Resti Sudaryanti, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK TOKEN EKONOMI DALAM MENGURANGI PERILAKU
KEKERASAN PADA SISWA KELAS VI DI MADRASAH IBTIDAIYAH AISYAH KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kekerasan merupakan satu istilah yang tidak asing dan cenderung lebih dikaitkan dengan peristiwa yang mengerikan, menakutkan, menyakitkan, atau
bahkan mematikan. Kekerasan juga dinilai sebagai sebuah tindakan yang melanggar HAM Hak Asasi Manusia, suatu konsep yang sedang menjadi
fokus perhatian di berbagai forum diskusi. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Nanang 2012, hlm. 1, bahwa: fenomena kekerasan saat
ini telah mewarnai hampir seluruh aspek kehidupan sosial, baik dalam bidang politik, budaya, bahkan hingga pendidikan. Kekerasan juga banyak dilakukan
atau diambil sebagai jalan pintas dalam upaya menyelesaikan persoalan yang terjadi; konflik pilkada, sidang di DPR, kegiatan orientasi siswa atau
mahasiswa, penegakkan disiplin sekolah atau institusi lain, bahkan di lingkungan keluarga KDRT-Kekerasan dalam Rumah Tangga.
Kasus kekerasan yang marak dan banyak mendapat sorotan publik adalah kasus kekerasan dalam dunia pendidikan. Kekerasan di dunia pendidikan
bukanlah sebuah fenomena tanpa sebab. Kekerasan di sekolah sering dilegetimasi dengan alasan “menegakkan disiplin” di kalangan siswa atau
mahasiswa. Oleh karena itu, kekerasan dapat dikatakan telah menjadi sebuah budaya dan seolah-olah menjadi m
ekanisme yang “dilegalkan”. Namun banyak pihak yang menyatakan bahwa tindakan kekerasan yang
dilakukan oknum di sekolah, tidak lebih hanya sebagai wujud “kekesalan” atau pelampiasan kemarahan oknum pada orang lain, oknum dapat berupa
guru atau siswa di sekolah, sedangkan orang lain ini dapat berupa siswa, teman, atau bahkan anak. Banyak alasan yang dinyatakan pelaku tindak
kekerasan di sekolah, baik itu karena si anak bandel, tidak mengerjakan PR, ribut di kelas, membuat onar, bolos, tidak dapat mengerjakan tugas, tidak
disiplin, dan segudang alasan lain.
Resti Sudaryanti, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK TOKEN EKONOMI DALAM MENGURANGI PERILAKU
KEKERASAN PADA SISWA KELAS VI DI MADRASAH IBTIDAIYAH AISYAH KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Data berikut menurut Syafirdi dalam Nanang, 2012, hlm. 2 menunjukkan beberapa kasus kekerasan yang terjadi di sekolah pada kisaran tahun 2009
sampai 2014. Indira Priyantana 13 siswi kelas VIII D SMPN 1 RSBI di Kota Tegal, dianiya seorang oknum guru matematika berinisial S, Kamis 5
November 2009.Siswa tersebut sempat muntah-muntah setelah dianiaya gurunya. Peristiwa penganiayaan lain terjadi pada Senin 14 November 2011,
seorang guru di salah satu SMP swasta di Tambora memukul tujuh anak didiknya dengan rotan hingga terluka, ketika ketujuh murid tersebut
terlambat masuk ke dalam kelas untuk mengikuti les. Selain alasan menegakkan disiplin, kekerasan dalam dunia pendidikan
juga dapat terjadi karena motif rasa solidaritas, proses pencarian identitas atau jati diri, serta kemungkinan adanya gangguan psikologis dalam diri
siswa maupun guru. Misalnya tawuran antar pelajar dapat dilatarbelakangi karena siswa merasa menjadi satu golongan yang “membela teman” atau
“membela sekolahnya”. Konflik yang terjadi di antara dua atau tiga siswa dari sekolah atau “gank” yang berbeda, dapat berimbas pada tawuran antar
pelajar yang melibatkan puluhan siswa dari sekolah atau kelompok yang berbeda. Beberapa kasus tawuran antar pelajar bahkan mengakibatkan
tewasnya beberapa pelajar dan bahkan orang lain yang tidak terlibat pun dapat menjadi sasaran tawuran. Padahal orang tua menyekolahkan anaknya
untuk menjadi pribadi yang kaya akan ilmu, berbudi pekerti luhur, dan dapat dijadikan kebanggaan keluarga. Namun dengan banyaknya perilaku
kekerasan di sekolah akan memberikan dampak buruk bagi korban maupun pelaku. Hal yang seharusnya dilakukan seorang pelajar adalah belajar dan
bermain sesuai porsinya. Bergaul atau berteman dengan teman sebaya bukan merupakan sesuatu hal yang dilarang. Justru dengan banyak bergaul atau
berteman, seseorang akan mengetahui berbagai macam perilaku yang dimiliki oleh orang lain. Agar dapat menciptakan pergaulan dan pertemanan yang
baik dengan lingkungan sekitar. Seorang pelajar seharusnya melakukan hal- hal positif yang dapat dilakukan di dalam sekolah maupun di luar sekolah,
seperti memperbanyak membaca buku, mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, melakukan kerja kelompok bersama teman, dan melakukan kegiatan peer
Resti Sudaryanti, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK TOKEN EKONOMI DALAM MENGURANGI PERILAKU
KEKERASAN PADA SISWA KELAS VI DI MADRASAH IBTIDAIYAH AISYAH KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
teaching dengan teman. Hal-hal tersebut merupakan kegiatan yang dapat
memperkecil bahkan menghilangkan timbulnya perilaku kekerasan diantara pelajar. Di sisi lain sebagai seorang guru harus lebih peka terhadap berbagai
perilaku yang dimiliki oleh masing-masing siswa serta harus segera mengantisipasi terhadap perilaku siswa yang menyimpang, khususnya
perilaku kekerasan. Kenyataan di lapangan perilaku kekerasan juga terjadi di Madrasah
Ibtidaiyah Aisyah Kota Bandung. Tepatnya perilaku kekerasan tersebut terjadi di kelas VI. Secara keseluruhan siswa dalam kelas tersebut berjumlah
4 orang. Keempat siswa itu terdiri dari An, M, Y, dan V. Hasil pengamatan sementara ditemukan beberapa bentuk perilaku kekerasan, diantaranya
menendang teman, memukul teman, berbicara kasar atau berbicara kotor kepada teman, mengejek teman, dan memberikan stigma negatif julukan
negatif. Biasanya perilaku kekerasan menendang kaki teman terjadi ketika upacara dan pembelajaran berlangsung di kelas. Memukul bagian badan
teman pundak dan tangan sudah tidak bisa dihindarkan lagi terutama ketika saling mengejek nama orang tua dan mengejek perbedaan fisik pada teman.
Terkadang kepala pun bisa terkena pukulan dari teman yang tidak bisa menerima ejekan dan ketika tidak diberikan contekan. Kata-kata kasar atau
berbicara kotor selalu terdengar ketika pembelajaran berlangsung. Kata-kata kasar tersebut tidak jauh dari nama binatang yang tidak pantas untuk
diucapkan dan didengar oleh orang lain, dan mengucapkan kata kasar dalam bahasa sunda sia, maneh, aing, dan paeh. Mengejek teman merupakan
perilaku kekerasan yang paling sering terjadi di kelas. Kemampuan yang kurang dalam membaca ayat suci Al-Quran menjadi bahan ejekan teman,
sehingga kata-kata baca : bodoh dan belet selalu keluar dari mulut temannya dan seringkali diantara mereka saling mengejek nama orang tua.
Pemberian stigma negatif atau julukan negatif pada teman terjadi ketika saling mengejek nama orang tua, kemudian muncul julukan “si hideung”, “si
monyet”, “si bimoli”, dan “ si alay”.
Perilaku kekerasan yang terjadi pada siswa kelas VI diduga karena guru lebih banyak membiarkan perilaku kekerasan tersebut, serta kurang pekanya
Resti Sudaryanti, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK TOKEN EKONOMI DALAM MENGURANGI PERILAKU
KEKERASAN PADA SISWA KELAS VI DI MADRASAH IBTIDAIYAH AISYAH KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
guru terhadap berbagai perilaku yang dimunculkan oleh masing-masing siswa, dan upaya yang dilakukan guru dalam meminimalisir munculnya
perilaku kekerasan yang terjadi, hanya sebatas menulis perilaku kekerasan di buku khusus untuk mencatat perilaku menyimpang pada siswa atau disebut
sebagai “buku hitam”, dan belum ada upaya lanjutan dalam menangani perilaku kekerasan. Pada kenyataannya kemungkinan guru belum mengetahui
karakteristik dari perilaku kekerasan yang ditimbulkan siswa, sehingga guru menganggap perilaku kekerasan tersebut sebagai suatu perilaku yang wajar,
sehingga muncul berbagai karakter perilaku kekerasan di sekolah. Padahal perilaku kekerasan yang tanpa kita sadari dan dianggap sebagai sesuatu hal
yang wajar, jika tidak ditangani sesegera mungkin, perilaku semacam ini akan berubah menjadi perilaku kenakalan remaja yang tentunya akan lebih
sulit untuk ditangani. Tidak hanya sekolah yang memberikan peran dalam membentuk karakter
seorang siswa. Keluarga dan masyarakat juga memberikan perannya dalam pembentukan karakter seorang siswa. Berkaitan dengan lingkungan keluarga,
diduga bahwa beberapa dari keluarga tersebut anaknya dididik secara keras dan di keluarga yang berbeda beberapa anaknya dididik dengan sangat
dimanja. Jika anak dididik terlalu keras kemungkinan akan mencontoh perilaku dari kedua orangtuanya, sehingga anak pun merasa terbiasa untuk
melakukan kekerasan kepada temannya. Perilaku memanjakan anak pun akan berakibat pada rasa percaya diri anak yang terlalu berlebihan, dikarenakan
jika anak melakukan perilaku yang tidak wajar, maka anak akan cenderung mendapatkan pembelaan dari kedua orangtuanya. Sedangkan masyarakat di
lingkungan tempat tinggal siswa, cenderung banyak mengeluarkan kata-kata kasar atau kata-kata kotor, kemungkinan siswa mencontoh kebiasaan
masyarakat dan siswa terbiasa mengucapkan kata-kata kasar atau kata-kata kotor.
Lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat diduga memiliki peran dalam pembentukan karakter pada keempat siswa.
Perilaku kekerasan banyak muncul di sekolah, kemungkinan juga berkaitan dengan kurangnya hubungan baik antara anak dan keluarga, sehingga anak
Resti Sudaryanti, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK TOKEN EKONOMI DALAM MENGURANGI PERILAKU
KEKERASAN PADA SISWA KELAS VI DI MADRASAH IBTIDAIYAH AISYAH KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
merasa bahwa di sekolah tempat untuk mencari perhatian dari orang lain. Perilaku kekerasan tersebut tidak bisa dibiarkan begitu saja, perlu adanya
penanganan untuk perilaku kekerasan tersebut. Penanganan yang dirasa dapat menanggulangi perilaku kekerasan yang
terjadi pada siswa kelas VI di Madrasah Ibtidaiyah Aisyah adalah melalui pendekatan modifikasi perilaku. Modifikasi dapat diartikan sebagai upaya,
proses, atau tindakan untuk mengubah perilaku atau usaha untuk menerapkan prinsip-prinsip proses belajar maupun prinsip-prinsip psikologi hasil
eksperimen pada manusia. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Sunardi 2010, hlm. 2,
bahwa: Dalam pandangan kaum behavioristik aliran klasik, modifikasi
perilaku dapat diartikan sebagai penggunaan secara sistematik teknik kondisioning pada manusia untuk menghasilkan perubahan frekuensi
perilaku tertentu atau mengontrol lingkungan perilaku tersebut. Jika teknik kondisioning diterapkan secara ketat, dengan stimulus, respon,
dan akibat konsekuensi diharapkan terbentuk perilaku lahiriah yang diharapkan. Dalam pandangan aliran operan, modifikasi perilaku akan
terbentuk ketika penguat atau pengukuh diberikan berupa reward atau punishment
. Sedangkan dalam pandangan aliran behavior analist, modifikasi perilaku merupakan penerapan dari perilaku eksperimen
seperti dalam laboratorium. Proses, emosi, problema, prosedur, semua akan diukur. Pengubahan perilaku dilaksanakan dengan rancangan
eksperimen yang dibuat dengan cermat. Perilaku dihitung secara cacah untuk mendapatkan data dasar. Variabel bebas dimanipulasi, metode
statistik digunakan untuk melihat perubahan perilaku, pengulangan jika perlu dilakukan hingga terjadi perubahan perilaku secara jelas.
Terdapat berbagai teknik dalam modifikasi perilaku yang dapat diterapkan, contohnya teknik token ekonomi. Teknik token ekonomi dirasa cocok untuk
menangani perilaku kekerasan, karena teknik ini merupakan suatu cara dalam menghapus perilaku maladaptive dengan cara memberikan penguatan-
penguatan tertentu yang berupa benda atau penguatan simbolik lain yang bernilai ekonomis sesuai dengan persetujuan bersama.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian terhadap penggunaan teknik token ekonomi dalam
mengurangi perilaku kekerasan pada siswa kelas VI di Madrasah Ibtidaiyah Aisyah. Banyak sekali teknik dalam mengurangi perilaku kekerasan, namun
Resti Sudaryanti, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK TOKEN EKONOMI DALAM MENGURANGI PERILAKU
KEKERASAN PADA SISWA KELAS VI DI MADRASAH IBTIDAIYAH AISYAH KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
dalam penelitian ini lebih difokuskan pada penggunaan teknik token ekonomi yang dalam pelaksanaannya diintegrasikan dalam kegiatan pembelajaran di
kelas.
B. Rumusan Masalah