekaman panas heat stress menyebabkan gangguan terhadap pertumbuhan pada ternak Mashaly et al., 2004. Penurunan pertumbuhan ini terkait dengan penurunan konsumsi pakan dan peningkatan konsumsi air minum selama ternak mengalami cekaman panas Cooper dan Washburn, 1998. Faktor genetik merupakan faktor keturunan yang dibawa sejak lahir dan bersifat tetap, 70 dari produktivitas ternak dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan 30 oleh faktor genetik. Di antara faktor lingkungan tersebut, aspek pakan mempunyai pengaruh yang paling besar yaitu sekitar 60. Hal ini menunjukan bahwa meskipun potensi genetik tinggi, tetapi bila pakan yang diberikan tidak memenuhi syarat kualitas, maka produktifitas yang tinggi serta nilai konversi pakan yang baik sulit untuk dicapai Wiyanto, 2012. Kandungan nutrisi dalam pakan merupakan faktor utama dalam keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan tatalaksana. Semakin baik kualitas pakan yang dikonsumsi ternak, maka akan diikuti dengan pertambahan bobot badan yang lebih tinggi sehingga makin efisien penggunaan pakannya Parakkasi, 1995. Konversi pakan diukur dari jumlah bahan kering yang dikonsumsi dibagi dengan pertambahan bobot badan persatuan waktunya. Konversi pakan khususnya pada ternak ruminansia dipengaruhi oleh kualitas pakan, pertambahan bobot badan dan nilai kecernaan. Dengan memberikan kualitas pakan yang baik ternak akan tumbuh lebih cepat dan lebih baik konversi pakannya. Angka konversi ransum menunjukkan tingkat penggunaan ransum dimana jika angka konversi semakin kecil maka penggunaan ransum semakin efisien dan sebaliknya jika angka konversi besar maka penggunaan ransum tidak efisien Martawidjaya, et al,. 1999. Universitas Sumatera Utara Kecernaan Bahan Pakan Kecernaan zat makanan didefinisikan sebagai jumlah zat makanan yang tidak diekskresikan dalam feses atau dengan asumsi bahwa zat makanan tersebut dicerna oleh hewan, apabila dinyatakan dalam persentase maka disebut koefisisen cerna Tillman, 1993. Kecernaan bahan makanan dapat dipengaruhi oleh umur ternak, level pemberian pakan, cara pengolahan dan pemberian pakan, komposisi pakan, dan kadar zat makanan yang dikandungnya. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kecernaan pakan khususnya pakan hijauan adalah populasi mikroba dan laju alir makanan Tomaszewska et al., 1993. Keberadaan pakan dalam alat pencernaan ruminansia akan mengalami perubahan kimia, biologi, dan fisik. Setiap jenis ternak memiliki kemampuan yang berbeda dalam mendegradasi pakan, sehingga mengakibatkan perbedaan kecernaan dalam rumen Sutardi, 1980. Ternak ruminansia dapat memecah dan menggunakan sebagian karbohidrat struktural selulosa dan hemiselulosa dengan bantuan mikroba rumen. Ikatan lignin dengan komponen selulosa dan hemiselulosa dinding sel bertindak sebagai penghalang dari kerja enzim-enzim yang dikeluarkan oleh mikroba di dalam rumen. Terhambatnya aktivitas mikroba disebabkan oleh dinding sel yang terlignifikasi tidak cukup berpori untuk memungkinkan difusi enzim terutama selulase, sehingga mikroba hanya dapat menyerang permukaan dari dinding selnya saja Tomaszewska et al., 1993. Dengan adanya bantuan mikroba rumen akan meningkatkan kecernaan bahan makanan yang mengandung karbohidrat struktural karbohidrat pembangun; kandungan lignin dan silika pada bahan makanan dapat mempengaruhi produksi energi metabolis ME, karena bahan makanan yang memiliki kandungan lignin dan silika yang tinggi akan lebih sulit dicerna, sehingga lebih banyak energi dari bahan makanan tersebut yang keluar melalui feses Parakkasi, 1995. Universitas Sumatera Utara Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk mengukur kecernaan suatu bahan pakan seperti in vivo, in sacco dan in vitro. Teknik evaluasi pakan secara in vivo mempunyai tingkat akurasi yang lebih tinggi dibanding teknik lain karena bersifat aplikatif pada ternak secara langsung. Dalam metoda ini semua pakan, sisa pakan dan feses ditimbang dan dicatat, kemudian diambil sampel untuk dianalisis. Dengan mengetahui jumlah pakan yang diberikan, sisa pakan, dan feses maupun urine yang dikeluarkan setiap ekor ternak serta mengetahui kandungan zat makanan bahan pakan, sisa pakan, feses atau urine, maka akan didapat nilai kecernaan dari masing-masing komponen Suparjo, 2008. Selisih antara konsumsi zat makanan bahan pakan dengan ekskresi zat makanan feses menunjukkan jumlah zat makanan bahan pakan yang dapat dicerna Church dan Pond, 1985. Rumen dan retikulum berisi mikroorganisme seperti bakteri dan protozoa. Nilai kecernaan yang meningkat berkaitan dengan peningkatan aktivitas mikroorganisme dalam rumen yang menunjukkan pemenuhan kebutuhan mikrorganisme untuk optimasi aktivitas mikroorganisme merupakan hal yang penting. Mikroorganisme memecah partikel-partikel kecil pakan untuk memproduksi zat-zat kimia sederhana yang beberapa diantaranya diserap melalui dinding lambung dan sebahagian lagi dimanfaatkan oleh mikroorganisme Gatenby, 1991. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan pakan adalah komposisi pakan, daya cerna semu protein kasar, lemak, komposisi ransum, penyiapan pakan, faktor hewan dan jumlah pakan yang diberikan. Domba akan mengkonsumsi lebih banyak pakan halus dibanding pakan yang kasar. Konsumsi bahan kering pakan kasar bervariasi mulai dari 1,5 dari bobot badan untuk pakan dengan kualitas rendah hingga 3,0 untuk pakan dengan kualitas tinggi Tillman et al, 1993. Universitas Sumatera Utara

a. Kecernaan Bahan Kering