Sistem ketenagakerjaan kesehatan PEMBAHASAN

pemerintah pusat memberikan bantuan kepada pemerintah daerah, bukan menarik tanggung jawab ke pemerintah pusat.

2.6 Sistem ketenagakerjaan kesehatan

Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan,memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang memerlukan kewenangan dalam menjalankan pelayanan kesehatan. UU Nomor 23 Tahun 1992 Dalam Pasal 2 ayat 2 sampai dengan ayat 8 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996, Tenaga Kesehatan terdiri dari : • Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi; • Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan; • Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker; • Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian; • Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien; • Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis wicara; • Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, othotik prostetik, teknisi tranfusi dan perekam medis; Tenaga kesehatan memiliki peran dalam membangunan kesehatan serta menjaga kesehatan melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. a. Pelayanan promotif Dilaksanakannya program penyuluhan dan pendidikan masyarakat. Dibutuhkan tenaga – tenaga kesehatan yang handal terumata yang mempunyai spesialisasi dalam penyuluhan dan pendidikan. b. Pelayanan preventif Diperlukan para tenaga kesehatan yang memahami epidemiologi penyakit, cara – cara, dan metode pencegahan serta pengendalian penyakit. Tenaga kesehatan memerlukan penguasaan teknik – teknik lingkungan dan pemberantasan penyakit. Jika upaya promotif dan preventif belum berhasil sehingga penyakit telah timbul, maka tenaga kesehatan akan melakukan upaya kuratif. 28 c. Peran tenaga kesehatan dalam merubah perilaku masyarakat menuju hidup bersih dan sehat Program promosi perilaku hidup bersih dan sehat yang biasa dikenal PHBSPromosi Hygiene merupakan pendekatan untuk mencegah penyakit menular dengan adanya perubahan perilaku oleh masyarakat luas. Dimulai dengan apa yang diketahui, diinginkan, dan dilakukan masyarakat setempat dan mengembangkan program berdasarkan informasi tersebut Curtis V dkk, 1997; UNICEF; WHO. Bersih, Sehat dan Sejahtera. Langkah – langkah untuk memotivasi orang untuk melakukan perilaku hygiene: • Memilih beberapa perubahan perilaku yang diharapkan dapat diterapkan • Mencari tau apa yang dirasakan oleh sasaran mengenai perilaku tersebut diskusi terfokus, wawancara, dan melalui uji coba perilaku • Membuat pesan yang tepat sehingga sasaran mau melakukan perubahan perilaku • Menciptakan sebuah pesan sederhana, positif, menarik berdasarkan apa yang disukai kelompok sasaran. • Merancang program komunikasi Selain itu, untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat, maka diperlukan pengembangan tenaga kesehatan. Adapun pengembangan tenaga kesehatan antara lain 1. Keadaan tenaga kesehatan Salah satu prioritas dari pembangunan kesehatan adalah penetapan pengembangan sumber daya manusia. Hal ini dikarenakan Indonesia masih menghadapi masalah tenaga kesehatan, baik jumlah, jenis, kualitas maupun distribusinya. Perencanaan tenaga kesehatan diatur dalam PP No.32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. Dalam Peraturan, dinyatakan bahwa pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang merata bagi masyarakat. Dalam hal perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan terdapat empat metoda penyusunan yang dapat digunakan yaitu; 1. Health Need Method, yaitu berdasarkan pada epidemiologi penyakit utama yang ada pada masyarakat. 2. Health Service Demand, yaitu berdasarkan pada permintaan akibat beban pelayanan kesehatan. 29 3. Health Service Target Method yaitu berdasarkan pada sarana pelayanan kesehatan yang ditetapkan, misalnya Puskesmas, dan Rumah Sakit. 4. Ratios Method, yaitu berdasarkan pada standarrasio terhadap nilai tertentu. Tabel dibawah menunjukkan perlunya peningkatan jumlah tenaga kerja kesehatan. 2. PengadaanPendidikan Tenaga Kesehatan Untuk membentuk keahlian dan keterampilan tenaga kesehatan di bidang teknologi serta mengantisipasi timbulnya kesenjangan keahlian, maka di laksanakanlah pengembangan sistem pendidikan tenaga kesehatan. Pengembangan sistem pendidikan tenaga kesehatan tidak terlepas dari sistem pendidikan nasional. Institusi pendidikan tenaga kesehatan yang ada saat ini masih belum memenuhi standar kualitas pendidikan. Terdapat 67 institusi pendidikan tenaga kesehatan belum terakreditasi. Bahkan 82 institusi pendidikan untuk perawat belum terakreditasi. Pendirian institusi pendidikan tenaga kesehatan yang belum terencana sesuai dengan standar mutu dapat berdampak terhadap tidak terpenuhinya kompetensi tenaga kesehatan. 30 3. Pendayagunaan tenaga kesehatan Tenaga kesehatan dapat didayagunakan di : 1 Instansi pemerintah baik pusat maupun daerah termasuk TNI dan POLRI, 2 Sektor pelayanan kesehatan swasta, 3 Sektor non pelayanan kesehatan termasuk industri, pendidikan dan penelitian baik pemerintah maupun swasta 4 di luar negeri sebagai Tenaga Kerja Kesehatan Indonesia TKKI. Tenaga kesehatan yang didayagunakan di instansi pemerintah, utamanya di sektor kesehatan dapat diangkat melalui: 1 Formasi PNS baik pusat maupun daerah 2 Pegawai Tidak Tetap PTT pusat maupun daerah 3 Penugasan khusus baik residen maupun tenaga D3-Kesehatan, terutama untuk daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan DTPK. 4. Pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan. Pembinaan dan pengawasan mutu tenaga dokter dan dokter gigi telah diatur dalam Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Pada tahun 2005 telah dibentuk Konsil Kedokteran Indonesia. Adapun salah satu tugas dari Konsil Kedokteran Indonesia yaitu melaksanakan registrasi tenaga dokter dan dokter gigi, dengan menerbitkan Surat Tanda Registrasi STR. STR dapat diterbitkan setelah dokter dan dokter gigi mengikuti dan dinyatakan lulus dalam uji kompetensi yang dilaksanakan oleh kolegium kedokteran dan kedokteran gigi. Berdasarkan STR, Kepala Dinas Kesehatan KabupatenKota dapat 31 menerbitkan Surat Izin Praktik SIP. Seorang dokterdokter gigi, hanya diperbolehkan praktik maksimal di 3 tiga tempat untuk menjamin mutu pelayanannya. Sedangkan untuk tenaga kesehatan lainnya, pada tahun 2011 telah dibentuk Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia MTKI. Salah satu tugasnya yaitu melaksanakan registrasi bagi tenaga kesehatan non dokterdokter gigi. Surat Ijin Praktik SIP dan Surat Izin Kerja, dapat diterbitkan oleh Kepala Dinas Kesehatan KabupatenKota. Untuk meningkatkan dan menjamin mutu tenaga kefarmasian dalam melaksanakan pekerjaannya, telah dibentuk Komite Farmasi Nasional KFN yang mempunyai tugas melaksanakan registrasi, sertifikasi, pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, pembinaan dan pengawasan apoteker.

2.7 Sistem pelayanan kesehatan yang berlaku di negara-negara lain