BAB II KONSEP SEKOLAH RAMAH ANAK
A. Hak Pendidikan Anak
Indonesia   meratifikasi   Konvensi   Hak   Anak   KHA   pada   tanggal   25   Agustus   1990. Pemenuhan   hak   untuk   pendidikan   diatur   pada   Pasal   28,   29,   dan   31.   Pasal   28   KHA
menekankan bahwa negara mengakui hak anak atas pendidikan, dan untuk mewujudkan hak ini, secara bertahap dan berdasarkan kesempatan yang sama antara lain mengambil
langkah untuk mendorong kehadiran teratur di sekolah dan penurunan angka putus sekolah; mengambil langkah yang tepat untuk memastikan disiplin sekolah dilaksanakan
dengan cara yang sesuai dengan martabat anak.
Pasal 29 1, menyebutkan pendidikan anak diarahkan untuk pengembangan kepribadian, bakat,   kemampuan   mental   dan   fisik   anak,sehingga   mencapai   potensi   yang
optimal;pengembangan   sikap   menghormati   hak   asasi   manusia   dan   prinsip-prinsip Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa;pengembangan sikap menghormati kepada orangtua
anak, identitas budaya, bahasa, dan nilai-nilai, nilai-nilai nasional negara tempat anak bermukim, dan penghormatan kepada peradaban yang berbeda;penyiapan anak untuk
kehidupan   yang   bertanggungjawab   dalam   suatu   masyarakat   dalam   semangat   saling pengertian, damai, toleransi, kesetaraan gender, dan persahabatan antar semua bangsa,
suku bangsa, dan agama, termasuk anak dari penduduk asli; dan pengembangan rasa hormat pada lingkungan alam.
Pasal   31   menegaskan   bahwa   negara   mengakui   hak   anak   untuk   beristirahat   dan bersenang-senang, terlibat dalam kegiatan bermain, dan turut serta dalam kehidupan
budaya dan seni. Selain itu, negara menghormati dan mempromosikan hak anak untuk berpartisipasi dalam kehidupan budaya dan seni.
Poin penting dari Pasal 28, 29, dan 31Konvensi Hak Anak adalah: 1. Pendidikan berpusat pada anak, penegakan disiplin dengan memperhatikan martabat
dan harga diri anak, dan pengembangan kapasitas anak; 2.  Pengembangan keterampilan, pembelajaran, kemampuan lainnya, martabat manusia,
harga diri, dan kepercayaan diri; 3.  Pengembangan kepribadian, bakat, dan kemampuan untuk hidup dalam kehidupan di
masyarakat; 4.  Hak anak untuk pendidikan tidak hanya masalah akses, tetapi konten; dan
5.  Hak anak untuk pemanfaatan waktu luang dan kegiatan budaya.
B. Prinsip Sekolah Ramah Anak
Menurut   Peraturan   MenteriPemberdayaan   Perempuan   dan   Perlindungan   Anak Nomor 8 Tahun 2014, pengembangan SRAdidasarkan pada prinsip-prinsip sebagai
berikut:
8
1. Nondiskriminasi, yaitu menjamin kesempatan setiap anak untuk menikmati hak anak untuk pendidikan tanpa diskriminasi berdasarkan disabilitas, gender, suku
bangsa, agama, dan latar belakang orang tua. 2. Kepentingan   terbaik   bagi   anak,  yaitu   senantiasa  menjadi  pertimbangan   utama
dalam   mengambil   keputusan   dan   tindakan   yang   diambil   oleh   pengelola   dan penyelenggara pendidikan yang berkaitan dengan anak didik;
3. Hidup,   kelangsungan   hidup,   dan   perkembangan   yaitu   menciptakan   lingkungan yang   menghormati   martabat   anak   dan   menjamin   pengembangan  holistic  dan
terintegrasi setiap anak; 4. Penghormatan terhadap pandangan anak, yaitu mencakup penghormatan atas hak
anak  untuk   mengekspresikan   pandangan   dalam   segala  halyang  mempengaruhi anak di lingkungan sekolah, dan
5. Pengelolaan   yang   baik,   yaitu   menjamin   transparansi,   akuntabilitas,   partisipasi, keterbukaan informasi,  penegakan supremasi hukum di satuan pendidikan.
C. Pengembangan Sekolah Ramah Anak
Setiap Sekolah DasarMI dalam menerapkan SRA harus melakukan tahapan-tahapan yang meliputi :
1. Persiapan
a. Melakukan sosialisasi pemenuhan hak dan perlindungan anak, bekerjasama dengan gugus tugas KLA di ProvinsiKabupatenKota;
b. Melakukan   konsultasi   anak   untuk   memetakan   pemenuhan   hak   dan perlindungan   anak   serta  menyusun   rekomendasi   dari   hasil   pemetaan   dari
anak; c. Kepala SekolahMadrasah,  Komite SekolahMadrasah,  Orang tuaWali, dan
peserta   didik   berkomitmen   untuk   mengembangkan   SRA,   dalam   bentuk kebijakan SRA di masing-masing SDMI;
d. Kepala Sekolah bersama Komite Sekolahmadrasah, dan peserta didik untuk membentuk Tim Pelaksana SRA bagi SDMIyang telah memiliki Tim antara
lain   Tim   Pelaksana  UKS   danatau   Adiwiyata   untuk   menyesuaikan.   Tim   ini bertugas   untuk   mengkoordinasikan   berbagai   upaya   pengembangan   SRA,
sosialisasi   pentingnya   SRA,   menyusun   dan   melaksanakan   rencana   SRA, memantau proses pengembangan SRA, dan evaluasi SRA; dan
e. Tim   Pelaksana   SRA   mengidentifikasi   potensi,   kapasitas,   kerentanan,   dan ancaman di sekolah untuk mengembangkan SRA.
2. Perencanaan
Tim Pelaksanaan SRA mengintegrasikan kebijakan, program, dan kegiatan yang sudah   ada,   yaitu   Program   Sekolah   Dasar   Bersih   dan   Sehat,   Usaha   Kesehatan
Sekolah,   Pangan   Jajanan   Anak   Sekolah,   Sekolah   Adiwiyata,   Sekolah   Inklusi, SekolahMadrasah   Aman   Bencana,   Sekolah   Hebat,   Kantin   Kejujuran,   Madrasah
Insan   Cendekia,   Pesantren   Rumah   Anak,   Bebas   Napza,   dan   lainnya   sebagai
9
komponen penting dalam perencanaan pengembangan SRA ke dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah RKAS untuk mewujudkan SRA.
3. Pelaksanaan
PelaksanaaanSRAsebagai   sub  kegiatan   programSekolah   Dasar   Bersih   dan   Sehat melaksanakan RKAS dengan mengoptimalkan semua sumber daya sekolah, dan
bermitra   dengan   pemerintah,   pemerintah   daerah,   masyarakat,   dunia   usaha, alumni, dan pemangku kepentingan lainnya.
D. Indikator Verifikasi Sekolah Ramah Anak
Indikator SRA meliputi 6 enam komponen penting, yaitu: 1. Kebijakan SRA;
2. Pelaksanaan Kurikulum; 3. Pendidik dan Tenaga Kependidikan Terlatih Hak-Hak Anak;
4. Sarana dan Prasaran SRA; 5. Partisipasi Anak; dan
6. Partisipasi Pengawas danKomite Sekolah Orang Tua, Lembaga Masyarakat, Dunia Usaha, Pemangku KepentinganLainnya, dan Alumni.
Indikator diatas diuraikan  sebagai berikut: 1. Kebijakan SRA
Kebijakan   SRA   mencakup:   Pemenuhan  StandarPelayanan   Minimal   SPM   di SDMI;Memilikikebijakan
anti kekerasanterhadappesertadidik;
Adanyamekanismepengaduandanpenanganankasus kekerasan,
termasukkejahatanseksual; dan
Melakukanberbagaiupayauntukmelaksanakankebijakan anti
kekerasanterhadappesertadidik. 2. Pelaksanaan Kurikulum
Pelaksanaan  Kurikulum  meliputi:  Tersedia dokumen   kurikulum   di  sekolah   yang berbasis   hak   anak;Perencanaan   pendidikan   yang   berbasis   hak   anak;Proses
pembelajaran; dan Penilaian hasil pembelajaran.
3. Pendidik dan Tenaga Kependidikan Terlatih Hak-Hak Anak Untuk penerapan SRA seluruh komponen terkait harus terlatih tentang Hak-hak
Anak . Komponen terkait tersebut adalah: Kepala sekolah, Guru, Guru Bimbingan Konseling, Petugas perpustakaan, Tata usaha, Penjaga sekolah, Petugas keamanan
sekolah,
Petugas   kebersihan, Komite   sekolah,
Pembimbing kegiatanekstrakurikuler, dan Orangtuawali.
4. Sarana dan Prasarana SRA
10
Sarana   dan   prasarana   sangat   penting   untuk   mendukung   terwujudnya   SRA, sehingga   sekolah   harus:  Memiliki   kapasitas   ruangan   kelas   yang  sesuai   dengan
jumlah murid luas, jumlah ruang;Memiliki peralatan belajar yang ramah anak papan   tulis,   olahraga,   alat   peraga,   alat   laboratorium;Memiliki   perabot   yang
ramah anak meja, kursi, almari, rak sepatu, rak buku, rak alat peraga; Memiliki saluran   pembuangan   air   limbah   yang   tidak   mencemari   lingkungan;  Memiliki
tempat cuci tangan;  Memiliki tempat cuci tangan; Memiliki sumber air bersih; Bangunan ramah anak dan aman bencana; Memiliki ruang konseling yang nyaman
dan terjaga privasinya; Memiliki ruang kreativitas pojok gembira, tempat peserta didik   mengekpresikan   diri;Memiliki   lapangan   olahraga,Memiliki   arearuang
bermain ; Memiliki ruang perpustakaan yang tenang, terang dan nyaman;Memiliki tempat ibadah; memiliki kantin sehat;
Disamping itu juga   harus tersedia:  tempat pembuangan sampah terpilah dan bertutup di setiap kelas;Terdapat simboltanda yang terkait dengan SRA;Media
Komunikasi Informasi Edukasi KIE yang terkait dengan SRA; Pagar halaman yang tidak membahayakan;Halaman sekolah tidak becek, tidak licin, tidak kotor dan
berdebu;Jalan lingkungan sekolah yang dilewati kendaraan bermotor dibuat zebra croos; danada petugas yang mengatur ketertiban lalu lintas di lingkungan sekolah.
5. Partisipasi Anak Dalam pelaksanaan SRA perlu melibatkan peserta didik dalam berbagai hal yaitu:
Melibatkan peserta didik dalam proses penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah   RKAS;Melibatkan   peserta   didik   dalam   menyusun   kebijakan   dan   tata
tertip sekolah;  Mengikutsertakan perwakilan peserta didik sebagai anggota tim pelaksana   SRA;Memberdayakan   peserta   didik   sebagai   kader   kesehatan,
kesiapsiagaan,   keselamatan,   kenyamanan,   keamanan,   kelayakan   satuan pendidikan;Pendidik,   tenaga   kependidikan,   dan   komite   sekolah   mendengarkan
dan mempertimbangkan usulan peserta didik untuk memetakan pemenuhan hak dan perlindungan anak, dan rekomendasi untuk RKAS guna mewujudkan SRA;serta
peserta   didik   aktif   memberikan   penilaian   terhadap   pelaksanaan   dan pertanggungjawaban RKAS
6.Partisipasi Pengawas dan Komite Sekolah Orang Tua, Lembaga Masyarakat, Dunia Usaha, Pemangku Kepentingan Lainnya, dan Alumni.
Guna   mendukung   suskesnya   program   SRA   perlu   melibatkan   berbagai   pihak seperti: Orang Tua, Lembaga Masyarakat, Dunia Usaha, Pemangku Kepentingan
Lainnya, dan Alumni. Uraian yang lebih jelas mengenai indikator SRA dapat dilihat dalam lampiran.
BAB III STRATEGI IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH RAMAH ANAK
11
Strategi   pelaksanaan   SRA   dilakukan   terpadu   dalam   program   SDBS   dengan pendekatan  bottom-up  dan  top-down  yang   melibatkan   instansi   terkait,   pemangku
kepentingan,  dan warga sekolah. Pendekatan  bottom-up  berupa inisiatif dan kreativitas warga   sekolah   dalam   melaksanakan   kegiatan   yang   sesuai   dengan   potensi   sekolah.
Sedangkan pendekatan top-down sebagai implementasi berbagai kebijakan terkait,baik di tingkat pusat maupun daerah.
A. Manajemen Pelaksanaan Sekolah Ramah Anak SRA