DPC PDIP Kota Medan untuk meningkatkan keterwakilan perempuan sesuai dengan kuota 30 yang telah ditetapkan oleh pemerintah?”
I.3. Pembatasan Masalah
Pembatasan Masalah adalah usaha untuk menetapkan masalah dalam batasan penelitian yang akan diteliti. Oleh sebab itu, agar penelitian ini lebih
fokus dan lebih sistematis peneliti merumuskan batasan masalahnya yaitu: 1.
Penelitian ini mengkaji tentang kondisi keterwakilan perempuan dalam Kepengurusan partai PDIP Kota Medan
2. Permasalahan yang dibahas yaitu komitmen dari DPC PDIP Kota
Medan dan strategi apa yang digunakan untuk meningkatkan keterwakilan perempuan sesuai dengan kuota 30 yang ditetapkan
oleh pemerintah.
I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
I.4.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Mendeskripsikan kondisi keterwakilan perempuan dalam kepengurusan DPC PDIP Kota Medan
2. Mengetahui kendala yang dihadapi DPC PDIP Kota Medan terkait
dengan rendahnya keterwakilan perempuan dalam internal partai 3.
Mengetahui Strategi DPC PDIP Kota Medan untuk meningkatkan keterwakilan perempuan dalam kepengurusan partai sesuai dengan
ketentuan kuota 30 yang telah ditetapkan oleh pemerintah
I.4.2 Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis, adalah untuk menyelesaikan studi pada Program S1 Ilmu
Politik Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2. Manfaat bagi lembaga yaitu penelitian ini dapat menjadi referensi
baru dalam pengembangan khasanah ilmu politik
3. Manfaat bagi masyarakat adalah agar hasil penelitian ini dapat
berguna bagi masyarakat khususnya perempuan agar lebih menyadari perannya dalam politik serta pentingnya kesetaraan perempuan dalam
dunia politik I.5. Kerangka
Teori
Teori adalah serangkaian konsep, definisi, dan proposisi yang saling berkaitan dan bertujuan untuk memberikan gambaran yang sistematis tentang
suatu fenomena pada umumnya.
12
Teori memiliki arti penting bagi suatu penelitian adalah karena teori yang digunakan berfungsi untuk menerangkan suatu
fenomena yang ada secara sistematis. Adapun kerangka teori yang menjadi landasan berfikir penulis dalam
penelitian ini yaitu:
I.5.1 Teori Strategi Politik
Strategi berasal dari bahasa Yunani strategia yang diartikan sebagai “the art of the general” atau seni seorang panglima yang biasanya digunakan dalam
peperangan. Karl von Clausewitz 1780-1831 berpendapat bahwa strategi adalah pengetahuan tentang penggunaan pertempuran untuk memenangkan peperangan.
Sedangkan politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam
rangka proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu.
Jadi dapat dikatakan bahwa strategi politik adalah ilmu tentang teknik, taktik, cara, kiat yang dikelola oleh politisi untuk mendapatkan dan
mempertahankan sumber-sumber kekuasaan, merumuskan dan melaksanakan keputusan politik sesuai yang diinginkan. Menurut Peter Schorder 2009, dalam
bukunya yang berjudul Strategi Politik, Strategi politik itu sendiri merupakan
12
Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, Metode Penelitian Survei, LP3ES: Jakarta, 1989, hal. 37
Universitas Sumatera Utara
strategi atau tehnik yang digunakan untuk mewujudkan suatu cita-cita politik. Contohnya adalah pemberlakuan peraturan baru, pembentukan suatu struktur baru
dalam administrasi pemerintahan atau dijalankannya program deregulasi, privatisasi atau desentralisasi.
13
Tanpa strategi politik perubahan jangka panjang atau proyek-proyek besar sama sekali tidak dapat diwujudkan. Politisi yang baik berusaha merealisasikan
rencana yang ambisius tanpa strategi, seringkali menjadi pihak yang harus bertanggung jawab dalam menciptakan kondisi sosial yang menyebabkan jutaan
manusia menderita. Strategi politik sangat penting untuk sebuah partai politik, tanpa adanya
strategi politik, perubahan jangka panjang sama sekali tidak akan dapat diwujudkan. Perencanaan strategi suatu proses dan perubahan politik merupakan
analisis yang gamblang dari keadaan kekuasaan, sebuah gambaran yang jelas mengenai tujuan akhir yang ingin dicapai dan juga segala kekuatan untuk
mencapai tujuan tersebut. Von Clausewitz menjelaskan bahwa tujuan strategi itu sendiri bukanlah
merupakan suatu kemenangan yang tampak di permukaan, melainkan kedamaian yang terletak di belakangnya. Pengertian ini juga sangat penting dan erat
kaitannya bagi strategi politik yang dijalankan suatu partai politik, dalam hal ini adalah strategi yang dilakukan partai dengan cara mempengaruhi dan merekrut
individu-individu dalam masyarakat. Strategi itu sendiri memiliki tujuan yang paling utama adalah “kemenangan”. Kemenangan akan tetap menjadi fokus partai
politik dalam memperoleh suara terbanyak pada pemilihan umum dan akan berhasil memenangkan setiap calon-calon yang diajukan partai.
Strategi ofensif merupakan strategi memperluas pasar dan strategi menembus pasar. Dalam strategi ofensif, digunakan untuk mengimplementasikan
politik, yang harus dijual di sini adalah perbedaan terhadap keadaan yang berlaku saat itu serta keuntungan yang dapat diterapkan. Dalam meningkatkan dan
13
Peter Scrooder, Strategi Politik , Jakarta, FNS, 2009, hal. 5-6
Universitas Sumatera Utara
menambah jumlah massa, dalam konteks ini partai politik sangat membutuhkan strategi ofensif ini. Lebih banyak orang yang memiliki pandangan dan pemikiran
positif terhadap partai tersebut, sehingga pada akhirnya kampanye yang dilaksanakan oleh partai politik akan lebih efektif dan maksimal.
I.5.2 Partai Politik
Sebagai salah satu pilar demokrasi, partai politik memainkan peranannya dalam pilar demokrasi. Partai politik untuk pertama kali lahir di Negara Eropa
Barat. Dengan timbul dan berkembangnya suatu gagasan bahwa rakyat
merupakan suatu faktor yang harus diperhitungkan dan diikutsertakan dalam proses kegiatan politik, maka lahirlah partai politik sebagai wadah aspirasi dan
kepentingan yang beredar di tengah-tengah masyarakat dan berkembang hingga sekarang sebagai penghubung antara rakyat dan pemerintah. Bahwa keikutsertaan
rakyat dalam proses kehidupan politik adalah penting di dalam suatu Negara sehingga kehidupan demokrasi dapat terus berlanjut dan kedaulatan rakyat
diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Partai politik merupakan keharusan dalam sistem politik yang demokratis
terkecuali masyarakat tradisional yakni suatu sistem yang otoritarian dimana seorang raja tergantung pada tentara atau polisi dalam melangsungkan
pemerintahannya. Sedangkan fungsi mendirikan partai politik pada umumnya adalah representasi keterwakilan, konversi dan agregasi; integrasi partisipasi,
sosialisasi, mobilisasi; persuasi, represi, rekrutmen pengangkatan tenaga-tenaga baru, pemilihan pemimpin, pertimbangan-pertimbangan dan perumusan
kebijakan serta kontrol terhadap pemerintah.
14
Upaya demokratisasi membutuhkan sarana saluran politik yang koheren dengan kepentingan masyarakat di suatu Negara. Salah satu sarana yang
dimaksud adalah partai politik, yang memiliki ragam fungsi, platform dan dasar pemikiran. Selanjutnya perjalanan partai politik di Barat mengalami perubahan
14
Ichlasul Amal ed, Teori-teori Mutakhir Partai Politik, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1988, hal. 18
Universitas Sumatera Utara
sedikit demi sedikit. Ide dasar pembentukan partai politik sudah menunjukkan indikasinya pada era Reinassance dan Aufklarung, manakala kekuasaan para raja
dikecam dan mulai dibatasi, sebenarnya keinginan untuk membentuk partai politik sudah bermunculan, terlebih hak pilih rakyat sudah diberikan secara luas. Adapun
keterlibatan rakyat dalam proses politik yang ada pada waktu itu sudah dianggap sebagai sesuatu yang mendesak. Sebagai wujud interaksi antara pemerintah dan
rakyat, diperlukan kendaaraan politik yang diasumsikan mampu menjaga simbiosis di antara keduanya.
Menurut pengertian dalam pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 tahun 2011, Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk
oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita -cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik
anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Partai Politik artinya suatu organisasi yang berorientasi kepada pencapaian
legitimasi kekuasaan atas pemerintahan melalui proses pemilu. Menurut Miriam Budiardjo 2008, partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang
anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama, tujuan kelompok ini adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan berebut
kekuatan politik biasanya dengan cara konstitusional untuk melaksanakan programnya.
15
Istilah partai bila ditelusuri dari asal katanya berarti bagian atau pihak di dalam masyarakat dimanapun secara alamiah terdapat pengelompokan-
pengelompokan, salah satu pengelompokan masyarakat yang didasarkan atas persamaaan paham dan ideologi dalam bentuk doktrin oleh Benyamin Constan
disebut sebagi partai. Pendapat ini kemudian menjadi popular untuk memberikan batasan pengertian partai politik, dimana ia mengatakan “A Party is a group of
15
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2008, hal.403
Universitas Sumatera Utara
men professing the same political doctrine”
16
Carl J. Friedrick dalam bukunya Constitutional Goverments and Democracy merumuskan bahwa partai politik
adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan kekuasaan. Dan Raymond Gartfied mengatakan bahwa
partai politik terdiri dari sekelompok warga Negara yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik.
17
Dari beberapa pendapat di atas, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggotanya
mempunyai orientasi, nilai-nilai, serta cita-cita yang sama dan mempunyai sebuah kekuasaan untuk melaksanakan kebijakan mereka dalam suatu pemerintahan yang
sedang berjalan. Adanya partai politik dianggap sebagai suatu yang wajar-wajar saja terutama dalam konteks nilai-nilai essensial sebuah demokrasi. Pada dasarnya
mengatakan bahwa kedudukan partai politik dalam hubungan ini lebih cenderung mengarah kepada wacana sistem politik, dan sisi lain mengatakan bahwa
kehadiran partai politik dilihat sebagai sarana untuk berpartisipasi. Sebagai sebuah organisasi, partai politik diharapkan menjadi wadah yang mengartikulasikan
kepentingan rakyat. Partai Politik sebagai sebuah organisasi memerlukan anggota dalam
menjalankan setiap program-program yang disusun berdasarkan ideologi partainya, ini merupakan kelanjutan dari fungsi utama partai politik yaitu
mencari anggota yang berkualitas dalam mencari serta mempertahankan kekuasaan.
18
16
Miriam Budiardjo, Partisipasi dan Partai Politik, Jakarta: Yayasan Obor, 1998, hal.16
17
Widagdo,H.B, Managemen Pemasaran Partai Politik Era Reformasi, Jakarta: PT.Gramedia. 1999, hal.206
18
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta: Grasindo, 1999, hal.117
Universitas Sumatera Utara
Adapun fungsi partai politik itu sendiri adalah :
19
1. Sebagai Sarana Komunikasi Politik
Yaitu berfungsi sebagai komunikator politik berkaitan dengan kapasitas dan kebijakan pemerintah dalam menyampaikan aspirasi dan
kepentingan kelompok masyarakat 2.
Sebagai Rekrutmen Politik Mencari anggota yang berkompeten dalam menjalankan kegiatan
partai. Fungsi ini merupakan kelanjutan dalam mencari dan mempertahankan kekuasaan. Rekruitmen politik menjamin kontiniutas
dan kelestarian partai, sehingga sekaligus merupakan salah satu cara untuk mencari anggota. Rekrutmen politik dalam proses pengisian
jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan gender
3. Sebagai Pengatur Konflik
Dalam kehidupan yang demokratis, tiap negara dan tiap kelompok masyarakat berhak menyampaikan aspirasi serta memperjuangkan
kepentingan masing-masing. Akibat dari kehidupan yang demokratis tersebut dapat menimbulkan pergeseran, perbenturan, pertentangan
antar kepentingan dalam masyarakat. Pengatur konflik juga bertujuan untuk mengakumulasikan berbagai aspirasi dan kepentingan melalui
dialog antar kelompok untuk memusyawarahkan dan mencari keputusan politik yang memuaskan kepentingan berbagai kelompok.
4. Sebagai Sarana Sosialisasi politik Pendidikan Politik
Yaitu proses pembentukan dari orientasi politik para anggota masyarakat terhadap kehidupan politik yang berlangsung. Proses ini
mencakup proses dimana masyarakat mewariskan norma-norma dan
19
Ibid., hal. 161-121
Universitas Sumatera Utara
nilai-nilai dari suatu generasi ke generasi selanjutnya. Proses sosialisasi tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan formal dan
non formal. Dalam fungsi sosialisasi politik ini, anggota maupun masyarakat luas diberikan kesadaran agar dapat menjadi warga
Negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Kehadiran suatu partai politik dapat dilihat dari kemampuan partai tersebut melaksanakan fungsinya. Salah satu fungsi yang terpenting yang dimiliki oleh
partai politik adalah fungsi rekrutmen politik. Seperti yang dikemukakan oleh Ramlan surbakti bahwa rekrutmen politik itu adalah mencakup pemilihan, seleksi,
dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintah pada
khususnya. Untuk itu partai politik memiliki cara tersendiri dalam melakukan pengrekrutan terutama dalam pelaksanaan sistem dan prosedural pengrekrutan
yang dilakukan partai politik tersebut. Tak hanya itu proses rekrutmen juga merupakan fungsi mencari dan mengajak orang-orang yang memiliki kemampuan
untuk turut aktif dalam kegiatan politik, yaitu dengan cara menempuh berbagai proses penjaringan.
Menurut Czudnomski, ada dua mekanisme dalam rekrutmen politik. Yang pertama yaitu rekrutmen terbuka, di mana sistem rekrutmen terbuka yaitu syarat
dan prosedur untuk menampilkan seseorang tokoh dapat diketahui secara luas. Dalam hal ini, partai politik berfungsi sebagai alat bagi elit politik yang
berkualitas untuk mendapatkan dukungan masyarakat. Cara ini memberikan kesempatan bagi rakyat untuk melihat dan menilai kemampuan elit politiknya.
Dengan demikian cara ini sangat kompetitif. Jika dihubungkan dengan paham demokrasi, maka cara ini juga berfungsi sebagai sarana rakyat mengontrol
legitimasi politik para elit. Dan yang kedua adalah rekrutmen tertutup. Cara rekrutmen tertutu ini berlawanan dengan rekrutmen terbuka. Dalam rekrutmen
tertutup, syarat dan prosedur pencalonan tidak dapat secara bebas diketahui umum. Partai berkedudukan sebagai promotor elit yang berasal dari dalam tubuh
Universitas Sumatera Utara
partai itu sendiri. Cara ini menutup kemungkinan bagi anggota masyarakat untuk melihat dan menilai kemampuan elit yang ditampilkan. Dengan demikian cara ini
kurang kompetitif. Hal ini menyebabkan demokrasi berfungsi sebagai sarana elit memperbaharui legitimasinya
I.5.3 Keterwakilan Politik
Untuk mengetahui definisi keterwakilan, terlebih dahulu akan dikemukakan mengenai definisi perwakilan, dimana secara sederhana perwakilan
diartikan sebagai suatu proses interaksi wakil dengan yang diwakili. Dalam perwakilan ini, yang diwakili adalah sejumlah warga negara yang bertempat
tinggal di suatu daerah atau distrik tertentu. Hal ini mencakup berbagai kepentingan, sedangkan yang mewakili adalah seorang atau lebih wakil rakyat
yang bergabung ke dalam satu atau lebih partai politik. Dalam sistem perwakilan, seorang warga negara mewakilkan dirinya
sebagai yang berdaulat kepada seorang calon wakil rakyat atau partai politik yang dipercayai melalui pemilihan umum. Sedangkan pengertian perwakilan dalam
buku Perwakilan Politik Indonesia karangan Drs. Arbi Sanit, yaitu: “Perwakilan adalah bahwa seseorang atau sekelompok orang berwenang menyatakan sikap
atau melakukan suatu tindakan baik diperuntukkan bagi, maupun yang mengatasnamakan pihak lain”
20
Dari segi keterikatan wakil rakyat dan keinginan rakyat yang diwakili, konsep perwakilan dibedakan menjadi dua, yaitu: pertama perwakilan tipe
delegasi mandat, yang berpendirian wakil rakyat merupakan corong keinginan rakyat. Wakil rakyat harus menyuarakan apa saja keinginan rakyat yang diwakili.
Wakil rakyat sama sekali tidak memiliki kebebasan untuk berbicara lain daripada apa yang dikehendaki konstituennya. Fungsi wakil rakyat menurut tipe perwakilan
ini menyuarakan pendapat dan para pemilihnya serta memperjuangkan kepentingan para pemilihnya. Keinginan konstituennya dapat diketahui melalui
20
Arbi sanit, Perwakilan Politik Indonesia, CV. Rajawali: Jakarta, 1985, hal. 23
Universitas Sumatera Utara
kontak langsung yang secara periodic dilakukan. Dan keinginan yang harus diikuti wakil rakyat ialah suara mayoritas konstituen.
Kedua, perwakilan tipe trustee independen berpendirian wakil rakyat dipilih berdasarkan pertimbangan secara baik. Oleh karena itu, untuk dapat
melaksanakan hal ini wakil rakyat memerlukan kebebasan dalam berpikir dan bertindak. Selain itu, tipe perwakilan ini berpandangan tugas wakil rakyat adalah
memperjuangkan kepentingan nasional. Dengan demikian, manakala terdapat pertentangan antara keinginan local atau para pemilih kepentingan nasional maka
wakil rakyat harus memihak kepada kepentingan nasional. Jadi, keinginan para pemilih tetap ikut dipertimbangkan tetapi tidak mengikat. Tipe perwakilan ini
disebut trustee karena wakil rakyat dipercaya sebagai pemegang kekuasaan. Setelah mempercayakan kekuasaan kepada wakilnya melalui proses pemilihan
umum, dan para pemilih tidak lagi mempunyai kekuasaan sampai kepada pemilihan yang selanjutnya. Secara implisit terkadang penilaian bahwa wakil
rakyat memiliki kemampuan politik yang lebih tinggi daripada para pemilihnya. Sedangkan pengertian keterwakilan di sini adalah sebagai terwakilnya
kepentingan anggota masyarakat oleh wakil-wakil mereka di dalam suatu lembaga dan proses politik.
21
Kadar keterwakilan tersebut ditentukan oleh sistem perwakilan yang berlaku di dalam masyarakat bersangkutan. Sistem perwakilan
politik yang formalistis seringkali tidak menghasilkan tingkat keterwakilan politik yang cukup. Kemungkinan menciptakan tingkat keterwakilan yang cukup menjadi
lebih besar dapat terealisasi jika terdapat keserasian di antara segi formal dengan aspek actual dari sistem perwakilan politik.
Karena keterwakilan diukur dari kemampuan wakil bertindak atas pihak yang diwakili, maka konsep ini menyangkut himpunan elit di dalam lembaga-
lembaga politik yang berwenang bertindak atas nama anggota masyarakat, untuk menentukan kebijakan guna mencapai tujuan dan kepentingan masyarakat
21
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
tersebut. Dan dua lembaga politik utama yang dimaksud ialah Badan Perwakilan legislatif dan Pemerintah eksekutif
I.6 Metodologi Penelitian