Analisis Kadar Karbon Organik Tanah Gambut Berdasarkan Kedalaman Tanah Secara Continous Flow Analyzer

(1)

LAMPIRAN ALAT

CFA (CONTINOUS FLOW ANALYZER) Merk Skalar

y = 0.0016x + 0.0293 R² = 0.9807

0.0000 0.0500 0.1000 0.1500 0.2000 0.2500 0.3000 0.3500 0.4000

0 50 100 150 200 250

ab

so

rb

an

si

Konsentrasi


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Barchia, M.F. 2009. Agroekosistem Tanah Mineral Masam. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Barchia, M.F. 2006. Gambut Agroekosistem dan Transformasi Karbon. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

http://dodishinta.blogspot.co.id/2012/11/bahan-organik-organic-matter.html https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=530863013607781&id=12 6005314093555

Hakim, N., Nyakpa, M.Y., Lubis, A.M., Nugroho, S.G., Diha, M.A., Hong, G.B., Bailey, H.H. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.

Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Lingga, P. Dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Swadaya. Jakarta.

Mukhlis. 2014. Analisis Tanah Tanaman. USU press. Medan. Notohadiprawiro, T. 1998. Tanah dan Lingkungan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Novizan. 2007. Petujuk Pemupukan Yang Efektif. Jakarta: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Riswiyanto, E. 2009. Kimia Organik. Erlangga. Jakarta

Rosmarkam, A. dan Yuwono, N.W. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta.

Wiralaga, A.Y.A., Lubis, A.M., Pulung, M.A., Hakim, N. Dan Nyakpa, M.Y. 1988. Kimia Tanah. Badan Kerjasama Ilmu Tanah. BKS-PTN/UNSAID (University of Kentucky) Western University


(3)

Ketiga unsur yaitu karbon, oksigen, dan hidrogen merupakan unsur yang sangat dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak. Unsur ini diperlukan sebagai penyusun karbohidrat, lemak dan persenyawaan-persenyawaan penting lainnya dalam tanaman. (Hakim, dkk. 1986)

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan diadakan penelitian tentang unsur-unsur yang hilang sehingga dapat diketahui unsur yang hilang tersebut dan berapa yang dibutuhkan. Dalam satu agregat tanah hanya sedikit terkandung bahan organik. Bahan organik sangat penting bagi tumbuhan karena bahan organik sebagian syarat tanah yang subur. Sehingga tanah yang kehilangan bahan organik dapat merugikan bagi tumbuhan.

C-Organik penting untuk mikroorganisme tidak hanya sebagai unsur hara, tetapi juga sebagai pengkondisi sifat fisik tanah yang mempengaruhi karakteristik agregat dan air tanah. Seringkali ada hubungan langsung antara persentase C-organik total dan karbon dari biomassa mikroba yang ditemukan dalam tanah pada zona iklim yang sama. C-organik juga berhubungan dengan aktivitas enzim tanah. Di perkebunan teh Gambung, C-organik tanah juga digunakan untuk menentukan dosis asam-asam organik dan apabila ditambahkan ke dalam tanah akan meningkatkan kandungan senyawa organik dalam tanah

yang dicirikan dengan meningkatnya kadar C-organik

tanah.(http://dodishinta.blogspot.co.id/2012/11/bahan-organik-organic-matter.html)

Ada beberapa metode yang biasa dilakukan dalam analisis bahan organik tanah. Antara lain dengan pembakaran, oksidasi basah. Kebanyakan metode dari


(4)

manual hingga yang otomatis menduga kadar C-Organik melalui oksidasi seluruh

atau sebagian karbon dan menentukan perkembangan CO2 yang terbentuk.

Penetapan bahan organik tanah metode pembakaran menggunakan prinsip

dimana tanah yang dibakar pada 460oC pada temperatur ini C-Organik terbakar

menjadi CO2. Kadar C-Organik ditetapkan sebagai persentase berat yang hilang.

Sedangkan penetapan bahan organik metode colorimetri (walkey dan Black modifikasi) yaitu C-Organik dihancurkan oleh oksidasi kalium bikromat akibat penambahan asam sulfat. Perubahan reduksi kromat oleh C-Organik menjadi kromium menimbulkan perubahan warna. (Mukhlis.2014)


(5)

BAB 3

BAHAN DAN METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat

-CFA (Continius flow analizer) skalar

-Beaker glass 10 ml pyrex

-Dispensette atau pipet finette

-Neraca analitik 200 gram precia

-Botol aquadest -Spatula

-Diluter hamilton

-Labu ukur 50 ml biolab

-Alu -Lumpang

-Ayakan 20 mesh

-Wadah Tanah -Botol Sampel

3.1.2 Bahan-bahan


(6)

-H2SO4(P) -Aquadest

-Kalium dikromat (K2Cr2O7) 1N -Glukosa

3.1.3 Pembuatan larutan

a. pembuatan larutan K2Cr2O7 1N

Larutkan 98,1 gram kalium dikromat dengan 600 ml aquadest dalam beaker glass, tambahkan 100 ml asam sulfat pekat, panaskan hingga larut sempurna, setelah dingin diencerkan dalam labu ukur 1 liter hingga garis batas.

b. pembuatan larutan standar

-Pembuatan larutan standar induk 5000 ppm

Dilarutkan 12.510 glukosa. Dimasukkan kedalam labu ukur satu liter. Ditambahkan aquadest sampai garis batas. Dihomogenkan.

-Pembuatan larutan standar 200 ppm

Dipipet 20 ml dari larutan induk 5000 ppm. Dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml. Ditambahkan 5 ml kalium dikromat. Ditambahkan 3.75 ml asam sulfat. Didiamkan beberapa menit hingga dingin. Ditambahkan aquades sampai garis batas. Dihomogenkan.

-Pembuatan larutan standar 160 ppm

Dipipet 1.6 ml dari larutan induk 5000 ppm. Dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml. Ditambahkan 5 ml kalium dikromat. Ditambahkan 3.75 ml asam sulfat. Didiamkan beberapa menit hingga dingin. Ditambahkan aquades sampai garis batas. Dihomogenkan.


(7)

Dipipet 0.8 ml dari larutan induk 5000 ppm. Dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml. Ditambahkan 5 ml kalium dikromat. Ditambahkan 3.75 ml asam sulfat. Didiamkan beberapa menit hingga dingin. Ditambahkan aquades sampai garis batas. Dihomogenkan.

-Pembuatan larutan standar 60 ppm

Dipipet 0.6 ml dari larutan induk 5000 ppm. Dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml. Ditambahkan 5 ml kalium dikromat. Ditambahkan 3.75 ml asam sulfat. Didiamkan beberapa menit hingga dingin. Ditambahkan aquades sampai garis batas. Dihomogenkan.

-Pembuatan larutan standar 40 ppm

Dipipet 0.4 ml dari larutan induk 5000 ppm. Dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml. Ditambahkan 5 ml kalium dikromat. Ditambahkan 3.75 ml asam sulfat. Didiamkan beberapa menit hingga dingin. Ditambahkan aquades sampai garis batas. Dihomogenkan.

-Pembuatan larutan standar 20 ppm

Dipipet 0.2 ml dari larutan induk 5000 ppm. Dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml. Ditambahkan 5 ml kalium dikromat. Ditambahkan 3.75 ml asam sulfat. Didiamkan beberapa menit hingga dingin. Ditambahkan aquades sampai garis batas. Dihomogenkan.

3.2 Proses Penetapan C-Organik Dengan Metode CFA

3.2.1 Mengeringan Contoh Tanah

-Contoh tanah yang diterima diberi kode/nomor oleh laboratorium terlebih dahulu secara teratur, kemudian dituangkan secara merata diatas nampan plastik yang besar.


(8)

-Nampan yang berisi contoh tanah tersebut kemudian disusun secara teratur diatas rak pengering yang terbuat dari besi didalam ruang pengering dalam jangka waktu 2-3 hari.

3.2.2 Menghaluskan Contoh Tanah

-Contoh tanah yang sudah kering udara kemudian dihaluskan dengan menggunakan alu dan lumpang kemudian disaring dengan menggunakan ayakan mesh 20.

-Dimasukkan contoh tanah yang sudah halus kedalam botol sampel yang sudah diberi kode/label.

-Sisa contoh dari tanah dimasukkan kembali kedalam tempatnya semula yang dilengkapi dengan label aslinya kemudian disimpan dengan teratur didalam ruangan penyimpanan tanah dengan tujuan apabila ada ulangan contoh tanah tersebut dapat digunakan kembali.

3.2.3 Persiapan Sampel

-Ditimbang sampel tanah sebanyak 0.025 g. -Dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml. -Ditambahkan 5 ml kalium dikromat. -Ditambahkan 3.75 ml asam sulfat pekat. -Didiamkan beberapa menit hingga dingin.

-Ditambahkan aquadest sampai pada garis batas labu ukur. -Dihomogenkan.

3.2.4 Penetapan C-Organik Dengan Metode CFA


(9)

-Diletakkan pada rak CFA

-Diatur nilai panjang gelombang 561 nm -Dijalankan CFA


(10)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Percobaan

Tabel 4.1 Larutan C-Organik Standar

Sampel Berat Bobot

(g) Volume (ml) Konsentrasi (ppm) Absorbansi

Standart 1 - 50 20 0,0443

Standart 2 - 50 40 0,0910

Standart 3 - 50 80 0,1709

Standart 4 - 50 120 0,2401

Standart 5 - 50 160 0,2891

Standart 6 - 50 200 0,3299

Tabel 4.2 Hasil Analisa C-Organik Pada Tanah Gambut berdasarkan Kedalaman Tanah

Sampel Kedalam

Tanah (Cm) Berat Bobot (ml) Volume (ml) Konsentrasi (%) Absorbansi Sampel 1

0-30 0,025 50 42,46 0,2413

30-60 0,025 50 39,52 0,2266

Sampel 2

0-30 0,025 50 44,6 0,2520

30-60 0,025 50 39,28 0,2254

Sampel 3

0-30 0,025 50 43,34 0,2457


(11)

4.2 Perhitungan

Tabel absorbansi standar

No

Deret

(ppm) Abs

1 20 0,0443

2 40 0,0910

3 80 0,1709

4 120 0,2401

5 160 0,2891

6 200 0,3299

Rumus perhitungan C-Organik

Kadar C-Organik = ppm kurva × (volume/1.000) × (100/berat bobot(mg))

dimana:ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan antara kadar deret standart dengan pembacaannya setelah dikoreksi kadar blanko

dimana a = 0,001

b = 0,029

y = 0.0016x + 0.0293 R² = 0.9807

0.0000 0.0500 0.1000 0.1500 0.2000 0.2500 0.3000 0.3500 0.4000

0 50 100 150 200 250

ab so rb an si Konsentrasi


(12)

Perhitungan sampel 1 kedalaman 0-30 cm

ppm kurva =(0,2413 – 0,029)/0,001

= 212,3

Kadar C-organik = ppm kurva × (volume/1.000) × (100/berat bobot(mg))

= 212,3 × (50/1.000) × (100/25) = 212,3 x 0,2

= 42,46 %

Perhitungan sampel 1 kedalaman 30-60 cm

ppm kurva = (0,2266 – 0,029)/0,001

= 197,6

Kadar C-Organik = ppm kurva x (volume/1.000) x (100/berat bobot(mg))

=197,6 x (50/1.000) x (100/25) =197,6 x 0,2

= 39,52 %

Perhitungan sampel 2 kedalaman 0-30 cm

ppm kurva = (0,2520 – 0,029)/0,001

=223

Kadar C-Organik = ppm kurva x (volume/1.000) x (100/berat bobot(mg))

= 223 x (50/1.000) x (100/25) = 223 x 0,2


(13)

Perhitungan sampel 2 kedalaman 30-60 cm

ppm kurva = (0,2254 – 0,029)/0,001

=196,4

Kadar C-Organik = ppm kurva x (volume/1.000) x (100/berat bobot(mg))

= 196,4 x (50/1.000) x (100/25) =196,4 x 0,2

= 39,28 %

Perhitungan sampel 3 kedalaman 0-30 cm

ppm kurva = (0,2457 – 0,029)/0,001

= 216,7

Kadar C-Organik = ppm kurva x (volume/1.000) x (100/berat bobot (mg))

= 216,7 x (50/1.000) x (100/25) =216,7 x 0,2

= 43,34 %

Perhitungan sampel 3 kedalaman 30-60 cm

ppm kurva = (0,2276 - 0,029)/0,001

= 198,6

Kadar C-Organik = ppm kurva x (volume/1.000) x (100/berat bobot(mg))

= 198,6 x (50/1.000) x (100/25) = 198,6 x 0,2


(14)

4.3 Pembahasan

Tanah yang baik merupakan tanah yang mengandung hara. Unsur yang terpenting dalam tanah agar dapat mendukung kesuburan tanah salah satunya adalah C-Organik. Dimana, kandungan C-Organik merupakan unsur yang dapat menentukan tingkat kesuburan tanah.

Pada analisa C-Organik yang dilakukan diantara ketiga sampel dengan variasi kedalaman tanah antara 0-30 cm dan 30-60 cm didapatkan hasil kadar C-Organik yang berbeda dimana untuk kedalaman 0-30 cm untuk sampel pertama yaitu 42,46 %, untuk sampel yang kedua 44,6 % dan untuk sampel yang ketiga yaitu 43,34 % sedangkan untuk kedalaman tanah 30-60 cm pada sampel yang pertama yaitu 39,52% , untuk sampel yang kedua yaitu 39,28% dan untuk sampel yang ketiga yaitu 39,72%.

Diantara sekian banyak faktor yang mempengaruhi kadar bahan organik tanah dan nitrogen tanah, faktor yang paling penting adalah kedalaman tanah, iklim, tekstur tanah dan drainase. Kedalaman lapisan menentukan kadar bahan organik dan N, kadar bahan organik terbanyak ditemukan dilapisan atas, dimana semakin kebawah semakin berkurang. Hal itu disebabkan akumulasi bahan organik memang terkonsentrasi dilapisan tanah.Kadar C-Organik tanah cukup bervariasi, tanah mineral biasanya mengandung C-Organik antara 1-9 %, sedangkan tanah gambut lapisan organik tanah hutan dapat mengandung 40-50 % C-Organik dan biasanya <1% ditanah gurun pasir.

C-Organik merupakan bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman atau binatang yang terdapat didalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika dan kimia. C-Organik juga merupakan bahan organik yang terkandung didalam maupun pada permukaan tanah yang berasal dari senyawa karbon dialam, dan semua jenis yang senyawa organik yang terdapat didalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut didalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus.


(15)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa analisis kadar C-Organik pada tanah gambut yang dilakukan pada laboratorium analitik socfindo seed production and laboratory (SSPL) bangun bandar dengan variasi kedalaman tanah untuk sampel tanah secara berurutan dengan kedalaman 0-30 cm yaitu 42,46 %, 44,6%, 43,34%,sedangkan untuk kedalaman tanah 30-60 cm secara berurutan yaitu 39,52%, 39,28%, 39,72%. Dimana dari hasil data dapat disimpulkan bahwa semakin besar kedalaman tanah maka kadar unsur C-Organik akan semakin berkurang.

5.2 Saran

Sebaiknya dilakukan analisa pada sampel tanah dan variasi kedalaman yang berbeda. Dan diharapkan pada prosedur analisa agar lebih teliti dalam preparasi sampel agar tidak terjadi kesalahan dalam menganalisa dan pembacaan pada alat.


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tanah

Tanah itu adalah tubuh alam (natural body) yang terbentuk dan berkembang sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya alam (natural forces) terhadap bahan-bahan alam (natural material) dipermukaan bumi. Tubuh alam ini dapat berdifferisiansi membentuk horizon-horizon mineral maupun organik yang kedalamannya beragam dan berbeda-beda sifat-sifatnya dengan bahan induk yang terletak dibawahnya dalam hal morfologi, komposisi kimia, sifat-sifat fisis maupun kehidupan biologisnya. Tanah itu merupakan medium alam untuk pertumbuhan tanaman. Tanah menyediakan unsur-unsur hara sebagai makanan tanaman dan pertumbuhannya. Selanjutnya unsur hara diserap oleh akar tanaman dan melalui daun dirubah menjadi persenyawaan organik seperti karbohidrat, protein, lemak dan lain-lain yang amat berguna bagi kehidupan manusia dan hewan. (Hakim,dkk, 1986)

Tanah pada masa kini sebagai media tumbuh tanaman didefinisikan sebagai lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh-berkembangnya perakaran penopang tegak-tumbuhnyat anaman dan penyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara dan nutrisi (senyawa organic dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti N, P, K, Ca, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl, dan lain-lain); dan secara biologis berfungsi sebagai habitat biota (organisme) dan berpartisipasi aktif


(17)

dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan. (Hanafiah, 2001)

Tanah merupakan campuran bahan padat (organik dan anorganik), dan udara, fase ini saling mempengaruhi satu sama lain. Misalnya, reaksi-reaksi bahan padat berpengaruh terhadap kualitas udara dan air, berpengaruh terhadap pelapukan (hancuran iklim) bahan padat, dan reaksi-reaksi (bersifat katalisator) dari jasad renik. Kimia tanah terlibat dalam semua reaksi ini, tetapi lebih ditekankan pada larutan tanah yang merupakan suatu lapisan air yang tipis (the tin aqueous film) sekeliling butiran tanah. (Wiralaga,dkk, 1988)

2.2 Unsur Hara Dalam Tanah

Untuk pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman dipengaruhi oleh faktor-faktor tanah, iklim dan tanamannya sendiri, yang semuanya saling berkaitan erat satu sama lain. Sebagai contoh yaitu faktor cahaya, temperatur dan udara yang hanya dapat sedikit saja yang dapat dikontrol oleh manusia. Sedangkan faktor unsur hara dapat ditingkatkan kesediaannya dalam tanah dengan jalan memperbaiki kondisi tanah sedemikian rupa.

Tanaman akan mengadsorbsi unsur hara dalam bentuk ion yang terdapat disekitar daerah perakaran. Unsur-unsur ini harus berada dalam bentuk tersedia dan dalam konsentrasi optimum bagi pertumbuhan. Selanjutnya unsur-unsur tersebut harus berada dalam suatu keseimbangan. (Hakim,dkk, 1986)


(18)

Dengan menggunakan hara, tanaman dapat memenuhi siklus hidupnya. Fungsi hara tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain dan apabila tidak terdapat suatu hara tanaman, maka kegiatan metabolisme akan terganggu atau berhenti sama sekali. Disamping itu, umumnya tanaman yang kekurangan atau ketiadaan suatu hara akan menampakkan gejala pada satu organ tertentu yang spesifik yang biasa disebut gejala kekahatan. (Rosmarkam dan Yuwono, 2002)

Hingga sekarang telah dikenal 16 macam unsur hara esensial bagi tanaman. Berdasarkan kebutuhannya bagi tanaman maka keenam belas unsur hara esensial tersebut dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok unsur hara makro dan kelompok unsur hara mikro. Unsur hara makro relatif lebih banyak digunakan/dibutuhkan bahkan dapat mencapai 100 kg ataupun lebih untuk setiap hektar. Sedangkan unsur hara mikro dibutuhkan dalam jumlah yang sangat sedikit. Keenam belas unsur hara tersebut adalah bersumber dari udara, air, dan tanah.

Tabel 2.2.1 Unsur Hara Esensial dan Sumbernya

Unsur Makro Unsur Mikro

Dari Udara dan Air Dari Tanah Dari Tanah

C

H

O

N

P

K

Ca

Mn

Cu

Zn


(19)

Mg

S

B

Cl

Fe

Karbon, oksigen dan hidrogen bersumber dari udara dan larutan tanah/air. Sedangkan unsur-unsur lain bersumber dari tanah. Tumbuhan tingkat tinggi

memperoleh C dan O langsung dari udara berupa CO2 melalui fotosintesa.

Hidrogen diperoleh baik langsung atau tidak, dari air dalam tanah. Suatu kenyataan bahwa 94-99,5 % jaringan tanaman segar tersusun oleh C, H dan O dan hanya 0,5 mungkin 5 atau 6 % berasal dari tanah. (Hakim,dkk, 1986)

1. Nitrogen

Peranan utama nitrogen bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun. Selain itu, nitrogen pun berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna untuk fotosintesis. Fungsi lainnya ialah membentuk protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik lainnya.

2. Fosfor

Unsur fosfor bagi tanaman berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman muda. Selain itu, fosfor berfungsi sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein tertentu, membantu asimilasi dan pernapasan, serta mempercepat pembuangan, pemasakan biji dan buah.


(20)

Fungsi utama kalium ialah membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium pun berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga dan buah tidak mudah gugur.

4. Kalsium

Bagi tanaman, kalsium bertugas untuk merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mengeraskan batang tanaman, dan merangsang pertumbuhan biji.

5. Magnesium

Agar tercipta hijau daun yang sempurna dan terbentuknya karbohidrat, lemak dan minyak-minyak, magnesiumlah biangnya. Magnesium pun memegang peranan penting dalam transformasi fosfat dalam tanaman.

6. Belerang

Belerang berperan dalam pembentukan bintil-bintil akar. Sulfur ini merupakan unsur yang penting dalam beberapa jenis protein seperti asam amino. Unsur ini pun membantu pertumbuhan anakan.

7. Klor

Memperbaiki dan meninggikan hasil kering tanaman seperti tembakau, kapas, kentang dan tanaman sayuran umumnya adalah peran dari klor.


(21)

8. Besi

Untuk pernapasan dan pembentukan hijau daun merupakan peran dari besi. Sekali tidak ada, terutama pada tanah yang mengandung banyak kapur, tanaman akan langsung merana.

9. Mangan

Peran mangan tak jauh beda dengan unsur besi. Selain sebagai komponen untuk memperlancar proses asimilasi, unsur ini pun merupakan komponen penting dalam berbagai enzim.

10.Tembaga

Fungsi utama tembaga ini pun baru sedikit diketahui. Kehadirannya dapat mendorong terbentuknya hijau daun dan dapat menjadi bahan utama dalam berbagai enzim.

11.Boron

Boron berfungsi mengangkut karbohidrat kedalam tubuh tanaman dan mengisap kalsium. Pada tanaman penghasil biji, unsur ini berpengaruh terhadap pembagian sel. Dan yang paling nyata ialah perannya dalam menaikkan mutu tanaman sayuran dan buah.

12.Molibdeum

Sama halnya dengan tembaga, hingga kini diketahui masih sedikit peranan molibdeum bagi tanaman. Unsur ini sangat berguna bagi tanaman jeruk dan sayuran.


(22)

Seng memberikan dorongan terhadap pertumbuhan tanaman karena diduga dapat berfungsi membentuk hormon tumbuh. (Lingga dan Marsono, 2001)

2.3 Unsur Hara Karbon dan Bahan Organik Dalam Tanah

Senyawa karbon atau biasa dikenal dengan senyawa organik adalah suatu senyawa yang unsur-unsur penyusunnya terdiri dari atom karbon dan atom-atom hydrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, halogen atau fosfor. (Riswiyanto, 2009)

Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan organik tersebut. Unsur karbon ini berada dalam bentuk senyawa-senyawa polisakarida, seperti

selulosa, hemiselulosa, pati dan bahan-bahan lignin dan pektin.

(https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=530863013607781&id=12 6005314093555)

Tanaman mengambil unsur karbon berupa CO2 dari udara bebas

(atmosfir). Kegiatan ini dilakukan oleh organ tanaman yang memiliki klorofil, umumnya bagian tanaman yang berwarna hijau dan terdapat diatas tanah. Klorofil mampu menyerap energi cahaya (terutama sinar matahari) dan mengubahnya

menjadi energi kimia. Energi tersebut digunakan untuk mengubah CO2 menjadi

senyawa organik termasuk karbohidrat.

Kadar CO2 dalam atmosfir relatif stabil, yakni 0,03 % volume atau 0,57 mg/liter

udara. Tanpa adanya CO2 di udara, maka kehidupan tanaman akan berhenti. Kalau

kehidupan tanaman terhenti, maka kehidupan makhluk lain termasuk manusia dan


(23)

dekomposisi bahan organik berupa sisa-sisa tanaman ataupun hewan dan dari respirasi invertebrata, bakteri, serta fungi. Keperluan seluruh tanaman yang hidup

diperkirakan sekitar 80 x 109 per tahun, dengan persediaan CO2 dalam udara

sebesar 0,03 % volume, maka CO2 tersebut akan habis diserap tanaman dalam

waktu beberapa dekade saja. Berkat adanya daur (siklus) yang menghasilkan CO2,

maka kadar gas tersebut relatif stabil.(Rosmarkam dan Yuwono, 2002)

Karbon merupakan bahan organik yang utama. Karbon ditangkap tanaman

berasal dari CO2 udara. Kemudian bahan organik didekomposisikan kembali

membebaskan sejumlah karbon. Perubahan karbon di dalam, di atas atau di luar tanah disebut peredaran karbon. Dekomposisi bahan organik membebaskan

sejumlah CO2, demikian pula akar tanaman juga melepaskan CO2 . Sejumlah kecil

CO2 bereaksi dalam tanah membentuk asam karbonat, Ca, Mg, K Karbonat, atau

Bikarbonat. Garam-garam ini mudah larut dan hilang atau diserap kedalam

tanaman. Sebagian besar CO2 yang dihasilkan tanaman kembali lagi keudara.

Kemudian diambil lagi oleh tanaman melalui fotosintesa. Selanjutnya tanaman dimakan oleh binatang dan manusia, menjadi bahan organik, dan didekomposisikan kembali. (Hakim,dkk, 1986)

Dekomposisi bahan organik adalah proses transformasi karbon oleh mikroorganisme tanah. Bahan organik tanah adalah materi yang digunakan mikroorganisme sebagai sumber energi untuk pertumbuhannya dan sumber karbon untuk penyusun sel penyusun organ tubuhnya. Karbondioksida, metana, asam organik, alkohol adalah hasil akhir dari proses dekomposisi oleh mikroorganisme tanah, sedangkan sebagian karbon dari substrat tersusun dalam tubuh mikroorganisme. (Barchia, 2009)


(24)

Bahan organik tanah adalah kumpulan beragam (continuum) senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi (disebut biontik), termasuk mikrobia heterotrofik atau ototrofik yang terlibat (biotik). Sumber primer bahan organik tanah maupun seluruh fauna dan mikroflora adalah jaringan organik tanaman, baik berupa daun, batang/cabang, ranting, buah maupun akar, sedangkan sumber sekunder berupa jaringan organik fauna termasuk kotorannya serta mikroflora. Dalam pengelolaan bahan organik tanah, sumbernya juga berasal dari pemberian pupuk organik berupa pupuk kandang (kotoran ternak yang telah mengalami dekomposisi), pupuk hijau dan kompos, serta pupuk hayati (inokulan). (Hanafiah, 2005)

Bahan organik tanah adalah semua bahan organik didalam tanah baik yang mati maupun yang hidup, walaupun organisme hidup (biomassa tanah) hanya menyumbang kurang dari 5 % dari total bahan organik. Pada terminologi tertentu, biomassa tidak dimasukkan sebagai bahan organik tanah, sehingga sering menimbulkan kerancuan. Secara praktek, analisis bahan organik dilakukan pada bahan tanah kering udara yang lolos dari ayakan 2 mm dan termasuk semua materi hidup maupun mati yang ada di dalam tanah.

Jumlah dan sifat bahan organik sangat menentukan sifat biokimia, fisika, kesuburan tanah dan membantu menetapkan arah proses pembentukan tanah. Bahan organik menentukan komposisi dan mobilitas kation yang terjerap, warna tanah, keseimbangan panas, konsistensi, partikel densiti, bilk densiti, sumber unsur hara, pemantap agregat, karakteristik air, dan aktifitas organisme tanah.


(25)

Karbon adalah komponen utama dari bahan organik. Pengukuran C-Organik secara tidak langsung dapat menentukan bahan organik melalui penggunaan faktor koreksi tertentu. Faktor yang selama beberapa tahun ini digunakan adalah faktor van bemmelen yaitu 1,724 dan didasarkan pada asumsi bahwa bahan organik mengandung 58 % karbon.(Mukhlis, 2014)

2.4 Sifat-sifat Tanah

2.4.1 Sifat Fisik Tanah

Sifat fisik tanah merujuk kepada tabiat dan perilaku mekanik, termal, optik, koloidal, dan hidrogen tanah. Tabiat dan perilaku menghadirkan sejumlah parameter yang dapat diamati dan/atau diukur.

Susunan mekanik tanah merujuk kepada ukuran, bentuk, kerapatan, dan kimiawi zarah tunggal komponen padat mineral. Ukuran secara kasaran, zarah mineral tanah dipilahkan menjadi tiga kategori. Yang berdiameter lebih besar daripada 2 cm disebut batu, berdiameter antara 2 cm dan 2 mm disebut kerikil, dan berdiameter lebih kecil daripada 2 mm disebut bahan tanah halus. Tekstur tanah adalah kehalusan atau kekasaran bahan tanah pada peradaban berkenaan dengan perbandingan berat antarfraksi tanah. Jadi, tekstur adalah ungkapan agihan besar zarah tanah atau proporsi nisbih fraksi tanah.(Notohadiprawiro, 1998)

Sifat-sifat fisis tanah diketahui, sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Kondisi fisik tanah menentukan penetrasi akar didalam tanah, retensi, air, drainase, aerasi dan nutrisi tanaman. Sifat fisika tanah juga mempengaruhi sifat-sifat kimia dan biologi tanah. Sifat-sifat fisis tanah tergantung


(26)

pada jumlah, ukuran, bentuk, susunan dan komposisi mineral dari partikel tanah ; macam dan jumlah bahan organik, volume dan bentuk pori-pori pada waktu tertentu. Beberapa sifat fisika tanah yang terpenting adalah tektur, struktur, kerapatan (density) porositas, konsistensi, warna dan suhu. (Hakim,dkk, 1986)

2.4.2 Sifat Kimia Tanah

Perilaku kimiawi tanah dapat ditakrifkan sebagai keseluruhan reaksi fisikokimia dan kimia yang berlangsung antarpenyusun tanah dan antara penyusun tanah dan bahan yang ditambahkan kepada tanah in situ. Faktor kelajuan semua reaksi kimia yang berlangsung dalam tanah berentangan sangat lebar, antara yang sangat singkat berhitungan menit (reaksi jerapan tertentu) dan yang luar biasa lama berhitungan abad (reaksi yang berkaitan dengan pembentukan tanah). Reaksi-reaksi tanah diimbas oleh tindakan faktor lingkungan tertentu.(Notohadiprawiro, 1998)

Sifat kimia tanah berhubungan erat dengan kegiatan pemupukan. Berbicara tentang sifat kimia tanah, tidak terlepas dari persoalan unsur-unsur kimia dan reaksi kimia yang pembahasannya agak rumit. Namun, pembahasan akan lebih ditekankan pada aspek praktisnya sehingga akan sangat membantu dalam mencapai efektivitas pemupukan. Dengan mengetahui sifat kimia tanah akan didapan gambaran jenis dan jumlah pupuk yang dibutuhkan. Pengetahuan tentang sifat kimia tanah juga dapat membantu memberikan gambaran reaksi pupuk setelah ditebarkan ketanah. (Novizan, 2007)


(27)

2.4.3 Sifat Hayati Tanah

Ada kehidupan dalam tanah berupa akar tumbuhan dan flora serta fauna

tanah. Sehubungan dengan produksi enzim, CO2, dan beraneka ragam zat organik,

kehidupan dalam tanah bertanggungjawab atas terjadinya banyak alihragam fisik dan kimia. Sifat dan tampakan tanah yang mengimplikasikan kegiatan hayati adalah nisbah C/N, kadar bahan organik atau kandungan biomassa tiap satuan luas/volum tanah, tingkat perombakan bahan organik, pembentukan krotovina,

dan permintaan oksigen hayati (biogical oxygen demand, BOD).

(Notohadiprawiro, 1998)

2.5 Peranan Bahan Organik

Peranan bahan organik ada yang bersifat langsung terhadap tanaman, tetapi sebagian besar mempengaruhi tanaman melalui perubahan dan ciri tanah.

Pengaruh langsung senyawa organik sebetulnya dapat diabaikan sekiranya kemudian tidak ditemukan bahwa beberapa zat tumbuh dan vitamin dapat diserap langsung dan dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Dulu dianggap orang bahwa hanya asam amino, alanin dan glisin yang diserap tanaman. Serapan senyawa N tersebut ternyata relatif lebih rendah daripada bentuk N lainnya.

Sehubungan dengan hasil-hasil dekomposisi bahan organik dan sifat-sifat humus maka dapat dikatakan bahwa bahan organik akan sangat mempengaruhi sifat dan ciri tanah. Pengaruh itu sebagai berikut.

Pengaruh bahan organik pada ciri fisika tanah


(28)

b. Warna tanah menjadi coklat hingga hitam

c. Merangsang granulasi agregat dan memantapkannya

d. Menurunkan plastisitas, kohesi dan sifat buruk lainnya dari liat.

Pengaruh bahan organik pada kimia tanah

a. Meningkatkan daya jerap dan kapasitas tukar kation

b. Kation yang mudah dipertukarkan meningkat

c. Unsur N, P, S diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikro

organisme, sehingga terhindar dari pencucian, kemudian tersedia kembali

d. Pelarutan sejumlah unsur hara dari mineral oleh asam humus.

Pengaruh bahan organik pada biologi tanah

a. Jumlah dan aktivitas metabolik organisme tanah meningkat

b. Kegiatan jasad mikro dalam membantu dekomposisi bahan organik juga

meningkat. (Hakim, dkk. 1986)

2.6 Analisa Karbon Organik

Untuk mengetahui hara tanaman di dalam tanah perlu dilakukan analisis tanah dan tanaman. Masing-masing analisis dapat berupa uji cepat (qiuck test) ataupun analisis laboratorium. Quick test merupakan analisis untuk mengetahui ada tidaknya hara tanaman dan harkatnya. Sedangkan analisis dilaboratorium hasilnya secara kuantitatif dinyatakan dalam % (persen), ppm (part per million), miliequivalent, dan sebagainya secara pasti sehingga jumlah hara yang tersedia dalam satu hektar dapat dihitung.(Rosmarkam dan Yuwono, 2002)


(29)

Ketiga unsur yaitu karbon, oksigen, dan hidrogen merupakan unsur yang sangat dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak. Unsur ini diperlukan sebagai penyusun karbohidrat, lemak dan persenyawaan-persenyawaan penting lainnya dalam tanaman. (Hakim, dkk. 1986)

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan diadakan penelitian tentang unsur-unsur yang hilang sehingga dapat diketahui unsur yang hilang tersebut dan berapa yang dibutuhkan. Dalam satu agregat tanah hanya sedikit terkandung bahan organik. Bahan organik sangat penting bagi tumbuhan karena bahan organik sebagian syarat tanah yang subur. Sehingga tanah yang kehilangan bahan organik dapat merugikan bagi tumbuhan.

C-Organik penting untuk mikroorganisme tidak hanya sebagai unsur hara, tetapi juga sebagai pengkondisi sifat fisik tanah yang mempengaruhi karakteristik agregat dan air tanah. Seringkali ada hubungan langsung antara persentase C-organik total dan karbon dari biomassa mikroba yang ditemukan dalam tanah pada zona iklim yang sama. C-organik juga berhubungan dengan aktivitas enzim tanah. Di perkebunan teh Gambung, C-organik tanah juga digunakan untuk menentukan dosis asam-asam organik dan apabila ditambahkan ke dalam tanah akan meningkatkan kandungan senyawa organik dalam tanah

yang dicirikan dengan meningkatnya kadar C-organik

tanah.(http://dodishinta.blogspot.co.id/2012/11/bahan-organik-organic-matter.html)

Ada beberapa metode yang biasa dilakukan dalam analisis bahan organik tanah. Antara lain dengan pembakaran, oksidasi basah. Kebanyakan metode dari


(30)

manual hingga yang otomatis menduga kadar C-Organik melalui oksidasi seluruh

atau sebagian karbon dan menentukan perkembangan CO2 yang terbentuk.

Penetapan bahan organik tanah metode pembakaran menggunakan prinsip

dimana tanah yang dibakar pada 460oC pada temperatur ini C-Organik terbakar

menjadi CO2. Kadar C-Organik ditetapkan sebagai persentase berat yang hilang.

Sedangkan penetapan bahan organik metode colorimetri (walkey dan Black modifikasi) yaitu C-Organik dihancurkan oleh oksidasi kalium bikromat akibat penambahan asam sulfat. Perubahan reduksi kromat oleh C-Organik menjadi kromium menimbulkan perubahan warna. (Mukhlis.2014)


(31)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Manusia yang hidup dipermukaan bumi amat tergantung kepada tanah. Sebaliknya suatu tanah pertanian yang baik ditentukan pula oleh sampai sejauh mana manusia itu cukup terampil mengelolanya, sehingga justru bukan kebalikannya yang terjadi yakni kesalahan dalam pengelolaannya akan dapat mengakibatkan kerusakan-kerusakan tanah dipandang dari kesuburannya. Tanah-tanah diatas mana kita hidup dan sangat dibutuhkan untuk kesejahteraan adalah merupakan tubuh alam yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuh-tumbuhan untuk pertumbuhannya. Tumbuh-tumbuhan ini sangat dibutuhkan manusia untuk keperluan makannya, pakaiannya, dan lain-lain. Sama halnya seperti manusia, maka hewanpun tergantung hidupnya kepada tumbuhan-tumbuhan ini. Produksi susu, protein-daging, wool dari hewan ini dapat pula dimanfaatkan manusia. Standar hidup manusia acapkali ditentukan sampai dimana manusia itu dapat secara terus menerus mempertahankan kualitas tanahnya, agar supaya baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan dapat bereproduksi dengan baik. Menurut Hakim,dkk (1986).

Menurut Notohadiprawiro (1998), Tanah dapat dimanfaatkan untuk keperluan tertentu karena mempunyai sejarah pembentukan yang membangkitkan sifat dan perilaku. Sejarah tanah bermula dari faktor-faktor pembentuk tanah, yaitu atmosfer, hidrosfer, litosfer, biosfer, dan waktu. Faktor pembentuk tanah


(32)

merupakan ujud lingkungan tanah yang memiliki sejumlah pelaku sehingga dapat membangkitkan proses dan reaksi biogeofisik dan biogeokimia yang melibatkan pertukaran, alihgram, alihtempat, dan pengalihan ulang energi dan bahan. Atmosfer mempunyai pelaku berupa curah hujan, sinar matahari, suhu dan angin. Hidrosfer mempunyai pelaku berupa aliran air dipermukaan daratan (aliran limpas dan sungai), genangan air, air tanah, dan air bumi. Litosfer mempunyai pelaku batuan dan mineral yang menjadi bahan induk tanah dan timbulan. Biosfer mempunyai pelaku vegetasi, edafon, bahan organik dan manusia.

Menurut Hanafiah (2005), Bahan organik tanah berperan secara fisik, kimia maupun biologis, sehingga menentukan status kesuburan suatu tanah. Humus merupakan koloidal organik yang bermuatan listrik, sehingga secara fisik berpengaruh terhadap struktur tanah dan secara kimiawi berperan dalam menentukan kapasitas pertukaran anion/kation sehingga berpengaruh penting terhadap ketersediaan tanah, dan secara biologis merupakan sumber energi dan karbon bagi mikrobia heterotrofik.

Menurut Wiralaga,dkk (1998), Peranan tanah dalam daur karbon lebih besar dari pada daur nitrogen, karena C-Organik jumlahnya lebih banyak dari

N-total. Jumlah CO2 yang dihasilkan dari pembusukan bahan organik dalam tanah

dan laut lebih besar daripada CO2 atmosfir.

Menurut Barchia (2006), Lahan rawa gambut merupakan salah satu sumber daya alam yang mempunyai fungsi hidro-orologi dan fungsi ekologi lain yang penting bagi kehidupan seluruh makhluk hidup. Nilai penting inilah yang menjadikan lahan rawa gambut harus dilindungi dan dipertahankan


(33)

kelestariannya. Untuk dapat memanfaatkan sumberdaya alam lahan rawa gambut secara bijaksana perlu perencanaan yang teliti, penerapan teknologi yang sesuai dan pengelolaan yang tepat. Dengan langkah yang bijak maka mutu dan kelestarian sumberdaya lahan rawa gambut dapat dipertahankan untuk menunjang pembangunan berkelanjutan pada ekosistem rawa tersebut.

Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002), Gambut disamping sebagai suatu hamparan tanah juga merupakan bahan organik. Di Indonesia, gambut menempati urutan keempat luas tanah gambut dunia setelah Kanada, Finlandia, Swedia/Amerika Serikat. Berdasarkan perhitungan, cadangan gambut di Indonesia sekitar 80 miliar meter kubik. Hal ini merupakan sumber daya alam yang cukup besar.

Jumlah dan sifat dari bahan organik sangat menentukan sifat bikomia, fisika, kesuburan tanah dan membantu menetapkan arah proses pembentukan tanah. Karbon merupakan komponen utama dari bahan organik. Diantara sekian banyak faktor yang mempengaruhi kadar bahan organik faktor yang paling penting satu diantaranya adalah kedalaman tanah. Seperti diketahui akar tanaman mengadsorbsi unsur-unsur hara dari larutan tanah dan mentransportasikannya kedaun, batang maupun pucuk tanaman. Jika bagian atas tanaman mati dan jatuh kepermukaan tanah, maka dekomposisi bahan organik akan membebaskan unsur-unsur itu kedalaman larutan tanah. Dari penjelasan diatas maka penulis membuat judul ‘Analisis Kadar Karbon Organik Tanah Gambut Berdasarkan Kedalaman Tanah Secara Continous Flow Analyzer’ dimana berdasarkan pembagian lapisan tanah yang dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan bahan induk dibawah


(34)

tanah setiap bagiannya mempunyai perbedaan dimana lapisan atas mengandung bahan organik yang tinggi.

1.2Permasalahan

Berapakah kadar karbon organik yang terkandung didalam tanah gambut yang digunakan sebagai lahan perkebunan dan apakah kadar karbon organik tersebut sudah memenuhi kriteria tanah yang telah ditentukan. Dimana kadar C-Organik didalam tanah gambut adalah 40-50 %, dimana C-Organik sangat membantu dalam proses pembentukan humus di dalam tanah yang dapat memberi pengaruh pertumbuhan terhadap tanaman.

1.3Tujuan Penelitian

Untuk menganalisa kadar karbon organik yang terdapat didalam tanah gambut, yang nantinya dapat digunakan sebagai lahan perkebunan.

1.4Manfaat Percobaan


(35)

pertanian yang baik ditentukan pula oleh sampai sejauh mana manusia itu cukup terampil mengelolanya, sehingga justru bukan kebalikannya yang terjadi yakni kesalahan dalam pengelolaannya akan dapat mengakibatkan kerusakan-kerusakan tanah dipandang dari kesuburannya. Tanah-tanah diatas mana kita hidup dan sangat dibutuhkan untuk kesejahteraan adalah merupakan tubuh alam yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuh-tumbuhan untuk pertumbuhannya. Tumbuh-tumbuhan ini sangat dibutuhkan manusia untuk keperluan makannya, pakaiannya, dan lain-lain. Sama halnya seperti manusia, maka hewanpun tergantung hidupnya kepada tumbuhan-tumbuhan ini. Produksi susu, protein-daging, wool dari hewan ini dapat pula dimanfaatkan manusia. Standar hidup manusia acapkali ditentukan sampai dimana manusia itu dapat secara terus menerus mempertahankan kualitas tanahnya, agar supaya baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan dapat bereproduksi dengan baik. Menurut Hakim,dkk (1986).


(36)

ANALISIS KADAR KARBON ORGANIK TANAH GAMBUT

BERDASARKAN KEDALAMAN TANAH SECARA CONTINOUS

FLOW ANALYZER

KARYA ILMIAH

NOVIANTY PANE

132401042

PROGRAM STUDI D3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016


(37)

BERDASARKAN KEDALAMAN TANAH SECARA CONTINOUS FLOW ANALYZER

KARYA ILMIAH

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Syarat Memperoleh Ahli Madya

NOVIANTY PANE 132401042

PROGRAM STUDI D3 KIMIA DEPERTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016


(38)

Judul : ANALISIS KADAR KARBON ORGANIK TANAH GAMBUT BERDASARKAN KEDALAMAN TANAH SECARA CONTINOUS FLOW ANALYZER

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : NOVIANTY PANE

NomorIndukMahasiswa : 132401042

Program Studi : DIPLOMA 3 KIMIA

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU

PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, Mei 2016

Disetujuioleh :

Ketua Program Studi D3 Kimia FMIPA Dosen Pembimbing

Dra.Emma Zaidar Nst,M.Si Dr.Darwin Yunus Nasution,MS

NIP. 195512181987012001 NIP. 195508101981031006

Ketua Departemen Kimia FMIPA USU

Dr. Rumondang Bulan, MS NIP. 195408301985032001


(39)

ANALISIS KADAR KARBON ORGANIK TANAH GAMBUT BERDASARKAN KEDALAMAN TANAH SECARA CONTINOUS FLOW ANALYZER

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2016

Novianty Pane 132401042


(40)

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya tugas akhir ini telah selesai disusun dalam rangka memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tugas akhir ini penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada keluarga, Alm.Ayahanda Warneck Pane, Ibunda Tianna Mida Sidabutar, Kakak Masria Pane dan Kakak Mey Elyzabeth Pane, Abang Johannes Haesler Pane dan Adik-adikku Fitri Rosa Nurida Pane dan Eri Immanuel Pane, yang begitu luar biasa telah memberikan cinta kasihnya, dukungan, pengorbanan, serta doa tulus yang tiada hentinya demi kebahagiaan dan kebaikan penulis.

Selain itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr.Darwin Yunus Nasution, M.S selaku dosen pembimbing tugas akhir

yang telah begitu besar dan banyak meluangkan waktu, tenaga, pemikiran serta masukan yang membimbing penulis sampai dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Bapak Prof. Dr Jamaran Kaban, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik yang

telah membimbing penulis selama menjalankan pendidikan di FMIPA USU

3. Bapak Dr. Kerista Sebayang, M.S selaku dekan FMIPA USU serta

seluruhPembantu dekan FMIPA USU.

4. Ibu Dr. Rumondang Bulan, M.S dan Bapak Drs. Albert Pasaribu, M.Si selaku

Ketua Departemen dan Sekretaris Departemen Kimia FMIPA USU, Ibu Dra. Emma Zaidar M.Si selaku Ketua Program Studi D3 Kimia, seluruh Staff Dosen dan Pegawai Kimia FMIPA USU.


(41)

seluruh karyawan laboratorium analitik SSPL yang telah banyak membantu dan membimbing penulis selama melaksanakan praktek kerja lapangan.

6. Teman-teman satu PKL di SSPL Bangun Bandar Sorta Lumban Tobing, Dwi

Situmeang, Rut Saragih, Rayzki Keliat dan Heru Praseyetia serta Rekan-rekan mahasiswa/I D3 Kimia angkatan 2013 dan sahabat-sahabat yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu.

Dengan kerendahan hati penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas akhir ini masih belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun serta memperbaiki penulisan tugas akhir ini sangat diharapkan untuk kesempurnaan. Semoga tugas akhir ini dapat berguna bagi para pembaca.

Medan, Juni 2016 Penulis,


(42)

KEDALAMAN TANAH SECARA CONTINOUS FLOW ANALYZER

ABSTRAK

Telah dilakukan analisis kadar karbon organik pada tanah gambut di laboratorium analitik Socfindo Seed Production and Laboratory (SSPL) Bangun Bandar, dengan menggunakan alat Continous Flow Analyzer (CFA). Dimana perlakuan dilakukan dengan menggunakan tiga contoh sampel tanah dan memvariasikan kedalaman tanah yaitu 0-30 cm dan 30-60 cm. Sehingga diperoleh data pada sampel tanah pada kedalaman 0-30 cm secara berurut pada contoh tanah yaitu 42,46 %, 44,6%, 43,34%, sedangkan untuk kedalaman tanah 30-60 cm secara berurut yaitu 39,52%, 39,28%, 39,72%.Dari hasil analisa diperoleh kadar karbon organik untuk variasi kedalaman 0-30 cm menghasilkan kadar karbon organik yang lebih tinggi dibandingkan pada kedalaman 30-60 cm. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar kedalaman tanah maka kadar karbon akan semakin berkurang.


(43)

DEPTH OF THE SOIL IN CONTINUOUS FLOW ANALYZER

ABSTRACT

The analyzed have been done of concentration carbon organic in the peat soil in the analytical laboratory Socfindo Seed Production and Laboratory (SSPL) Bangun Bandar, by using a Continuous Flow Analyzer (CFA). Where a treatment done is using by three samples soil with variation the depth of soil is between 0-30 cm and 30-60 cm. Thus obtained data from soil samples at depth 0-30 cm in

sequentially on a sample of soil is 42,46 %, 44,6%, 43,34%, but for the depth of soil in 30-60

cm is 39,52%, 39,28%, 39,72%.From the results of the analysis concentration of carbon organic with depth variation in 0-30 cm produces concentration of carbon organic carbon is higher than at a depth of 30-60 cm. It can be concluded that the greater the depth of the soil carbon content will decrease.


(44)

Halaman

PERSETUJUAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

PENGHARGAAN ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 4

1.3 TujuanPenelitian ... 4

1.4 Manfaat Percobaan ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Tanah ... 5

2.2 Unsur Hara Dalam Tanah ... 6

2.3 Unsur Hara Karbon dan Bahan Organik Dalam Tanah ... 11

2.4 Sifat-sifat Tanah ... 14

2.4.1 Sifat Fisik Tanah ... 14

2.4.2 Sifat Kimia Tanah ... 15

2.4.3 Sifat Hayati Tanah ... 16

2.5 Peranan Bahan Organik ... 16

2.6 Analisa C-Organik ... 17

BAB 3 BAHAN DAN METODE PERCOBAAN 3.1 Alat dan Bahan ... 20

3.1.1 Alat-alat... 20

3.1.2 Bahan-bahan ... 20

3.1.3 Pembuatan Larutan ... 21

3.2 Proses Penetapan C-Organik Dengan Metode CFA ... 22

3.2.1 Mengeringan Contoh Tanah ... 23

3.2.2 Menghaluskan Contoh Tanah ... 23

3.3.3 Persiapan Sampel ... 23

3.3.4 Penetapan C-Organik dengan metode CFA ... 23

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Percobaan ... 25

4.2 Perhitungan ... 26

4.3 Pembahasan... 29

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 30

5.2 Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31

LAMPIRAN ALAT ... 32


(45)

Halaman

1. Tabel 2.2.1 Unsur Hara Esensial dan Sumbernya ... 7 2. Tabel 4.1.1 Larutan C-Organik Standar ... 25

3. Tabel 4.1.2 Hasil Analisa C-Organik Pada Tanah Gambut berdasarkan Kedalaman

Tanah... 25 4. Tabel 4.2 Absorbansi Larutan C-Organik Standar ... 26


(1)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya tugas akhir ini telah selesai disusun dalam rangka memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tugas akhir ini penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada keluarga, Alm.Ayahanda Warneck Pane, Ibunda Tianna Mida Sidabutar, Kakak Masria Pane dan Kakak Mey Elyzabeth Pane, Abang Johannes Haesler Pane dan Adik-adikku Fitri Rosa Nurida Pane dan Eri Immanuel Pane, yang begitu luar biasa telah memberikan cinta kasihnya, dukungan, pengorbanan, serta doa tulus yang tiada hentinya demi kebahagiaan dan kebaikan penulis.

Selain itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr.Darwin Yunus Nasution, M.S selaku dosen pembimbing tugas akhir yang telah begitu besar dan banyak meluangkan waktu, tenaga, pemikiran serta masukan yang membimbing penulis sampai dapat menyelesaikan tugas akhir ini. 2. Bapak Prof. Dr Jamaran Kaban, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik yang

telah membimbing penulis selama menjalankan pendidikan di FMIPA USU 3. Bapak Dr. Kerista Sebayang, M.S selaku dekan FMIPA USU serta

seluruhPembantu dekan FMIPA USU.

4. Ibu Dr. Rumondang Bulan, M.S dan Bapak Drs. Albert Pasaribu, M.Si selaku Ketua Departemen dan Sekretaris Departemen Kimia FMIPA USU, Ibu Dra. Emma Zaidar M.Si selaku Ketua Program Studi D3 Kimia, seluruh Staff Dosen dan Pegawai Kimia FMIPA USU.


(2)

5. Bapak Deni Arifiyanto,SP, selaku kepala laboratorium analitik SSPL, serta seluruh karyawan laboratorium analitik SSPL yang telah banyak membantu dan membimbing penulis selama melaksanakan praktek kerja lapangan.

6. Teman-teman satu PKL di SSPL Bangun Bandar Sorta Lumban Tobing, Dwi Situmeang, Rut Saragih, Rayzki Keliat dan Heru Praseyetia serta Rekan-rekan mahasiswa/I D3 Kimia angkatan 2013 dan sahabat-sahabat yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu.

Dengan kerendahan hati penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas akhir ini masih belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun serta memperbaiki penulisan tugas akhir ini sangat diharapkan untuk kesempurnaan. Semoga tugas akhir ini dapat berguna bagi para pembaca.

Medan, Juni 2016 Penulis,

Novianty Pane


(3)

ANALISIS KADAR KARBON ORGANIK TANAH GAMBUT BERDASARKAN KEDALAMAN TANAH SECARA CONTINOUS FLOW ANALYZER

ABSTRAK

Telah dilakukan analisis kadar karbon organik pada tanah gambut di laboratorium analitik Socfindo Seed Production and Laboratory (SSPL) Bangun Bandar, dengan menggunakan alat Continous Flow Analyzer (CFA). Dimana perlakuan dilakukan dengan menggunakan tiga contoh sampel tanah dan memvariasikan kedalaman tanah yaitu 0-30 cm dan 30-60 cm. Sehingga diperoleh data pada sampel tanah pada kedalaman 0-30 cm secara berurut pada contoh tanah yaitu 42,46 %, 44,6%, 43,34%, sedangkan untuk kedalaman tanah 30-60 cm secara berurut yaitu 39,52%, 39,28%, 39,72%.Dari hasil analisa diperoleh kadar karbon organik untuk variasi kedalaman 0-30 cm menghasilkan kadar karbon organik yang lebih tinggi dibandingkan pada kedalaman 30-60 cm. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar kedalaman tanah maka kadar karbon akan semakin berkurang.


(4)

ANALYSIS CONCENTRATION OF CARBON ORGANICIN PEAT SOIL BASED TO DEPTH OF THE SOIL IN CONTINUOUS FLOW ANALYZER

ABSTRACT

The analyzed have been done of concentration carbon organic in the peat soil in the analytical laboratory Socfindo Seed Production and Laboratory (SSPL) Bangun Bandar, by using a Continuous Flow Analyzer (CFA). Where a treatment done is using by three samples soil with variation the depth of soil is between 0-30 cm and 30-60 cm. Thus obtained data from soil samples at depth 0-30 cm in sequentially on a sample of soil is 42,46 %, 44,6%, 43,34%, but for the depth of soil in 30-60 cm is 39,52%, 39,28%, 39,72%.From the results of the analysis concentration of carbon organic with depth variation in 0-30 cm produces concentration of carbon organic carbon is higher than at a depth of 30-60 cm. It can be concluded that the greater the depth of the soil carbon content will decrease.


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

PENGHARGAAN ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 4

1.3 TujuanPenelitian ... 4

1.4 Manfaat Percobaan ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Tanah ... 5

2.2 Unsur Hara Dalam Tanah ... 6

2.3 Unsur Hara Karbon dan Bahan Organik Dalam Tanah ... 11

2.4 Sifat-sifat Tanah ... 14

2.4.1 Sifat Fisik Tanah ... 14

2.4.2 Sifat Kimia Tanah ... 15

2.4.3 Sifat Hayati Tanah ... 16

2.5 Peranan Bahan Organik ... 16

2.6 Analisa C-Organik ... 17

BAB 3 BAHAN DAN METODE PERCOBAAN 3.1 Alat dan Bahan ... 20

3.1.1 Alat-alat... 20

3.1.2 Bahan-bahan ... 20

3.1.3 Pembuatan Larutan ... 21

3.2 Proses Penetapan C-Organik Dengan Metode CFA ... 22

3.2.1 Mengeringan Contoh Tanah ... 23

3.2.2 Menghaluskan Contoh Tanah ... 23

3.3.3 Persiapan Sampel ... 23

3.3.4 Penetapan C-Organik dengan metode CFA ... 23

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Percobaan ... 25

4.2 Perhitungan ... 26

4.3 Pembahasan... 29

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 30

5.2 Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31


(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel 2.2.1 Unsur Hara Esensial dan Sumbernya ... 7 2. Tabel 4.1.1 Larutan C-Organik Standar ... 25 3. Tabel 4.1.2 Hasil Analisa C-Organik Pada Tanah Gambut berdasarkan Kedalaman

Tanah... 25 4. Tabel 4.2 Absorbansi Larutan C-Organik Standar ... 26