Berdasarkan tabel 5.4 terlihat bahwa diperoleh ibu yang melakukan perawatan payudara yang memiliki kategori baik dengan kecepatan sekresi ASI yang cepat
sebanyak 16 orang, ibu hamil yang melakukan perawatan payudara yang memiliki kategori baik dengan kecepatan sekresi ASI dengan lambat sebanyak 3 orang, ibu hamil
yang melakukan perawatan payudara yang memiliki kategori cukup dengan kecepatan sekresi ASI dengan cepat sebanyak 7 orang, serta ibu hamil yang melakukan perawatan
payudara yang memiliki kategori cukup dengan kecepatan sekresi ASI dengan lambat sebanyak 21 orang.
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-Square pada tingkat kepercayaan 95 dan df = 1 diperoleh adanya hubungan yang signifikan antara
perawatan payudara dengan kecepatan sekresi ASI postpartum primipara dengan menunjukkan nilai p = 0.000.
B. Pembahasan
1. Perawatan payudara Dari hasil penelitian yang dilakukan di Klinik Adinda Karang Sari Medan pada tabel
5.2 diperoleh pahwa mayoritas responden melakukan perawatan payudara dengan kategori cukup sebanyak 28 orang.
Dari segi pendidikan masih tergolong rendah, hal demikian mempengaruhi pengetahuan responden terhadap perawatan payudara yang mungkin mengakibatkan
masih belum baik pelaksanaan perawatan payudara pada ibu hamil tersebut. Menurut Pramitasari dan Saryono 2008, pada negara berkembang, khususnya di
daerah yang penduduknya berpendidikan rendah, pengetahuan rendah dan tingkat ekonomi rendah, pengetahuan ibu mengenai perawatan payudara masih kurang.
Universitas Sumatera Utara
Umumnya pengetahuan tentang perawatan payudara diperoleh dari keluarga ataupun teman. Untuk menghindari kebiasaan yang salah, diperlukan bantuan dari petugas
kesehatan yang dapat memberikan pendidikan kesehatan yang benar tentang perawatan payudara.
Pada penelitian ini yang dijadikan responden adalah ibu postpartum primipara, hal ini pengalaman mungkin mempengaruhi pelaksanaan perawatan payudara pada ibu. Dengan
demikian responden belum mempunyai pengalaman melakukan perawatan payudara sehingga responden belum baik dalam melakukan perawatan payudara. Usia responden
pada penelitian ini juga mempengaruhi pelaksanaan ibu melakukan perawatan payudara selama hamil, karena dari hasil penelitian diperoleh yang berumur 23-27 sebanyak 28
orang. Menurut Notoadtmodjo 2002, menyebutkan faktor yang mempengaruhi pengetahuan
adalah pendidikan, usia, pengalaman, dan informasi. Tingkat pendidikan menentukan mudah atau tidaknya sesorang untuk memahami serta menyerap pengetahuan yang
diperoleh dari bangku pendidikannya. Pada umumnya, semakin tinggi pendidikannya semakin tinggi pula pengetahuan yang dimiliki. Usia juga merupakan faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang. M
enurut Wiknyosastro 1991 dijelaskan bahwa perawatan yang dilakukan pada payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya
saluran susu, sehingga setelah melahirkan ibu dapat sesegera mungkin memberikan ASI kepada bayinya.
Perawatan payudara yang dilakukan selama hamil atau pada masa antenatal menurut Soetjiningsih 1997 mempunyai banyak manfaat, antara lain menjaga kebersihan
payudara terutama kebersihan punting susu, melenturkan dan menguatkan punting susu
Universitas Sumatera Utara
sehingga memudah-kan bayi untuk menyusui, merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi banyak dan lancar, dapat mendeteksi kelainan-kelaianan payudara
secara dini dan melakukan upaya untuk mengatasinya, mempersiapkan mental psikis ibu untuk menyusui.
2. Kecepatan Sekresi ASI Postpartum Dari hasil penelitian yang dilakukan di Klinik Adinda Karang Sari Medan pada tabel
5.4 diperoleh bahwa kecepatan sekresi ASI postpartum primipara responden hamper sama yaitu lambat sebanyak 24 orang dan cepat 23 orang, yang artinya bahwa kecepatan sekresi
ASI postpartum primipara masih belum baik dalam pengeluaran ASI yang sangat berpengaruh terhadap bayi.
Salah satu faktor kecepatan sekresi ASI adalah perawatan payudara yang dilakukan selama hamil namun faktor lain juga mempengaruhi seperti psikologis, kondisi puting
susu dan kondisi saluran susu. Pada hasil penelitian terlihat bahwa responden mayoritas masih memiliki kategori cukup dalam melakukan perawatan payudara sehingga
mempengaruhi pengeluaran ASI menjadi lambat. Menurut Nichols 2000, pengeluaran sekresi ASI diduga juga dapat disebabkan oleh
faktor lainnya selain perawatan payudara, karena meskipun ibu telah melakukan perawatan payudara, namun ternyata ada juga yang sekresi ASI nya masih belum keluar
ketika sebelum melahirkan dan bahkan ada 20 yang belum juga keluar saat setelah melahirkan. Jika dikaitkan dengan perawatan ketika masa antenatal, maka hal itu diduga
dapat disebabkan oleh faktor rendahnya kerutinan dalam melakukan perawatan payudara, atau kurang optimalnya dalam melakukan perawatan payudara yang dapat disebabkan
oleh kurangnya pengetahuan mereka tentang bagaimana cara melakukan perawatan
Universitas Sumatera Utara
payudara secara benar, dan sebagainya. Selain itu juga dapat dipengaruhi oleh faktor lain selain perawatan payudara masa antenatal, terutama dari faktor ibu yang meliputi kondisi
puting susu, kondisi saluran susu dan kondisi psikis ibu untuk meningkatkan kecepatan sekresi ASI nya pada saat setelah melahirkan.
3. Hubungan Perawatan Payudara dengan Kecepatan Sekresi ASI Postpartum Primipara
Dari hasil uji statistik diperoleh adanya hubungan yang bermakna antara perawatan payudara ibu post partum dengan kecepatan sekresi ASI di Klinik adinda karang sari
Medan. Hal ini menunjukkan bahwa perawatan payudara secara rutin pada masa antenatal sangat berpengaruh terhadap kelancaran sekresi atau keluarnya ASI lebih cepat setelah ibu
melahirkan atau perawatan payudara yang dilakukan dengan baik selama masa hamil atau pada masa antenatal akan dapat mempercepat sekresi pengeluaran ASI ibu ketika sudah
melahirkan Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase sebanyak 28 responden yang
melakukan perawatan payudara dengan kategori cukup, sebanyak 21 responden sekresi ASI-nya lambat dan hanya 7 responden sekresi ASI-nya cepat, Menurut Nichols 2000,
apabila ibu tidak melakukan perawatan payudara pada masa antenatal dengan baik, maka dapat menimbulkan berbagai masalah antara lain dapat menyebabkan payudara menjadi
bengkak, puting susu lecetluka ketika menyusui bayi, puting susu datar atau mendalam sehingga ibu akan kesulitan dalam memberikan ASI setelah melahirkan, dapat
menyebabkan radang payudara mastitis, atau saluran susu tersumbat sehingga air susu menjadi tersumbat dan tidak dapat keluar dengan lancar terutama setelah melahirkan.
Universitas Sumatera Utara
Pada penelitian penelitian oleh Astari dan Djuminah di RSU Dr. Saiful Anwar Malang dilaporkan bahwa 80 dari kelompok ibu postpartum primipara yang melakukan
perawatan payudara masa antenatal ASI sudah keluar setelah melahirkan sedangkan kelompok ibu postpartum primipara yang tidak melakukan perawatan payudara masa
antenatal hanya 26,7 ibu yang ASI nya keluar setelah melahirkan. Pada penelitian ini juga diperoleh dari 19 responden yang melakukan perawatan
payudara baik, sebanyak 3 responden kecepatan sekresi ASI nya lambat dan sebanyak 16 responden kecepatan sekresi ASInya cepat, jadi dapat disimpulkan bahwa ibu post partum
yang melakukan perawatan payudara baik kecepatan sekresi ASI-nya lebih cepat dibandingkan kecepatan sekresi ASI-nya lambat.
Pada penelitian oleh Astari dan Djuminah di RSU Dr. Saiful Anwar Malang tentang perawatan payudara pada masa antenatal pada pasien ibu primipara post partum di RSU
Dr Saiful Anwar Malang diketahui bahwa 87,6 kelompok ibu primipara post partum yang melakukan perawatan payudara secara rutin melakukan perawatan payudara pada
masa antenatal 2 kali sehari, namun hanya 1 orang 6,6 yang ASI nya sudah keluar pada masa antenatal. Sedangkan pada kelompok ibu yang tidak melakukan perawatan
payudara pada masa antenatal, seluruhnya memang tidak melakukan pearwatan secara rutin 2 kali sehari, sehingga seluruh ibu tersebut ASI nya belum keluar pada masa
antenatal. Salah satu faktor penyebab tidak cepatnya sekresi ASI post partum diduga disebabkan oleh kurang adekuatnya perawatan payudara semasa hamil yang bertujuan
untuk memperlancar sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga mempercepat sekresi ASI.
Apabila ibu tidak melakukan perawatan payudara pada masa antenatal dengan baik, maka dapat menimbulkan berbagai masalah antara lain dapat menyebabkan payudara
Universitas Sumatera Utara
menjadi bengkak, puting susu lecetluka ketika menyusui bayi, puting susu datar atau mendalam sehingga ibu akan kesulitan dalam memberikan ASI setelah melahirkan, dapat
menyebabkan radang payudara mastitis, atau saluran susu tersumbat sehingga air susu menjadi tersumbat dan tidak dapat keluar dengan lancar terutama setelah melahirkan
Nichols, 2000. Oleh karena itu para ibu hamil ketika masa antenatal atau sebelum melahirkan
memerlukan manajemen laktasi, karena pada penerapannya lebih menganjurkan dalam persiapan fisik payudara untuk laktasi, yaitu melakukan pengurutan payudara dengan
tangan. Selain itu, manajemen laktasi juga bertujuan untuk membuang sekresi pertama kolostrum dan sisa sel dari sistem duktus untuk memungkinkan aliran yang cukup, juga
dimaksudkan untuk menghilangkan sumbatan air susu. Serta peradangan yang menyertainya dan mencegah timbulnya mastitis Lokakarya Manajemen Lactasi, Perinasi-
Path Edisi pertama 1991. Dengan demikian, agar ibu postpartum dapat berhasil menyusui, maka diperlukan perawatan payudara sejak dini secara teratur, karena
perawatan selama kehamilan bertujuan agar selama masa menyusui kelak produksi ASI cukup, tidak terjadi kelainan pada payudara dan agar bentuk payudara tetap baik setalah
menyusui. Namun, para ibu post partum harus tetap memperhatikan kebersihanhygiene payudara, papila harus disiapkan agar menjadi lentur, kuat dan tidak ada sumbatan,
sehingga sekresi ASI akan lancar dan dapat diberikan kepada bayi setelah melahirkan.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan kesimpulan dan hasil pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan terhadap 47 responden di Klinik Ananda Karang Sari Medan Tahun 2013
sebagai berikut : 1.
Mayoritas responden berdasarkan perawatan payudara dengan kategori cukup sebanyak 28 orang 59,6.
2. Responden berdasarkan kecepatan sekresi ASI postpartum primipara hampir sama
yaitu lambat sebanyak 24 orang 51,1 dan cepat sebanyak 23 orang 48,9. 3.
Perawatan payudara masa antenatal berhubungan dengan kecepatan sekresi ASI postpartum primipara dengan menunjukkan nilai p = 0.000.
Universitas Sumatera Utara